HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perencanaan Penyuluhan

Perencanaan merupakan modal awal dalam setiap pelaksanaan suatu kegiatan. Dalam setiap kegiatan baik itu kegiatan yang dibuat oleh suatu individu maupun program yang dikoordinasi secara kelompok, hampir semua memiliki suatu perencanaan. Meskipun perencanaan tidak secara mutlak harus dibuat namun untuk mewujudkan hasil yang sesuai dengan tujuan maka perencanaan menjadi komponen yang tidak mungkin untuk ditinggalkan.

Perencanaan dibuat karena adanya tujuan yang ingin dicapai. Dalam penyuluhan, tujuan utama yang ingin dicapai adalah menciptakan perubahan. Baik itu perubahan pengetahuan, sikap maupun ketrampilan dari sasaran. Namun pada kenyataannya tidaklah mudah untuk menciptakan suatu perubahan. Perubahan dapat tercapai melalui suatu proses. Begitu juga dengan keberhasilan penyuluhan pertanian. Penyuluhan yang berhasil harus melalui tahap yang penting. Diantara tahap-tahap tersebut yaitu tahap perencanaan. Beberapa asumsi yang harus dipenuhi agar perencanaan penyuluhan dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan menurut Compton (Ibrahim et al. , 2003) antara lain :

1. Pengembangan programa penyuluhan pertanian merupakan program yang tidak pernah berakhir, artinya bila suatu program berakhir maka dilanjutkan dengan penyusunan programa penyuluhan pertanian lainnya

2. Programa penyuluhan pertanian merupakan cara untuk memecahkan masalah dan memperbaiki kualitas hidup manusia tanpa memperhatikan darimana sumber programa penyuluhan tersebut berasal.

3. Dengan adanya perencanaan penyuluhan pertanian memungkinkan dipilih, diorganisir dan diatur sumberdaya pengetahuan, teknologi, personal, kondisi lingkungan fisik dan metode penyuluhan yang dapat membantu masyarakat mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

4. Pengetahuan dan ketrampilan tenaga professional perlu diimbangi dengan pengetahuan dan ketrampilan petani sasaran untuk memperoleh solusi optimal mengenai masalah-masalah yang dihadapinya.

5. Selain mencapai perubahan yang diinginkan kadang-kadang terdapat perubahan yang tidak diinginkan. Dengan demikian perencanaan penyuluhan pertanian harus membantu mengarahkan petani sasaran untuk memperbaiki perilakunya guna mencapai masa depan yang lebih baik.

6. Perencanaan penyuluhan tidak bersifat kaku dan ketat tetapi diusahakan fleksibel dan bersifat hati-hati.

7. Masyarakat seringkali dapat menerima pola-pola pemikiran yang baru dan dapat dikerjakan khususnya bagi seseorang yang memperoleh manfaat dari penerapan pola-pola pemikiran baru tersebut.

8. Dalam proses belajar seringkali dari perencanaan yang baik dapat dicapai hasil terbaik dan tidak menutup kemungkinan hasil terbaik ini disebabkan dari interaksi pada kondisi dan lingkungan yang kondusif dari proses belajar yang tidak direncanakan.

9. Programa penyuluhan pertanian harus memungkinkan diciptakan kesempatan-kesempatan dan dorongan-dorongan yang kondusif yang sportif guna menciptakan usaha-usaha produktif.

10. Pendidikan non formal melalui penyuluhan pertanian harus dapat bertindak sebagai pemberdayaan untuk meningkatkan kualitas hidup petani sasaran.

Perencanaan penyuluhan pertanian yang dilakukan di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar meliputi analisis situasi dan khalayak, kebijakan pemerintah dalam programa penyuluhan, pembiayaan penyuluhan serta pemilihan metode, teknik dan alat peraga serta alat bantu penyuluhan. Tahapan dalam perencanaan

1. Analisis situasi, khalayak dan identifikasi masalah Analisis situasi dan khalayak sangat penting dilakukan sebelum dilakukan perencanaan. Analisis situasi dan khalayak merupakan 1. Analisis situasi, khalayak dan identifikasi masalah Analisis situasi dan khalayak sangat penting dilakukan sebelum dilakukan perencanaan. Analisis situasi dan khalayak merupakan

Identifikasi masalah berguna untuk mengetahui secara lebih dalam masalah apa yang sedang dihadapi. Sehingga dari identifikasi akan dapat diketahui penyebab serta solusi yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut.

Analisis yang dilakukan di Desa Jati melibatkan tiga komponen yaitu dari penyuluh, pemerintah setempat, dan petani. Hal ini seperti yang telah diungkapkan oleh penyuluh Desa Jati yang sekarang menjabat menjadi Kepala BPP Jati Ibu Anna Maria Handariyati :

”biasanya ya penyuluh, kaurbang karena tugas kaurbang juga berkaitan dengan pertanian, juga ada masukan dari pengurus kelompok tani yang melapor jika ada masalah yang perlu dipecahkan”. (wawancara 15 September 2009). Proses analisis situasi dan khalayak yang dilakukan di Desa Jati

adalah penyuluh terjun ke lapang untuk melakukan survei dan melakukan pengamatan tentang kondisi pertanian di desa tersebut. Kemudian akan didapat informasi tentang masalah yang sedang dihadapi. Namun terkadang penyuluh mendapatkan informasi tentang masalah tidak hanya dari survei saja, juga mendapat laporan langsung dari pemerintah desa setempat yaitu dari Kaur Pembangunan (Kaurbang). Karena fungsi kaurbang tidak hanya dalam hal pembangunan desa saja namun juga dalam hal pertanian. Sehingga kaurbang juga sering melakukan analisis dan pengamatan. Tidak hanya itu informasi yang didapatkan pun bisa langsung dari laporan petani setempat kepada penyuluh. Sehingga kesimpulannya ada tiga komponen yang terlibat dalam analisis situasi khalayak yaitu dari penyuluh, pemerintah desa dan petani. Setelah informasi tentang permasalahan didapat maka dari pihak penyuluh akan mencari impact point. Impact point yaitu pokok-pokok permasalahan yang adalah penyuluh terjun ke lapang untuk melakukan survei dan melakukan pengamatan tentang kondisi pertanian di desa tersebut. Kemudian akan didapat informasi tentang masalah yang sedang dihadapi. Namun terkadang penyuluh mendapatkan informasi tentang masalah tidak hanya dari survei saja, juga mendapat laporan langsung dari pemerintah desa setempat yaitu dari Kaur Pembangunan (Kaurbang). Karena fungsi kaurbang tidak hanya dalam hal pembangunan desa saja namun juga dalam hal pertanian. Sehingga kaurbang juga sering melakukan analisis dan pengamatan. Tidak hanya itu informasi yang didapatkan pun bisa langsung dari laporan petani setempat kepada penyuluh. Sehingga kesimpulannya ada tiga komponen yang terlibat dalam analisis situasi khalayak yaitu dari penyuluh, pemerintah desa dan petani. Setelah informasi tentang permasalahan didapat maka dari pihak penyuluh akan mencari impact point. Impact point yaitu pokok-pokok permasalahan yang

Pada saat analisis di lapang ternyata hanya didapati penyuluh saja yang melakukan analisis. Penyuluh melakukan analisis dengan mengunjungi lokasi. Diawali dari pos penyuluhan desa hingga sampai ke pos kelompok tani kemudian penyuluh meninjau ke lapang atau sawah secara langsung. Dalam proses analisis ini, tidak dijumpai kaurbang yang melakukan analisis seperti yang telah diungkapkan Kepala BPP Jati Ibu Anna Maria Handariyati di atas. Selain juga tidak menjumpai adanya petani yang melapor langsung ke penyuluh tentang masalah yang sedang dihadapi. Biasanya petani mau melapor dari masalah yang dihadapinya ketika diadakan pertemuan atau pelaksanaan penyuluhan. Sehingga dari hal tersebut maka dapat diketahui dan disimpulkan bahwasanya

penyuluhlah yang bertugas pokok sebagai analisator utama untuk melakukan analisa situasi dan khalayak. Sedangkan kaurbang dan petani hanya membantu penyuluh untuk mempermudah dalam masalah analisis.

