Populasi dan Habitat Ikan Tambra

6 Panjang usus ikan tambra rata-rata 1,5 kali panjang tubuhnya. Menurut Mujiman 2000 apabila usus ikan sedikit lebih panjang dibandingkan panjang total tubuhnya maka tergolong ikan omnivora atau pemakan segala. Ikan tambra bersifat pemakan segala atau omnivora. Hasil pengamatan terhadap kebiasaan makan, maka penyediaan pakan pada proses domestikasi ikan tambra tidak terlalu sulit karena bersifat omnivora. Hal ini telah dibuktikan pada pemeliharaan di akuarium ex-situ di Cibinong-Bogor. Ikan tambra tersebut menyukai pakan tambahan berupa cacing beku dan pelet komersial, namun untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal perlu dilakukan uji coba secara khusus mengenai pakan tambahan Haryono, 2006. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu bobot tubuh, sex, umur, kesuburan, kesehatan, pergerakan, aklimasi, aktivitas biomassa, dan konsumsi oksigen, sedangkan faktor eksternal terdiri dari faktor abiotik dan faktor biotik. Faktor abiotik terdiri dari suhu, salinitas, kandungan oksigen air, buangan metabolit CO 2 , NH 3 , pH, cahaya, musim. Faktor nutrisi termasuk faktor biotik yang meliputi ketersediaan pakan, komposisi pakan, kecernaan pakan, dan kompetisi pengambilan pakan. Nutrisi merupakan faktor pengontrol, dan ukuran ikan mempengaruhi potensi tumbuh suatu individu, sedangkan suhu air mempengaruhi seluruh kegiatan dan proses kehidupan ikan yang meliputi pernafasan, reproduksi, dan pertumbuhan. Suhu air meningkat sampai batas tertentu, maka laju metabolisme meningkat yang pada gilirannya meningkatkan konsumsi dan pertumbuhan ikan Haetami et al. 2005.

2.2. Populasi dan Habitat Ikan Tambra

Kondisi populasi ikan tambra sesuai dengan pendapat Kottelat et al. 1993 dan Rupawan 1999 yang menyatakan bahwa kebanyakan anggota marga Tor yang tersebar di Asia telah mengalami ancaman yang cukup serius, akibat perdagangan yang intensif disertai kerusakan habitat yang makin parah. Tambra merupakan ikan air tawar bernilai tinggi dan perlu segera dikonservasi. Populasi ikan tambra di sebagian besar wilayah Indonesia juga telah mengalami tekanan yang cukup serius, akibatnya saat inihanya tersisa pada spot-spot kecil dengan tingkat Universitas Sumatera Utara 7 populasi yang rendah terutama di daerah perbukitan yang sulit dijangkau Haryono Subagja, 2008. Kelimpahan Tor spp. yang rendah kemungkinan disebabkan oleh penangkapan ikan oleh pendatang yang intensif dan oleh penduduk setempat untuk memenuhi kebutuhan protein sehari-hari dan dilakukan dengan menggunakan pukat yang telah dilakukan turun temurun Rachmatika, 2001. Kondisi serupa terjadi pada ikan kancera Tor soro yang merupakan kerabat dekat ikan tambra. Di wilayah Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, ikan kancera hanya ditemukan pada kolam-kolam yang dikeramatkan, sebaliknya di perairan umum sudah sangat sulit ditemukan. Kancera merupakan ikan yang selamat dari ancaman berkat kepercayaan masyarakat setempat yang mengkeramatkan secara turun temurun. Masyarakat setempat menamakan kancera sebagai „Ikan raja‟ atau „Ikan dewa‟ karena semula hanya keluarga kerajaan yang diperbolehkan menikmati kelezatan dagingnya. Peraturan ini secara tidak langsung berdampak positif terhadap keberadaan populasi ikan kancera, sehingga masih tersisa dan dapat hidup dengan bebas pada kolam-kolam pemandian tua di Cigugur, Pasawahan, Cibulan, dan Waduk Darmaloka Haryono Subagja, 2008. Satu parameter populasi adalah kepadatan, yaitu jumlah individu per satuan luas. Hasil pengamatan terhadap keberadaan ikan tambra di habitat aslinya rata-rata 1 ekor per 30 kali tebaran jala dan 0,5 ekor per 12 jam pemasangan pukat pada areal sekitar 100 m 2 , dengan kepadatan rata-rata 1 ekor100 m 2 . Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa populasi ikan tambra di alam sudah termasuk langka. Struktur populasinya didominasi ukuran anakan 62,7 dan sisanya ukuran remaja sampai dewasa Haryono, 2007. Habitat ikan tambra dapat dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan ukurannya, yaitu habitat untuk larvajuvenil, anakan sampai remaja dan dewasa dengan karakteristik sebagai berikut: 1 Habitat larvajuvenile umumnya pada bagian tepi sungai yang ditandai oleh substratdasar perairan pasir, arus tenang, warna air jernih, dan dangkal 50 cm. Hal ini diduga terkait dengan kemampuannya yang masih rendah untuk melawan arusair. Habitat seperti ini juga merupakan tempat bertelurnya ikan tambra spawning ground. 2 Habitat Universitas Sumatera Utara 8 ikan ukuran kecil sampai sedangremaja dengan karakteristik sebagai berikut dasar perairan batuan berdiameter 50 cm, arus air sedang sampai deras, warna air jernih, lebar sungai 15-20m, kedalaman air 1 m, substrat tersusun dari kerikil dan pasir, penutupan kanopi 50-75. 3 Habitat ikan ukuran besarindukan, umumnya merupakan lubuk sungai dengan lebar sungai antara 15-20 m, panjang 20-60 m, arus tenang sampai lambat, kedalaman air 1,5 m, dasar perairan batuan, substrat tersusun dari pasir dan kerikil, warna airjernih dan penutupan kanopi 75. Habitat pemijahan ikan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu phytophils mempersyaratkan adanya vegetasi, lithophils mempersyarat dasar perairan batuan dan pasir dan pelagophils mempersyaratkan perairan terbuka. Berdasarkan kriteria tersebut maka ikan tambra termasuk ke dalam kelompok lithopils karena memijah pada sungai yang dasarnya batuan dan bersubstrat pasirkerikil Haryono Subagja, 2008.

2.3. Ikan Tambra dan Penyebarannya