Penyusunan Personalia 1 Minggu
Auditor BPKP, dan Auditor Di Luar BPK
atau keahlian untuk melakukan PKKN dan BPKP sesuai dengan sumpah jabatan mereka.
c. BPK merupakan badan yang ditunjuk oleh negara, selain menghitung sendiri seringkali
Dalam menentukan nilai kerugian keuangan
untuk melakukan jaksa meminta bantuan Auditor, baik iitu dari
undang-undang
AI/PKKN sehingga hasil perhitungannya BPK, BPKP maupun diluar kedua instansi
mempunyai kekuatan hukum mengikat. tersebut ntuk melakukan AI/PKKN. Hasil AI/
Walaupun kadang hasil perhitungan BPK PKKN yang dilakukan auditor atas permintaan
tidak sama dengan hasil perhitungan jaksa tersebut kadang kala ditolak oleh hakim responden, namun yang harus diikuti dan
peranan bpk dan bpkp menghitung kerugian keuangan negara dalam rangka .. .- Rahmy Putri Yulia, Khunaefi, Suryadi agoes. 147 peranan bpk dan bpkp menghitung kerugian keuangan negara dalam rangka .. .- Rahmy Putri Yulia, Khunaefi, Suryadi agoes. 147
perundang-undangan dan
mempunyai Auditor yang memiliki keahlian
Kedua, sikap hakim dan pengacara atas untuk melakukan AI/PKKN atas permintaan AI/PKKN Auditor BPKP. Dari 140 responden,
penegak hukum.
53 responden (37,86%) menyatakan pernah menolak AI/PKKN yang dilakukan Auditor
d. BPKP adalah lembaga resmi sehingga BPKP; 57 responden (40,71%) menyatakan
hasil auditnya juga harus diakui.
belum pernah menolak; 12 responden (8,57%) Ketiga, sikap hakim dan pengacara atas menyatakan belum pernah menangani perkara
AI/PKKN Auditor selain BK/BPKP. Dari 140 korupsi yang AI/PKKN-nya dilakukan Auditor
responden, 21 responden (15%) menyatakan BPKP; dan 18 responden (12,86%) menjawab
pernah menolak AI/PKKN yang dilakukan belum pernah menangani perkara korupsi. Auditor selain BPK/BPKP; 32 responden
Alasan responden pernah menolak, pada (22,86%) menyatakan belum pernah menolak; intinya ialah: 69 responden (49,28%) menyatakan belum
pernah menanganai perkara korupsi yang
a. Hasil AI/PKKN Auditor BPKP tidak AI/PKKN-nya dilakukan Auditor selain
sesuai dengan fakta-fakta persidangan, BPK/BPKP; dan 18 responden (12,86%) sehingga harus ditolak.
belum pernah menangani perkara korupsi.
b. BPKP tidak berwenang melakukan AI/
Alasan responden pernah menolak, yaitu: PKKN dalam perkara korupsi karena yang
berwenang adalah BPK. Tugas BPKP
a. PKKN yang dilakukan oleh Auditor selain hanya sebagai pengawas keuangan dan
dari BPK dan BPKP yang diajukan jaksa pembangunan yang menjalankan tugasnya
ke persidangan tidak sesuai dengan fakta- atas permintaan Presiden dan melaporkan
fakta dalam persidangan. hasilnya kepada Presiden.
b. Ada kesalahan dalam penghiitungan dan
c. Dalam satu perkara, diaudit oleh lembaga kekeliruan pendekatan cara audit, misalnya BPK dan BPKP dalam waktu yang
tidak menyertakan tim ahli teknis.
c. Auditor selain dari BPK dan BPKP tidak pula. Oleh karena itu yang harus diikuti
berbeda dan dengan hasil yang berbeda
berwenang melakukan AI/PKKN karena adalah hasil AI/PKN dari BPK.
yang mempunyai wewenang ialah BPK
d. Hasil perhitungan BPKP tidak obyektif
atau BPKP.
dan tidak netral karena hanya didasarkan
Alasan responden belum pernah menolak, pada bukti yang diberikan penyidik, tanpa
pada intinya ialah:
melakukan pemeriksaan terhadap sumber
yang membuat kwitansi dan data.
