Tesis Empat : Folklor ”Timun Mas”

7.4 Tesis Empat : Folklor ”Timun Mas”

Folklor (cerita rakyat) “Timun Mas” yang diyakini berkembang pada masa kerajaan-kerajaan Jenggala dan Kediri (lihat Gambar 16) sangat menggambarkan proses-proses terjadinya sebuah erupsi gununglumpur. Cerita ini mungkin dikarang untuk menggambarkan fenomena alam tersebut. Seperti cerita legenda dari Jawa Barat “Sangkuriang dan Dayang Sumbi” yang sangat erat berkaitan dengan peristiwa geologi pembentukan danau Bandung akibat bendungan oleh letusan gunungapi Sunda, dan asal gunungapi Tangkuban Perahu, maka folklor Timun Mas bisa jadi juga merupakan sebuah cerita bernilai “dichtung und wahrheit” – antara dongeng dan kenyataan, antara sasakala dan kenyataan geologi, yang menggambarkan fenomena erupsi gununglumpur pada masa Jenggala dan Kediri.

Gambar 16 Banyak dongeng, cerita rakyat, atau legenda di Indonesia yang dikarang oleh masyarakat pada zamannya untuk menggambarkan kejadian suatu peristiwa alam. James Danandjaja, ahli antropologi yang menekuni folklor membahas hal ini di dalam bukunya “Folklor Indonesia” (sebelah kiri, dari Danandjaja, 1984).”Timun Mas” (gambar sebelah kanan, dari Ashari, 1999) diyakini sebagai sebuah cerita rakyat Jawa Timur yang erat berkaitan dengan sejarah Jenggala dan Kediri dan juga peristiwa alam gununglumpur pada zaman Jenggala.

Folklor (folklore) atau cerita rakyat adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif (kumpulan masyarakat) yang tersebar dan diwariskan turun-temurun secara tradisional. (Danandjaja, 1984). Folklor akan mengungkapkan kepada kita secara sadar atau tidak sadar bagaimana masyarakat pencipta cerita itu berpikir. Selain itu, folklor juga mengabadikan apa-apa yang dirasakan penting dalam suatu masa oleh masyarakat pendukungnya (Danandjaja, 1984). Dari semua bentuk atau genre folklor, yang paling banyak diteliti oleh para ahli folklor adalah cerita prosa rakyat. Timun Mas termasuk bentuk cerita proses rakyat. Menurut William R. Bascom (dalam Danandjaja, 1984), cerita prosa rakyat dapat dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu : mite (myth), legenda (legend) dan dongeng (folktale). Mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita, ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa. Legenda adalah cerita prosa rakyat Folklor (folklore) atau cerita rakyat adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif (kumpulan masyarakat) yang tersebar dan diwariskan turun-temurun secara tradisional. (Danandjaja, 1984). Folklor akan mengungkapkan kepada kita secara sadar atau tidak sadar bagaimana masyarakat pencipta cerita itu berpikir. Selain itu, folklor juga mengabadikan apa-apa yang dirasakan penting dalam suatu masa oleh masyarakat pendukungnya (Danandjaja, 1984). Dari semua bentuk atau genre folklor, yang paling banyak diteliti oleh para ahli folklor adalah cerita prosa rakyat. Timun Mas termasuk bentuk cerita proses rakyat. Menurut William R. Bascom (dalam Danandjaja, 1984), cerita prosa rakyat dapat dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu : mite (myth), legenda (legend) dan dongeng (folktale). Mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita, ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa. Legenda adalah cerita prosa rakyat

Melihat klasifikasi di atas, kiranya cerita prosa rakyat Jawa Timur ”Timun Mas” dapat digolongkan baik sebagai legenda maupun dongeng. Cerita ini diperkirakan berkembang pada masa menjelang keruntuhan zaman Kerajaan Jenggala Hal ini didasarkan kepada kepercayaan bahwa tokoh Timun Mas itu sebenarnya adalah Dewi Sekar Taji, yang nantinya dipersunting oleh Panji Asmara Bangun yang merupakan anak Prabu Lembu Amiluhur, Raja Jenggala. Jadi, sebagian menganggap bahwa cerita Timun Mas merupakan legenda yang dianggap benar-benar pernah terjadi.

Cerita prosa rakyat ”Timun Mas” ditokohi oleh Mbok Sirni, Timun Mas, Raksasa, dan seorang Pertapa. Secara ringkas, diceritakan bahwa Mbok Sirni, seorang janda di Jawa Timur, menginginkan seorang anak. Tengah bersedih, tiba-tiba ia didatangi oleh seorang Raksasa yang mendengarkan keluhan kesedihannya. Raksasa sanggup memenuhi keinginan Mbok Sirni akan seorang anak, tetapi bila anaknya sudah besar, si anak harus diberikan kepada Raksasa untuk disantap. Karena begitu rindunya akan kehadiran anak, Mbok Sirni menyanggupi syarat yang diberikan Raksasa. Lalu, si Raksasa memberikan biji mentimun kepada Mbok Sirni yang segera menanamnya. Biji mentimun segera tumbuh menjadi buah mentimun yang subur. Sebuah mentimun tumbuh menjadi sangat besar dan berwarna keemasan ketika disinari Matahari. Mbok Sirni dengan penuh penasaran segera membelah mentimun ajaib itu. Ternyata, di dalamnya terdapat bayi perempuan yang cantik. Mbok Sirni menamai bayi itu ”Timun Mas” (lihat Gambar 17). Timun Mas tumbuh menjadi seorang gadis jelita, Mbok Sirni sangat menyayanginya.

