Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

28

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Laju pertumbuhan ikan tambra Tor tambra paling tinggi adalah pada perlakuan suhu 23 o C yaitu dengan nilai pertambahan berat 20,72 gram dan yang terendah pada perlakuan 29 o C dengan nilai pertambahan berat 0,59 gram. b. Suhu yang berbeda mempengaruhi panjang berat ikan tambra. Pola pertumbuhan ikan tambra selama pengamatan umumnya allometrik negatif b3 dengan kata lain pertambahan berat lebih lambat daripada panjangnya. c. Sintasan yang diperoleh pada setiap perlakuan berbeda-beda, pada perlakuan suhu 23 o C yaitu 90, suhu 25 o C yaitu 50, suhu 27 o C yaitu 60 dan suhu 29 o C yaitu 60. 5.2. Saran Untuk menjaga keberadaan dan kelestarian ikan tambra Tor tambra di perairan diperlukan penelitian lebih lanjut sehubungan dengan aspek ekologi ikan tambra dan kemungkinan upaya pembenihan dengan pemijahan buatan, dengan demikian diharapkan domestifikasi dan pembudidayaan ikan tambra dapat dilakukan oleh masyarakat. Universitas Sumatera Utara 29 DAFTAR PUSTAKA Azhari, K. 2011. Teknik Pembenihan Ikan Batak Tor soro di Instansi Riset Plasma Nutfah Perikanan Budidaya Air Tawar. [Skripsi]. Bogor. Universitas Airlangga. Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi. USU Press. Medan. Barton. 2008. Ikan Patin Siam Pangasianodon hypopthalmus. [Skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. Efendi, A.B. 2006. Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Bawal Ikan Air Tawar pada Suhu Media Pemeliharaan 26, 29 dan 32 C. [Skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Fitria, A.S. 2012. Analisis Kelulushidupan dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila Larasati Oreochromis niloticus F5 D30-D70 pada Berbagai Salinitas. [Skripsi]. Semarang. Universitas Diponegoro. Haryono.2006. Aspek Biologi Ikan Tambra Tor tambroides Blkr yang Eksotik dan Langka Sebagai Dasar Domestikasi.Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor. 72:195-198. Haryono. 2007. Domestikasi Ikan Tambra Tor tambroides yang Sangat Langka dan Mahal untuk Pemanfaatan Berkelanjutan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor. 93:206. Haryono dan Subagja, J. 2008.Populasi dan Habitat Ikan Tambra, Tor Tambroides Bleeker, 1894 di Perairan Kawasan Pegunungan Muller Kalimantan Tengah. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor. 94:1-307. Haryono dan Subagja. J. 2009. Proses Domestikasi dan Reproduksi Ikan Tambra yang telah Langka Menuju Budidanya. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor. Ismara, D. 2006. Pengaruh Manipulasi Suhu Media Terhadap Penampilan Reproduksi Ikan Zebra. [Skripsi]. Bogor: Universitas Insitut Pertanian Bogor. Haetami, K, Junianto dan Yuli. A. 2005. Tingkat Penggunaan Gulma Air Azolla Pinnatadalam Ransum Terhadap Pertumbuhan dan Konversi Pakan Ikan Bawal Air Tawar. [Skripsi]. Bandung: Universitas Padjadjaran. Universitas Sumatera Utara 30 Irawan, A. Aminullah, Dahlan, Ismail dan Syamsul, B. 2009. Faktor-faktor Penting dalam Proses Pembesaran Ikan di Fasilitas Nursery dan Pembesaran. [Makalah]. Bandung: Insitut Teknologi Bandung. Kurniasih, T. 2008. Peranan Pengapuran dan Faktor Fisika Kimia Air Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Lobster Air Tawar. [Skripsi]. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar.Bogor. Lukman.2012. Upaya Domestikasi Ikan Kancera Labeobarbus sp. di Kuningan. [Skripsi]. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor. Manik, N. 2009. Hubungan Panjang-Berat dan Faktor kondisi Ikan Layang Decopterus russelli dari Perairan Sekitar Teluk Likupang Sulawesi Utara. Oseanologi dan Limnologi. 351: 65-74. Merta, I.G. 1993. Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi Ikan Lemuru dari Perairan Selat Bali. Jurnal Pen. Perikanan Laut. 73: 33-34. Monalisa, S dan Minggawati, I. 2010.Kualitas Air yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ikan Nila Oreochromis sp. di Kolam Beton dan Terpal. Journal Tropical Fisheries. 52: 528. Qudus, R dan Rosidah.2012. Pengaruh Padat Penebaran yang Berbeda Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Tor soro. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 34: 257. Rachmatika, I. 2001. Biodiversitas Ikan di DAS Mendalam, Taman Nasional Betung Kerihun Kalimantan Barat. [Skripsi]. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor Raharjo, M. F., D.S. Sjafei, R. Affandi dan Sulistiono . 2011. Iktiology. Lubuk Agung. Bandung. Sriharti. 2012. Budi Daya Ikan. [Skripsi]. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor. Utomo, A.D dan Krismono.2006. Aspek Biologi Beberapa Jenis Ikan Langka di Sungai Musi Sumatera Selatan. [Skripsi]. Balai Riset Perikanan Perairan Umum Palembang. Palembang. Widiastuti, I. 2009. