Penentuan Kadar Kok Dan Amoniak Dari Beberapa Air Limbah Inlet Dan Outlet Pabrik Karet
LAMPIRAN A VI : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : KEP-51/MENLH/10/1995
TENTANG : BAKU MUTULIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI
TANGGAL : 23 OKTOBER 1995
BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI KARET
PARAMETER KADAR MAKSIMUM
( mg/L )
BEBAN PENCEMARAN MAKIMUM ( mg/L )
BOD5 150 6,0
COD 300 12,0
TSS 150 6,0
Amonia Total ( NH3 ) 10 0,4
pH 6,0-6,9
Debit limbah maksimum 40 m3 / ton produk karet
CATATAN :
1. Kadar maksimum untuk setiap parameterpada tabel diatas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah
2. Kadar pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel diatas dinyatakan dalam kg parameter per ton produk karet kering
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1999. Karet. Jakarta : Penebar Swadaya
Cahyono, B. 2010. Cara Sukses Berkebun Karet.Cetakan Pertama. Jakarta Cowd, M.A., 1991. Kimia Polimer.Bandung : Penerbit ITB
Effendi, H. 2003.Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Daya dan Lingkugan Peraira n. Yogyakarta: PenerbitKanisius.
Mahida,U.N.1984. Pencemaran Air Dan Pemenfaatan Limbah Industri.Jakarta :PenerbitRajawali
Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas Air.Jakarta : Penerbit Universitas Trisakti Setyamidjaja, D. 1993. Karet.Yogyakarta : Kanisius.
Stevens, M.P., 2001. Kimia Polimer. Jakarta : PradnyParamita
(3)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Analisa Amoniak ( NH3)
3.1.1 Prinsip Analisa
Amoniak bereaksi dengan hipoklorit dan fenol yang dikatalis oleh natrium nitroprusida akan membentuk senyawa biru indo fenol
3.1.2 Alat
- Corong
- Labualas 250 ml,100 ml,50 ml - Botol aquadest
- Pipet volume 5 ml,10 ml,15 ml,20 ml,25 ml, dan 50 ml - Kuvet
- Pipet tetes
- Beaker glass 500 ml - Alat destilasi
- Erlenmeyer bertutup
- Gelas ukur 1000 ml dan 100 ml - Spektrofotometer
(4)
3.1.3 Bahan :
- Air limbah inlet dan outlet pabrik karet 01 - Air limbah inlet dan outlet pabrik karet 02
- Air limbah inlet dan outlet pabrik karet 03 - Air limbah inlet dan outlet pabrik karet 04 - Amonium klorida (NH4Cl)
- Larutan penyangga borat
- Larutan NaOH 6 N
- Larutan Fenol ( C6H5OH )
- Larutan Natrium Hipoklorit ( NAOCL ) 5%
- Larutan Pengoksidasi - Larutan Alkalin sitrat
- Larutan Natrium nitropusida 0,5 %
- Air suling
- Indikator fenoptalein
- Batu didih
3.3.4 Pembuatan Perekasi
1. Pembuatan Larutan Asam borat 2% (H3BO3)
(5)
- Dimasukkan kedalam beaker glass 500 ml dan dan hingga dilarutkan dengan menggunakan aquadest sebanyak 200-250 ml hingga larut semua
- Dimasukkan larutan tersebut kedalalam labu takar 500 ml dengan menggunakan corong dan diencerkan sampai tepat garis tanda labu takar 500 ml dan dihomogenkan lalu dimasukkan ke dalam botol reagen
2. Pembuatan larutan penyangga borat
- Ditimbang Kristal Na2B4O7.10H2O sebanyak 9,5 g dengan menggunakan neraca analitik
- Dimasukkan kedalam beaker glass 1000 ml dan di larutkan dengan menggunakan aquadest sebanyak 450 ml-500 ml
- Dimasukkan kedalam labutakar 1000 ml dengan menggunakan corong - Ditambahkan NaOH 0,1 % N sebanyak 88 ml
- Ditambahkan aquadest dan diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda dan dihomogenkan lalu dimasukkan kedalam botol reagen
3. Pembuatan larutan Natrium nitropusida 0,5 %
- Ditimbang 0.25 g Natrium nitropusida dengan menggunakan neraca analitik - Dimasukkan kedalam beaker glass 50 ml dan dilarutkan dengan menggunakan
aquadest sebantak 20-30 ml
- Dimasukkan kedalam labu takar 50 ml dengan menggunakan corong lalu diencerkan dengan aquadest samapi garis tanda
(6)
4. Pembuatan larutan Alkalin sitrat
- Dilarutkan 200 g Tritanium sitrat dan 10 g NaOH dan dimasukkan kedalam beaker glass 1000 ml dan dilarutkan dengan menggunakan qauadest sebanyak 450-500 ml
- Dimasukkan keda;am labu takar 1000 ml, dan diencerkan dengan aquadest sampai tepat garis tanda
- dihomogenkan
5. Pembuatan larutan pengoksidasi dengan perbandingan 4: 1
- Dimasukkan 100 ml larutan Alkalin sitrat 25 ml Natrium hipoklorit dalam gelas ukur 1000 ml
6. Pembuatan larutan Fenol ( C6H5OH )
- Dicampukan 11,1 ml fenol yang dicairkan ( kadar Fenol lebih besar atau sama dengan 89 % ) dengan etil alkohol 95% didalam labu ukur 100ml
- Ditambahkan etil alkohol 95% samapi garis batas dan dihomogenkan 7. Pembuatan larutan Natrium hipoklorit 5%
- Ditimbang sebanyak 5 g Natrium hipoklorit dengan menggunakan neraca anlitik
- Dilarutkan Natrium hipoklorit dengan menggunakan aquadest dalam beaker glass sebanyak 30-50 ml
- Dimasukkan kedalam labu takar 100 ml diencerkan dengan aquadest sampai garis batas
(7)
3.3.5 Pembuatan kurva kalibrasi
- Dioptimalkan alat spektrofotometernsesuai dengan petunjuk alat untuk pengujian kadar NH3
- Dipipet 25 ml larutan kerja NH3 0,1 ppm; 0,3 ppm; 0,5 pmm;0,7 ppm;1 ppm dan masing-masing dimasukkan kedalam erlenmeyer
- Ditambahkan 1 ml larutan fenol kedalam erlenmeyer dan dihomogenkan
- Ditambahkan 1 ml larutan Nitrofusida kedalam erlenmeyer dan dihomogenkan
- Ditambahkan 2,5 ml larutan pengoksidasi kedalam masing-masing erlenmeyer dan dihomogenkan
- Dibiarkan selama 1 jam ditempat gelap untuk pembentukan warna
- Dimasukkan kedalam kuvet dan diukur absorbansinya serta konsentrasinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 640 nm
3.1.6 Prosedur Percobaan
- Dioptimalkan alat spektrofotometernsesuai dengan petunjuk alat untuk pengujian kadar NH3
- Dipipet masing-masing 25 ml sampel dimasukkan kedalam erlenmeyer - Ditambahkan 1 ml larutan fenol kedalam erlenmeyer dan dihomogenkan
- Ditambahkan 1 ml larutan Nitrofusida kedalam erlenmeyer dan dihomogenkan
(8)
- Ditambahkan 2,5 ml larutan pengoksidasi kedalam masing-masing erlenmeyer dan dihomogenkan
- Dibiarkan selama 1 jam ditempat gelap untuk pembentukan warna
- Dimasukkan kedalam kuvet dan diukur absorbansinya serta konsentrasinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 640 nm
3.2 Analisa COD ( Chemical Oxygen Demand ) 3.2.1 Prinsip Analisa
Zat Organik dioksidasi dengan campuran mendidih Asam Sulfat dan Kalium dikromat yang diketahui Normalitasnya dalam suatu refluks selama 2 jam. Kelebihan Kalium dikromat yang tidak direduksi, dititrasi dengan larutan Ferro Ammonium Sulfat (FAS).
