Pelaksanaan praktek kerja industri teknik mekanik otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta

PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SURAKARTA

Disusun Oleh: ITA YUMALIA

NIM D0105088

SKRIPSI

Disusun Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

HALAMAN PERSETUJUAN

Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pembimbing

Dra. Sudaryanti, M.Si

HALAMAN PENGESAHAN

Telah Diuji dan Disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari :

Tanggal :

Panitia Penguji:

1. Drs. H. Marsudi, M.Si (.......................................) NIP. 195508231983031001

Ketua Penguji

2. Drs. Suryatmojo, M.Si (......................................) NIP. 195308121986011001

Sekretaris Penguji

3. Dra. Sudaryanti, M.Si (......................................) NIP. 195704261986012002

Penguji

Mengetahui, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, Dekan

Drs. H. Supriyadi, SN., SU

MOTTO

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain,

D an hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (QS. Al-Insyirah : 5-8)

Pabila engkau sedang bergembira, Mengacalah dalam-dalam ke dalam jiwamu,

D i sanalah nanti engkau akan dapati, Bahwa yang pernah membuat derita, Berkemampuan memberimu bahagia.

(Kahlil G ibran)

Jangan Pernah Mengeluh Karena D engan Mengeluh Tidak Akan Selesai Masalah, Teruslah Berusaha dan Yakin Bahwa Allah Akan Memberimu Kemudahan, Allah Tidak Pernah Tidur

D ia Akan Menunjukkan Jalan Terbaik Kepada Hamba-N ya

Yang Mau Berdoa. (Penulis)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan kepada:

♦ Bapak dan Ibu tercinta

Bapak dan Ibu yang selalu iklas berdoa untukku, terima kasih atas segala kasih sayang, bimbingan, dan atas pengorbanan serta perjuangan yang tiada kenal lelah, kupersembahkan karya kecilku…untuk kalian.

♦ Adik-adikku tersayang

Terima kasih telah memberiku semangat dan motivasi serta membuatku tertawa kala sedih dan bahagia.

♦ Almamaterku

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil’aalamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pelaksanaan Praktek Kerja Industri Teknik Mekanik Otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta”.

Penulis menyadari bahwa sejak awal sampai selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, dorongan, dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Ibu Dra. Sudaryanti, M.Si selaku pembimbing atas bimbingan, arahan, dan motivasi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Sudarto, M.Si selaku pembimbing akademis, atas bimbingan akademis yang telah diberikan selama ini.

3. Bapak Drs. Sudarto, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Drs. H. Supriyadi, SN., SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Bapak Drs. Rakhmat Sutopo, M.Pd selaku Kepala SMK Negeri 2 Surakarta atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

6. Bapak Drs. Sarmanto selaku wakil kepala sekolah hubungan masyarakat SMK Negeri 2 Surakarta atas informasi yang diberikan dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak Hari Agung S,S. Pd dan Bapak Tri Joko S,S.Pd selaku pembimbing praktek kerja industri yang telah bersedia menjadi nara sumber bagi penulis.

8. Bapak Nursaidi, S.Pd selaku wakil kepala sekolah sumber daya manusia SMK Negeri 2 Surakarta yang telah memberikan data-data kepada penulis.

9. Siswa SMK Negeri 2 Surakarta yang telah menjadi nara sumber bagi penulis.

10. Riezka, Aroem, Anggietha, Nofika, Irma, Yaya, Yhu-nie, Ipin, Betty, dan

teman-teman AN 2005 yang telah memberi motivasi, bantuan serta atas kebersamaannya selama ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, meskipun telah berusaha secara maksimal untuk hasil yang terbaik. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang menuju ke arah perbaikan skripsi ini akan penulis perhatikan. Meskipun demikian penulis berharap agar penelitian ini dapat dijadikan awal bagi penelitian selanjutnya yang lebih mendalam dan dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membutuhkan. Amien.

Surakarta, Agustus 2009

Penulis

A. Kesimpulan ........................................................................... 108

B. Saran ..................................................................................... 111 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Penelusuran Tamatan Di SMK Negeri 2 Surakarta Tahun Diklat 2007/2008, Penyerapan Sampai Bulan November 2008 .......................................

2.1. Guru SMK Negeri 2 Surakarta Berdasarkan Status Tahun Pelajaran 2008/2009 .........................................................................................

2.2. Guru SMK Negeri 2 Surakarta Berdasarkan Pendidikan Tahun Pelajaran 2008/2009 ........................................................................................

2.3. Karyawan SMK Negeri 2 Surakarta Berdasarkan Status Tahun Pelajaran 2008/2009 .........................................................................................

2.4. Karyawan SMK Negeri 2 Surakarta Berdasarkan Pendidikan Tahun Pelajaran 2008/2009..........................................................................

2.5. Jumlah Siswa dan Jumlah Kelas di SMK Negeri 2 Surakarta Berdasarkan Tingkat Kelas Tahun Pelajaran 2008/2009 ........................................

2.6. Jumlah Siswa dan Jumlah Kelas di SMK Negeri 2 Surakarta Berdasarkan Program Keahlian Tahun Pelajaran 2008/2009..................................

3.1. Nama dan Alamat Dunia Usaha/ Industri Untuk Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif SMK Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 72

3.2. Pemetaan Siswa Prakerin Periode 1 Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif Tahun Pelajaran 2009/2010................................................

