Kerusakan Target Organ Penatalaksanaan Terapi Farmakologi

Hubungan antara stress dan hipertensi primer diduga oleh aktivitas saraf simpatis melalui cathecholamin maupun renin yang disebabkan oleh pengaruh cathecolamin yang dapat meningkatkan tekanan darah yang intermittent. Apabila stress menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menetap tinggi. Hal ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan dibuktikan, pemaparan terhadap stress membuat binatang tersebut hipertensi Majid, 2005. d. Lain-lain Faktor-faktor lain yang diduga berperan dalam hipertensi primer rasio asupan garam, kalium, inaktivitas fisik, umur, jenis kelamin dan ras Majid, 2005. 3. Adaptasi perubahan struktur pembuluh darah Perubahan adaptasi struktur kardiovaskular, timbul akibat tekanan darah yang meningkat secara kronis dan juga tergantung dari pengaruh trophic growth angiotensin II dan growth hormon Majid, 2005.

2.1.5. Kerusakan Target Organ

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, naik secara langsung maupun secara tidak langsung. Kerusakan organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah: 1. Penyakit ginjal kronis 2. Jantung a. Hipertrofi ventrikel kiri b. Angina atau infark miokardium c. Gagal jantung 3. Otak a. Strok b. Transient Ischemic Attack TIA 4. Penyakit arteri perifer 5. Retinopati Yogiantoro, 2006. Universitas Sumatera Utara Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor ATI angiotensin II, stress oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide synthase, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor- β TGF-β Yogiantoro, 2006.

2.1.6. Penatalaksanaan Terapi Farmakologi

1. Diuretik Mula-mula obat ini mengurangi volum ekstraseluler dan curah jantung. Efek hipotensi dipertahankan selama terapi jangka panjang melalui berkurangnya tahanan vaskular, sedangkan curah jantung kembali ke tingkat sebelum pengobatan dan volum ekstraseluler tetap berkurang sedikit Benowitz, 1998. Mekanisme yang potensial untuk mengurangi tahanan vaskular oleh reduksi ion Na yang persisten walaupun sedikit saja mencakup pengurangan volum cairan interstisial, pengurangan konsentrasi Na di otot polos yang sekunder dapat mengurangi konsentrasi ion Ca intraseluler, sehingga sel menjadi lebih resisten terhadap stimulus yang mengakibatkan kontraksi, dan perubahan afinitas dan respon dari reseptor permukaan sel terhadap hormon vasokonstriktor Benowitz, 1998. Efek Samping Impotensi seksual merupakan efek samping yang paling mengganggu pada obat golongan tiazid. Gout merupakan akibat hiperurisemia yang dicetuskan oleh diuretik. Kram otot dapat pula terjadi, dan merupakan efek samping yang terkait dosis Benowitz, 1998. Golongan obat a. Tiazid dan agen yang sejenis hidroklorotiazid, klortalidon Universitas Sumatera Utara b. Diuretik loop furosemid, bemetanid, asam etakrinik c. Diuretik penyimpan ion K, amilorid, triamteren, spironolakton. 2. Beta adrenergik blocking agents betabloker Jenis obat ini efektif terhadap hipertensi. Obat ini menurunkan irama jantung dan curah jantung. Beta bloker juga menurnkan pelepasan renin dan lebih efektif pada pasien dengan aktivitas renin plasma yang meningkat Benowitz, 1998. Beberap mekanisme aksi anti hipertensi di duga terdapat pada golongan obat ini, mencakup : 1 Menurunkan frekuensi irama jantung dan curah jantung 2 Menurunkan tingkat renin di plasma 3 Memodulai aktivitas eferen saraf perifer 4 Efek sentral tidak langsung Efek Samping Semua betabloker memicu spasme bronkial, misalnya pada pasien dengan asma bronkial. Golongan Obat a. Obat yang bekerja sentral metildopa, klonidin, kuanabenz, guanfasin b. Obat penghambat ganglion trimetafan c. Agen penghambat neuron adrenergik guanetidin, guanadrel, reserpin d. Antagonis beta adrenergik propanolol, metoprolol e. Antagonis alfa-adrenergik prazosin, terazosin, doksazosin, fenoksibenzamin, fentolamin f. Antagonis adrenergik campuran labetalol 3. ACE-inhibitor Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors Cara kerja utamanya ialah menghambat sistem renin-angiotensin-aldosteron, namun juga menghambat degradasi bradikinin, menstimulasi sintesis Universitas Sumatera Utara prostaglandin vasodilating, dan kadang-kadang mereduksi aktivitas saraf simpatis Benowitz, 1998. Efek Samping Batuk kering ditemukan pada 10 persen atau lebih penderita yang mendapat obat ini. Hipotensi yang berat dapat terjadi pada pasien dengan stenosis arteri renal bilateral, yang dapat mengakibatkan gagal ginjal. Golongan obat: Benazepril, captopril, enalapril, fosinoplir, lisinopril, moexipril, ramipril, quinapril, trandolapril Benowitz, 1998. 4. Angiotensin II Receptor Blocker ARB Efek samping batuk tidak ditemukan pada pengobatan dengan ARB. Namun efek samping hipotensi dan gagal ginjal masih dapat terjadi pada pasien dengan stenosis arteri renal bilateral dan hiperkalemia Benowitz, 1998. Golongan obat: Candesartan, eprosartan, irbesartan, losartan, olmesartan, valsartan. 5. Obat penyekat terowongan kalsium calcium channel antagonists, calcium channel blocking agents, CCT. Calcium antagonist mengakibatkan relaksasi otot jantung dan otot polos, dengan demikian mengurangi masuknya kalsium kedalam sel. Obat ini mengakibatkan vasodilatasi perifer, dan refleks takikardia dan retensi cairan kurang biladibanding dengan vasodilator lainnya Benowitz, 1998. Efek samping Efek samping yang paling sering pada calcium antagonis ialah nyeri kepala, edema perifer, bradikardia dan konstipasi. Golongan obat : Diltiazem, verapamil. 2.2 Infark miokard 2.2.1. Definisi