3.2.2 Alat :
- Gelas Ukur 25 ml - Gelas Ukur 100 ml
- Pipet Volume 5 ml ; 10 ml - Buret 25 ml
- Erlenmeyer 250 ml - Kaca Arloji
- Labu takar 250 ml ; 500 ml - Pendingin Leibig
(9)
- Rak tabung COD - Beaker glass 50 ml - Corong
- Botol akuadest - Bola Karet - Spatula
- Neraca Analitik - Pipet tetes - Tabung COD
3.2.3 Bahan :
- Air limbah inlet dan outlet pabrik karet 01 - Air limbah inlet dan outlet pabrik karet 02
- Air limbah inlet dan outlet pabrik karet 03 - Air limbah inlet dan outlet pabrik karet 04
- Larutan Kalium dikromat 0,25 N - Larutan Asam Sulfat / Perak Sulfat - Indikator Ferroin
- Larutan Ferro Ammonium Sulfat (FAS) 0,1 N - Merkuri Sulfat ( HgSO4 )
- Batu didih
3.2.4 Pembuatan Pereaksi
(10)
Dilarutkan 3,0648 g K2Cr2O7 ( yang telah dikeringkan pada 150 0C selama dua jam ) dengan air suling dan ditepatkan sampai 250 ml.
- Larutan Asam Sulfat – Perak Sulfat
Ditambahkan 5,5 g Ag2SO4 dalam 1 Kg Asam Sulfat Pekat atau 10,12 g Ag2SO4 dalam 1000 ml Asam Sulfat Pekat, aduk dan dibiarkan 1 sampai 2 hari untuk melarutkan.
- Larutan Indikator Ferroin
Dilarutkan 1,485 g Monohidrat dan 0,695 g FeSO4. dengan air suling dan encerkan sampai 100 ml.
- Larutan Ferro Ammonium Sulfat (FAS) 0,1 N
Dilarutkan 19,6 g Fe((NH4)2(SO4).6H2O dengan air suling, ditambahkan 10 ml H2SO4 lalu didinginkan dan tepatkan dengan air suling sampai 500 ml. Bakukan larutan ini dengan larutan baku K2Cr2O7.
3.2.4 Prosedur percobaan
- Dipipet 10 ml sampel dan dimasukkan kedalam tabung COD - Ditambahkan 0,2 g HgSO4 dan beberapa batu didih
- Ditambahkan 5 ml larutan K2Cr2O7 0,25 N
- Ditambah 15 ml Asam Sulfat – Perak Sulfat perlahan – lahan sambil didinginkan dalam air dingin
- Dihubungkan dengan pendingin
(11)
- Didinginkan dan dicuci bagian dalam dari pendingin dengan air suling hingga volume sampel menjadi lebih kurang 70 ml (ditambahkan 40 ml air suling)
- Didinginkan samapai temperatur kamar
- Ditambahkan indikator Ferroin sebanyak 3 tetes
- Dititrasi dengan larutan FAS 0,1 N sampai warna merah kecoklatan - Dicatat Volume FAS 0,1 N yang terpakai dan ulangi prosedur
terhadap Blanko
Kadar KOK (mg /L O2) =
Dimana : A = Volume FAS yang dibutuhkan untuk Blanko (ml) B = Volume FAS yang dibutuhkan untuk Sampel (ml) N = Normalitas Larutan FAS
(12)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Percobaan
Table 4.1.1 Data Amoniak sampel air limbah pabrik kering No Kode Sampel Pengenceran Konsentrasi
mg/L
Absorbansi
1 Inlet - 43,45 0,7694
- 43,45 0,7713
2 Outlet - 0,354 0,0879
- 0,376 0,0988
3 Inlet - 50,65 0,9112
- 50,65 0,9112
4 Outlet - 13,26 0,5665
- 13,28 0,5675
5 Inlet - 44,65 0,7930
- 44,65 0,7930
6 Outlet - 4,465 0,7930
- 4,475 0,7950
7 Inlet - 74,45 1,3799
- 74,75 1,3858
8 Outlet 50x 40,875 1,5356
1,5246 25x 40,90
(13)
Tabel 4.1.2 Data COD dari air Limbah Pabrik Kering
No Kode Sampel Pengenceran V FAS KOK (ml)
Kadar KOK (mg/L)
1 Blanko - 11,65
-
2 Inlet - 6,75 403,26
6,80
3 Outlet - 10,85 60,8
10,90
4 Inlet - 5,8 481,844
5,85
4 Outlet - 10,25 113,74
10,30
5 Blanko 12,35 -
6 Inlet - 8,30 332,948
8,35
7 Outlet - 11,05 105,468
11,10
8 Blanko 10,95 -
9 Inlet - 0,80 904,772
0,85
10 Outlet - 10,30 58,088
55,852 10,35
(14)
4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan Amoniak
100 ppm
V1 x N1 = V2 x N2 V1 1000 = 100 x 50
V1 = 5 ml
10 ppm
V1 x N1 = V2 x N2 V1 100 = 10 X 100
V1 = 10 ml
1 ppm
V1 x N1 = V2 x N2 V1 10 = 1 x 250
V1 = 25 ml
2 ppm
V1 x N1 = V2 x N2 V1 10 = 2 x 50
(15)
• Pembuatan Larutan Seri Standart
0,1 ppm
V1 x N1 = V2 x N2 V1 1 = 0,1 x 50
V1 = 5 ml
0,3 ppm
V1 x N1 = V2 x N2 V1 1 = 0,3 x 50
V1 = 15 ml
0,5 ppm
V1 x N1 = V2 x N2 V1 1 = 0,5 x 50
V1 = 25 ml
0,7 ppm
V1 x N1 = V2 x N2 V1 1 = 0,7 x 50
(16)
• Metode Biasa
X Y
