Implikasi Yuridis Cacat Administrasi Dalam Penerbitan Sertifikat Bagi Pemegang Sertifikat Hak Milik nomor 806 di Keluarahan Keprabon Surakarta

D. Implikasi Yuridis Cacat Administrasi Dalam Penerbitan Sertifikat Bagi Pemegang Sertifikat Hak Milik nomor 806 di Keluarahan Keprabon Surakarta

Tanah sebagai hak ekonomi sebagai setiap orang, rawan memunculkan konflik maupun sengketa. Berbagai sengketa pertanahan itu telah mendatangkan berbagai dampak, beik secara ekonomi, sosial, dan lingkungan. Secara ekonomi, sengketa telah memaksa pihak yang terlibat untuk mengeluarkan biaya. Selain itu, pihak –pihak yang ikut terlibat di dalamnya harus mencurahkan tenaga dan pikiran serta waktu luangnya secara khusus terhadap sengketa tersebut. Dampak sosial yang terjadi adalah kerenggangan sosial di antara warga masyarakat (Maria S.W. Sumardjono, 2008 : 2-3).

Masalah tanah merupakan masalah yang menyangkut berbagai kepentingan, yaitu ekonomi, sosial, politik. Sifat tanah yanh yang tetap dan terus berkembangnya populasi manusia, membutuhkan tanah sebagai lahan tempat tinggal dan hal tersebut menjadikan tanah bernilai tinggi nilainya atau harganya. Maka dari itulah, keberadaan tanah selalu menjadi perebutan bagi siapa saja, terutama antar keluarga atau saudara. Meski mempunyai hubungan darah, persaudaraan bisa luluh lantah hanya karena perebutan tanah.

Dengan banyak dan kompeksnya masalah yang ditimbulkan oleh sengketa pertanahan, tidak selalu dapat diupayakan penyelesaiannya dalam waktu yang relatif singkat. Sengketa pertanahan ini masih terus berlangsung apabila tidak dicarikan solusi terbaik untuk menyelesaikannya. Kasus yang diangkat oleh Penulis ini belum menemui jalan keluar terbaik yang adil dan benar, akan tetapi dalam penerbitan sertifikat, baik sertifikat hak milik nomor 158 dan sertifikat hak milik nomor 806 meninggalkan berbagai implikasi atau akibat baik bagi para pemegangnya.

Suatu tanah yang masih bersengketa tidak dapat dibuatkan suatu sertifikat hak milik sampai sengketa tersebut selesai dengan adanya suatu putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Apa yang telah menjadi putusan hakim pengadilan yang telah final atau berkekuatan hukum tetap, harus dijalankan oleh para pihak apabila salah satu pihak keberatan, maka dapat mengajukan upaya hukum selanjutnya. Sedangkan, dalam kasus sengketa tanah yang Penulis Suatu tanah yang masih bersengketa tidak dapat dibuatkan suatu sertifikat hak milik sampai sengketa tersebut selesai dengan adanya suatu putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Apa yang telah menjadi putusan hakim pengadilan yang telah final atau berkekuatan hukum tetap, harus dijalankan oleh para pihak apabila salah satu pihak keberatan, maka dapat mengajukan upaya hukum selanjutnya. Sedangkan, dalam kasus sengketa tanah yang Penulis

Dalam prosedur permohonan penerbitan sertifikat yang diajukan oleh pemohon atau tergugat terdapat kekeliruan, dimana terdapat surat pernyataan dari Notaris yang mana dinyatakan di dalam point b termuat bahwa tanah yang bersangkutan tidak dalam sengketa. Data permohonan yang merupakan syarat –syarat dalam penerbitan sertifikat telah benar. Petuk yang merupakan bukti pembayaran dapat digunakan untuk mendapatkan sertifikat yang kedudukan hukumnya lebih tinggi. Karena adanya surat pernyataan yang menyatakan bahwa tanah yang akan dimohonkan untuk disertifikatkan tidak ada masalah atau bebas dari sengketa, maka putusan Mahkamah Agung tahun 1982 tidak dicantumkan dalam permohonan penerbitan serifikat.

Karena adanya kesalahan tersebut, baik dari pihak pemohon, Notaris, dan Kantor Pertanahan yang kurang teliti dalam menyelidiki status suatu tanah, maka membawa dampak yang besar. Bagi pihak penggugat menuntut telah dilakukannya suatu pemalsuan surat atau penipuan oleh tergugat, sehingga membuat tergugat dapat dipidana penjara atas perbuatannya tersebut. Sampai sekarang kasus pidana ini masih berlangsung di Poltabes Surakarta.

Data yang diterima oleh Kantor Pertanahan tidak lengkap dan terdapat informasi atau surat pernyataan yang keliru, membuat mekanisme penerbitan sertifikat hak milik nomor 806 ini mengandung cacat administrasi. Upaya penyelesaian berupa koreksi administratif oleh Kantor Pertanahan pada umunya dilakukan dalam bentuk pembatalan surat keputusan pemberian hak atas tanah atau sertifikat hak atas tanah, baik dijumpai adanya cacat administrasi dalam penerbitan keputusan pemberian dan atau karena melaksanakan putusan pengadilan, maka penerbitan sertifikat hak milik nomor 806 tersebut batal demi hukum atau dianggap sertifikat tersebut tidak pernah keluar. Dan bagi para pemegangnya tidak mempunyai hak apapun atas tanah tersebut. Pembatalan atas penerbitan sertifikat hak milik nomor 806 tersebut akan disesuaikan dengan eksekusi atau pelaksanaan putusan Mahkamah Agung Nomor 2987 K/Sip/1981. Begitu pula dengan keberadaan sertifikat hak milik sebelumnya, yaitu sertifikat hak milik 158 atas nama Sarwi Martoatmojo. Pembatalan sertifikat hak milik ini atas dasar dari putusan Mahkamah Agung yang Data yang diterima oleh Kantor Pertanahan tidak lengkap dan terdapat informasi atau surat pernyataan yang keliru, membuat mekanisme penerbitan sertifikat hak milik nomor 806 ini mengandung cacat administrasi. Upaya penyelesaian berupa koreksi administratif oleh Kantor Pertanahan pada umunya dilakukan dalam bentuk pembatalan surat keputusan pemberian hak atas tanah atau sertifikat hak atas tanah, baik dijumpai adanya cacat administrasi dalam penerbitan keputusan pemberian dan atau karena melaksanakan putusan pengadilan, maka penerbitan sertifikat hak milik nomor 806 tersebut batal demi hukum atau dianggap sertifikat tersebut tidak pernah keluar. Dan bagi para pemegangnya tidak mempunyai hak apapun atas tanah tersebut. Pembatalan atas penerbitan sertifikat hak milik nomor 806 tersebut akan disesuaikan dengan eksekusi atau pelaksanaan putusan Mahkamah Agung Nomor 2987 K/Sip/1981. Begitu pula dengan keberadaan sertifikat hak milik sebelumnya, yaitu sertifikat hak milik 158 atas nama Sarwi Martoatmojo. Pembatalan sertifikat hak milik ini atas dasar dari putusan Mahkamah Agung yang