Kendala yang dihadapi penyuluh Desa Jati sendiri dalam melakukan analisis yaitu kurangnya pengalaman dalam praktek di lapang. Hal ini seperti yang diungkapkan penyuluh baru Desa Jati yang masih berstatus Tenaga Harian Lepas atau penyuluh kontrak yaitu Indri Saptaningsih :

”belum begitu banyak pengalaman dalam praktek di lapang”. (wawancara 27 Agustus 2009). Dari pernyataan penyuluh Jati di atas bahwa kendala yang dihadapi

adalah kurangnya pengalaman. Hal ini dikarenakan Ibu Indri adalah penyuluh kontrak atau berstatus Tenaga Harian Lepas yang belum lama bekerja di Desa Jati. Sedangkan pernyataan dari mantri tani BPP Jaten yang dulu juga sebagai penyuluh Desa Jati menyatakan bahwa untuk menganalisis situasi dan khalayak yang sudah dilakukan selama ini tidak pernah mengalami kendala atau pun permasalahan.

Setelah analisis situasi dan khalayak dilakukan maka kemudian akan dilakukan identifikasi masalah. Identifikasi masalah bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi dari sasaran penyuluhan serta mencari solusi untuk pemecahan permasalahannya. Identifikasi masalah di Desa Jati dilakukan dengan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Hasil yang didapat dari wawancara dengan kuesioner kemudian diidentifikasi masalah-masalah yang sedang dihadapi. Masalah yang sudah didapatkan kemudian oleh penyuluh dituangkan dalam buku harian penyuluh untuk dicari impact pointnya. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penyuluh dalam mencari solusi permasalahannya. Penuangan dalam buku harian penyuluh ini hanyalah bersifat sementara. Selanjutnya setelah penyuluh mendapatkan semua data tentang permasalahan yang dihadapi (impact point), kemudian dituangkan ke dalam Rencana Kegiatan Penyuluh Pertanian (RKPP).

RKPP disusun oleh masing-masing penyuluh yang diberi tugas untuk melakukan penyuluhan di wilayah kerja penyuluhan. Penyusunan RKPP oleh penyuluh Jati memerlukan waktu kurang lebih satu minggu untuk penyusunannya. Dalam RKPP berisi tentang point-point diantaranya keadaan sasaran, permasalahan yang dihadapi, tujuan dari penyuluhan, metode yang digunakan, sasaran penyuluhan, lokasi penyuluhan, waktu pelaksanaan dan dana kegiatan penyuluhan. Dari RKPP tersebut maka kegiatan penyuluhan di Desa Jati akan lebih tersistem dan terarah sesuai dengan tujuan. Sehingga pencapaian tujuan pun akan lebih mudah.

2. Kebijakan pemerintah Kebijakan pemerintah merupakan salah satu aspek yang tidak kalah penting dalam proses penyelenggaraan penyuluhan. Karena pada hakekatnya fungsi dari kebijakan itu adalah untuk mengatur dan mempermudah kegiatan penyuluhan itu sendiri. Pemerintah sendiri sebenarnya telah mengatur kebijakan untuk penyuluhan itu sendiri yang tertuang dalam kebijakan penyuluhan. Hal tersebut telah diatur dalam UU No 16 Tahun 2006 tentang sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan 2. Kebijakan pemerintah Kebijakan pemerintah merupakan salah satu aspek yang tidak kalah penting dalam proses penyelenggaraan penyuluhan. Karena pada hakekatnya fungsi dari kebijakan itu adalah untuk mengatur dan mempermudah kegiatan penyuluhan itu sendiri. Pemerintah sendiri sebenarnya telah mengatur kebijakan untuk penyuluhan itu sendiri yang tertuang dalam kebijakan penyuluhan. Hal tersebut telah diatur dalam UU No 16 Tahun 2006 tentang sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan

a. Kebijakan penyuluhan ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dengan memperhatikan asas dan tujuan sistem penyuluhan.

b. Dalam menetapkan kebijakan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintah dan pemerintah daerah memperhatikan ketentuan sebagai berikut:

1. Penyuluhan dilaksanakan secara terintegrasi dengan subsistem pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan; dan

2. Penyelenggaraan penyuluhan dapat dilaksanakan oleh pelaku utama dan atau warga masyarakat lainnya sebagai mitra pemerintah dan pemerintah daerah, baik secara sendiri-sendiri maupun bekerja sama, yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan programa pada tiap-tiap tingkat administrasi pemerintahan.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan menteri, gubernur, atau bupati/walikota. Kebijakan di atas dapat dijadikan patokan bagi semua penyuluh di

seluruh wilayah Indonesia untuk dapat melaksanakan penyuluhan dengan baik. Hal itu diterapkan pula di Desa Jati. Penyelenggaraan penyuluhan yang dilaksanakan di Desa Jati tidak lepas dari peran pemerintah setempat.

Program-program penyuluhan yang berasal dari program pemerintah telah dilaksanakan di Desa Jati. Hal ini seperti program SLPTT, program SRI, Jajar Legowo maupun program-program yang lain. Pemerintah sangat mendukung sekali kegiatan penyuluhan yang diselenggarakan. Hal ini seperti yang telah diungkapkan oleh salah satu penyuluh desa Jati yang sudah bertahun-tahun bekerja di Jati yang sekarang menjadi kepala BPP Jati yaitu Ibu Anna Maria Handariyati :

”pemerintah desa Jati mendukung sekali bahkan dari pemerintah desa sudah menganggarkan kelompok tani setiap kelompok taninya 500 ribu”. (wawancara 15 September 2009). Pemerintah Desa Jati telah menjalin kerjasama dengan penyuluh

setempat untuk mensukseskan jalannya penyuluhan. Penyuluh di Desa Jati telah bekerjasama dengan pemerintah desa. Dalam perizinannya tidaklah dibuat surat tertulis atau formal namun hanya melalui pemberitahuan lisan dari penyuluh kepada kepala desa bahwa akan diadakan penyuluhan. Seperti yang telah diungkapkan oleh Kepala Desa Jati Bapak Hariyanta :