0,0 0,0005 0,1 0,0402 0,3 0,1554 0,5 0,4030 0,7 0,4677 1,0 0,9434 2,0 1,9156
Keterangan: x = konsentrasi y = absorbansi • Metode Least Square
X Y X2 Y2 XY
0,0 0,0005 0 0,00000025 0
0,1 0,0402 0,01 0,0016 0,0040
0,3 0,1554 0,09 0,0241 0,0466
0,5 0,4030 0,25 0,1624 0,2015
0,7 0,4677 0,49 0,2187 0,3273
1,0 0,9434 1 0,8900 0,9434
2,0 1,9156 4 3,6695 3,8312
(17)
• Menentukan Nilai Slope a =
=
=
=
= 0,9847
• Menentukan nilai intersept b =
=
=
=
(18)
• Persamaan garis regresi Y = ax + b
Y1 = 0,9847 (0) + (-0,0863) = 0,8984
Y2 = 0,9847 (0,1) + (-0,0863) = 0,0121
Y3 = 0,9847 (0,3) + (-0,0863) = 0,2091
Y4 = 0,9847 (0,5) + (-0,0863) = 0,4060
Y5 = 0,9847 (0,7) + (-0,0863) = 0,6029
Y6 = 0,9847 (1,0) + (-0,0863) = 0,8984
Y7 = 0,9847 (2,0) + (-0,0863) = 1,8831
• Tabel Harga Y baru larutan standart Ammonium
X Y
0 0,8984
0,1 0,0121
0,3 0,2091
0,5 0,4060
0,7 0,6029
1,0 0,8984
(19)
• Mencari Nilai Regresi r =
7 =
=
=
=
= 0,9940
• Perhitungan Absorbansi sampel y = ax +b
• Inlet A
y = ax +b
= 0,9847 x 0,869 + (-0,0863 ) = 0,7694
• Inlet B
y = ax +b
= 0,9847 x 0,871 + (-0,0863 ) = 0,7713
(20)
• Otlet A y = ax +b
= 0,9847 x 0,117 + (-0,0863 ) = 0,0879
• Outlet B
y = ax +b
= 0,9847 x 0,188+ (-0,0863 ) = 0,0988
• Inlet A
y = ax +b
= 0,9847 x 1,013 + (-0,0863 ) = 0,9112
• Inlet B
y = ax +b
= 0,9847 x 1,013 + (-0,0863 ) = 0,9112
• Outlet A
y = ax +b
= 0,9847 x 0,663 + (-0,0863 ) = 0,5665
(21)
• Oulet B y = ax +b
= 0,9847 x 0,664 + (-0,0863 ) = 0,5675
• Inlet A
y = ax +b
= 0,9847 x 0,893 + (-0,0863 ) = 0,7930
• Inlet B
y = ax +b
= 0,9847 x 0,893 + (-0,0863 ) = 0,7930
• Outlet A
y = ax +b
= 0,9847 x 0,893 + (-0,0863 ) = 0,7930
• Outlet B
y = ax +b
= 0,9847 x 0,895 + (-0,0863 ) = 0,7950
(22)
• Inlet A y = ax +b
= 0,9847 x 1,489 + (-0,0863 ) = 1,3799
• Inlet B
y = ax +b
= 0,9847 x 1,495 + (-0,0863 ) = 1,3858
• Outlet A
y = ax +b
= 0,9847 x 1,635 + (-0,0863 ) = 1,5356
• Outlet B
y = ax +b
= 0,9847 x 1,636 + (-0,0863 ) = 1,5246
• Perhitungan kadar sampel x =
• Inlet A
(23)
= 0,86 x 50 = 43,45
• Inlet B
X1a = x fp
= 0,87093x 50 = 43,55
• Outlet A
X1a = x fp
= 0,17691 x 2 = 0,354
• Outlet B
X1a = x fp
= 0,18798 x 2 = 0,376
• Inlet A
X1a = x fp
= 1,013 x 50= 50,65
• Inlet B
X1a = x fp
= 1,013 x 50 = 50,65
• Outlet A
X1a = x fp
(24)
• Outlet B X1a = x fp
= 0,66396 x 20= 13,28
• Inlet A
X1a = x fp
= 0,89296 x 20= 44,65
• Inlet B
X1a = x fp
= 0,89296 x 50 = 44,65
• Outlet A
X1a = x fp
= 0,89296 x 5= 4,465
• Outlet B
X1a = x fp
= 0,89499 x 5= 4,475
• Inlet A
X1a = x fp
(25)
• Inlet B X1a = x fp
= 1,49497 x 50= 74,75
• Outlet A
X1a = x fp
= 1,63491 x 25= 40,875
• Outlet B
X1a = x fp
= 1,63593 x 25= 40,900
4.2.2 Perhitungan Kadar COD
• Standarisasi larutan FAS 0,1 N Normalitas FAS =
Dimana :
V1 : Volume larutan K2Cr2K7 ( ml ) N1 : Normalitas larutan K2Cr2K7 ( N ) V2 : Volume yang dibutuhkan ( ml )
N1 = N2=
(26)
N FAS = =
= 0,1034
Perhitungan kadar sampel • Sampel inlet A KOK 1 =
= 405,328 Sampel inlet B
KOK 2 = = 401,192
KOK = KOK =
= 403,26
• Sampel outlet B KOK 1 =
= 66,176
Sampel outlet B
KOK 2 = = 55, 424
(27)
KOK =
= 60,8
• Sampel inlet A KOK 1 =
= 483,912 Sampel inlet B
KOK 2 = = 479,776
KOK = KOK =
= 481,844
• Sampel outlet A KOK 1 =
=115,808 Sampel outlet B
KOK 2 = = 111,672
KOK = KOK =
(28)
• Sampel inlet A KOK 1 =
= 335,016 Sampel inlet B
KOK 2 = = 330,88
KOK = KOK =
= 332,948
• Sampe outlet A KOK 1 =
= 107,536 Sampel outlet B
KOK 2 = = 103,4
KOK = KOK =
= 105,468
(29)
KOK 1 = = 907,008 Sampel inlet B
KOK 2 = = 902,536
KOK = KOK =
= 904,772
• Sampel outlet A KOK 1 =
= 58,088
Sampel outlet B
KOK 2 = = 53,616
KOK = KOK =
= 55,852
(30)
Hasil pengukuran yang dilakukan terhadap beberapa limbah cair pada pabrik kering dilakukan berdasarkan beberapa Parameter limbah cair yaitu COD ( Chemical Oxigen Demand ) dan Amoniak.