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

28

1.1. Kerangka Pemikiran............................................................................

35

1.2. Model Analisis Interaktif ....................................................................

46

2.1. Struktur Organisasi SMK Negeri 2 Surakarta......................................

65

2.2. Struktur OSIS SMK Negeri 2 Surakarta Tahun 2008/2009 ..................

ABSTRAK

Ita Yumalia, D 0105088. Skripsi. Pelaksanaan Praktek Kerja Industri Teknik Mekanik Otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 2009. 106 halaman.

Dalam rangka mendekatkan kesesuaian mutu tamatan Sekolah Menengah Kejuruan dengan dunia kerja, Pemerintah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan kebijakan untuk menyelenggarakan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan dengan model Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Pendidikan Sisten Ganda merupakan suatu proses pendidikan yang melibatkan sekolah di satu sisi dan dunia kerja dalam bentuk praktek kerja industri pada sisi lain. Praktek kerja industri merupakan bentuk sistem pendidikan baru yang menggantikan sistem pendidikan lama yaitu sistem magang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut tentang pelaksanaan praktek kerja industri teknik mekanik otomotif di SMK Negeri 2 Surakarta.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : (a) penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan menitikberatkan/ mengarah pada pendeskripsian (penggambaran) mengenai kondisi di lapangan (tipe deskriptif), (b) lokasi penelitian adalah Sekolah Menegah Kejuruan Negeri 2 Surakarta, (c) teknik penarikan sampel menggunakan teknik purposive sampling, (d) sumber data yang digunakan adalah informan, peristiwa atau aktivitas, dan dokumen, (e) taknik pengumpulan data menggunakan tiga cara yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi, (f) metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis data interaktif, (g) validitas data menggunakan triangulasi sumber.

Hasil penelitian ini adalah pelaksanaan praktek kerja industri teknik mekanik otomotif di SMK Negeri 2 Surakarta melalui beberapa tahap yaitu tahap persiapan praktek kerja industri yang meliputi penentuan waktu pelaksanaan praktek kerja industri, pemetaan dunia usaha/ industri, dan pemetaan siswa dan pembekalan siswa telah berjalan dengan baik walaupun ada kendala dalam hal pemetaan dunia usaha/industri yaitu karena kesibukan pihak dunia usaha/industri dapat diatasi dengan mencari dunia usaha/industri lain yang sesuai dengan kompetensi siswa dan bersedia bekerjasama. Untuk pelaksanaan praktek kerja industri juga sudah berjalan cukup baik, namun dalam pembimbingan siswa oleh guru pembimbing masih belum optimal karena masih ada beberapa guru pembimbing yang tidak melakukan tugas dengan baik. Sedangkan tahap pengumpulan buku jurnal praktek kerja industri sudah dilakukan oleh siswa dengan baik dan pada tahap penulisan surat keterangan praktek kerja industri juga sudah baik.

Saran yang diberikan adalah waktu pelaksanaan prakerin ditambah menjadi 3-4 bulan, dalam pembekalan juga bisa mendatangkan pembicara dari alumni, perlu dilakukan kominikasi antara siswa dengan wakil kepala sekolah hubungan masyarakat maupun dengan pokja praktek kerja industri mengenai

ABSTRACT

Ita Yumalia, D 0105088, Skripsi, The Implementation of Industrial work practice of Automotive Mechanical Engineering in Public Vocational High School 2 Surakarta, Social and Political Sciences, Sebelas Maret University, Surakarta, 2009, 106 pages.

In the attempt of matching the quality of Vocational High School’s graduation and the work field, the Government through the Education and Culture Office issues policy to implement the curriculum of Vocational High School with Multiple System Education (PSG). The Multiple System Education is an education process involving the school on the one hand and work field in the form of industrial work practice on the other hand. Industrial work practice is the new form of education system replacing the old education system, the apprenticeship system. This study aims to find out more about the implementation of industrial work practice of automotive mechanical engineering in Public Vocational High School 2 Surakarta.

The methods employed in this research are: (a) the research used a qualitative research method, emphasizing/focusing on description of field condition (descriptive type), (b) the research location was Public Vocational High School 2 Surakarta, (c) the sampling technique employed was purposive sampling, (d) data sources used were informant, event and activity, and document, (e) techniques of collecting data used were interview, observation, and documentation, (f) method of analyzing data used was an interactive data analytical method, (g) the data validity used was source triangulation.

The result of research is the implementation of industrial work practice of automotive mechanical engineering in Public Vocational High School 2 Surakarta encompasses several stages the preparation of industrial work practice involving the determination of industrial work practice schedule, business/industrial realm mapping, and students mapping and students building had proceed well despite several obstacles in the term of business/industrial realm that is because the business/industrial realm preoccupation can be coped with by searching for other business/industrial realm corresponding to the students competence and the readiness to cooperate. The implementation of industrial work practice of automotive mechanical engineering had proceeded well, but the students guiding by the counseling teacher has not been optimum because many counseling teachers do not their task well. Meanwhile the collection of journal book on industrial work practice has been conducted well by the students and the stage of recommendation letter writing of industrial work practice has also proceeded well.