”dalam hal perizinan hanya melalui informasi lisan saja karena antara pemerintah desa dengan penyuluh sudah menjadi rekan dan tidak ada perizinan dalam tulisan resmi”. (wawancara 1 September 2009) Pelaksanaan penyuluhan di Desa Jati memang telah mendapat

dukungan dari pemerintah setempat baik pemerintah desa maupun pusat. Hal ini dibuktikan dengan adanya kontribusi dari pemerintah yang diberikan untuk kegiatan penyuluhan di Desa Jati. Pemerintah Desa Jati telah menganggarkan dana sebesar Rp. 500.000,- untuk masing-masing kelompok tani yang nantinya akan masuk ke kas kelompok tani yang kemudian akan digunakan untuk berbagai hal termasuk pelaksanaan penyuluhan. Sedangkan dari pemerintah pusat juga telah memberikan kontribusinya berupa bantuan dana, benih, pupuk bersubsidi, training atau pelatihan seperti yang telah diungkapkan oleh penyuluh yang membawahi Desa Jati sendiri yaitu Ibu Indri Saptaningsih :

”biasanya pemerintah memberikan pelatihan (training), proyek- proyek, serta bantuan lain yang berupa dana, bibit maupun pupuk”. (wawancara Rabu 27 Agustus 2009).

3. Pembiayaan penyuluhan Pembiyaan penyuluhan adalah komponen yang tidak bisa dilepaskan dalam kegiatan penyuluhan. Biaya penyuluhan digunakan untuk membiayai kegiatan operasional penyuluh serta untuk memenuhi 3. Pembiayaan penyuluhan Pembiyaan penyuluhan adalah komponen yang tidak bisa dilepaskan dalam kegiatan penyuluhan. Biaya penyuluhan digunakan untuk membiayai kegiatan operasional penyuluh serta untuk memenuhi

a. Untuk menyelenggarakan penyuluhan yang efektif dan efisien diperlukan tersedianya pembiayaan yang memadai untuk memenuhi biaya penyuluhan.

b. Sumber pembiayaan untuk penyuluhan disediakan melalui APBN, APBD baik provinsi maupun kabupaten/kota, baik secara sektoral maupun lintas sektoral, maupun sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

c. Pembiayaan penyuluhan yang berkaitan dengan tunjangan jabatan fungsional dan profesi, biaya operasional penyuluh PNS, serta sarana dan prasarana bersumber dari APBN, sedangkan pembiayaan penyelenggaraan penyuluhan di provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa bersumber dari APBD yang jumlah dan alokasinya disesuaikan dengan programa penyuluhan.

d. Jumlah tunjangan jabatan fungsional dan profesi penyuluh PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didasarkan pada jenjang jabatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

e. Dalam hal penyuluhan yang diselenggarakan oleh penyuluh swasta dan penyuluh swadaya, pembiayaannya dapat dibantu oleh pemerintah dan pemerintah daerah.

Pembiayaan penyuluhan yang ada di Desa Jati juga tidak lepas dari komponen-komponen yang tertuang dalam UU penyuluhan di atas. Sumber biaya penyuluhan di Desa Jati berasal dari APBN, APBD serta dari pihak-pihak luar. Sumber biaya yang berasal dari pemerintah pusat (APBN) biasanya disalurkan jika ada proyek-proyek atau program- program penyuluhan yang memang berasal dari pemerintah pusat. Seperti program SLPHT (Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu), pemberian pupuk bersubsidi, dan juga bantuan benih. Biaya yang berasal Pembiayaan penyuluhan yang ada di Desa Jati juga tidak lepas dari komponen-komponen yang tertuang dalam UU penyuluhan di atas. Sumber biaya penyuluhan di Desa Jati berasal dari APBN, APBD serta dari pihak-pihak luar. Sumber biaya yang berasal dari pemerintah pusat (APBN) biasanya disalurkan jika ada proyek-proyek atau program- program penyuluhan yang memang berasal dari pemerintah pusat. Seperti program SLPHT (Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu), pemberian pupuk bersubsidi, dan juga bantuan benih. Biaya yang berasal

”dari kas kelompok tani, kas kelompok tani tersebut didapat dari Anggaran Pemerintah Desa, dari formulator-formulator dan dari hasil bantuan pemerintah selain itu juga ada dari promosi obat, pupuk serta dari bantuan pemerintah”. (wawancara 15 September 2009). Biaya penyuluhan yang bersumber dari pemerintah desa sendiri

diambilkan dari APBD yaitu Pemerintah Desa Jati sudah menganggarkan dana kepada masing-masing kelompok tani Desa Jati sebesar Rp. 500.000,-. Hal ini diungkapkan oleh kepala desa yang sekaligus menjadi tokoh masyarakat Desa Jati yaitu Bapak Hariyanta :

”kontribusi dalam penyuluhannya sendiri pemerintah desa hanya memberikan dana berupa uang rapat yang mana masing-masing kelompok tani dianggar sebesar Rp. 500.000,-/kelompok tani”. (wawancara 1 September 2009).

Serta juga diungkapkan oleh informan kunci Ibu Anna Maria Handariyati: ”pemerintah desa Jati mendukung sekali bahkan dari pemerintah desa sudah menganggarkan kelompok tani setiap kelompok taninya 500 ribu”. (wawancara 15 September 2009).

Sedangkan sumber biaya penyuluhan yang berasal dari pihak-pihak luar berasal dari penyuluh swasta yang biasanya berasal dari agen obat, pestisida dan agen-agen yang lain yang biasanya disebut formulator yang ikut andil bagian dalam penyuluhan di Desa Jati. Seperti yang diungkapkan Bapak Hariyanta :

”sumber biayanya biasanya dari pemerintah, pihak luar seperti formulator maupun juga dari kas kelompok tani”. (wawancara 1 September 2009).

Biaya atau dana yang berasal dari pemerintah kemudian nantinya akan masuk ke dalam kas kelompok tani yang ada di Desa Jati.

Dilihat dari pembiayaan penyuluhan yang ada di Desa Jati maka dapat diambil kesimpulan bahwa hampir seluruh biaya yang digunakan untuk kegiatan penyuluhan ditanggung oleh pemerintah baik pusat maupun daerah. Sedangkan dari penyuluh sendiri tidak mengeluarkan biaya untuk kegiatan penyuluhannya sendiri. Sehingga hal ini sesuai dengan UU No 16 Tahun 2006 tentang sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan yaitu pada bab IX pasal 32 tentang pembiayaan. Tepatnya pada bagian c yang menyatakan bahwa biaya operasional penyuluh PNS, serta sarana dan prasarana bersumber dari APBN, sedangkan pembiayaan penyelenggaraan penyuluhan di provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa bersumber dari APBD yang jumlah dan alokasinya disesuaikan dengan programa penyuluhan.