Pada pengukuran COD untuk sampel outlet dan pengukuran Amoniak besarnya kadar total pada limbah cair tidak memenuhi baku mutu limbah cair industrisesuai dengan Kep.51/MENLH/10/1995. Dimana persyaratan kadar maksimumuntuk COD ( Chemical Oxygen Demand ) yaitu 300 mg/liter dan kadar maksimum untuk Amoniak yaitu 10 mg/liter.
Dari beberapa hasil analisa ada sebagian sampel yang memenuhi standart baku mutu dan ada sampel yang tidak memenuhi standart baku mutu yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup, maka air limbah tersebut tidak dapat dibuang ke badan air untuk itu, perlu dilakukan pengolahan selanjutnya. Jika semakin tinggi kadar Amoniak dan COD akan bersifat toksik, dimana limbah tesebut akan dibuang ke badan sungai sehingga dapat berdampak buruk bagi organisme di sungai dan bagi pengguna sungai tersebut.
(31)
BAB V
KESEMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan diperoleh kadar Amoniak pada sampel 1 = 43,45 sampel 2 = 0,365 sampel 3 = 50,65 sampel 4 13,27 sampel 5 = 44,65 sampel 5 = 4,475 sampel 6 = 4,47 sampel 7 = 74,625 sampel 8 = 40,887. Dan Kadar COD pada sampel 1 = 403,26 sampel 2 = 60,8 sampel 3 = 481,844 sampel 4 = 113,74 sampel 5 = 332,948 sampel 6 = 105,468 sampel 7 = 904,772 sampel 8 = 55,852.
Dari hasil analisa yang dilakukan ada beberapa kadar pada Amoniak dan COD ( Chemical Oxygen Demand ) tidak memenuhi baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan oleh Menteri ingkungan Hidup, Kep.51/MENLH/10/1995. Dan ada juga bebrapa sampel limbah cair yang memnuhi baku mutu Menteri ingkungan Hidup, Kep.51/MENLH/10/1995.
V.2 Saran
1. Sebaiknya proses analisa air limbah secara rutin dilakukan agar mengurangi kadar pencemaran lingkungan
2. Sebaiknya sebuah Intansi memliki IPAL tersendiri agar limbah terkontrol
(32)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oelh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimenfaatkan dengan baik oelh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemenfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana,dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek pengamatan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan padda segenap pengguna air
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan ynag terus meningkat dan kualitaas air untuk keperluan domestic ynag semakin menurun. Kegiatan industri, domesatik dan kegiatan lain yang berdampak negative terhadap sumber daya air antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi makhluk hidup yang bergantung pada sumber air.Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya ai secara seksama.
PeraturanPemerintah Republik Indonesia No 20 tahun 1990 TENTANG Pengendalian Pencemaran Air mendefinisikan beberapa peristilah berikut :
(33)
1. Air, meliputi semuai air yang terdapat di dalam atau berasal dari sumber air yang terdapat diatas permukaan tanah. Air yang terdapat di bawah permukaan tanah dan air laut tidak termasuk dalam pengertian ini
2. Kualitas air, yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat,energy atau komponen lain didalam air.( kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu parameter fisika ( suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagai nya ) parameter kimia( Ph, oksigen terlarut, BOD, COD, kadar logam dan lain sebagai nya )
3. Pencemar air, yaitu masuk atau dimasukkanya makhluk hidup,zat,energy dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia sehinggga kualitas airmmenurun samapi ketingkat tertentu yang menyebabkan tidak lagi berfungsi sesuai dengan peruntukannya
4. Baku mutu air, yaitu batas atau kadar makhluk hidup, zat, energy atau komponen lain yang ada atau harus ada dan atau unsure pencemaran yang dapat ditenggang dalam sumber air tertentu, sesuai dengan peruntukkanya 5. Baku mutu limbah cair, yaitu batas kadar jumlah unsure pencemar yang dapt
ditenggang keberadaanya didalam limbah cair dari suatu jenis kegiatan tertentu yang akan dibuang.
6. Beban pencemaran, yaitu jumlah suatu parameter pencemaran yang terkandung dalam sejumlah air atau limbah.
7. Daya tampung bebean pencemaran, yaotu kemampuan air dalam sumber air untuk menerima beban pencemara limbah tanpa mengakibatkan penurunan
(34)
kualitas air sehingga melewati baku mutu air yang ditetapkan sesuai peruntukkan nya.
8. Pengendalian, yaitu upaya pencegahan dan penanggulangan dan pemulihan.
Adapun penggolongan air menurutperentukannya adalah sebagai berikut :
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa pengolahan terlebih dahaulu
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum 3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha perkotaaan, industry dan pembangkit tenaga listrik air. ( Effendi, h 2003 )
2.2 Morfologi Tanaman Karet
Tanaman karet adalah daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Bila di tanam di luar zone tersebut, sehingga memulai produksinya pun lebih lambat (Setyamidjaja, 1993).
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal lateks (Anonim, 1999).
(35)
Memang, tanaman karet tergolong mudah diusahakan. Apalagi kondisi Negara Indonesia yang beriklim tropis, sangat cocok untuk tanaman yang berasal dari Daratan Amerika Tropis, sekitar Brazil. Hampir di semua daerah di Indonesia, termasuk daerah yang tergolong kurang subur, karet dapat tumbuh baik dan menghasilkan lateks. Karena itu, banyak rakyat yang berlomba-lomba membuka tanahnya untuk dijadikan perkebunan karet.
Luas lahan karet yang dimiliki Indonesia mencapai 2,7-3 juta hektar. Ini merupakan lahan karet yang terluas di dunia. Perkebunan karet yang besar banyak diusahakan oleh pemerintah swasta . Sedangkan perkebunan-perkebunan karet dalam skala kecil pada umumnya dimiliki oleh rakyat.
Sayangnya, perkebunan karet rakyat tidak dikelola dengan baik. Boleh dibilang pengolahan yang dilakukan hanya seadanya . Setelah ditanam, karet dibiarkan tumbuh begitu saja, perawatannya kurang diperhatikan. Tanaman karet tua jarang yang diremajakan dengan klon baru. Itulah sebabnya produktivitas perkebunan rakyat masih sangat rendah. Yang lebih memprihatinkan lagi adalah mutu karet olahan yang dihasilkan (Anonim, 1999).
Menurut Cahyono, dalam ilmu tumbuhan, tanaman karet diklasifikasikan sebagai berikut : (Cahyono, 2010).
