f. Penyeleksian surrogate variable.
Mencari salah satu variabel dalam setiap faktor sebagai wakil dari masing- masing faktor. Pemilihan ini didasarkan pada nilai factor loading tertinggi.
g. Model Fit ketepatan model Tahap akhir dari ananlisis faktor adalah mengetahui ketepatan dalam memilih
teknik analisis faktor antara principal component analysis dan maximum likelihood dengan melihat jumlah residual perbedaan antara korelasi yang diamati dengan
korelasi yang diproduksi. Semakin kecil persentase nilai residual dalam hal ini adalah nilai root mean square error = RMSE, maka semakin tepat penentuan teknik
tersebut.
2.1.9 Asumsi Analisis Faktor
Prinsip utama dalam analisis faktor adalah korelasi, artinya variabel yang memiliki korelasi erat akan membentuk suatu faktor, sedangkan variabel yang ada
dalam suatu faktor akan memiliki korelasi yang lemah dengan variabel yang terdapat pada faktor yang lain. Karena prinsip utama analisis faktor adalah korelasi, maka
asumsi dalam analiss faktor berkaitan erat dengan korelasi berikut: a.
Korelasi atau keterkaitan antarvariabel harus kuat. Hal ini dapat diidentifikasi dari nilai determinannya yg mendekati nol. Nilai
determinan dari matriks korelasi yang elemen-elemennya menyerupai matriks identitas akan memiliki nilai determinan sebesar satu. Artinya, jika nilai
determinan mendekati satu, maka matriks korelasi menyerupai matriks identitas, dimana antar itemvariabel tidak saling terkait karena matriks
Universitas Sumatera Utara
identitas memiliki elemen pada diagonal bernilai satu, sedangkan lainnya bernilai nol.
b. Indeks perbandingan jarak antara koefisien korelasi dengan koefisien korelasi
parsialnya secara keseluruhan harus kecil. Hal ini dapat diidentifikasi dengan nilai Kiser Meyer Olkin measure of
sampling adequency KMO. KMO merupakan sebuah indeks perbandingan jarak antara koefisien korelasi dengan koefisien parsialnya secara keseluruhan.
Jika jumlah kuadrat koefisien korelasi parsial di antara seluruh pasangan variable bernilai kecil dibandingkan dengan jumlah kuadrat koefisien korelasi,
maka akan menghasilkan nilai KMO yang mendekati satu. Nilai KMO yang kecil menunjukkan bahwa analis faktor bukan merupakan pilihan yang tepat.
Untuk dapat dilakukan analisis faktor, nilai KMO diangggap cukup apabila nilai KMO 0,5.
c. Indeks perbandingan jarak antara koefisien korelasi dengan koefisien korelasi
parsialnya secara keseluruhan harus kecil. Hal ini dapat diidentifikasi dengan nilai Measure of Sampling Adequency
MSA. MSA adalah sebuah indeks perbandingan jarak antara koefisien korelasi dengan koefisien korelasi parsialnya secara parsial setiap itemvariabel.
Untuk dapat dilakukan analisis faktor, nilai MSA dianggap cukup apabila nilai MSA 0,5. Apabila ada itemvariabel yang tidak memiliki nilai MSA 0,5,
variabel tersebut harus dikeluarkan dari analisis faktor secara bertahap satu persatu.
Universitas Sumatera Utara
d. Dalam beberapa kasus, setiap variabel yang akan dianalisis dengan
menggunakan analisis faktor harus menyebar secara normal.
2.2 Metode Pendugaan Parameter Principal Component Analysis PCA