The recommendation given is that the implementation of prakerin time is increased to 3-4 months, the speaker from the alumni can be invited in the students building, there should be communication between the students and the vice headmaster, public relations and with the work group of industrial work practice about the building system from the counseling teacher.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Memasuki kerjasama ekonomi, Negara-negara Asia Tenggara melalui kawasan perdagangan bebas asean (Asean Free Trade Area/ AFTA) sejak tahun 2003 dan pasar bebas dunia tahun 2020 akan menimbulkan persaingan ketat baik barang jadi/komoditas maupun jasa. Ini berarti Indonesia harus meningkatkan daya saing baik mutu hasil produksi maupun jasa. Peningkatan daya saing ini dimulai dari penyiapan sumber daya manusia (SDM) berkualitas yang merupakan faktor keunggulan menghadapi persaingan tersebut. Jika kita tidak bisa mengantisipasi persiapan sumber daya manusia yang berkualitas antara lain, berpendidikan, memiliki keahlian dan keterampilan terutama bagi tenaga kerja dalam jumlah yang memadai, maka Indonesia akan menjadi korban perdagangan bebas. Oleh karena itu, negara kita perlu menyiapkan sumber daya manusia baik pada tingkat menengah maupun tingkat tinggi yang memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan industri atau dunia usaha. Salah satunya upaya penyiapan sumber daya manusia adalah melalui pendidikan.

Pendidikan merupakan salah satu sektor yang berinterdependensi dengan sektor lainnya dalam pembangunan. Pada negara yang tengah berkembang, pendidikan diposisikan sebagai sarana untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pencipta sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan sangat penting artinya, karena tanpa pendidikan manusia akan terbelakang dan Pendidikan merupakan salah satu sektor yang berinterdependensi dengan sektor lainnya dalam pembangunan. Pada negara yang tengah berkembang, pendidikan diposisikan sebagai sarana untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pencipta sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan sangat penting artinya, karena tanpa pendidikan manusia akan terbelakang dan

Dalam kaitannya dengan pendidikan, Idra Djati Sidi (2001: 42), mengemukakan bahwa di abad-21, pendidikan nasional setidaknya menghadapi empat tantangan besar yang kompleks, yaitu:

1. Tantangan untuk meningkatkan nilai tambah (added value), yaitu bagaimana meningkatkan nilai tambah dalam rangka meningkatkan produktivitas nasional, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan pembangunan berkelanjutan.

2. Tantangan untuk melakukan pengkajian secara komprehensif dan mendalam terhadap terjadinya transformasi (perubahan) struktur masyarakat, dari masyarakat agraris ke masyarakat modern, menuju masyarakat industri yang menguasai teknologi dan informasi, yang implikasinya pada tuntutan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM).

3. Tantangan dalam persaingan global yang semakin ketat yaitu bagaimana meningkatkan daya saing bangsa dalam menghasilkan karya-karya yang bermutu dan mampu bersaing sebagai hasil penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks).

4. Munculnya kolonialisme di bidang iptek dan ekonomi menggantikan kolonialisme politik. Berkembangnya teknologi informasi dalam bentuk komputer dan internet, membuat bangsa kita tergantung terhadap bangsa barat dalam hal teknologi dan informasi.

Rendahnya mutu pendidikan akan berakibat pada rendahnya mutu sumber daya manusia. Karena proses untuk menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu adalah melalui jalur pendidikan dan proses pembelajaran yang bermutu pula. Oleh karena itu, sistem pendidikan tidak cukup hanya mentransfer ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (ipteks), akan tetapi juga memerlukan aspek ketrampilan (skill) untuk menerapkan ipteks dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penyelenggaraan pendidikan dari masa ke masa senantiasa disesuaikan dengan tuntutan dan perubahan zaman seiring dengan perkembangan ipteks serta mempertimbangkan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa. Meskipun penentu keberhasilan seseorang dalam meraih kemapanan hidup tidak sepenuhnya ditentukan oleh pendidikan, namun tidak bisa dipungkiri bahwa jalur pendidikan merupakan jalan terbaik bagi seseorang untuk memperoleh pekerjaan. Secara empiris, telah terjadi kekurang sepadanan antara supply dan demand keluaran pendidikan. Dalam arti lain, adanya kekurangcocokan kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja.

Dari data statistik tahun 2006, jumlah penduduk Surakarta pada tahun 2006 adalah 512.898 jiwa dan yang termasuk usia kerja sebesar 396.609 (77,33 %). Dari keseluruhan jumlah penduduk usia kerja tersebut, penduduk yang berada pada kelompok angkatan kerja sebesar 235.383 jiwa (63,89 %). Angkatan kerja Dari data statistik tahun 2006, jumlah penduduk Surakarta pada tahun 2006 adalah 512.898 jiwa dan yang termasuk usia kerja sebesar 396.609 (77,33 %). Dari keseluruhan jumlah penduduk usia kerja tersebut, penduduk yang berada pada kelompok angkatan kerja sebesar 235.383 jiwa (63,89 %). Angkatan kerja

12 : 1, jadi dalam setiap 12 angkatan kerja terdapat 1 orang yang masih menganggur. Tahun 2006, jumlah pengangguran di Surakarta sekitar 19.491 jiwa dimana sekitar 40,44 % (7.882 orang) dari mereka masih berpendidikan rendah dan 59,56 % (11.609 orang) berpendidikan tinggi. (Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2006).

Kompetisi di dunia kerja semakin hari tidak hanya semakin ketat tetapi juga semakin berat, dimana untuk memperoleh pekerjaan yang memadai atau sesuai dengan yang diinginkan dibutuhkan kemauan pendidikan yang cukup. Pendidikan sangat relevan memberikan kontribusi sebagai sarana pengembangan sumber daya manusia. Wagiran dan Didik Nurhadiyanto (2004: 55), menyatakan bahwa pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai pemasok tenaga kerja, namun dituntut menghasilkan lulusan yang memang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat dan dunia kerja. Ini menunjukkan bahwa lembaga pendidikan turut bertanggungjawab terhadap kualitas lulusan termasuk dalam hal mendapatkan pekerjaan setelah lulus. Jika tidak, maka lembaga pendidikan hanya menghasilkan pengangguran baru yang tidak terserap di lapangan kerja.