Kingdom/Philum : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
(36)
Sub divisi : Angiospermae (biji berada dalam buah)
Kelas : Dycotyledone (biji berkeping dua)
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiales
Genus : Hevea
Spesies : Hevea bransiliensis
2.3 Karet
Karet merupakan politerpena yang disintetis secara alami melalui polimerisasi enzimatik isopentilpirofosfat. Unit ulangnya sama sebagaimana 1,4-poliisoprena Bentuk utama dari karet alam, yang terdiri dari 97% cis-1,4-poliisiprena dikenal sebagai Hevea rubber. Karet ini diperoleh dengan menyadap kulit sejenis pohon (Hevea brasiliensis) yang tumbuh liar di Amerika Selatan dan ditanam di bagian dunia yang lain. Ia juga ditemukan dalam berbagai semak dan tumbuhan kecil, termasuk rumput milkweed dan dandelion. Satu bentuk lain karet alam adalah getah perca (gutta-percha), yang diperoleh dalam bentuk lateks dari pepohonan (misalnya, Palaquinum oblongifolium).
Berat molekul karet alam rata-rata 10.000 – 40.000. Molekul-molekul polimer karet alam tidak lurus tetapi melingkar seperti spiral dan ikatan –C-C di dalam rantai berputar pada sumbunya sehingga memberikan sifat karet yang fleksibel yaitu dapat
(37)
susunan kimia yang berbeda dan memungkinkan untuk diubah menjadi bahan-bahan yang bersifat elastis. (Honggokusumo, 1978).
7 Sifat-sifat mekanisme karet alam yang baik dapat digunakan untuk berbagai keperluan umum, seperti sol sepatu atau bahan kendaraan. Ciri khusus yang membedakan karet alam dengan karet benda lain adalah kelembutan, fleksibel dan elastisitas. Komposisi lateks dipengaruhi oleh jenis tanaman, umur tanaman, sistem deres, musim dan keadaan lingkungan kebun (Cowd, 1991).
2.4 Limbah Cair
Pengertian limbah menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001. Limbah dalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan bebahaya atau beracun yang karena sifat atau konsetrasinya dan jumlahnya baik secara langsung atau tidak langsung dapat membahayakan lingkungan hidup,kesehatan,kelangsugan hidup manusia serta makhluk lain.
Pencemaran air yang terjadi sekarang ini umumnya ditimbulkan dari air limbah buagan sisa pengolahan industry. Pencemaran air adalah masuknya atau dimasuknya makhluk hidup, zat, energi, dan komponen lain ( bahan pencemar ) kedalam perairan sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu sehingga air tidak berfungsi susuai peruntukkanya.
Banyaknya limbah cair yang dihasilkan and kandungan kadar pencemarannya tergantung pada jenis produksi yang dihasilkan. Dampak negative
(38)
ynag ditimbulkan adanya limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan industry dapat berupa gangguan kerusakan dan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan masyarakat disekelilingnya sehingga limbah cair tersebut harus diproses telebih dahulu sebelm dibuang keperairan bebas ( Mahida, 1984 )
Limbah cair atau limbah adalah air yang tidak terpakai lagi yang merupakan hasil dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari.Dengan semakin bertambah dan meningkatnya jumlah penduduk dengan segala kegiatanya, maka jumlah air limbah juga mengalami peningkatan.Pada umumnya limbah cair dibuang kedalam tanah, sungai, dan laut. Jika jumlah yang dibuang melebihi kemampuan alam untuk menerima atau menampungnya, maka akan terjadi kerusakan lingkungan.
Dalam kegiatan industry, air limbah akan mengandung zat-zat yang dihasilkan dari sisa bahan baku, sisa pelarut atau bahan aditif, produk terbuang atau gagal, pencucuian dan pembilasan peralatan, blowdwon beberapa perelatan seperto kettle boiler dan system air pendingin serta sanitarywastes. Agar dapat memenuhi baku mutu industry harus menerapkan prinsip pengendalaian limbah secara cermat dan terpadu bauk di dalam proses produksi ( in-pipe pollution prevention ) dan setelah proses produksi ( end-pipe pollution prevetion ). Pengendalian dalam proses produksi bertujuan untuk meminimalkan volume limbah yang ditimbulkan, juga konsentrasi dan toksititas kontaminannya. Sedangkan pengendalian setelah proses produksi dimaksudkan untuk menurunkan kadar bahan pencemar sehingga pada akhirnya air tersebut memenuhi baku mutu yang sudah ditetapkan .namun walaupun
(39)
air limbah memerluksn biaya investasi yang besar dan biaya operasi yang tidak sedikit. Untuk itu pengolahan air limbah harus dilakukan dengan cermat, dimulai dan perencanaan yang teliti, pelaksana pembangunan fasilitas Intalasi Pengolahan Air Limbah ( IPAL ) atau unit Pengolahan Limbah ( UPL ) yang benar, serta pengoperasianya yang cermat.
2.5 SUMBER PENCEMARAN AIR
Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak langsung.Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA sampah, rumah tangga dan sebagainya. Sumber tak langsung adalah kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah atau atmosfir berupa hujan (Pencemaran Ling. Online, 2003). Pada dasarnya sumber pencemaran air berasal dari industri, rumah tangga dan pertanian. Tanah dan air tanah mengandung sisa dari aktivitas pertanian misalnya pupuk dan pestisida.Kontaminan dari atmosfir juga berasal dari aktifitas manusia yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam.
Pengaruh bahan pencemar yang berupa gas, bahan terlarut, dan partikulat terhadap lingkungan perairan dan kesehatan manusia dapat ditunjukkan secara skematik sebagai berikut :
(40)
Gambar : Bagan Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Pencemar terhadap Lingkungan Perairan
2.6 Komponen Pencemaran Air
Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir 100.000 zat kimia telah digunakan secara komersial.Kebanyakan sisa zat kimia tersebut dibuang ke badan air atau air tanah. Sebagai contoh adalah pestisida yang biasa digunakan di pertanian, industri atau rumah tangga, detergen yang biasa digunakan di rumah tangga yang biasa digunakan pada alat-alat elektronik.
Sumber : Effendi (2003) Sumber pencemaran Gas-gas pencemar Bahan pencemar terlarut Bahan pencemar partikulat Atmosfir Biota akuatik Biota terestial Badan air Tanah Kesehatan manusia Komponen Lingkungan
(41)
Erat kaitannya dengan masalah indikator pencemaran air, ternyata komponen pencemaran air turut menentukan bagaimana indikator tersebut terjadi.komponen pencemaran air dapat dikelompokkan sebagai bahan buangan:
1. padat
2. organic dan olahan bahan makanan
3. anorganik
4. cairan berminyak
5. berupa panas
6. zat kimia.
