Aktivitas Utama Dalam Sistem Mata Rantai Nilai Lokal Kopi

5.1.2 Aktivitas Utama Dalam Sistem Mata Rantai Nilai Lokal Kopi

Dalam menganalisis satu sistem mata rantai nilai kopi, harus kita ketahui terlebih dahulu aktivitas utama dan pendukung. Dalam tinjauan aktivitasnya, perdagangan kopi arabika di Sulawesi Selatan tidak bisa lepas dari kekuatan perusahan internasional (Starbucks) (Gambar 5.2), yaitu sebagai salah satu perusahaan internasional pembeli kopi terbesar yang ada di Sulawesi Selatan. Starbucks Coffee berperan membawa kopi arabika asal Sulawesi Selatan masuk ke pasar internasioanl. Jika hanya mengandalkan petani lokal, kemungkinan kopi arabika asal Sulawesi Selatan untuk masuk pasar internasional akan sangat kecil, dan bahkan tidak mungkin. Oleh karena itu, agar mampu memasuki pasar internasional, dibutuhkan adanya tenaga / power yang diberikan ke aktor lokal seperti petani.

Kopi arabika selama ini memang menjadi komoditas ekspor di Sulawesi Selatan. Meminum kopi belum menjadi sebuah kebisaaan masyarakat Sulawesi Selatan, sehingga komoditas yang mereka Tanam (kopi arabika) bukan lah untuk konsumsi lokal (Berdasarkan obesrvasi lapang, 2012). Selain itu, jikapun masyarakat ingin meminum kopi, mereka lebih memilih kopi robusta atau kopi bungkus merek lokal. Oleh karena itu, melihat kopi arabika tumbuh sangat baik di Sulawesi Selatan, ditambah lagi penduduk tidak terlalu tertarik mengkonsumsi kopi arabika, maka para pengusaha internasional melirik kesempatan pasar ini agar mampu memperoleh keuntungan yang besar dengan melakukan penambahan nilai. Ketertarikan pasar terhadap kopi arabika membuat pengusaha mengeluarkan modal untuk dapat memperoleh kesempatan berinvestasi pada kopi arabika Sulawesi Selatan.

Jika merujuk pada konsep Porter (1998), suatu sistem mata rantai nilai memiliki dua aktivitas, yaitu aktivitas utama dan aktivitas pendukung. Pada aktivitas utama memungkinkan keseluruhan sistemnya melewati batas Negara.

Gambar 5.2 Jaringan komoditas kopi (arus produksi dan tenaga/power). ( Sumber: Modifikasi dari Barrett et al, 1999) Pada penelitian mata rantai nilai kopi lokal Sulawesi ini, hanya akan

dibahas sampai tahap tiga pada aktivitas utama, yaitu inbound logistic, operation dan outbound logistic.

a. Inbound Logistic

Aktivitas inbound logistic berbeda pada setiap aktor. Inbound logistic yang dilakukan petani yaitu aktivitas di perkebunan oleh petani, yang Aktivitas inbound logistic berbeda pada setiap aktor. Inbound logistic yang dilakukan petani yaitu aktivitas di perkebunan oleh petani, yang

Gambar 5.3 Pemrosesan kopi oleh petani. (Sumber: Survey lapang 2012)

itu, kopi kulit tanduk dijual ke aktor dengan ordo lebih tinggi. Setelah sampai pada bentuk kopi kulit tanduk, petani menjual nya ke tengkulak. Dari tengkulak relasi dilakukan penyortiran kopi kulit tanduk agar sesuai dengan kriteria KUD Sane Maupun Toarco. Sedangkan untuk Tengkulak dan eksportir, indbound logistic dilihat dari upaya memperoleh (membeli) kopi.

b. Operation

Yaitu kegiatan mengolah kopi. Pengolahan ini berbeda sesuai dengan tugas para aktor. Petani bertugas memproses buah kopi hingga Yaitu kegiatan mengolah kopi. Pengolahan ini berbeda sesuai dengan tugas para aktor. Petani bertugas memproses buah kopi hingga

Gambar 5.4 Kopi biji hijau / green bean. (Sumber: Survey lapang 2012)

c. Outbound Logistic

Merupakan kegiatan menggudangkan dan mendistribusikan barang kepada aktor yang berbeda. Bagi petani, outbound logistic adalah mendistribusikan kopi tanduk kulitnya ke tengkulak. Aktivitas outbound logistic tengkulak adalah mendistribusikan kopi hasil beli dari petani ke eksportir seperti KUD maupun Toarco. Sedangkan Eksportir adalah melakukan kegiatan pergudangan hingga pengiriman kopi biji hijau yang sudah siap diekspor.

Secara umum, aktivitas utama mata rantai nilai kopi di Sulawesi Selatan adalah produksi dan ekspor. Dari aktivitas utama itu sendiri terdapat unsur transportasi, aksesibilitas dan sumberdaya manusia yang mendukung kegiatan utama tahap satu (produksi) oleh petani, kemudian diolah hingga menjadi kopi Secara umum, aktivitas utama mata rantai nilai kopi di Sulawesi Selatan adalah produksi dan ekspor. Dari aktivitas utama itu sendiri terdapat unsur transportasi, aksesibilitas dan sumberdaya manusia yang mendukung kegiatan utama tahap satu (produksi) oleh petani, kemudian diolah hingga menjadi kopi

Buntu Pepasan, Barupu, Bituang, Mengkendek dan Baraka merupakan wilayah penghasil kopi yang tersebar di Toraja Utara, Tana Toraja dan Enrekang dan merupakan sumber produksi kopi yang akan dijual ke KUD Sane/ Unit Usaha Otonom Agribisnis Toraja. Hampir seluruh kopi di Silawesi Selatan memiliki produk kopi yang memiliki kualitas baik, namun Buntu pepesan dan wilayah penghasil kopi di Utara lainnya dikenal memiliki kualitas terbaik dikarenakan faktor alamnya yaitu yang umumnya kebun kopi berada di ketinggian ≥ 1500 mdpl.