Di Indonesia, tuntutan publik terhadap pelayanan pendidikan yang adil dan berkualitas semakin meningkat sejak masa reformasi. Tuntutan publik tersebut .

antara lain tuntutan terhadap mutu pendidikan, kesiapan tenaga pendidik, fasilitas, antara lain tuntutan terhadap mutu pendidikan, kesiapan tenaga pendidik, fasilitas,

sendiri. (http://re- searchengines.com/0607syunu.html). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi salah satu perhatian pemerintah dalam melaksanakan pembangunan. Perhatian pemerintah tersebut dapat dilihat dari usaha-usaha peningkatan kualitas lembaga berupa peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan jumlah dan kemampuan pendidik yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) agar mampu bersaing di pasar kerja. Adapun kebijakan yang diambil Pemerintah untuk menghasilkan lulusan SMK yang siap bersaing di pasar kerja adalah Kebijakan link and match.

lapangan

pekerjaan

Kebijakan link and match merupakan alternatif dalam rangka mendekatkan kesesuaian mutu tamatan dengan kebutuhan lapangan. Link berarti keterkaitan atau hubungan interaktif, sedangkan match berarti kesesuaian atau kecocokan. Dengan demikian link and match merupakan kebijakan di bidang pendidikan yang hasilnya diharapkan akan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Kebijakan link and match ini kemudian dikembangkan dengan model Pendidikan

Sistem Ganda (PSG). Pendidikan Sistem Ganda (PSG) merupakan kegiatan belajar yang memadukan pengalaman belajar siswa di sekolah dengan kegiatan belajar melalui bekerja langsung di perusahaan/ industri sesuai dengan bidang studi yang dipelajari dalam bentuk praktek kerja industri (Mardi, 1997: 50).

Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) sebagai sebuah organisasi yang salah satu tujuannya menghasilkan tenaga kerja tingkat menengah yang berkualitas dan siap bekerja pada bidang tertentu harus terus meningkatkan kualitas pendidikan sehingga dapat mewujudkan keinginan masyarakat. Salah satu strategi SMK dalam mewujudkan keinginan masyarakat adalah dengan menerapkan konsep Total Quality Management (TQM). Konsep TQM ini pada dasarnya menekankan pada perbaikan berkesinambungan (continual improvement) pada setiap proses organisasi untuk memenuhi keinginan masyarakat. Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana dalam buku “Total Quality Management” (2001: 262), memberikan penjelasan perbaikan berkesinambungan sebagai suatu usaha konstan untuk mengubah dan membuat sesuatu menjadi lebih baik. ISO 9000 merupakan bagian dari standar mutu untuk mengoptimalkan efektivitas mutu suatu organisasi melalui perbaikan berkesinambungan.

Sebagai organisasi publik yang peduli terhadap keinginan masyarakat, SMK Negeri 2 Surakarta terus berupaya mutu organisasi melalui visinya yaitu mencetak sumber daya manusia profesional dalam bidang teknologi dan industri yang mampu menghadapi era global. Atas upayanya tersebut, SMK Negeri 2 Surakarta berhasil meraih sertifikasi ISO 9001:2000 yang merupakan bagian dari standar mutu ISO 9000. ISO 9001:2000 adalah sistem terpadu untuk

mengoptimalkan efektivitas mutu suatu perusahaan, dengan menciptakan suatu kerangka kerja dengan maksud untuk meningkatkan mutu, daya saing, dan pangsa pasar organisasi tersebut (Nasution, 2001: 218). Dengan diterapkannya ISO 9001: 2000 di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta menjadikan sekolah ini sebagai salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) unggulan di Surakarta. Sebagai sekolah unggulan di Surakarta, SMK Negeri 2 Surakarta diharapkan mampu melaksanakan praktek kerja industri dengan baik karena dengan pelaksanaan praktek kerja industri diharapkan mampu menyiapkan lulusan dalam menghadapi dunia kerja.

Setiap program yang dibuat selalu memiliki tujuan demikian juga dengan program ini. Mengenai tujuan pelaksanaan praktek kerja industri, dalam wawancara dengan Bapak Sarmanto selaku Wakil Kepala Sekolah hubungan masyarakat diketahui bahwa ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, seperti yang nampak pada hasil wawancara berikut:

“Tujuan dari praktek kerja industri adalah untuk mendapatkan input mengenai sinkronisasi kurikulum dan validasi kurikulum antara sekolah dengan industri. Sedangkan bagi siswa, praktek kerja industri dilaksanakan untuk mengetahui dan memahami wawasan industri selain itu juga untuk mempersiapkan kebutuhan dasar, menengah/ tingkat lanjut angkatan tenaga madya/ alumni SMK yang dibutuhkan industri”. (wawancara, 29 Mei 2009 pukul 10.50).

Seperti yang disebutkan diatas tujuan praktek kerja industri adalah mensinkronkan antara kurikulum sekolah dengan industri sehingga pihak sekolah mengetahui tenaga kerja yang bagaimana yang mereka harapkan dan pihak sekolah dapat memperbaiki kualitas lulusan yang dihasilkan. Sekolah dituntut Seperti yang disebutkan diatas tujuan praktek kerja industri adalah mensinkronkan antara kurikulum sekolah dengan industri sehingga pihak sekolah mengetahui tenaga kerja yang bagaimana yang mereka harapkan dan pihak sekolah dapat memperbaiki kualitas lulusan yang dihasilkan. Sekolah dituntut

SMK Negeri 2 Surakarta telah berhasil mencetak lulusan yang bermutu. Hal ini dapat dilihat dari tabel 1.1 tentang penelusuran tamatan SMK Negeri 2 Surakarta.