Dampak Pencemaran Air
Pencemaran air dapat meyebabkan berkurangnya keanekaragaman atau punahnya populasi mikroorganisme perairan seperti benthos, perifiton dan plankton. Dengan menurunya atau punahnya organisme tersebut maka sistem ekologis perairan dapt teganggu system ekollogis perairan ( ekosistem ) mempunyai kempuan untuk memurnikan kembali lingkungan yang telah tercemar sejauh beban pencemaran masih berada dalam batas daya dukung lingkungan yang bersangkutan. Apabila beban pencemaran melebihi daya fukung lingkunganya maka kempuan itu tida dapat dipergukan lagi.
Pencemaran air selain meyebabkan dampak lingkungan yang buruk, seperti timbulnya bau, menurutnya keanekaragaman dan menggangu estetika juga
(42)
berdampak negative bagi kesehatan makhluk hidup, karena di dalam air yang tercemar selain mengandung mikroorganisme patogen, juga mengandung banyak mengandung banyak kompenen-kompenen beracun. Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat dari kegiatan pertanian telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali yang disebut eutrofikasi (eutrofication).Ledakan pertumbuhan tersebut menyebabkan oksigen yang seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang.Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisinya menyedot lebih banyak oksigen. Akibatnya ikan akan mati dan aktivitas bakteri akan menurun.
Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam 4 kategori
- dampak terhadap kehidupan biota air
- dampak terhadap kualitas air tanah
- dampak terhadap kesehatan
- dampak terhadap estetika lingkungan ( Nugroho,2006 )
2.7 COD ( CHEMICAL OXIGEN DEMAND )
Chemical Oxygen Demand ( COD ) adalah jumlah oksigen ( mg O2 ) yang dbutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang adaa dalam satu sampel, di mana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organis secara alamiah dapat
(43)
dioksidasikan melalui proses mikrobiologi, dan megakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Analisis COD
Adapun kelebihan dari metode analisi COD adalah sebagai berikut : 1. Memakan waktu ±3 jam, sedangkan BOD5 memakan waktu 5 hari.
2. Untuk menganalisa COD antara 50 – 800 mg/l, tidak dibutuhkan pengenceran sampel, sedangkan BOD5 selalu membutuhkan pengenceran.
3. Ketelitan dan ketepatan (reprodicibilty) tes COD adalah 2 sampai 3 kali lebih tinggi dari tes BOD5.
4. Gangguan zat yang bersifat racun tidak menjadi masalah.
Sedangkan kekurangan dari tes COD adalah tidak dapat membedakan antara zat yang sebenarnya yang tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi secara biologis. Hal ini disebabkan karena tes COD merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu oksidasi kimia yang menirukan oksidasi biologis, sehingga suatu pendekatan saja.( Alerts, 1984 )
2.8 AMAONIAK ( NH3)
Ammonium adalah ion yang apabila dengan sodium hidroksida akan menghasilkan ammonia. Kation monovalen (NH4+) dapat dipandang sebagai produk reaksi ammonia ( suatu basa lewis ) dengan ion hidrogen. Ion ammonium mempunyai simetri tetrahedral.Sifat kimia garam ammonium acap kali serupa dengan garam
(44)
logam alkali yang setara.Ammonium mempunyai bentuk dalam fase cair. Dalam SNI kadar ammonium yang diperbolehkan hanya sebesar 0,1 mg/.
(
Amonium ( NH3) dan garam-garamnya bersifat mudah dan larutdalam air.
ion ammonium adalh bentuk transisi dari ammonium. Ammonium banyak digunakan dalam proses produksi urea. Industry bahan kimia ( asam nitrat, ammonium , fosfat, ammonium nitrat dan ammonium sulfat ), serta industry bubur kertas dan kertas. Sumber ammonium di perairan adalah pemecahan nitrogen anorganik yan terdapat didalam tanahdan air, yang berasal dari dekomposisi bahan organic ( tumbuhan dan biota akuantik yang telah mati ) oleh mikroba dan jamur.
(45)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam proses pengolahan karet selain dihasilkan produk-produk yang diinginkan juga dihasilkan produk lain berupa limbah. Limbah yang menjadi masalah di pabrik-pabrik biasanya berupa cairan. Limbah cair industri karet mengandung senyawa organic antara lain dalam bentuk senyawa karbon dan nitrogen, juga biasanya mengandung air cucian dari lateks yang tidak terkoagulasi,protein,lipid, karoten dan lain-lain. Selain itu limbah cair industri karet juga mengandung senyawa bahan-bahan kimia yang ditambahkaan selama proses pengolahan. Sehingga bila air limbah itu dbiiarkan beberapa hari saja, akan mengeluarkan bau busuk yang dapat mengganggu lingkungan disekitarnya.
Maka dari itu perlu dilakukan suatu pengolahan terhadap limbah tersebut. Pengolahan air limbah yang dilakukan biasanya menggunakan lumpur aktif untuk mengurangi jumlah polutan yang terkandung dalam air limbah karet dengan cara menguraikan senyawa organic di dalam air limbah menjadi senyawa sederhana. Akan tetapi pengolahan limbah secara lumpur aktif ini perlu dijaga besaran jumlah air limbah yang masuk dan yang keluar agar aktivitas mikroorganisme dalam lumpur aktif tidak terganggu.
(46)
Beracun dan berbahaya dari limbah ditunjukkan oleh sifat fisik dan kimia bahan itu sendiri, baik dari jumlah maupun kualitasnya. Dalam jumlah tertentu, kehadirannya dapat merusak kesehatan bahkan mematikan manusia atau kehidupan lainnyasehingga perlu ditetapkan batas-batas yang diperkenankan dalam lingkungan pada waktu tertentu .adanya batasan kadar dan jumlah bahan beracun berbahaya pada suatu ruang waktu tertentu dikenala dengan istilah nilai ambang batas, yang artinya dalam jumlah demikian masih dapat ditoleransi oleh lingkungan sehingga tidak membahayakan lingkungan. Karena itu untuk tiap jenis bahan beracun dan berbahaya telah ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup.
Air limbah karet yang telah diolah tidak boleh langsung dibuang. Hal ni dikarenakan belum diketahuinya jumlah polutan yang masih terkandung didalamnya. Maka dari itu pengujian terhadap air limbah yang telah diolah tersebut. Adapun parameter-parameter air limbah karet yang diujikan seperti BOD ( Biochemical Oxygen Demand ), COD ( Chemical Oxygen Demand ), Total padatan tersuspensi, pH dan Amoniak bebas ( NH3-N).
Dari beberapa parameter diatas maka penulis hanya membahas parameter Amoniak dan COD yang terdapat pada beberapa air limbah pabrik karet kering.Serta untuk mengethui apakhah limbah cair tersebut telah memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup.
