Operator pembanding (relational)

3.4.5. 23 Operator pembanding (relational)

Sesuai dengan namanya, oeprator pembanding digunakan untuk membandingkan dua buah operan. Hasil dari operator ini adalah data bertipe boolean yang menunjukkan hasil pembandingan bernilai benar atau salah. Ada delapan macam operator pembanding seperti terlihat pada tabel berikut. Kolom ketiga, tipe operan, adalah jenis opetran yang dapat dikenai operator pembanding.

Contoh :

a := 5 = 6; { a = false karena 5 tidak sama dengan 6 }

a := 5 <> 6; { a = true }

a := 5 < 6; { a = true }

a := (3 < 4) and (5 > 6); { a = false karena 5<6 }

a := (4 <= 4) or (5 > 6); { a = true }

a := (4 >= 4) and (5 >= 6); { a = true }

Operator

Operasi

Tipe operan

= Sama dengan tipe sederhana, pointer, himpunan, string <>

Tidak sama dengan tipe sederhana, pointer, himpunan, string <

Kurang dari

tipe sederhan, string

> Lebih dari

tipe sederhana, string

<= Kurang dari atau sama

tipe sederhana, string

dengan >=

Lebih dari atau sama dengan tipe sederhana, string <=

Subset dari

tipe himpunan

>= Superset dari

tipe himpunan

Tabel 13. Operator pembanding

23 Pranata, Antony. 2002. Algoritma dan Pemrogaman. Jakarta : Penerbit Graha Ilmu, 2002.h.26-27.

3.4.6. Operator himpunan

Sesuai dengan namanya, operator ini hanya digunakan pada tipe himpunan. Ada empat macam operator himpunan seperti terlihat pada tabel dibawah ini.

Interseksi in

Anggota dari

Tabel 14. Operator himpunan

Sebagai contoh:

A := B + C; Menggabungkan semua anggota himpunan B dan C ke dalam A. Jika A, B, dan

C bertipe set of char dan nilai A dan B masing- masing adalah [„A‟,‟B‟] dan [„C‟], maka variabel C akan bernilai [„A‟,‟B‟,‟C‟]. Contoh lain:

D := C - B;

{ D = [‘A’, ‘B’] }

E := C * B;

{ D = [‘C’] }

3.4.7. Operator string

Operator string atau operator penggabuingan digunakan untuk menggabungkan dua atau lebih operan string menjadi string yang lebih panjang. Simbol untuk operator ini sama dengan operator penjumlahan (+). Contoh:

S := ‘Turbo’ + ‘C’; ( sama artinya dengan S := ‘Turbo C’; )

3.4.8. Derajat operator

Anda baru saja mempelajari macam-macam operator. Adanya operator-operator ini menyebabkan munculnya konsep derajat operator. Kegunaan derajat operator adalah menentukan operator mana yang harus dikerjakan lebih dulu dan operator mana yang terakhir dikerjakan. Sebagai contoh pernyataan:

X := 2 + 3 * 4; Akan menghasilkan 14(=2+12) atau 20 (=5*4)?

Bila anda menemukan pernyataan-pernyataan seperti itu, operasi dikerjakan menurut derajat operator yang disajikan pada tabel berikut. Operator

Tabel 15. Derajat operator

Dari tabel diatas anda pasti bisa menebak bahwa hasil dari pernyataan 2+3*4 adalah 14. Hal ini dikarenakan operator perkalian memiliki derajat lebih tinggi daripada operator penjumlahan. Akibatnya operasi 3*4 harus dikerjakan terlebih dulu baru kemudian dikerjakan dijumlah dengan 2.

Bila anda ingin sebuah operasi dikerjakan terlebih dulu, letakkan operasi tersebut di dalam tanda kurung. Perhatikan contoh berikut.

X := (2 + 3) * 4; Nilai X pada contoh diatas bukan lagi 14 melainkan 20. Hal ini dikarenakan operasi (2+3) diletakkan di dalam tanda kurung, jadi harus dikerjakan terlebih dulu.

3.5. Latihan pemrogaman operator

Untuk lebih memahami mengenai operator kerjakan pemrogaman berikut.

1. Soal 1 program aritmetik;

{$APPTYPE CONSOLE}

uses SysUtils;

var n, m : integer; begin n := 1; m := n+1; m := m+1; n := m * m; writeln(n); readln; var n, m : integer; begin n := 1; m := n+1; m := m+1; n := m * m; writeln(n); readln;

2. Soal 2 program bacaaritmetik;

{$APPTYPE CONSOLE}

uses SysUtils;

var n : integer; begin

write('Ketik nilai untuk n :'); readln(n); writeln(n * (n + 1) div 2);

end. Apa yang kesimpulan dari progam diatas?

3. Buatlah pemrogaman dengan tampilan input, proses, output sebagai berikut: Nilai Akhir Mahasiswa

Mata Kuliah

Nilai Absensi (10%)

Nilai Tugas (10%)

Nilai UTS (30%)