Tabel 1.1 Penelusuran Tamatan Di SMK Negeri 2 Surakarta Tahun Diklat 2007/2008, Penyerapan Sampai Bulan November 2008

Program Jml Belum %

Bekerja Melanjutkan Wirausaha

Keahlian Lulusan Bekerja Kerja TGB

Sumber: SMK Negeri 2 Surakarta Ket:

1. TGB : Tek. Gambar Bangunan 2. TKB : Tek. Konstruksi Bangunan 3. TP : Tek. Perkayuan 4. TAV : Tek. Audio Visual

6. TPM : Tek. Pemesin 7. TMO : Tek. Mekanik Otomotif 8. TKJ : Tek. Komputer Jaringan

Dari tabel 1.1 diatas, dapat dilihat bahwa jumlah lulusan SMK Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2007/2008 yang sudah bekerja 290 orang dan yang bekerja mandiri/ berwirausaha 72 orang. Sedangkan lulusan yang melanjutkan ke perguruan tinggi/ kursus ada 51 orang atau sekitar 10,38% dan yang belum bekerja ada 78 orang. Melihat jumlah lulusan yang terserap di dunia kerja dan yang berwirausaha ada 73,72% menunjukkan bahwa praktek kerja industri yang dilaksanakan di SMK Negeri 2 Surakarta cukup berhasil dalam menyiapkan peserta didik memasuki dunia kerja. Setelah lulus, mereka tidak hanya dapat diterima kerja di suatu perusahaan tetapi juga sebagian dari mereka dapat menciptakan usaha sendiri atau berwirausaha.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan praktek kerja industri sebagai salah satu upaya dalam mempersiapkan siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta memasuki dunia kerja.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, untuk membatasi permasalahan yang akan dibahas, maka penulis mengambil perumusan masalah: “Bagaimana pelaksanaan praktek kerja industri teknik mekanik otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta?”

C. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan termasuk penelitian pada dasarnya selalu mempunyai maksud dan tujuan tertentu yang dijadikan pedoman dan arahan. Tujuan merupakan standar atau patokan yang akan dituju peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Tujuan Operasional Untuk memperolah gambaran tentang pelaksanaan praktek kerja industri teknik mekanik otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta.

2. Tujuan Fungsional Agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh lembaga yang bersangkutan maupun pihak lain yang membutuhkan sebagai pengetahuan ataupun dasar pengambilan keputusan.

3. Tujuan Individual Untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana (S1) pada Program Studi Administrasi Negara, jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:

a. Untuk memberi gambaran megenai pelaksanaan praktek kerja industri teknik mekanik otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta a. Untuk memberi gambaran megenai pelaksanaan praktek kerja industri teknik mekanik otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta

c. Sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam upaya mengoptimalkan pelaksanaan praktek kerja industri teknik mekanik otomotif sebagai salah satu upaya dalam mempersiapkan siswa dengan berbekal pengetahuan dan ketrampilan untuk memasuki dunia kerja.

E. Tinjauan Pustaka

1. Pelaksanaan

Pengertian pelaksanaan/ implementasi menurut Salusu (1998: 409) adalah: “Implementasi adalah seperangkat kegiatan yang dilaksanakan menyusul

suatu keputusan. Suatu keputusan selalu dimaksudkan untuk mencapai sasaran tertentu. Guna merealisasikan pencapaian sasaran itu, diperlukan serangkaian aktivitas.”

Jadi, dapat dikatakan bahwa implementasi adalah operasionalisasi dari berbagai aktivitas guna mencapai suatu sasaran tertentu. Higgins (dalam Salusu, 1998: 410) berpendapat bahwa implementasi adalah serangkaian strategi dari berbagai kegiatan yang didalamnya sumber daya manusia menggunakan sumber daya lain untuk mencapai sasaran dari strategi.

Selanjutnya Salusu (1998: 411) mengemukakan bahwa implementasi adalah suatu proses yang terarah dan terorganisasi yang melibatkan banyak sumber daya.

Hal yang paling kritis dalam public policy adalah usaha untuk melaksanakan policy (kebijakan). Jika suatu kebijakan telah diputuskan, kebijakan Hal yang paling kritis dalam public policy adalah usaha untuk melaksanakan policy (kebijakan). Jika suatu kebijakan telah diputuskan, kebijakan

Pelaksanaan kebijakan dilakukan setelah kebijakan tersebut ditetapkan. Hal ini dapat dilihat dari pendapat Miftah Thoha (1005: 68) sebagai berikut: “Jika policy telah ditetapkan, persoalan yang kemudian timbul ialah

bagaimana policy itu dilaksanakan. Dengan kata lain, jika suatu kebijaksanaan telah diputuskan, maka dibutuhkan suatu sistem untuk melaksanakan kebijaksanaan tersebut.”

Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan setelah keputusan ditetapkan guna mencapai sasaran tertentu yang didalamnya melibatkan banyak sumber daya.