Gambar 17 Mbok Sirni, mentimun ajaib, dan Timun Mas (Ashari, 1999).

Tetapi, si Raksasa mengamati terus pertumbuhan Timun Mas dan suatu hari menagih janjinya. Mbok Sirni sangat sedih sebab ia sangat menyayangi Timun Mas, masakan anak yang sangat disayanginya harus diberikan kepada Raksasa jahat yang akan memakannya ? Mbok Sirni minta waktu dua tahun lagi kepada Raksasa untuk memberikan Timun Mas agar Timun Mas makin enak untuk disantap. Raksasa menyetujuinya. Kesedihan Mbok Sirni didengar oleh para dewa yang menyuruhnya untuk segera pergi ke Bukit Gandul menemui seorang Pertapa Tetapi, si Raksasa mengamati terus pertumbuhan Timun Mas dan suatu hari menagih janjinya. Mbok Sirni sangat sedih sebab ia sangat menyayangi Timun Mas, masakan anak yang sangat disayanginya harus diberikan kepada Raksasa jahat yang akan memakannya ? Mbok Sirni minta waktu dua tahun lagi kepada Raksasa untuk memberikan Timun Mas agar Timun Mas makin enak untuk disantap. Raksasa menyetujuinya. Kesedihan Mbok Sirni didengar oleh para dewa yang menyuruhnya untuk segera pergi ke Bukit Gandul menemui seorang Pertapa

Singkat cerita, Raksasa datang lagi untuk meminta Timun Mas. Kedatangan Raksasa ditandai dengan Bumi bergetar dan berguncang, gempa. Mengetahui dirinya diminta, Timun Mas segera melarikan diri. Raksasa mengejarnya. Setelah berlari jauh dan mulai kelelahan, Timun Mas mulai menggunakan bekal bungkusan yang diberikan ibunya. Biji mentimun ditaburkan, segeralah tumbuh semak buah mentimun yang sangat lebat dan berbuah besar-besar. Raksasa berhenti sejenak mengejar Timun Mas karena dia sibuk makan mentimun. Setelah kenyang, si Raksasa kembali mengejar Timun Mas. Saat hampir tertangkap, Timun Mas membuka bungkusan kedua, ditaburkanlah jarum ke tanah yang segera menjadi hutan bambu yang lebat. Raksasa cukup kesulitan dengan rintangan ini, dia luka-luka tertusuk batang bambu, tetapi dia tetap mengejar Timun Mas (lihat Gambar 18).

Gambar 18 Timun Mas dikejar Raksasa yang menimbulkan gempa. Halangan pertama kebun mentimun dilahap dengan rakus oleh Raksasa. Halangan kedua Raksasa terjebak di dalam hutan yang lebat tetapi bisa melaluinya dengan mudah (Ashari, 1999).

Timun Mas segera membuka bungkusan ketiga, garam. Sejumput garam dilemparkan ke arah Raksasa yang hampir menangkapnya. Dengan segera, terjadilah lautan di tempat garam jatuh ke tanah. Raksasa tenggelam ke dalam lautan yang tiba-tiba ada itu. Tetapi, karena kesaktiannya, dia bisa merenangi lautan itu dan kembali mengejar Timun Mas. Akhirnya, Timun Mas menggunakan bungkusan terakhir, terasi. Terasi dilemparkan ke arah Raksasa. Tiba-tiba, terbentuklah lautan lumpur panas yang mendidih. Raksasa itu terkejut sekali karena tiba-tiba badannya tenggelam di dalam lumpur panas. Dia meronta-ronta berusaha menyelamatkan diri. Tetapi, usahanya sia-sia belaka, tubuhnya perlahan-lahan disedot lumpur dan tenggelam ke dasar. Raksasa mati. Mbok Sirni begitu lega dan bahagia melihat Timun Mas kembali dengan selamat.

Gambar 19 Halangan keempat, sejumput garam yang dilempar Timun Mas menjadi lautan, tetapi sang Raksasa masih juga dapat melaluinya. Akhirnya, terasi yang dilemparkan ke lautan itu telah menjadi lumpur panas yang menenggelamkan dan menewaskan sang Raksasa (Ashari, 1999).

Perhatikan bahwa isi cerita Timun Mas yang diyakini berkembang pada zaman Kerajaan Jenggala, yang sekarang wilayahnya menjadi Kabupaten Sidoarjo, erat berkaitan dengan unsur-unsur yang saat ini terjadi dengan semburan LUSI, yaitu gempa, lautan air asin, dan lumpur panas. Maka, diyakini bahwa cerita prosa rakyat Timun Mas dikarang oleh masyarakat Jenggala untuk menggambarkan kejadian semburan lumpur panas yang terjadi pada zaman Jenggala. Secara geologi, semburan lumpur panas erupsi gununglumpur bisa terjadi kapan saja di wilayah ini, baik pada zaman Jenggala maupun pada masa kini. Roman sejarah "Arok-Dedes" tulisan Pramudya Ananta Toer (1999), menceritakan bahwa kali Porong adalah kali buatan (sodetan)) dari kali brantas untuk mengurangi banjir di wilayah Surabaya dan juga bertujuan untuk mengairi daerah sekitar Porong, Sidoarjo. Kali porong ini dibuat pada Zaman Jenggala dan Kediri abad 11/12. Apakah kali Porong ini juga dibuat untuk menampung luapan lumpur yang memang secara geologi sangat potensial terjadi di daerah Jenggala (Porong dan sekitarnya) ?