4. Pemilihan metode, teknik, alat bantu serta alat peraga penyuluhan

a. Metode Penyuluhan Metode merupakan cara penyuluh untuk mendekatkan dirinya dengan sasaran. Ada banyak ragam metode yang bisa digunakan penyuluh. Namun metode dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok. Yaitu metode yang berdasarkan media yang digunakan maka akan meliputi media lisan, media cetak, media terproyeksi. Berdasarkan hubungan antara penyuluh dengan sasaran maka metode dapat dibedakan menjadi komunikasi langsung dan tak langsung. Sedangkan jika dikelompokkan berdasarkan kondisi psiko sosial dari sasaran maka metode dapat dibedakan menjadi pendekatan perorangan, kelompok dan massal. Jika dilihat dari hal ini maka penyuluhan di Desa Jati termasuk ke dalam semua kategori metode tersebut. Penyuluh desa Jati Ibu Indri Saptaningsih mengungkapkan bahwa :

”Metodenya menggunakan komunikasi langsung dengan tatap muka langsung antara penyuluh dengan sasaran. Tekniknya menggunakan teknik kunjungan dan demonstrasi. Alat ”Metodenya menggunakan komunikasi langsung dengan tatap muka langsung antara penyuluh dengan sasaran. Tekniknya menggunakan teknik kunjungan dan demonstrasi. Alat

dikarenakan metode ini lebih tepat diterapkan untuk masyarakat Desa Jati. Dengan komunikasi langsung maka diskusi akan dapat berjalan antara penyuluh dengan sasaran penyuluhan. Karena penyuluh dan sasaran dalam hal ini bertatapan secara langsung sehingga umpan balik akan dapat terjadi secara ringkas dan cepat. Sehingga hal ini telah memenuhi syarat-syarat metode penyuluhan pertanian yang baik seperti yang telah diungkapkan oleh Soedarmanto (Ibrahim, et al., 2003) yaitu sebagai berikut :

1. Sesuai dengan keadaan sasaran, apakah sasaran dalam tahap mengenal, menaruh minat, menilai, mencoba mengadopsi suatu inovasi.

2. Cukup kuantitas dan kualitas, artinya penyuluh menguasai banyak metode penyuluhan pertanian sehingga dapat dilakukan pemecahan masalah-masalah penyuluhan.

3. Tepat mengenai sasaran dan waktunya. Tepat sasaran dapat diartikan bahwa metode penyuluhan pertanian yang digunakan disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan daya serap petani sasaran.

Dilihat dari teori yang diungkapkan oleh Soedarmanto tersebut, metode komunikasi langsung yang digunakan di Desa Jati telah sesuai dengan keadaan sasaran. Selain itu metode yang digunakan juga tepat mengenai sasaran dan waktunya. Hal ini disesuaikan oleh penyuluh dengan tingkat pendidikan dan daya serap dari petani Desa Jati. Karena rata-rata penduduk Desa Jati telah menempuh jenjang pendidikan meskipun kebanyakan hanya menempuh sampai jenjang SD.

b. Teknik Penyuluhan Teknik penyuluhan pertanian yang digunakan di Desa Jati adalah teknik kunjungan dan demonstrasi. Teknik kunjungan b. Teknik Penyuluhan Teknik penyuluhan pertanian yang digunakan di Desa Jati adalah teknik kunjungan dan demonstrasi. Teknik kunjungan

Penyuluh memilih teknik ini karena teknik itu lebih mudah diterapkan oleh penyuluh kepada sasaran. Teknik kunjungan dipilih karena lebih efektif dan efisien karena dengan teknik ini penyuluh bisa melihat langsung perilaku dari sasaran sehingga dengan teknik ini diharapkan sasaran telah sampai pada tahapan adopsi menilai. Penyuluh juga menggunakan teknik demonstrasi. Karena dengan teknik ini sasaran akan dapat melihat langsung inovasi apa yang ingin disampaikan oleh penyuluh di lapang. Sehingga sasaran akan menjadi lebih percaya dan diharapkan cepat terdorong untuk mencoba dan menerapkannya. Selain itu teknik demonstrasi dilakukan untuk membuktikan keunggulan dari suatu inovasi serta menunjukkan cara yang benar yang seharusnya dilakukan.

c. Alat Bantu Penyuluhan Alat bantu merupakan alat atau sarana yang digunakan oleh penyuluh guna memperlancar proses mengajarnya selama kegiatan penyuluhan dilaksanakan. Penggunaan alat bantu penyuluhan di Desa Jati sendiri oleh penyuluh hanya menggunakan beberapa alat bantu saja. Penyuluh Desa Jati hanya menggunakan lembar persiapan penyuluhan, alat tulis, serta sarana ruangan. Lembar persiapan penyuluhan biasanya oleh penyuluh Desa Jati hanya dituangkan dalam buku harian penyuluh saja. Alat tulis yang digunakan berupa bolpoin dan sarana ruangannya menggunakan rumah tempat tinggal dari sasaran penyuluh. Yang biasanya berada di pos kelompok tani Desa Jati.

d. Alat Peraga Penyuluhan Penyuluh menggunakan brosur untuk alat peraganya. Mardikanto (Mardikanto dan Wijianto, 2005) mengartikan alat peraga sebagai alat atau benda yang dapat diamati, didengar diraba atau d. Alat Peraga Penyuluhan Penyuluh menggunakan brosur untuk alat peraganya. Mardikanto (Mardikanto dan Wijianto, 2005) mengartikan alat peraga sebagai alat atau benda yang dapat diamati, didengar diraba atau

Jika dilihat dari pernyataan-pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode komunikasi langsung dipakai pada saat penyuluhan berlangsung. Sedangkan media cetak digunakan saat penyuluhan dengan menggunakan media brosur. Seperti yang diungkapkan oleh ketua kelompok tani Rukun Makaryo Bapak Suyanto saat ditanya tentang media yang digunakan saat penyuluhan yaitu :

”Yang jelas menggunakan leaflet yang biasanya dari sponsor- sponsor dan juga formulator yang datang”. (wawancara 26 Agustus 2009).

Selain itu diungkapkan juga oleh Ibu Anna yaitu : ”menggunakan penyuluhan dan demplot. Untuk alat bantunya menggunakan brosur-brosur. Cara menentukannya kita suluhkan dan kalau ada fasilitas maka akan dilakukan demplot. Sedangkan untuk alternatif pemilihan metode, tekniknya gak ada. Kendala yang dihadapi dalam hal ini yang pengennya kami menyuluh menggunakan LCD namun sampai saat ini belum bisa terealisasikan karena minimnya fasilitas penyuluhan ”. (wawancara

15 September 2009).

Sedangkan metode yang berdasarkan kondisi psiko sosial sasaran yang digunakan penyuluh di Desa Jati yaitu dengan melalui pendekatan kelompok. Ini dibuktikan melalui pertemuan-pertemuan rutin yang diadakan setiap bulannya yaitu pada saat penyuluhan itu sendiri penyuluh mendatangi langsung masing-masing kelompok tani.

Perencanaan penyuluhan yang dilakukan penyuluh di Desa Jati kemudian dituangkan dalam Rencana Kegiatan Penyuluh Pertanian (RKPP) Desa Jati. Di dalam RKPP tertuang semua point-point perencanaan di atas yang meliputi analisis keadaan, masalah yang telah diidentifikasi, tujuan penyuluhan, metode penyuluhan, sasaran penyuluhan, serta dana yang akan digunakan. Dengan adanya RKPP maka ini mengindikasikan bahwa perencanaan penyuluhan yang dilakukan penyuluh Desa Jati memang sudah direncanakan secara matang.