2. Pendidikan kejuruan

Pendidikan sebagai pranata pengembangan sumber daya manusia mempunyai tujuan untuk mewujudkan pembangunan bangsa. Definisi pendidikan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) dalam Hasbullah (2005: 307), yaitu:

“Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan suasana belajar mengajar kepada peserta didik sehingga Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan suasana belajar mengajar kepada peserta didik sehingga

Sementara itu, Robert Palmer (2007), berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas sistem pendidikan, yaitu: “factors that will ensure or inhibit the sustainable provision of quality

education system such as the financing of education; availability of teachers and educational managers; the educational infrastructure; attitudes towards education; a supportive home and community environment; and the opportunities for progressing up the educational ladder ”.

Dari pendapat diatas dapat diketahui bahwa kualitas sistem pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pembiayaan pendidikan, ketersediaan guru dan manajer pendidikan, infrastruktur pendidikan, sikap terhadap pendidikan, lingkungan rumah dan masyarakat yang mendukung, dan peluang untuk maju pada jenjang pendidikan

Menurut Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 15 dalam Hasbullah (2005: 314), jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan,

dan khusus. Sedangkan House committe on education and labour menyatakan bahwa: “Pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat,

pendidikan dasar ketrampilan dan kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan ketrampilan. Program kejuruan merupakan program pengembangan dan bukan program terminal, mempersiapkan siswa kepada pilihan maksimal untuk melanjutkan studi atau mendapatkan pekerjaan.”(Oemar Hamalik, 1990: 24).

Mardi Rasyid (1997: 49) menyatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan lulusan untuk memasuki dunia kerja. Sedangkan Sutaryadi (2004: 48) berpendapat bahwa:

“Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang membantu mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik sebagai persiapan untuk bekerja atau pendidikan tambahan dalam bekerja, meskipun tidak menutup kemungkinan untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang membekali peserta didik dengan program pengembangan bakat dan pendidikan dasar ketrampilan yang mengarah pada dunia kerja. Oleh karena itu, arah pengembangan pendidikan kejuruan diorientasikan pada pemenuhan permintaan pasar kerja, meskipun tidak menutup kemungkinan peserta didik melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Setiap organisasi pasti mempunyai suatu tujuan begitu pula dengan sekolah. Sekolah Menengah Kejuruan sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan atas UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 15 dalam Hasbullah (2005: 349), merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.

Sukamto dalam Sutaryadi (2004: 48) mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan adalah semua program pendidikan diberbagai jenjang yang bertujuan untuk membantu peserta didik mengembangkan potensinya ke arah suatu bentuk pekerjaan (karier). Sedangkan menurut Wagiran dan Didik Nurhadiyanto (2004: Sukamto dalam Sutaryadi (2004: 48) mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan adalah semua program pendidikan diberbagai jenjang yang bertujuan untuk membantu peserta didik mengembangkan potensinya ke arah suatu bentuk pekerjaan (karier). Sedangkan menurut Wagiran dan Didik Nurhadiyanto (2004:

Menurut Made Wena dalam Sutaryadi (2004: 48) tujuan pendidikan kejuruan adalah:

1. membekali peserta didik dengan seperangkat pengetahuan, sikap, dan ketrampilan;

2. menghasilkan tamatan yang siap pakai;

3. mengembangkan potensi yang ada pada diri anak;

4. mempersiapkan peserta didik untuk mampu memasuki lapangan kerja.

Berdasarkan uraian diatas, pendidikan kejuruan mempunyai suatu tujuan yaitu membekali peserta didik dengan pengetahuan, sikap dan ketrampilan untuk memasuki dunia kerja dan menyiapkan siswa memasuki lapangan kerja serta menghasilkan lulusan yang mampu menjadi tenaga tingkat menengah yang siap pakai, terampil, luwes, menguasai teknologi dan seni, efektif dan efisien dalam bekerja.

Namun sampai saat ini, pendidikan kejuruan masih diselimuti oleh berbagai permasalahan terutama terkait dengan masalah relevansi pendidikan kejuruan dengan dunia usaha dan industri. Permasalahan tersebut tampak dengan masih banyaknya pengangguran terbuka yang berasal dari sekolah menengah kejuruan. Sekolah menengah kejuruan tiap tahunnya meluluskan peserta didik, namun tidak semuanya terserap di dunia kerja sehingga akan menambah jumlah pengangguran yang berasal dari lulusan SMK.

Keadaan diatas menunjukkan adanya kesenjangan antara ketrampilan dan keahlian yang diperlukan oleh perusahaan/ industri dengan keahlian dan Keadaan diatas menunjukkan adanya kesenjangan antara ketrampilan dan keahlian yang diperlukan oleh perusahaan/ industri dengan keahlian dan

Badeni (2002: 714), menyatakan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dapat dikatakan memiliki relevansi yang tinggi dengan kebutuhan kerja apabila:

a. Masa tunggu tamatan sampai memperoleh pekerjaan relatif singkat atau pendek.

b. Para lulusannya bekerja sesuai dengan program atau bidang keahlian yang diberikan.

c. Tingkat partisipasi lulusan di dunia kerja tinggi dan prosentase lulusannya yang terserap di dunia kerja tinggi.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa tamatan SMK dikatakan relevan dengan dunia kerja apabila setelah lulus dari SMK, para lulusan tersebut segera mendapatkan pekerjaan dan mampu bekerja sesuai dengan bidang keahliannya. Untuk itu, pihak SMK harus terus berusaha untuk meningkatkan kualitas lulusannya agar relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Adapun salah satu upaya SMK dalam menciptakan lulusan yang relevan dengan dunia kerja adalah dengan melaksanakan Pendidikan Sistem Ganda (PSG).