A. Hasil PKKN Auditor selain sBPK/BPKP
Alasan responden belum pernah menolak, telah didukung bukti-bukti yang kuat dan sesuai dengan fakta yang terungkap dalam
pada intinya ialah:
persidangan.
a. Hasil AI/PKKN yang dilakukan Auditor
B. Auditor (ahli) yang diminta menghitung memang
BPKP sudah sesuai dengan fakta-fakta
memiliki keahlian dan yang terungkap di persidangan dan tidak
kompetensi berdasarkan pendidikan dan dibantah oleh terdakwa atau penasehat
pengalamannya.
hukumnya
b. Menurut hukum (KUHAP) bukti yang Berdasarkan data di atas, secara kauntitaif diajukan jaksa wajib dipertimbangkan
penolakan terhadap hasil AI/PKKN yang menurut hukum (KUHAP), karena hakim
dilakukan Auditor BPKP dan Auditor diluar tidak berwenang menolak alat bukti yang
BPK/BPKP memang lebih besar dibandingkan diajukan para pihak, namun hakim
dengan penolakan terhadap AI/PKKN yang berwenang untuk menilai substansi dari
dilakukan Auditor BPK. Namun bila dilihat dari alat bukti tersebut. alasan yang dikemukakan oleh
c. 148 Jurnal Bina Adhyaksa Vol. 6 No. 2 - Maret 2016 c. 148 Jurnal Bina Adhyaksa Vol. 6 No. 2 - Maret 2016
jeratan hukum.
semua penolakan tersebut dilakukan karena
2. Dalam praktek peradilan, penyebab utama menganggap Auditor BPKP dan Auditor
ditolaknya hasil AI/PKKN yang dibuat diluar BPKP tidak berwenang melakukan
Auditor BPKP bukan karena lembaga AI/PKKN. Sebab diantara alasan penolakan
BPKP tidak memiliki kewenangan untuk tersebut ialah karena perhitungan yang
melakukan AI/PKKN, tetapi lebih banyak dilakukan Auditor BPKP dan Auditor diluar
dikarenakan hasil PKKN yang dilakukan BPK/BPKP tidak didukung bukti-bukti yang
Auditor BPKP, termasuk Auditor BPK dan terungkap dalam persidangan atau hasil
Auditor lainnya, kurang sesuai dengan perhitungannya kurang professional. Oleh
fakta-fakta di persidangan sehingga harus karena itu sepanjang hasil perhitungan itu
dengan fakta-fakta di didukung oleh bukti-bukti yang kuat dan
disesuaikan
persidangan. Hal ini sekaligus menunjukkan dilakukan dengan profesional, maka tidak ada
bahwa
praktek
peradilan mengakui
alasan bagi pengadilan untuk menolaknya. kedudukan Auditor sebagai ahli yang dapat
diambil dari lembaga mana saja asal yang
III. P E N U T U bersangkutan memenuhi kriteria sebagai
ahli sebagaimana ketentuan KUHAP.
P A. Kesimpulan
Dalam hal ini yang dijadikan tolak ukur oleh hakim, bukan asal lembaga dan
Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu kewenangan lembaga, tetapi keahlian sang
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Auditor dan dukungan alat bukti dalam
menetapkan jumlah kerugian keuangan mengenai
negara. Oleh karena itu, hakim tidak harus melakukan AI/ PKKN dalam perkara
mengiktui hasil PKKN yang dibuat Auditor, korupsi disebabkan beberapa hal, yaitu:
tetapi disesuaikan dengan fakta-fakta di
a. Kurangnya pemahaman para pihak
persidangan. Praktek peradilan seperti ini mengenai hukum acara pidana, dikuatkan dengan adanya Putusan MK No.
khususnya ketentuan Pasal 120 ayat 31/PUU-X/2012 yang pada prinsipnya (1)
menyatakan bahwa untuk menentukan kedudukan Auditor sebagai ahli dalam
jumlah kerugian keuangan negara dalam penentuan kerugian keuangan negara
perkara tindak pidana korupsi, penegak yang diakibatkan oleh tindak pidana
hukum dapat berkoordinisi dengan lembaga korupsi; mana saja, termasuk dapat pula menghitung
sendiri. Namun demikian agar permasalahan
b. Peraturan perundang- undangan ’yang ini tidak selalu menjadi ganjalan bagi proses
terkesan’ tumpang tindih, karena di satu penegakan hokum, sebaiknya norma yang
sisi ada BPK yang keberadaan serta terkandung dalam Putusan MK a quo a tugas-fungsinya
tegas dalam UU UUD dan UU, namun disisi yang lain
Pemberantasan Tindak Pidana Korpsi.