B. Pelaksanaan penyuluhan

Pelaksanaan penyuluhan pertanian merupakan tahapan kedua setelah dilakukan perencanaan. Pelaksanaan penyuluhan harus disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Keberhasilan dari pelaksanaan penyuluhan bisa dilihat dari hasil yang akan dicapai setelah sasaran menerapkan apa yang disampaikan dalam pelaksanaan penyuluhan. Dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian terdapat beberapa komponen yang perlu diperhatikan. Komponen tersebut antara lain :

a. Materi Kegiatan Penyuluhan Materi merupakan komponen utama yang wajib dikuasi oleh seorang penyuluh. Karena dengan materi itulah nantinya seorang penyuluh bisa memberikan informasi kepada sasaran. Materi penyuluhan sendiri sebenarnya juga sudah diatur dalam UU No 16 Tahun 2006 pada Bab VII tentang penyelenggaraan yakni pada bagian ketiga pasal 27 dan 28. Yang berisi sebagai berikut :

Pasal 27

1. Materi penyuluhan dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha dengan memperhatikan kemanfaatan dan kelestarian sumber daya pertanian, perikanan, dan kehutanan.

2. Materi penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi unsur pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial serta unsur ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, ekonomi, manajemen, hukum, dan pelestarian lingkungan.

Pasal 28

1. Materi penyuluhan dalam bentuk teknologi tertentu yang akan disampaikan kepada pelaku utama dan pelaku usaha harus mendapat rekomendasi dari lembaga pemerintah, kecuali teknologi yang bersumber dari pengetahuan tradisional.

2. Lembaga pemerintah pemberi rekomendasi wajib mengeluarkan rekomendasi segera setelah proses pengujian dan administrasi selesai.

3. Teknologi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh menteri.

4. Ketentuan mengenai pemberian rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pemilihan materi penyuluhan di Desa Jati dilakukan oleh penyuluh berdasarkan hasil dari analisis dan identifikasi situasi dan kondisi yang telah dilakukan. Seperti yang telah diungkapkan oleh informan kunci Ibu Anna Maria Handariyati bahwa :

”pemilihan materi disesuaikan dengan analisis terus ditulis di buku harian penyuluh. Materi hanya dibuat point-pointnya saja nanti pada saat penyuluhan baru dikembangkan”. (wawancara 15 September 2009). Selanjutnya materi dituangkan ke dalam tulisan namun hanya

berupa point-point saja yang selanjutnya akan dikembangkan lagi pada saat penyuluhan berlangsung. Hal ini mengindikasikan bahwa materi tidak berupa point-point saja yang selanjutnya akan dikembangkan lagi pada saat penyuluhan berlangsung. Hal ini mengindikasikan bahwa materi tidak

Programa penyuluhan adalah suatu pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan. Penyusunan programa penyuluhan untuk penyuluhan di Desa Jati meliputi beberapa tahapan. Seperti yang telah diungkapkan mantri tani BPP Jaten Ibu Anna Maria bahwa tahapan tersebut antara lain :

1. Tahap I: Penetapan keadaan Keadaan, adalah fakta-fakta yang ditunjukkan oleh data pada saat akan disusunnya suatu program. Data terdiri atas data aktual dan data potensil. Data aktual merupakan data yang nyata saat itu; Data potensial merupakan data yang mungkin akan dicapai. Dalam tahap ini dilakukan dengan melihat potensi sasaran antara lain potensi Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia serta program intensifikasi atau programa penyuluhan yang pernah dilaksanakan.

2. Tahap II: Penetapan masalah Masalah, adalah faktor-faktor penyebab keadaan tidak memuaskan. Masalah diidentifikasi dengan menggunakan wawancara dengan kuesioner yang ditujukan kepada sasaran penyuluhan.

3. Tahap III: Penetapan tujuan Tujuan, adalah pernyataan pemecahan masalah atau pernyataan apa yang ingin dicapai. Tujuan ada dua yaitu tujuan program dan tujuan kegiatan. Tujuan program merupakan pernyataan secara umum apa yang ingin dicapai, sedangkan tujuan kegiatan merupakan pernyataan secara khusus apa yang ingin dicapai.

4. Tahap IV: Penetapan cara mencapai tujuan Cara mencapai tujuan adalah penyususnan suatu rencana kegiatan yang bentuknya berupa sebuah daftar tentang:

a. masalah khusus

b. tujuan kegiatan

c. metode

d. lokasi

e. unit

f. frekuensi

g. volume Yang penting dalam hal ini adalah penetapan metode penyuluhan pertanian yang tepat, yang akan digunakan dalam mencapai tujuan.

b. Tempat Pelaksanaan Penyuluhan Desa Jati merupakan desa yang memiliki 3 kelompok tani. Sehingga kegiatan penyuluhan dilakukan di 3 kelompok tani tersebut. Kelompok tani tersebut antara lain Kelompok Tani Mbangun Coro, Kelompok Tani Rukun Makarti dan Kelompok Tani Rukun Makaryo. Ketiga kelompok tani tersebut dulunya ditangani oleh penyuluh lapang yang bernama Ibu Anna Maria Handariyati. Namun sekarang Ibu Anna telah menjabat menjadi kepala BPP di kecamatan Jaten. Sehingga sekarang penyuluh yang bertugas khusus di Desa Jati adalah Ibu Indri Saptaningsih yang merupakan penyuluh kontrak atau Tenaga Harian Lepas (THL).

Tempat pelaksanaan penyuluhan di Desa Jati dilakukan di dalam ruangan (in door) dan terkadang dilaksanakan di luar ruang atau di lapang (out door). Seperti yang telah diungkapkan oleh Ibu Indri Saptaningsih selaku penyuluh yang sekarang bertugas di Desa Jati :

”penyuluhan biasa dilaksanakan di dalam ruangan di salah satu rumah pengurus atau anggota kelompok tani namun terkadang dilaksanakan juga di luar ruangan seperti di sawah. Penyuluhan di Kelompok Tani Mbangun Coro dilaksanakan di rumahnya Bapak

Mulyono, Kelompok Tani Rukun Makaryo di rumahnya Bapak Sriyono, sedangkan Kelompok Tani Rukun Makarti di rumah Bapak Suwanto” . (wawancara 27 Agustus 2009). Pelaksanaan penyuluhan yang berada di dalam ruang (in door),

tempat pelasanaannya berada di masing-masing pos kelompok tani yang meliputi 3 dusun antara lain Dusun Jati, Dusun Ndukuh dan Dusun Pundungrejo. Kelompok Tani Mbangun Coro bertempat di Dusun Jati. Pos Kelompok Tani Mbangun Coro berada di rumah Bapak Mulyono yang bertugas sebagai bendahara kelompok tani tersebut. Yang kedua adalah Dusun Ndukuh yang merupakan tempat bagi Kelompok Tani Rukun Makarti. Yang pelaksanaannya dilakukan di rumah Bapak Suwanto yang bertindak sebagai Ketua Kelompok Tani Rukun Makarti. Sedangkan Kelompok Tani Rukun Makaryo bertempat di Dusun Banaran. Pelaksanaan kegiatan penyuluhannya dilakukan di rumah Bapak Sriyono.