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Survival Rate Ikan Mas Cyprinus carpio yang Dipelihara dalam Wadah Terkontrol dengan Padat Penebaran yang Berbeda. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 2 2: 126 –130. Universitas Sumatera Utara 31 Lampiran 1. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur DO Sampel Air 1 ml MnSO 4 1 ml KOH KI Dikocok Didiamkan Sampel Endapan PutihCokelat 1 ml H 2 SO 4 Dikocok Didiamkan Diambil 100 ml Ditetesi Na 2 S 2 O 3 0,00125 N Sampel Berwarna Kuning Pucat Ditambah 5 tetes Amilum Sampel Berwarna Biru Dititrasi dengan Na 2 S 2 O 3 0,00125 N Dihitung volume Na 2 S 2 O 3 yang terpakai Michael, 1984 Suin, 2002 Larutan Sampel Berwarna Cokelat Sampel Bening Hasil Universitas Sumatera Utara 32 Lampiran 2. Alat dan Bahan Penelitian Timbangan digital 0,01 gram Akuarium Tacking Jarum Ikan tambra Tor tambra Filter Universitas Sumatera Utara 33 Lampiran 3. Cara Kerja Penelitian Mengukur ikan Menimbang ikan Men-tagging ikan Membius ikan dengan phenoxyetanol 3ppm Universitas Sumatera Utara 34 Lampiran 4. Baku Mutu Air Tawar Peraturan Pemerintah No. 82 2001 Baku Mutu Air LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 82 TAHUN 2001 TANGGAL 14 DESEMBER 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas PARAMETER SATUAN KELAS KETERANGAN I II III IV FISIKA Temperatur C Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 5 Deviasi temperatur dari keadaan alamiahnya Residu Terlarut mgL 1000 1000 1000 2000 Residu Tersuspensi mgL 50 50 400 400 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, residu tersusupensi ≤ 5000 mgL KIMIA ANORGANIK pH 6-9 6-9 6-9 5-9 Apabila secara alamiah di luar rentang tersebut, maka ditentukan berdasarkan kondisi alamiah BOD mgL 2 3 6 12 COD mgL 10 25 50 100 DO mgL 6 4 3 Angka batas minimum Total Fosfat sbg P mgL 0,2 0,2 1 5 NO 3 sebagai N mgL 10 10 20 20 NH 3 -N mgL 0,5 - - - Bagi perikanan, kandungan amonia bebas untuk ikan yang peka ≤ 0,02 mgL sebagai NH 3 Arsen mgL 0,05 1 1 1 Universitas Sumatera Utara 35 Kobalt mgL 0,2 0,2 0,2 0,2 Barium mgL 1 - - - Boron mgL 1 1 1 1 Selenium mgL 0,01 0,05 0,05 0,05 Kadmium mgL 0,01 0,01 0,01 0,01 Khrom VI mgL 0,05 0,05 0,05 0,01 Tembaga mgL 0,02 0,02 0,02 0,2 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Cu ≤ 1 mgL Besi mgL 0,3 - - - Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Fe ≤ 1 mgL Timbal mgL 0,03 0,03 0,03 1 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Pb ≤0, 1 mgL Mangan mgL 0,1 - - - Air Raksa mgL 0,001 0,002 0,002 0,005 Seng mgL 0,05 0,05 0,05 2 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Zn ≤ 5 mgL Khlorida mgL 600 - - - Sianida mgL 0,02 0,02 0,02 - Fluorida mgL 0,5 1,5 1,5 - Nitrit sebagai N mgL 0,06 0,06 0,06 - Bagi pengolahan air minum secara konvensional, NO 2 _N ≤ 1 mgL Sulfat mgL 400 - - - Khlorin bebas mgL 0,03 0,03 0,03 - Bagi ABAM tidak dipersyaratkan Belerang sebagai H 2 S mgL 0,002 0,002 0,002 - Bagi pengolahan air minum secara konvensional, H 2 S ≤0, 1 mgL Keterangan: ABAM = Air Baku untuk Air Minum, Logam berat merupakan logam terlarut. Nilai di atas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH dan DO. Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum. Nilai DO merupakan batas minimum. Arti - di atas menyatakan bahwa untuk kelas termasuk, parameter tersebut tidak dipersyaratkan Universitas Sumatera Utara 36 Lampiran 5. Analisis Hubungan Panjang dan Berat Ikan Tambra No perlakuan n ekor a b Pola Pertumbuhan 1 Suhu 23 o C 9 1,8313x10 -2 2,7954 Alometrik negatif 2 Suhu 25 o C 5 4,5637x10 -2 2,3859 Alometrik negatif 3 Suhu 27 o C 6 5,1447x10 -2 2,3710 Alometrik negatif 4 Suhu 29 o C 6 4,8606x10 -2 2,3861 Alometrik negatif Hipotesis yang digunakan adalah : a. Jika b=3 maka disebut isometrik pola pertumbuhan panjang sama dengan pola pertumbuhan berat. b. Jika nilai b ≠ 3 maka disebut allometrik, yaitu : • Jika b 3 disebut allometrik positif pertumbuhan berat lebih dominan • Sedangkan nilai b 3 disebut allometrik negatif pertumbuhan panjang lebih dominan. Universitas Sumatera Utara 37 Lampiran 6. Hasil Analisis Korelasi Setiap Perbedaan Suhu Melalui SPSS Ver. 16.00 Tests of Normality Suhu Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Bobotikan 23 C .220 10 .186 .849 10 .057 25 C .306 10 .008 .818 10 .024 27 C .303 10 .010 .824 10 .028 29 C .315 10 .006 .726 10 .002 a. Lilliefors Significance Correction Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic df1 df2 Sig. Bobotikan Based on Mean 2.792 3 36 .054 Based on Median 2.250 3 36 .099 Based on Median and with adjusted df 2.250 3 13.594 .129 Based on trimmed mean 2.433 3 36 .081 NPar Tests Kruskal-Wallis Test Ranks Suhu N Mean Rank Bobotikan 23 C 10 31.10 25 C 10 16.00 27 C 10 18.90 29 C 10 16.00 Total 40 Universitas Sumatera Utara 38 Test Statistics

a,b