ada BPKP diatur dalam PP, Kepres/ Perpres dan Inpres. Walaupun secara
3. Dalam meminta bantuan Auditor untuk prinsip tugas kedua lembaga tersebut
berbeda, namun
melakukan AI/PKKN, jaksa mengalami kewenangan oleh peraturan perundang-
keduanya diberi
beberapa kendala, yaitu:
undangan yang menjadi payung hukum
a. Proses administrasi dan waktu yang masing-masing
lembaga
untuk
dibutuhkan BPK/BPKP melakukan melakukan Audit Investigasi. AI/PKKN cukup lama sehingga
c. Adanya kepentingan tertentu, khususnya memperlambat penanganan perkara, dari pihak terdakwa dan penasehat
khususnya pada tahap penyelidikan hukumnya, untuk melepaskan diri dari dan penyidikan.
peranan bpk dan bpkp menghitung kerugian keuangan negara dalam rangka .. .- Rahmy Putri Yulia, Khunaefi, Suryadi agoes. 149 peranan bpk dan bpkp menghitung kerugian keuangan negara dalam rangka .. .- Rahmy Putri Yulia, Khunaefi, Suryadi agoes. 149
pada ketentuan Pasal 120 ayat (1) KUHAP permintaan AI/PKKN dari penegak
dan Putusan MK No. 31/PUU-X/2012, yang hukum cukup banyak. Selain itu, BPK
pada intinya adalah penegak hukum dapat dan BPKP juga harus melaksanakan
dan menetapkan sendiri tugas dan fungsi mereka yang lainnya.
menghitung
kerugian keuangan negara, namun jika Hal ini memperlambat dipenuhinya
dianggap perlu, ia dapat minta pendapat permintaan penegak hukum kepada
orang ahli atau orang yang memiliki BPK dan BPKP untuk melakukan AI/
keahlian khusus. Dalam hal ini, keahlian PKKN.
khusus tersebut ialah keahlian dalam bidang c. Sering kali ada perbedaan pandangan
auditing dan accounting, dan ahli seperti ini antara BPK/BPKP dengan penyidik
dapat diminta dari lembaga manapun tanpa terkait sifat melawan hokum dalam
harus tergantung pada lembaga tertentu.
perkara yang dimintakan AI/PKKN.
2. Jaksa tidak perlu ragu dalam meminta Penyidik berpandangan telah terjadi
bantuan Auditor dari lembaga manapun perbuatan melawan hukum yang dapat
untuk melakukan AI/PKKN, asalkan diindikasikan sebagai tindak pidana
Auditor tersebut memenuhi kriteria korupsi, namun BPK/BPKP tidak
sebagai ahli menurut ketentuan KUHAP. menganggap hal itu perbuatan melawan
Namun demikian, jaksa harus menyiapkan hukum yang dapat diindikasikan sebagai
dan memastikan adanya data pendukung tindak pidana korupsi, sehingga mereka
atas hasil PKKN yang dilakukan oleh tidak bersedia melakukan AI/ PKN yang
Auditor, baik itu Auditor yang berasal dari dimintakan oleh penyidik.
BPK, BPKP, maupun Auditor selain dari
d. Dana (honor) yang dibutuhkan untuk kedua lembaga tersebut. Sebab dalam meminta bantuan Auditor selain
proses peradilan nanti, hasil PKKN yang BPK/BPKP. Padahal anggaran untuk
dilakukan oleh Auditor akan diuji membayar honor tersebut tidak
kebenarannya, dan akan diperbandingkan disediakan secara cukup dalam DIPA
dengan data yang diajukan oleh terdakwa Kejaksaan
dan
hukumnya. Data pendukung yang paling kuat dan mampu
penasehat
B. Saran
meyakinkan hakim-lah, yang akhirnya
akan diikuti hakim dalam putusannya.
1. Untuk menghindari terjadinya multi
tafsir mengenai pihak yang berwenang 3. Untuk mempercepat penanganan menghitung dan menentukan nilai kerugian perkara korupsi, khususnya pada tahap keuangan negara dalam perkara tindak penyelidikan dan penyidikan, kejaksaan pidana korupsi, maka permasalahan tersebut harus mengupayakan penempatan Aditor harus diatur dalam UU Pemberantasan BPK/BPKP pada kantor Kejaksaan Tinggi.