Tempat pelaksanaannya pun cukup sederhana. Hanya dilakukan di dalam rumah salah seorang pengurus yang telah ditunjuk serta hanya menggunakan meja dan kursi-kursi yang disediakan bagi para undangan dan bagi penyuluh. Dengan disajikan hidangan dan minuman yang kemudian diselingi dengan penyuluhan yang langsung diberikan oleh penyuluh setempat. Sedangkan tempat pelaksanaan yang berada di luar ruangan (out door) dilakukan di sawah. Hal ini dilakukan jika ada proyek atau program penyuluhan dari pemerintah seperti program Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT).

c. Waktu Pelaksanaan Penyuluhan Penyuluhan di Desa Jati dilaksanakan setiap bulannya sekali secara rutin. Masing-masing kelompok tani telah memiliki jadwal penyuluhan sendiri-sendiri. Untuk Kelompok Tani Mbangun Coro setiap tanggal 5, Kelompok Tani Rukun Makaryo setiap tanggal 15, sedangkan Kelompok Tani Rukun Makarti setiap tanggal 1. Namun penetapan waktu tersebut terkadang bisa berubah sesuai dengan kesepakatan bersama dari penyuluh dan sasaran. Hal ini bisa terjadi dikarenakan ada kesibukan antara c. Waktu Pelaksanaan Penyuluhan Penyuluhan di Desa Jati dilaksanakan setiap bulannya sekali secara rutin. Masing-masing kelompok tani telah memiliki jadwal penyuluhan sendiri-sendiri. Untuk Kelompok Tani Mbangun Coro setiap tanggal 5, Kelompok Tani Rukun Makaryo setiap tanggal 15, sedangkan Kelompok Tani Rukun Makarti setiap tanggal 1. Namun penetapan waktu tersebut terkadang bisa berubah sesuai dengan kesepakatan bersama dari penyuluh dan sasaran. Hal ini bisa terjadi dikarenakan ada kesibukan antara

”yang pasti tanggal 15 dalam setiap bulannya kecuali jika ada kesibukan lain dari penyuluh maupun dari anggota ataupun pengurus kelompok tani maka acara penyuluhan diundur sesuai kesepakatan bersama”. (wawancara 26 Agustus 2009).

Juga diungkapkan pula oleh penyuluh Desa Jati Ibu Indri Saptaningsih : ”penyuluhan dilaksanakan setiap bulan masing-masing kelompok beda tanggalnya. Untuk Kelompok Tani Mbangun Coro setiap tanggal 5, Kelompok Tani Rukun Makaryo setiap tanggal 15, sedangkan Kelompok Tani Rukun Makarti setiap tanggal 1. Namun penetapan tanggalnya terkadang bisa mengalami perubahan jika ada keperluan yang mendadak dari salah satu pihak baik dari pihak penyuluh maupun dari kelompok tani”. (wawancara 27 Agustus 2009). Hal tersebut terjadi saat peneliti melakukan observasi. Pelaksanaan

penyuluhan tidak sesuai dengan penetapan tanggal yang telah ditetapkan yaitu tanggal 1, 5 dan 15. Peneliti melakukan observasi mulai pada bulan Agustus tahun 2009. Ternyata didapatkan bahwa penyuluhan di Desa Jati mengalami kevakuman karena banyaknya kegiatan yang dilakukan penyuluh dan pejabat pemerintah setempat dalam persiapan menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) RI. Sehingga di bulan Agustus penyuluhan belum sempat diadakan. Kemudian memasuki bulan September tahun 2009. Penyuluhan pun mengalami kendala dan tidak dilakukan penyuluhan pula di bulan ini. Hal ini karena di bulan September tahun 2009 bertepatan dengan Bulan Suci Ramadhan. Sehingga banyak penduduk Desa Jati dan penyuluh Jati yang berpuasa. Hal ini menjadikan pelaksanaan penyuluhan diundur sampai Bulan Suci Ramadhan berakhir. Memasuki bulan Oktober tahun 2009. barulah kegiatan penyuluhan mulai dilaksanakan. Namun pelaksanaannya pun tidak sesuai dengan penetapan kesepakatan tanggal yang sudah ditetapkan sesuai dengan rencana kegiatan penyuluhan yaitu penyuluhan tidak sesuai dengan penetapan tanggal yang telah ditetapkan yaitu tanggal 1, 5 dan 15. Peneliti melakukan observasi mulai pada bulan Agustus tahun 2009. Ternyata didapatkan bahwa penyuluhan di Desa Jati mengalami kevakuman karena banyaknya kegiatan yang dilakukan penyuluh dan pejabat pemerintah setempat dalam persiapan menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) RI. Sehingga di bulan Agustus penyuluhan belum sempat diadakan. Kemudian memasuki bulan September tahun 2009. Penyuluhan pun mengalami kendala dan tidak dilakukan penyuluhan pula di bulan ini. Hal ini karena di bulan September tahun 2009 bertepatan dengan Bulan Suci Ramadhan. Sehingga banyak penduduk Desa Jati dan penyuluh Jati yang berpuasa. Hal ini menjadikan pelaksanaan penyuluhan diundur sampai Bulan Suci Ramadhan berakhir. Memasuki bulan Oktober tahun 2009. barulah kegiatan penyuluhan mulai dilaksanakan. Namun pelaksanaannya pun tidak sesuai dengan penetapan kesepakatan tanggal yang sudah ditetapkan sesuai dengan rencana kegiatan penyuluhan yaitu

d. Petugas Yang Melakukan Penyuluhan Penyuluh pertanian dalam UU Nomor 16 Tahun 2006 BAB I tentang ketentuan umum pada pasal 1 nomor 19, 20 dan 21 dibagi menjadi

3 antara lain :

1. Penyuluh pegawai negeri sipil yang selanjutnya disebut penyuluh PNS adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan, atau kehutanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan.

2. Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan.

3. Penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh.

Petugas penyuluh yang melakukan penyuluhan di Desa Jati adalah Penyuluh Pertanian Lapang (PPL). Dimana PPL memiliki tugas yaitu:

1. mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi petani, nelayan dan keluarganya dalam berusahatani.

2. Menginventarisasi data di wilayah kerjanya yang dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam penetapan materi penyuluhan pertanian.

3. Membantu menyusun programa penyuluhan pertanian

4. Menggali dan mengembangkan sumber daya.

5. Mengembangkan swadaya dan swakarsa petani nelayan dan keluarganya.

6. Mengikhtiarkan kemudahan bagi para petani, nelayan dan keluarganya antara lain dalam mendapatkan sarana produksi, kredit dan alat-alat pertanian.

7. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani, nelayan da keluarganya dalam penerapan berbagai teknologi produksi, teknologi pasca panen, teknologi pengolahan hasil, pemasaran serta rekayasa sosial ekonomi.

8. Menyusun laporan secara periodik pelaksanaan intensifikasi.

PPL sendiri masih dibagi menjadi dua golongan antara lain:

1. PNS Yaitu tenaga penyuluhan pertanian yang sudah masuk dalam jabatan Pegawai Negeri Sipil.

2. THL (Tenaga Harian Lepas)/ TBPP (Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian) Yaitu tenaga penyuluhan pertanian yang masih berstatus kontrak.