(47)
1.2 Permasalahan
Apakah kadar Amoniak dan COD yang terdapat dari beberapa air limbah pabrik karet kering sudah memenuhi standar baku mutu yang dikeluarkan oleh Menteri Lingkungan Hidup apabila air limbah dibuang kedalam badan air
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kadar Amoniak dan COD ( Chemical Oxygen Demand ) dalam beberapa limbah cair pabrik karet kering.
2. Untuk mengetahui apakah kadar Amoniak dan COD ( Chemical Oxygen Demand ) sudah memenuhi standart baku mutu Menteri Lingkungan Hidup
1.4 Menfaat
Dapat memberikan pengetahuan bahwa limbah cair industri karet kering tidak layak untuk di buang sehingga dapat mencemari lingkungan sekitar.
(48)
ABSTRAK
Telah dilakukan analisa kadar COD dan Amoniak dari beberapa limbah cair pabrik kering sehingga dapat diketahui nilai Amoniak dan COD apakah telah memenuhi standart baku mutu limbah cair yang ditetapkan.didalam analisa ini metode yang digunakan metode Spektrofotometer dan titrasi. Dari hasil analisis yang dilakukan diperoleh kadar Amoniak pada contoh 1 = 43,45 contoh 2 = 0,365 contoh 3 = 50,65 contoh 4 =13,27 contoh 5 = 44,65 contoh 6 = 4,47 contoh 7 = 74,625 contoh 8 = 40,887. Kadar COD pada contoh 1 = 403,26 contoh 2 = 60,8 contoh 3 = 481,844 contoh 4 = 113,74 contoh 5 = 332,948 contoh 6 = 105,468 contoh 7 = 904,772 contoh 8 =55,852.Dari bebeapa hasil analisa ada sebagian contoh yang memenuhi standart baku mutu dan ada sampel yang tidak memenuhi standart baku mutu yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup, maka air limbah tersebut tidak dapat dibuang ke badan air.
(49)
ABSTRACT
Have performed the analysis of COD and Ammonia levels of some dry mill effluent that can be known whether the value of ammonia and COD has met the standard of wastewater quality standards ditetapkan.didalam this analysis method used Spectrophotometer and titration methods. From the results of the analysis carried Ammonia levels obtained in Example 1 = 43.45 Example 2 = 0.365 Example 3 = 50.65 = Example 4 = 13,27 Example 5 = 44,65 Example 6 = 4,47 Example 7 = 74.625 Example 8 = 40.887. COD concentration in example 1 = 403.26 Example 2= 60,8 Example 3 = 481,844 Example 4 = 113.74 Example 5 =332,948 example 6 = 105,468 example 7 = 904,772 example 8=55,852.Dari some analysis results there are some examples meet the standard quality standards and there are samples that do not meet the standard of quality standards established by the Minister of the Environment, the waste water can not be discharged into water bodies.
(50)
PENENTUAN KADAR KOK DAN AMONIAK DARI BEBERAPA AIR LIMBAH INLET DAN OUTLET PABRIK KARET
KARYA ILMIAH
MELVA LESTARI PURBA 122401098
PROGRAM STUDI D3 KIMIA ANALIS
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(51)
PENENTUAN KADAR COD DAN AMONIAK DARI BEBERAPA AIR LIMBAH INLET DAN OUTLET PABRIK KARET
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelah Ahli Madya
MELVA LESTARI PURBA 122401098
PROGRAM STUDI D3 KIMIA ANALIS
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
(52)
PERNYATAAN
PENENTUAN KADAR COD DAN AMONIAK DARI BEBERAPA AIR LIMBAH INLET DAN OUTLET PABRIK KARET KERING
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masingdisebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2015
122401098
(53)
PERSETUJUAN
Judul : PENENTUAN KADAR COD DAN AMONIAK DARI BEBERAPA AIR LIMBAH PABRIK
KARET
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : MELVA LESTARI PURBA
NomorIndukMahasiswa : 122401098
Program Studi : DIPLOMA (D-III) KIMIA ANALIS
DAPARTEMEN : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM ( FMIPA ) UNIVESITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di Medan, juni 2015
Diketahui/Disetujuioleh
Dapartemen Kimia FMIPA USU
Ketua. Pembimbing
DR.RumondangBulan, MS
NIP.19540830 195803 2 001 NIP.19660228 200112 1 001 Drs. Dede Ibrahim, S,Si, M,Si
Ketua Prodi D3 Kimia
NIP.19550918 198701 2 001 Dra Emma Zaidar, M.Si
(54)
PERSETUJUAN
Judul : PENENTUAN KADAR COD DAN AMONIAK DARI BEBERAPA AIR LIMBAH PABRIK
KARET
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : MELVA LESTARI PURBA
NomorIndukMahasiswa : 122401098
Program Studi : DIPLOMA (D-III) KIMIA ANALIS
DAPARTEMEN : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM ( FMIPA ) UNIVESITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di Medan, juni 2015
Diketahui/Disetujuioleh
Dapartemen Kimia FMIPA USU
Ketua. Pembimbing
DR.RumondangBulan, MS
NIP.19540830 195803 2 001 NIP.19660228 200112 1 001 Drs. Dede Ibrahim, S,Si . M,Si
Ketua Prodi D3 Kimia
(55)
PERNYATAAN
PENENTUAN KADAR COD DAN AMONIAK DARI BEBERAPA AIR LIMBAH INLET DAN OUTLET PABRIK KARET KERING
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masingdisebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2015
NIM.122401098
(56)
PENGHARGAAN
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah, rahmat dan karunia Nya penulis dapat meyelesaikan karya ilmiah ini.Adapun karya ilmiah ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan Diploma 3 Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Sumatera Utara.Selama penulisan tugas akhir ini, penulis juga banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tua penulis Bapak Ganti Purba dan Ibu Mariana Gultom yang telah memberikan kasih sayangnya dan semangat sertaa bang penulis Albert Purba dan Adik penulis Hadi Winata Purba yang membantu memberi semangat dan motivasi dalam meyelesaikan tugas akhiri i.
