ACOG, 2002. Trofoblas adalah sine qua non dari preeklampsia, karena preeklampsia akan menghilang dengan dilahirkannya plasenta Gant, 1980.
Sharmaet al 2003 menyatakan bahwa preeklampsia masih merupakan “thedisease of theories” dan tidak ada hipotesis tunggal yang dapat
menjelaskan etiologinya. Preeklampsia berhubungan dengan spasme pembuluh darah yang luas, lesi patologis pada banyak sistem organ termasuk
uroplacental vascular bed dan peningkatan aktivasi trombosit dengan
pemakaian trombosit serta aktivasi lanjutan dari sistem pembekuan darah pada sirkulasi mikrovaskular.
Imunologi telah dihipotesakan berperan penting dalam perkembangan preeklampsia.Bukti yang kuat untuk mendukung hal ini adalah bahwa
preeklampsia lebih banyak terjadi pada primipara Zhang, 2007.Gambaran histologik dari preeklampsia adalah invasi trofoblas yang tidak sempurna,
vaskulitis, trombosis, dan iskemi plasenta Matthiesen, et al., 2005.
c. Faktor Risiko Preeklampsia
Preeklampsia adalah gangguan utama pada kehamilan pertama primigravida. Faktor risiko lainnya termasuk multiple pregnancy, riwayat
preeklampsia pada kehamilan sebelumnya, hipertensi kronik, diabetes pregestasional, penyakit vaskular dan jaringan ikat, nefropati,
antiphospholipid antibody syndrome , obesitas, umur
≥ 35 tahun, dan ras Amerika-Afrika ACOG, 2002. Rata-rata 40-50 wanita multipara dengan
diagnosa preeklampsia memiliki riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya Pipkin, et al., 2001.
Wanita yang memiliki risiko sedang terjadinya preeklampsia adalah yang memiliki salah satu dari kriteria di bawah ini NICEClinical Guideline, 2010:
1 Primigravida
2 Umur ≥ 40 tahun
3 Interval kehamilan ≥ 10 tahun
Interval kehamilan yang panjang, lebih dari 7 tahun, berhubungan dengan peningkatan risiko preeklampsia dua kali lipat Zhang, 2007.
4 BMI saat kunjungan pertama ≥ 35 kgm
2
Universitas Sumatera Utara
5 Riwayat keluarga preeklampsia
6 Multiple pregnancies
Wanita yang memiliki risiko tinggi terjadinya preeklampsia adalah yang memiliki salah satu dari kriteria di bawah ini NICEClinical Guideline, 2010:
1 Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya
2 Penyakit ginjal kronik
3 Penyakit autoimun seperti SLE atau Sindrom Antifosfolipid
4 Diabetes Tipe 1 atau Tipe 2
5 Hipertensi kronik
d. Klasifikasi Preeklampsia
Preeklampsia dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat keparahannya, yaitu:
1 Preeklampsia Ringan
Diagnosa preeklampsia ringan ditegakkan dengan kriteria: a
Hipertensi: sistolikdiastolik ≥ 14090 mmHg. b
Proteinuria: ≥ 300 mg24 jam atau ≥ 1+ dipstik. 2
Preeklampsia Berat Preeklampsia berat ditandai oleh satu atau lebih kriteria berikut ACOG,
2002: a
Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg pada saat dua pemeriksaan setidaknya berjarak 6 jam saat pasien
berisitirahat di tempat tidur. b
Proteinuria 5 gr dalam spesimen urin 24 jam atau +3 pada dua kali pemeriksaan urin sewaktu.
c Oliguria kurang dari 500 ml dalam 24 jam
d Gangguan penglihatan dan serebral
e Edema paru dan sianosis
f Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran atas abdomen
g Fungsi hati terganggu
h Trombositopenia
i Pertumbuhan janin terganggu
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Perbedaan Preeklampsia Ringan dan Berat Guidotti, 2005 Gambaran Klinis
Ringan Berat
Tekanan darah diastolik
≥ 90 mmHg tapi 110 mmHg
≥ 110 mmHg
Proteinuria 1+
≥ 2+
Edema generalisata termasuk wajah dan
tangan Tidak ada
Ada
Sakit kepala Tidak ada
Ada
Gangguan penglihatan Tidak ada
Ada
Nyeri perut bagian atas Tidak ada
Ada
Oliguria
Tidak ada Ada
Hilangnya pergerakan bayi
Tidak ada Ada
e. Patogenesis Preeklampsia