PPL yang bertugas di Desa Jati sekarang adalah Ibu Indri Saptaningsih yang mana statusnya adalah masih sebagai penyuluh kontrak atau Tenaga Harian Lepas. Sedangkan yang sudah lama bertugas di Desa Jati adalah Ibu Anna Maria Handariyati yang dulu adalah PPL Desa Jati namun sekarang telah diangkat menjadi Kepala BPP Jaten.

Pada saat penyuluhan dilaksanakan peneliti menjumpai bahwa Kepala BPP Ibu Anna Maria masih menemani Ibu Indri sebagai penyuluh Jati dalam melaksanakan penyuluhannya. Hal ini dikarenakan status Ibu Indri yang masih dalam kategori penyuluh kontrak dan belum lama bertugas di Desa Jati. Jadi pengalaman penyuluh dalam hal ini adalah faktor utama yang mendasarinya. Selain dari pengalaman faktor image penyuluh di mata petani sasaran juga sangat berpengaruh. Hal ini diungkapkan oleh beberapa petani di Jati bahwa jika penyuluhan tidak dihadiri oleh Ibu Anna maka para petani merasa ada yang kurang dan kurang berani untuk mengungkapkan permasalahannya pada penyuluh yang lain. Hal ini sangat wajar karena Ibu Anna yang sekarang menjabat sebagai Kepala BPP Jaten telah menjadi penyuluh di Desa Jati sudah cukup lama sehingga para petani di Desa Jati lebih terbiasa dengan Ibu Anna dibanding dengan penyuluh lain.

e. Sistem Kerja Penyuluhan Sistem kerja penyuluhan di Desa Jati menerapkan teori dan juga praktek. Teori diberikan pada saat pertemuan penyuluhan berlangsung. Yaitu pada saat penyuluhan yang dilakukan setiap bulan di masing-masing kelompok tani. Pemberian teori diberikan kepada sasaran dengan maksud agar memberikan pemahaman dari materi yang disampaikan. Sehingga dengan pemberian materi ini diharapkan perubahan pengetahuan dari sasaran penyuluhan bisa terjadi peningkatan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Selanjutnya untuk lebih memperdalam pemahaman dari teori yang telah diberikan, maka praktek dari teori tersebut terkadang dilaksanakan di lapang. Dilakukan praktek jika materi yang disuluhkan memang diperlukan praktek di lapang untuk lebih memperjelas teori seperti kegiatan demplot, SLPHT, dan kegiatan lain yang membutuhkan praktek. Dengan adanya praktek di lapang ini diharapkan akan terjadi perubahan ketrampilan dari sasaran. Dari yang semula tidak mampu menjadi mampu.

Penentu keberhasilan dari pelaksanaan kinerja penyuluhan di Desa Jati sendiri tidak lepas dari kemampuan penyuluh itu sendiri. Untuk menciptakan kemampuan penyuluh yang baik maka di Desa Jati menerapkan teknik latihan dan kunjungan. Yang mana teknik ini merupakan transformasi dari sistem latihan dan kunjungan (LAKU) yang sempat menjadi sistem kerja penyuluhan di masa dulu. Namun sekarang sistem LAKU sudah tidak digunakan lagi.

Latihan dilaksanakan setiap satu bulan sekali dengan melatih para penyuluh. Latihan tersebut diberi nama training penyuluh. Trainingnya diikuti oleh penyuluh-penyuluh dari 5 kecamatan yang dikumpulkan menjadi satu. Tempat pelaksanaannya berada di BPP Kebakkramat. Untuk topik yang memutuskan juga dari 5 kecamatan tersebut. Pihak yang memberikan pelatihan berasal dari tingkat kabupaten BP4K (Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan). Materi dari Latihan disesuaikan dengan topic of training yang mana topik tersebut ditentukan sebelum tahun anggaran baru. Kunjungan yaitu penyuluh Latihan dilaksanakan setiap satu bulan sekali dengan melatih para penyuluh. Latihan tersebut diberi nama training penyuluh. Trainingnya diikuti oleh penyuluh-penyuluh dari 5 kecamatan yang dikumpulkan menjadi satu. Tempat pelaksanaannya berada di BPP Kebakkramat. Untuk topik yang memutuskan juga dari 5 kecamatan tersebut. Pihak yang memberikan pelatihan berasal dari tingkat kabupaten BP4K (Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan). Materi dari Latihan disesuaikan dengan topic of training yang mana topik tersebut ditentukan sebelum tahun anggaran baru. Kunjungan yaitu penyuluh

C. Hasil Penyuluhan

Penyuluhan pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan perubahan. Perubahan yang terjadi diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan bagi sasaran penyuluhan. Perubahan tersebut meliputi perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Pengetahuan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi lebih tahu. Sikap dikatakan meningkat, bila terjadi perubahan dari yang tidak mau menjadi mau, memanfaatkan kesempatan- kesempatan yang diciptakan. Ketrampilan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari yang tidak mampu menjadi mampu melakukan suatu pekerjaan yang bermanfaat.

Penyuluhan yang dilakukan di Desa Jati sendiri telah memberikan perubahan. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang informan yang merupakan ketua kelompok tani rukun makarti Bapak Suwanto:

”dengan adanya penyuluhan selama ini ya telah ada perubahan. Hasil produktivitas pun cukup meningkat dibandingkan 3 tahun yang lalu sebelum ada penyuluhan”. (wawancara 1 September 2009). Hasil penyuluhan yang telah di capai kemudian oleh penyuluh ditulis

dalam Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan Pertanian. Seperti yang telah diungkapkan oleh informan kunci yaitu Ibu Anna :

”ditulis dalam Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan Pertanian. Selain itu juga dalam pertemuan dirembugkan lagi apa saja yang telah dicapai dengan sasaran”. (wawancara 15 September 2009).

Laporan hasil kegiatan penyuluhan pertanian merupakan laporan yang dibuat oleh penyuluh dalam akhir bulan setelah melaksanakan kegiatan penyuluhan . Dalam laporan hasil kegiatan penyuluhan berisi tentang point-point antara lain Laporan hasil kegiatan penyuluhan pertanian merupakan laporan yang dibuat oleh penyuluh dalam akhir bulan setelah melaksanakan kegiatan penyuluhan . Dalam laporan hasil kegiatan penyuluhan berisi tentang point-point antara lain

Laporan hasil akan memberikan gambaran bagi penyuluh terhadap perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan dari sasaran penyuluhan. Pengetahuan dan ketrampilan dari sasaran penyuluhan di Desa Jati oleh penyuluh dilihat dari hasil yang telah dicapai. Dan hasil dapat tercapai bila sasaran penyuluhan mau memiliki sikap untuk menerapkan apa yang telah disampaikan dalam penyuluhan. Apabila hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan dari penyuluhan yang ditetapkan maka penyuluh menganggap telah terjadi perubahan pengetahuan dan ketrampilan dari sasaran penyuluh. Hal ini karena petani telah mengambil sikap untuk mau menerapkan apa yang telah disampaikan dalam penyuluhan sehingga hal ini akan mempengaruhi pengetahuan dari sasaran. Ketrampilan akan dibuktikan pada saat sasaran melaksanakan kegiatan dari informasi yang telah disampaikan penyuluh. Ketrampilan sasaran penyuluhan akan meningkat ketika sasaran juga mempraktekannya di lapang. Jika dilihat dari hasil yang telah dicapai dalam penyuluhan di Desa Jati maka di Desa Jati telah terjadi perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Hal ini berarti jika dihubungkan dengan teori maka telah sesuai.