2. Bapak Dede Ibrahim M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.
3. Ibu Dr.Rumondang Bulan Nasution,MS selaku ketua Dapertemen Kimia FMIPA USU
4. Ibu Dra. Emma ZaidarNasution ,MS selaku ketua program studi D-III Kimia FMIPA USU
5. Kakan daFadhil Amri M. selaku kepala laboratorium BARISTAND yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Kepada sahabat penulis Septriany Sitohang yang membantu dan memberi semangat pada penulis
7. Kepada teman seangkataan penulis D-III Kimia Analis yang saling mendukung satu dengan yang lain
(57)
Penulis menyadari Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan,baik dalam penyajian maupun tata bahasanya, untuk itu penulis mengharaapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan bersama.Penulis berharap semoga. Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Medan, April2015 Penulis,
(58)
ABSTRAK
Telah dilakukan analisa kadar COD dan Amoniak dari beberapa limbah cair pabrik kering sehingga dapat diketahui nilai Amoniak dan COD apakah telah memenuhi standart baku mutu limbah cair yang ditetapkan.didalam analisa ini metode yang digunakan metode Spektrofotometer dan titrasi. Dari hasil analisis yang dilakukan diperoleh kadar Amoniak pada contoh 1 = 43,45 contoh 2 = 0,365 contoh 3 = 50,65 contoh 4 =13,27 contoh 5 = 44,65 contoh 6 = 4,47 contoh 7 = 74,625 contoh 8 = 40,887. Kadar COD pada contoh 1 = 403,26 contoh 2 = 60,8 contoh 3 = 481,844 contoh 4 = 113,74 contoh 5 = 332,948 contoh 6 = 105,468 contoh 7 = 904,772 contoh 8 =55,852.Dari bebeapa hasil analisa ada sebagian contoh yang memenuhi standart baku mutu dan ada sampel yang tidak memenuhi standart baku mutu yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup, maka air limbah tersebut tidak dapat dibuang ke badan air.
(59)
ABSTRACT
Have performed the analysis of COD and Ammonia levels of some dry mill effluent that can be known whether the value of ammonia and COD has met the standard of wastewater quality standards ditetapkan.didalam this analysis method used Spectrophotometer and titration methods. From the results of the analysis carried Ammonia levels obtained in Example 1 = 43.45 Example 2 = 0.365 Example 3 = 50.65 = Example 4 = 13,27 Example 5 = 44,65 Example 6 = 4,47 Example 7 = 74.625 Example 8 = 40.887. COD concentration in example 1 = 403.26 Example 2= 60,8 Example 3 = 481,844 Example 4 = 113.74 Example 5 =332,948 example 6 = 105,468 example 7 = 904,772 example 8=55,852.Dari some analysis results there are some examples meet the standard quality standards and there are samples that do not meet the standard of quality standards established by the Minister of the Environment, the waste water can not be discharged into water bodies.
(60)
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN ... i
PERNYATAAN ... ii
PENGHARGAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
...
La
tar Belakang ... 1
1.2
...
Pe
rmasalahan ... 3
1.3
...
Tu
juan ... 3
1.4
...
M
enfaat ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjaun Umum ... 4
2.2. Morfologi Karet ... 6
2.3. Karet ... 8
2.4. Limbah Cair ... 10
2.5. Sumber Pencemaran Air ... 12
2.6. Komponen Pencemaran Air ... 13
2.7. COD ... 15
2.8. Amoniak ... 16
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Analisa Amoniak ... 18
3.1.1. Prinsip Analisa ... 18
3.1.2. Alat ... 18
(61)
3.1.5. Prosedur Percobaan ... 22
3.2 . Analisa COD ... 23
3.2.1. Prinsip Analisa ... 23
3.2.2 .Alat ... 23
3.2.3. Bahan ... 24
3.2.4. Pembuatan Pereaksi ... 24
3.2.5. Prosedur Percobaan ... 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data ... 27
4.2. Perhitungan ... 29
4.2.1. Perhitungan Kadar Amoniak... 37
4.2.2. Perhitungan kadar COD ... 40
4.3 Pembahasan ... 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 46
5.2 Saran ... 46
(62)
DAFTAR TABEL
1.
Data Amoniak
(63)
DAFTAR LAMPIRAN
(1)
vii
ABSTRAK
Telah dilakukan analisa kadar COD dan Amoniak dari beberapa limbah cair pabrik kering sehingga dapat diketahui nilai Amoniak dan COD apakah telah memenuhi standart baku mutu limbah cair yang ditetapkan.didalam analisa ini metode yang digunakan metode Spektrofotometer dan titrasi. Dari hasil analisis yang dilakukan diperoleh kadar Amoniak pada contoh 1 = 43,45 contoh 2 = 0,365 contoh 3 = 50,65 contoh 4 =13,27 contoh 5 = 44,65 contoh 6 = 4,47 contoh 7 = 74,625 contoh 8 = 40,887. Kadar COD pada contoh 1 = 403,26 contoh 2 = 60,8 contoh 3 = 481,844 contoh 4 = 113,74 contoh 5 = 332,948 contoh 6 = 105,468 contoh 7 = 904,772 contoh 8 =55,852.Dari bebeapa hasil analisa ada sebagian contoh yang memenuhi standart baku mutu dan ada sampel yang tidak memenuhi standart baku mutu yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup, maka air limbah tersebut tidak dapat dibuang ke badan air.
(2)
ABSTRACT
Have performed the analysis of COD and Ammonia levels of some dry mill effluent that can be known whether the value of ammonia and COD has met the standard of wastewater quality standards ditetapkan.didalam this analysis method used Spectrophotometer and titration methods. From the results of the analysis carried Ammonia levels obtained in Example 1 = 43.45 Example 2 = 0.365 Example 3 = 50.65 = Example 4 = 13,27 Example 5 = 44,65 Example 6 = 4,47 Example 7 = 74.625 Example 8 = 40.887. COD concentration in example 1 = 403.26 Example 2= 60,8 Example 3 = 481,844 Example 4 = 113.74 Example 5 =332,948 example 6 = 105,468 example 7 = 904,772 example 8=55,852.Dari some analysis results there are some examples meet the standard quality standards and there are samples that do not meet the standard of quality standards established by the Minister of the Environment, the waste water can not be discharged into water bodies.
(3)
ix
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN ... i
PERNYATAAN ... ii
PENGHARGAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 ... La tar Belakang ... 1
1.2 ... Pe rmasalahan ... 3
1.3 ... Tu juan ... 3
1.4 ... M enfaat ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjaun Umum ... 4
2.2. Morfologi Karet ... 6
2.3. Karet ... 8
2.4. Limbah Cair ... 10
2.5. Sumber Pencemaran Air ... 12
2.6. Komponen Pencemaran Air ... 13
2.7. COD ... 15
2.8. Amoniak ... 16
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 3.1. Analisa Amoniak ... 18
3.1.1. Prinsip Analisa ... 18
(4)
3.1.5. Prosedur Percobaan ... 22
3.2 . Analisa COD ... 23
3.2.1. Prinsip Analisa ... 23
3.2.2 .Alat ... 23
3.2.3. Bahan ... 24
3.2.4. Pembuatan Pereaksi ... 24
3.2.5. Prosedur Percobaan ... 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data ... 27
4.2. Perhitungan ... 29
4.2.1. Perhitungan Kadar Amoniak... 37
4.2.2. Perhitungan kadar COD ... 40
4.3 Pembahasan ... 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 46
5.2 Saran ... 46
(5)
xi
DAFTAR TABEL
1. Data Amoniak
(6)
DAFTAR LAMPIRAN