3. Pendidikan sistem ganda (PSG)

Pendidikan Sistem Ganda merupakan program kerjasama antara lembaga pendidikan dengan dunia industri. Menurut Mardi (1997: 50), Pendidikan Sistem Ganda (dual system) sebelumnya telah dilaksanakan di beberapa negara seperti di Amerika Serikat dan di Jerman. Di Amerika Serikat, program di laksanakan pada Universitas Cincinnati dengan nama “cooperative education” dimana sebagian pengalaman belajar siswa dilakukan di sekolah dan sebagian lagi di industri Pendidikan Sistem Ganda merupakan program kerjasama antara lembaga pendidikan dengan dunia industri. Menurut Mardi (1997: 50), Pendidikan Sistem Ganda (dual system) sebelumnya telah dilaksanakan di beberapa negara seperti di Amerika Serikat dan di Jerman. Di Amerika Serikat, program di laksanakan pada Universitas Cincinnati dengan nama “cooperative education” dimana sebagian pengalaman belajar siswa dilakukan di sekolah dan sebagian lagi di industri

Depdikbud-Konsep sistem ganda pada sekolah menengah kejuruan di Indonesia (1994: 7) mengemukakan bahwa: “Sistem Ganda adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian

profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu”. (Depdikbud-Konsep sistem ganda pada sekolah menengah kejuruan di Indonesia, 1994: 7).

Sedangkan Sutaryadi (2004: 49) menyatakan bahwa Pendidikan sistem ganda merupakan program bersama antara SMK dengan industri (dunia kerja) dan dilaksanakan di dua tempat, yaitu di sekolah dan di dunia kerja.

Selanjutnya Mardi (1997: 50 ) juga memiliki pendapat yang senada dengan pendapat diatas, ia berpendapat bahwa: “Pendidikan Sistem Ganda (PSG) merupakan kegiatan belajar yang

memadukan pengalaman belajar siswa di sekolah dengan kegiatan belajar melalui bekerja langsung di perusahaan/ industri sesuai dengan bidang studi yang dipelajari dalam bentuk praktik kerja industri.”

Berdasarkan pengertian PSG di atas, dapat diartikan bahwa pendidikan sistem ganda adalah suatu proses pendidikan yang melibatkan sekolah di satu sisi dan dunia kerja pada sisi lain. Program pendidikan pada PSG diarahkan pada pencapaian kemampuan profesional sesuai dengan tuntutan jabatan pekerjaan yang berlaku di dunia kerja. Program pendidikan ini dapat tercapai jika ada kerjasama yang saling membutuhkan antara dunia pendidikan khususnya Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) dengan dunia kerja. Tanpa adanya peran serta dari dunia kerja maka SMK dalam menghasilkan kualitas lulusan yang terampil dan siap kerja tidak akan tercapai, karena dunia kerja yang mengerti bagaimana standart tenaga kerja yang siap dan terampil yang dibutuhkan oleh pasar kerja.

Adapun tujuan Pendidikan Sistem Ganda menurut Depdikbud-Konsep Sistem Ganda Pada Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia (1994: 7) adalah:

menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, ketrampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja. memperkokoh link and match antara sekolah dengan dunia kerja. meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas profesional.

memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.

Berdasarkan tujuan diatas dapat diketahui pendidikan Sistem Ganda (PSG) merupakan upaya lembaga pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajarnya di lingkungan sekolah dan di dunia usaha. Maksud utama dari pelaksanaan PSG ini adalah memperkokoh link and match antara sekolah dan dunia kerja supaya dengan PSG ini dapat meningkatkan efisiensi pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang profesional dan dapat mensinkronkan kurikulum antara sekolah dan dunia kerja.

Sebagai suatu program dalam dunia pendidikan SMK, pengembangan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) memiliki beberapa prinsip. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum PSG, yaitu:

1. Berbasis Kompetensi (Competencies Based) SMK bersama Institusi Pasangannya harus menetapkan kompetensi apa saja yang harus dikuasai siswa, agar dapat dinyatakan berhasil

2. Berbasis Dasar (Broad Based) Disamping membekali siswa dengan sejumlah keahlian kerja (kompetensi), SMK berkewajiban juga menyiapkan siswa dengan dasar-dasar kemampuan yang dapat dijadikan bekal untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya; terutama kemampuan mengelola dan memanfaatkan informasi, berfikir logis, serta pola pikir dan perilaku positif sebagai tenaga kerja industri.

3. Belajar Tuntas (Mastery Learning) Pada pendekatan berbasis kompetensi, seharusnya ada standar minimal yang harus dikuasai oleh siswa sebelum dinyatakan berhasil. Siswa dapat dinyatakan telah belajar tuntas, jika telah mencapai batas minimal.

4. Belajar Melalui Pengalaman Langsung (Learniny By Experience- Doing ) Penguasaan kompetensi tidak hanya menyangkut ketrampilan, tetapi melibatkan dalam suasana apa dan bagaimana ketrampilan itu digunakan, oleh karena itu penguasaan kompetensi tidak cukup hanya melalui latihan yang bersifat simulasi. Harus benar-benar diperoleh melalui pengalaman langsung pada pekerjaan yang sesungguhnya.

5. Pelatihan Berbasis Produksi (Production Based Training) Setiap ketrampilan yang dipelajari siswa melalui pelatihan, harus jelas kaitannya dengan produk yang akan dibuat. Siswa tidak hanya belajar ketrampilan demi ketrampilan, tetapi harus memahami dan menghayati gunanya ketrampilan tersebut secara utuh dalam suatu produk yang bermanfaat.

