Tinjauan Umum Tentang Keputusan Tata Usaha Negara

4. Tinjauan Umum Tentang Keputusan Tata Usaha Negara

a. Pengertian Keputusan Tata Usaha Negara

Berdasarkan pasal 1 angka 3 Undang –Undang Nomor 5 Tahun 1986 bahwa, ketetapan yaitu suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berdasar peraturan perundang –undangan yang berlaku, bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.

Berdasarkan definisi tersebut, maka terdapat unsur –unsur KTUN, yaitu sebagai berikut : Ridwan HR, 2006: 151-163)

a. penetapan tertulis yang bersifat sepihak. Tindakan hukum administratif adalah tindakan hukum sepihak. Sebagai wujud dari pernyataan kehendak sepihak, pembuatan dan penerbitan ketetapan hanya berasal dari pihak pemerintah dan tidak tergantung kepada pihak lain. Sedangkan penetapan tertulis, berdasarkan pasal 1 angka 3 Undang –Undang Nomor 5 Tahun 1986, menunjuk kepada isi dan bukan kepada bentuk keputusan yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara;

b. dikeluarkan oleh pemerintah atau tata usaha negara. Berdasarkan pasal 1 angka 1 Undang –Undang 5 Tahun 1986, tata usaha negara adalah administrasi yang melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah;

c. berdasarkan peraturan perundang–undangan yang berlaku. Pembuatan dan penerbitan ketetapan harus didasarkan pada peraturan perundang –undangan yang berlaku atau c. berdasarkan peraturan perundang–undangan yang berlaku. Pembuatan dan penerbitan ketetapan harus didasarkan pada peraturan perundang –undangan yang berlaku atau

d. bersifat konkret, individual, dan final. Konkret berarti objek yang diputuskan dalam KTUN itu tidak abstrak, tetapi berwujud, tertentu atau dapat ditentukan. Individual adalah KTUN itu tidak ditunjukan untuk umum, tetapi tertentu, baik alamat maupun hal yang dituju. Kalau yang dituju itu lebih dari seseorang, tiap –tiap nama orang yang terkena ketetapan itu disebutkan. Dan final berarti sudah difinitif, sehingga dapat menimbulkan akibat hukum;

e. menimbulkan akibat hukum. Ketetapan merupakan instrumen yang digunakan oleh organ pemerintah dalam bidang publik dan digunakan untuk menimbulkan akibat –akibat hukum tertentu. Akibat hukum yang lahir dari tindakan hukum, dalam hal ini akibat dikeluarkannya ketetapan, berarti muncul atau lenyapnya hak dan kewajiban bagi subjek hukum tertentu segera setelah adanya ketetapan itu;

f. seseorang atau badan hukum perdata. Subjek hukum terdiri dari manusia dan badan hukum. Ketetapan sebagai wujud dari tindakan hukum publik sepihak dari organ pemerintahan ditujukan kepada subjek hukum yang berupa seseorang atau badan hukum perdata yang memiliki kecakapan untuk melakukan tindakan hukum.

b. Syarat–Syarat Pembuatan Keputusan Tata Usaha Negara

Pembuatan ketetapan tata usaha negara harus memperhatikan beberapa persyaratan. Syarat yang harus diperhatikan dalam pembuatan ketetapan mencakup syarat material dan syarat formal. Syarat material terdiri dari berikut ini : (Ridwan HR, 2006: 169)

1) Organ pemerintahan yang membuat ketetapan harus berwenang.

2) Ketetapan tidak boleh mengandung kekurangan–kekurangan yuridis.

3) Ketetapan harus berdasarkan suatu keadaan tertentu.

4) Ketetapan harus dapat dilaksanakan dan tanpa melanggar peraturan – peraturan lain, serta isi dan tujuan ketetapan itu harus sesuai dengan isi dan tujuan peraturan dasarnya.

Syarat –syarat formal terdiri dari berikut ini : (Ridwan HR, 2006: 169-170)

1) Syarat-syarat yang ditentukan berhubung dengan persiapan dibuatnya ketetapan dan berhubung dengan cara dibuatnya ketetapan harus dipenuhi.

2) Ketetapan harus diberi bentuk yang telah ditentukan dalam peraturan perundang– undangan yang menjadi dasar dikeluarkannya ketetapan itu.

3) Syarat–syarat berhubung dengan pelaksanaan ketetapan itu harus dipenuhi.

4) Jangka waktu harus ditentukan antara timbulnya hal–hal yang menyebabkan dibuatnya dan diumumkannya ketetapan itu harus diperhatikan.

Apabila syarat material dan formal ini telah terpenuhi, ketetapan itu sah menurut hukum (rechtsgeldig), artinya dapat diterima sebagai suatu bagian dari tertib hukum atau sejalan dengan ketentuan hukum yang ada baik secara prosedural atau formal maupun material. Sebaliknya, apabila satu atau beberapa persyaratan itu tidak terpenuhi, ketetapan itu mengandung kekurangan dan menjadi tidak sah (Ridwan HR, 2006: 170).

Seperti telah dikemukakan di atas bahwa apabila syarat material dan syarat formal telah dipenuhi, maka ketetapan itu sah menurut hukum. Tetapi apabila salah satu syarat tersebut tidak terpenuhi, maka ketetapan tersebut tidak sah karena terdapat kekurangan. Menurut A.M. Donner dalam bukunya Ridwan HR mengemukakan akibat –akibat dari ketetapan yang tidak sah yaitu : (Ridwan HR, 2006: 170)

1) ketetapan itu harus dianggap batal sama sekali;

2) berlakunya ketetapan itu dapat digugat : (a) dalam banding; (b) dalam pembatalan oleh jabatan karena bertentangan dengan undang – undang; (c) dalam penarikan kembali oleh kekuasaan yang berhak mengeluarkan ketatapan itu.