D. Evaluasi Penyuluhan

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam suatu pelaksanaan kegiatan. Evaluasi dibutuhkan untuk perbaikan dari pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan. Dalam penyuluhan, evaluasi dibutuhkan karena kegiatan penyuluhan dilakukan tidak cukup hanya sekali kegiatan kemudian selesai. Akan tetapi kegiatan penyuluhan diharapkan dapat dilakukan secara continue atau berkelanjutan. Sehingga untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan yang lebih baik di masa mendatang maka evaluasi sangat penting untuk dilakukan.

Ceepersad dan Handerson (Ibrahim, et al., 2003) menyebutkan bahwa ada beberapa alasan yang menyatakan perlunya evaluasi dalam proses penyuluhan yaitu:

1. Evaluasi memberikan petunjuk dan mengarahkan tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Evaluasi penting dilakukan untuk melihat manfaat dari implementasi programa penyuluhan secermat mungkin. Evaluasi formal penyuluhan pertanian dapat mengurangi efek-efek bisa penilaian.

2. Evaluasi dapat membantu pelaksanaan-pelaksanaan proyek yang sedang berlangsung. Informasi-informasi yang diperoleh dari evaluasi dapat digunakan untuk memodifikasi atau menyesuaikan bagian-bagian tahapan programa penyuluhan pertanian.

3. Evaluasi dapat digunakan sebagai dasar perencanaan program di masa yang akan datang.

4. Evaluasi formal yang terukur secara jelas diperlukan untuk memperoleh sumber-sumber pembiayaan dari luar.

5. Evaluasi formal menjamin hubungan-hubungan fungsional dengan lembaga lainnya dapat dilakukan secara lancar.

6. Evaluasi formal sangat diperlukan dalam membuat keputusan secara sistematis guna mengembangkan sikap profesionalisme penyuluh pertanian.

Evaluasi dibagi menjadi dua yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Yang mana dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Evaluasi Proses Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengevaluasi seberapa jauh proses kegiatan yang telah dilakukan. Di Desa Jati, evaluasi proses dilakukan melalui musyawarah antara penyuluh dengan sasaran yang dilakukan saat pertemuan. Yang dievaluasi dalam evaluasi proses dalam hal ini adalah mengevaluasi jalannya kegiatan penyuluhan yang ada di Desa Jati.

Evaluasi dilakukan saat penyuluhan berlangsung. Evaluasi dilakukan terhadap kegiatan penyuluhan yang telah selesai sebelumnya.

Penyuluh mengevaluasi dari jalannya kegiatan penyuluhan yang telah berlangsung dengan melihat dari jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan penyuluhan. Penyuluh menanyakan kepada para petani yang sebelumnya tidak datang untuk dimintai keterangan alasan kenapa tidak menghadiri kegiatan penyuluhan. Selain itu evaluasi juga dilakukan pada hasil yang telah dicapai masing-masing petani peserta penyuluhan yang telah menerapkan apa yang telah disuluhkan. Seperti diungkapkan oleh PPL Desa Jati Indri Saptaningsih :

”evaluasi dilakukan dengan bersumber dari laporan dari sasaran yang kemudian akan dicatat dalam catatan tertulis”. (wawancara

27 Agustus 2009). Juga diungkapkan oleh salah satu ketua kelompok tani Desa Jati Bapak Suwanto :

”evaluasi dilakukan saat pertemuan jadi hasil-hasil yang telah dipraktekkan para petani diulas kembali bagaimana hasilnya. Selain itu juga ada dokumen tertulis entah dari dinas pertanian atau penyuluh sendiri”. (wawancara 1 September 2009).

2. Evaluasi Hasil Evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengevaluasi tentang seberapa jauh tujuan-tujuan yang direncanakan telah dapat dicapai. Evaluasi hasil yang dilakukan di Desa Jati dilakukan penyuluh dengan berpedoman pada laporan hasil kegiatan penyuluhan pertanian yang telah dibuat oleh penyuluh. Laporan hasil kegiatan penyuluhan pertanian dibuat berdasarkan laporan tertulis dari sasaran penyuluhan.

Laporan hasil kegiatan penyuluhan pertanian berisi tentang nama kegiatan atau tema saat penyuluhan, waktu diselenggarakannya penyuluhan, tempat tujuan, jumlah yang hadir dalam penyuluhan, serta hasil dari penyuluhan itu sendiri. Dari laporan hasil kegiatan penyuluhan pertanian itulah, penyuluh akan dapat mengidentifikasi kembali atau meninjau ulang balik apa saja yang masih kurang atau tidak sesuai dengan perencanaan dan tujuan penyuluhan. Evaluasi yang didapat kemudian Laporan hasil kegiatan penyuluhan pertanian berisi tentang nama kegiatan atau tema saat penyuluhan, waktu diselenggarakannya penyuluhan, tempat tujuan, jumlah yang hadir dalam penyuluhan, serta hasil dari penyuluhan itu sendiri. Dari laporan hasil kegiatan penyuluhan pertanian itulah, penyuluh akan dapat mengidentifikasi kembali atau meninjau ulang balik apa saja yang masih kurang atau tidak sesuai dengan perencanaan dan tujuan penyuluhan. Evaluasi yang didapat kemudian

Jika dilihat dari proses evaluasi di Desa Jati baik evaluasi proses maupun hasil, maka bisa dikategorikan evaluasi di atas termasuk juga ke dalam evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Taylor (Ibrahim et al., 2003) mengungkapkan bahwa evaluasi dibagi menjadi dua yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif merupakan evaluasi yang berusaha mengidentifikasi dan memperbaiki pelaksanaan program- program dalam jangka pendek. Dengan demikian evaluasi ini dilaksanakan sebelum program tersebut berakhir atau selama program tersebut berjalan. Hal ini sesuai dengan evaluasi proses dimana penyuluh melakukan evaluasi terhadap jalannya proses atau programa penyuluhan. Evaluasi yang dilakukan di Desa Jati sendiri sudah sesuai dengan teori dari evaluasi ini. Evaluasi sumatif merupakan evaluasi yang ditujukan untuk menilai hasil akhir dari pelaksanaan program-program penyuluhan. Jadi evaluasi sumatif dilakukan setelah suatu program telah berkhir. Hal ini juga sesuai dengan evaluasi hasil yang dilakukan penyuluh di Desa Jati. Penyuluh mengevaluasi dengan melihat dari hasil yang telah dicapai dari laporan hasil kegiatan penyuluhan.

Evaluasi dilakukan sendiri oleh penyuluh yang bertugas di Desa Jati. Sehingga dalam hal ini penyuluh bertindak juga sebagai evaluator. Evaluasi yang dilakukan di Desa Jati hanya penyuluh catat dalam buku harian penyuluh saja tidak dituangkan dalam catatan resmi atau formal khusus laporan evaluasi. Dengan adanya laporan khusus evaluasi, diharapkan penyuluh akan lebih mudah mengidentifikasi program mana saja yang belum tercapai sesuai tujuan dari penyuluhan.