Penghormatan Terhadap Hak-Hak Atas Tanah.

C. 1. Penghormatan Terhadap Hak-Hak Atas Tanah.

Setiap pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum harus dilaksanakan dengan tetap menjunjung tinggi penghormatan terhadap hak-hak atas tanah. hal ini dimaksudkan bahwa pengadaan tanah tidak boleh dilakukan sewenang-wenang walaupun dilaksanakan oleh pemerintah yang mewakili negara dalam penerapan konsep hak menguasai negara atas tanah sebagai amanat dari Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945.

Pelaksanaan pengadaan tanah tersebut dilakukan dengan memerhatikan peran tanah dalam kehdupan manusia dan prinsip penghormatan terhadap hak-hak yang sah atas tanah, demikian bunyi konsideran menimbang Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993. lebih lanjut prinsip penghormatan terhadap hak atas tanah tersebut juga ditegaskan dalam Pasal 3 Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993.

Meningkatnya pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan tanah, maka pengadaannya perlu dilakukan secara cepat dan transparan dengan tetap memerhatikan prinsip penghormatan terhadap hak-hak yang sah atas tanah, kalimat ini terdapat pula pada konsideran menimbang pertama dari Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Pada Pasal 3 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2005 dinyatakan bahwa pelepasan atau penyerahan hak atas tanah dilakukan berdasarkan prinsip penghormatan terhadap hak atas tanah.

Peraturan Presiden Nomor 65 tahun 2006 tentang perubahan Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2005 tentang pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum, yang mulai diberlakukan tanggal 5 Juni 2006 mengubah ketentuan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2005, menjadi Pasal 3 baru yang berbunyi : “ Pelepasan atau penyerahan hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan berdasarkan prinsip penghormatan terhadap hak atas tanah.

Kebijakan pemerintah mengenai pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum, semuanya mengarah pada prinsip penghormatan terhadap hak atas tanah. secara mutlak ini harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh pemerintah, agar tidak menimbulka rasa sakit kepada pemilik/pemegang Hak Atas Tanah yang menyerahkan atau melepaskan hak atas tanahnya dalam pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum. walaupun dilaksanakan oleh pemerintah yang mewakili negara dalam penerapan konsep hak menguasai negara atas tanah yang menjadikan negara sebagai pengatur peruntukan, pemeliharaan, pemberian hak atas tanah dan sebagainya, yang merupakan amanat dari Pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945, dimaksudkan bahwa hak menguasai negara tersebut harus dapat memberikan kemakmuran kepada seluruh rakyat Indonesia.

Pada Proyek Pembangunan Water Front City di Kabupaten Sambas, pemerintah melakukan tahapan-tahapan sebagaimana yang ditentukan dalam berbagai kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum. Dimulai dari tahap pembentukan Panitia Pengadaan Tanah, Pada Proyek Pembangunan Water Front City di Kabupaten Sambas, pemerintah melakukan tahapan-tahapan sebagaimana yang ditentukan dalam berbagai kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum. Dimulai dari tahap pembentukan Panitia Pengadaan Tanah,

Menurut keterangan yang diperoleh penulis berdasarkan wawancara dengan satu orang pemilik/pemegang Hak Atas Tanah yang belum mau melepaskan atau menyerahkan hak atas tanahnya ini, bahwa Pemerintah Kabupaten Sambas sampai sekarang tidak pernah melakukan upaya intimidasi, menakut-nakuti, atau memberi tekanan (pressure) kepadanya. Hal ini berbeda dengan pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang terjadi di tempat lain di indonesia, yang sering kita dengar atau peroleh informasinya melalui media massa atau dalam beberapa tulisan, bahwa pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum sarat dengan intimidasi ataupun tekanan dari pihak yang memerlukan tanah kepada pihak yang enggan atau belum mau untuk melepaskan atau menyerahkan hak atas tanahnya.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SEBAGAI ADJUVAN TERAPI CAPTOPRIL TERHADAP KADAR RENIN PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI

37 251 30

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

“PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS JUS JERUK MANIS (Citrus sinensis) TERHADAP KADAR GSH (Glutation sulfhidril) HATI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIPAPAR ASAP ROKOK”

1 35 1

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

PELAKSANAAN SUPERVISI KLINIS DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI MAN BEUREUNUEN

0 24 1

DESKRIPSI PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT USAHA RAKYAT KEPADA USAHA MIKRO KECIL dan MENENGAH (Studi Pada Bank Rakyat Indonesia Unit Way Halim)

10 98 46

PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERTAMBAKAN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

6 47 9

PENGARUH PEMBERIAN KUNYIT DAN TEMULAWAK MELALUI AIR MINUM TERHADAP GAMBARAN DARAH PADA BROILER

12 105 39

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA KUBULIKU JAYA KECAMATAN BATU TULIS KABUPATEN LAMPUNG BARAT DALAM PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DESA

13 91 69

EFEK KEMOPREVENTIF PEMBERIAN INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) PADA EPITEL DUKTUS JARINGAN PAYUDARA TIKUS BETINA GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI SENYAWA 7,12-DIMETHYLBENZ[A]ANTHRACENE (DMBA)

1 60 56