Tabel 5.1 Hubungan antar aktor dengan aspek spasial. (Sumber: Pengolahan data 2013)

Aktor

Aspek spasial

Tempat

Lokasi

Kebun perkebunan

Petani Rumah Lokasi pengolahan Petani

Penentuan Pasar

tengkulak Rumah

Lokasi penyortiran

tengkulak Tengkulak

Lokasi Penentuan buyer

Pembelian

Lokasi

Di KUD /

pengupasan

Toarco

Lokasi

Di KUD /

Eksportir

pembungkusan

Toarco

Penentuan

Di KUD /

eksport

Toarco

Starbucks Coffee baru memasuki memasuki persaingan kopi arabika di Sulawesi Selatan sekitar tahun 1997 yang diwakili oleh KUD Sane/ Unit Usaha Otonom Agribisnis Toraja dan pada awal masuknya, Starbucks sudah memiliki pesaing berat yang merupakan pelopor pengembangan kopi di Sulawesi Selatan, khususnya Toraja, yaitu Key Coffee asal Jepang yang pembeliannya diwakili oleh Toarco. Alasan utama mengapa Starbucks Coffee adalah karena harga yang diberikan Starbucks Coffee cukup bersaing.

Ketika itu, sekitar tahun 1997, harga kopi melunjak tinggi membuat hampir semua petani berlomba-lomba memproduksi kopi ditambah lagi muncul KUD Sane yaitu sebagai perwakilan Starbucks dalam membeli kopi dari petani. Peluang petani dibagian Selatan, seperti Tana Toraja dan Enrekang yang memiliki peluang kecil menjual kopi ke Toarco karena seleksi kualitas yang sulit. Tidak menutup kemungkinan tengkulak maupun petani yang tadinya menjual kopinya ke Toarco mencoba peruntungan menjual kopinya ke KUD Sane.

Pada awal masuknya Starbucks, banyak petani yang langsung menjual kopi ke KUD untuk mendapatkan harga maksimum dan ada pula yang memilih menjual ke tengkulak di pasar terdekat dengan alasan lokasi aktivitas pengusahaan kopi oleh petani dengan pasar lebih dekat agar tidak banyak ongkos dikeluarkan.

“Pada Awalnya, relasi (petani, maupun tengkulak yang memiliki perjanjian menjual kopi ke KUD) kami bisa mencapai ratusan ”, (Pak Sarjana, Pimpinan KUD Sane / Unit Usaha Otonom Agribisnis Toraja).

Dalam prosesnya, terdapat beberapa lokasi yang sangat berperan pada pertukaran aktor. Hal ini dimaksudkan sebagai tempat penjualan dan pembelian kopi (Peta 5.1). Dari aktor pertama ke aktor kedua melakukan transaksi di pasar yang bergilir / pindah setiap harinya. Sedangkan dari tangan aktor kedua/tengkulak menjual kopinya ke tempat pembelian kopi oleh KUD Sane di Lampan maupun di Ge’tengan. Dua lokasi pembelian ini berada di Toraja Utara dan Tana Toraja. Umumnya, tempat pembelian di Lampan (masuk dalam administrasi Toraja Utara ) merupakan tempat pembelian kopi asal Sapan, Ke’pe dan perkebunan lain yang terletak di bagian Utara.

Dapat dilihat pula (Peta 5.1), tempat pembelian kopi oleh Toarco juga terletak lebih dekat dengan wilayah penghasil kopi di Utara, yaitu di Tondok Litak. Posisi strategis yang dimiliki Toarco dalam membeli kopi asal Utara agaknya menyebabkan KUD hanya memiliki sedikit kuota untuk memperoleh kopi asal Utara . Hal ini karena perhitungan ongkos yang lebih murah bagi aktor kopi asal Utara yang ingin menjual kopinya ke Toarco. Selain itu, petani dan tengkulak di Utara merasa lebih memiliki kedekatan sosial yang lebih tinggi dengan Toarco karena Toarco dirasa telah berjasa memberi penyuluhan pada masyarakat untuk menanam kopi dengan baik sejak tahun 1976.

Oleh karena itu, agar dapat mempertahankan keberlanjutan pembelian kopi di Sulawesi Selatan, Starbucks yang diwakili oleh KUD membuka pusat pembelian kopi di Tana Toraja yang juga dekat dengan Enrekang. KUD juga menjadi pembeli tunggal di Enrekang. Usaha yang dilakukan KUD agar memperoleh kopi kualitas baik adalah dengan melakukan penyuluhan. Walaupun tidak seperti Toraja yang faktor alaminya baik untuk kopi, dengan adanya pengusahaan lebih oleh petani, kopi asal Enrekang memiliki kualitas yang cukup bersaing.

Peta 5.1 Lokasi pembelian dan penjualan kopi. (Sumber: Pengolahan data 2013)