Tipiko. Sebab bila tidak diatur, hal ini dapat
Hal ini diperlukan dalam rangka membantu
dijadikan celah bagi pihak-pihak tertentu
jaksa yang ada di lingkungan wilayah hukum
untuk mewujudkan kepentingannya. Padahal
Kejaksaan Tinggi yang bersangkutan dalam
hal itu justru dapat memperlambat dan
menangani erkara korupsi, khususnya
menggangu proses penanganan perkara dalam menemukan dan menentukan nilai korupsi. Pengaturan ini juga dalam rangka
kerugian keuangan negara. Namun bila hal mengimplementasikan
ini tidak memungkinkan, kejaksaan harus terkandung dalam Putusan MK No.
norma
yang
melakukan rekruitmen Auditor tersendiri, 31/PUU-X/2012 menjadi hukum positif
dengan standar kompetensi dan standar dengan menjadikan norma tersebut dalam
operasional prosedur (SOP) seperti yang bentuk
berlaku di BPK atau BPKP. Bila hal ini juga Materi muatan terkait pihak yang berwenang
peraturan
perundang-undangan.
belum memungkinkan, kejaksaan harus menghitung dan menetapakan menyiapkan anggaran yang cukup
150 Jurnal Bina Adhyaksa Vol. 6 No. 2 - Maret 2016 150 Jurnal Bina Adhyaksa Vol. 6 No. 2 - Maret 2016
lembaga selain BPK dan BPKP. Upaya Elemen Sistem Integritas Nasional. Jakarta:
ini perlu dilakukan agar kejaksaan tidak Yayasan Obor, 2003;
bergantung pada lembaga tertentu saja dan
Santoso, Topo. Polisi dan Jaksa: Keterpaduan
upaya penanganan korupsi yang dilakukan
atau Pergulatan. Depok, Pusat Studi Peradilan kejaksaan dapat dilaksanakan dalam waktu
yang tidak telalu lama. Pidana, 2000;
Sudarto. Tindak Pidana Korupsi di Indonesia.
Semarang: Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, 1976;
DAFTAR PUSTAKA Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1980;
Buku dan Disertasi: Wiyono, R. Pembahasan Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi . Cet.
Bruggink, JJ. H. Refleksi Tentang Hukum, Pengertian
II. Jakarta: Sinar Grafika, 2008; Dasar Dalam Teori Hukum. (Penterjemah: B.
Arief Sidharta). Cet. Ketiga. Bandung: Citra
Makalah dan Internet: Adityaa Bakti, 2011; Atmadja, Arifin. P. Soeria. Konsep Badan
Chaerudin, et. al .. Strategi Pencegahan dan
Hukum dan
Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi . Bandung: PT. Refika Aditama, 2008; Kkekayaan Negara Yng Dipisahkan, Makalah
Implikasinya Terhadap
Seminar Yang diselenggarakan oleh Pusat Effendy, Marwan. Korupsi & Strategi Nasional Litbang Kejaksaan RI pada tanggal 16
Pencegahan serta
Pemberantasannya.
Nopember 2011 di Hotel Bidakara Jakarta;
Jakarta: Referensi (GP Press Group), 2013;
Effendy , Marwan. Strategi dan Upaya Estiyarso, et. al .. Peranan Intelijen Yustisial Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dari
Dalam Mendukung Penanganan Perkara
Kejaksaan. Makalah Tindak Pidana Korups., Jakarta: Pusat
Perspektif
disampaikan dalam
seminar yang
Litbang Kejaksaan Agung RI, 2008; diselenggarakan
oleh Pusat Litbang
Gardner, Brian A. Black’s Law Dictionary. USA: Kejaksaan Agung RI, di Hotel Century West Publishing, 2004; Senayan, Rabu tanggal 14 Oktober 2009;
Http://Www.Bpk.Go.Id/Web/?Page_Id= 10 . Hadjon, Philipus M. et. al. Pengantar Hukum Diakses tanggal 18 Oktober 2013;
Administrasi Indonesia. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press, 1994;
Http://www.bpkp.go.id/konten/4/Sejarah-Singkat- BPKP.bpkp . Dikses tanggal 18 Oktober 2013;
Harahap, M. Yahya. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang Http://www.hukumonline.com/berita/baca/ Pengadilan, Kasasi dan Peninjauan Kembali . lt51146fd402aef/ptun-tangguhkan- keputusan- Jakarta: Sinar Grafika, 2003; audit-bpkp-kasus-indosat . Diakses tanggal 21