6. Belajar Perseorangan (Individualized Learning) Setiap siswa harus diberi kesempatan untuk maju dan berkembang sesuai dengan kemampuan dan irama perkembangannya masing- masing. Keharusan administratif yang biasanya menuntut semua siswa dalam satu kelas untuk bersama-sama melakukan hal yang sama dalam waktu yang bersamaan, harus sudah mulai diubah, paling tidak diminimalkan.

7. Balikan dan Penguatan (Feed-back and Reinforcement) Pengakuan terhadap pengalaman berhasil yang diperoleh siswa akan sangat mendorong mereka untuk meraih prestasi yang lebih baik. Perlu selalu diberikan balikan (tanggapan positif) terhadap setiap pekerjaan siswa dan pemberian motivasi. (Depdikbud – Penyusunan Kurikulum Pendidikan Sistem Ganda, 1997: 3-4).

Berdasarkan prinsip PSG diatas, Pendidikan Sistem Ganda (PSG) pada dasarnya merupakan milik dan tanggung jawab bersama antara SMK dan institusi pasangannnya sehingga kedua belah pihak (SMK dan instituai pasangan) Berdasarkan prinsip PSG diatas, Pendidikan Sistem Ganda (PSG) pada dasarnya merupakan milik dan tanggung jawab bersama antara SMK dan institusi pasangannnya sehingga kedua belah pihak (SMK dan instituai pasangan)

Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1997: 12) menyatakan bahwa isi dari kurikulum PSG dapat dikelompokkan menjadi 1) Program pendidikan normatif (umum); 2) Program pendidikan adaptif; dan 3) Program pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan.

Program pendidikan normatif (umum) adalah program untuk membekali dan membentuk siswa menjadi warga negara yang baik, memiliki watak dan kepribadian sebagai warga negara dan bangsa Indonesia. Isi dari program ini sama seperti kurikulum pendidikan menengah pada umumnya. Sedangkan program pendidikan adaptif adalah untuk memberi bekal penunjang bagi siswa dalam menguasai keahlian profesi dan bekal kemampuan pengembangan diri dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selanjutnya program pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang berisi materi yang berkaitan dengan pembentukan kemampuan keahlian tertentu, sesuai program studi masing- masing. Program ini dapat dirinci lebih lanjut menjadi: a) teori kejuruan; berisi pengetahuan tentang teori-teori yang berkaitan langsung bidang keahlian yang Program pendidikan normatif (umum) adalah program untuk membekali dan membentuk siswa menjadi warga negara yang baik, memiliki watak dan kepribadian sebagai warga negara dan bangsa Indonesia. Isi dari program ini sama seperti kurikulum pendidikan menengah pada umumnya. Sedangkan program pendidikan adaptif adalah untuk memberi bekal penunjang bagi siswa dalam menguasai keahlian profesi dan bekal kemampuan pengembangan diri dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selanjutnya program pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang berisi materi yang berkaitan dengan pembentukan kemampuan keahlian tertentu, sesuai program studi masing- masing. Program ini dapat dirinci lebih lanjut menjadi: a) teori kejuruan; berisi pengetahuan tentang teori-teori yang berkaitan langsung bidang keahlian yang

4. Praktek kerja industri (Prakerin)

Menurut Made Wena (1997: 34), praktik kerja atau kegiatan magang sebenarnya merupakan usaha pemanfaatan dunia industri sebagai sumber belajar. Pendapat lain diungkapkan oleh Zamtinah (2003: 202), yaitu:

“Praktek industri adalah jenis latihan kerja siswa yang menjadi program di SMK. Pelaksanaan praktik kerja industri dilakukan dengan menerjunkan siswa pada dunia usaha/industri sehingga siswa secara langsung menghadapi pekerjaan sesuai dengan bidangnya”.

Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa praktek kerja industri (prakerin) merupakan suatu program yang langsung dilakukan di tempat kerja dalam rangka mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh peserta didik di sekolah dan mengikutsertakan peserta didik dalam proses produksi di dunia usaha dan industri.

Adapun tujuan dari praktik kerja industri menurut Departemen Pendidikan Nasional – Praktek Kerja Industri (2002: 1) adalah: a) Mengukur kemampuan siswa SMK dalam menentukan potensi dalam mengikuti pelatihan praktik kerja industri; b) Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian berkualitas, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan ketrampilan sesuai dengan tuntutan kebutuhan lapangan kerja dan c) Meningkatkan hubungan SMK Adapun tujuan dari praktik kerja industri menurut Departemen Pendidikan Nasional – Praktek Kerja Industri (2002: 1) adalah: a) Mengukur kemampuan siswa SMK dalam menentukan potensi dalam mengikuti pelatihan praktik kerja industri; b) Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian berkualitas, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan ketrampilan sesuai dengan tuntutan kebutuhan lapangan kerja dan c) Meningkatkan hubungan SMK

Billett and Beven (dalam Stephen Billet, 2008) menyatakan bahwa “job practice meant assist developing students’ vocational knowledge about workplace, students frequently reported the importance of stories and examples provided by teachers ”. (praktik kerja dimaksudkan untuk membantu siswa kejuruan mengembangkan pengetahuan tentang tempat kerja, siswa sering melaporkan cerita dan contoh penting yang diberikan oleh guru).

Sedangkan menurut Zamtinah (2003: 203), secara umum praktek kerja industri diharapkan akan menambah pengetahuan dan ketrampilan siswa tentang bidang pekerjaannnya, memberi pengalaman tentang keadaan dunia kerja yang tidak diperoleh di bangku sekolah.

Dari pendapat-pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dilakukan praktik kerja industri antara lain: