IMPLIKASI TEORI TERHADAP LOKASI YANG DIPILIH

13 kota. Teori tersebut dapat diterapkan dalam kawasan studi karena lokasi dari Kabupaten Boyolali yang strategis, yaitu berada di jalur anatara Kota Solo-Semarang. Perkembangan perumahan dan permukiman di kawasan tersebut besar kemungkinan akan dipengaruhi karena aksesibilitas yang mudah menuju ke kota, sehingga penerapan metode tersebut dapat menguntungan pihak developer maupun masyarakat. Masyarakat memperoleh aksesibilitas yang mudah namun dengan biaya tanah yang mahal. Sedangakan untuk developer sewa tanah jika sudah dibangun perumahan di pinggir jalan utama akan lebih mahal harganya dibanding di daerah yang tidak berada di dekat jalan utama. BAB IV PENUTUP

4.1 LESSON LEARNED

Dari pemaparan di atas didapatkan beberapa pembelajaran antara lain adalah mengenai pemanfaatan Sistem Informasi Geografis SIG. Nampak bahwa SIG bisa digunakan untuk membantu suatu penelitian yang berhubungan dengan analisis lokasi dan keruangan. Parameter yang digunakan sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam penentuan lokasi, dan ketersediaan data spasial yang dimiliki pada peta. Mengingat semakin berkembangnya teknologi dan informasi, maka pemanfaatan SIG akan semakin diperlukan. Di dalam menentukan suatu lokasi perumahan harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pasalnya setiap parameter memiliki atribut yang berbeda sehingga dilakukan identifikasi nilai pembobotan pada tiap parameter. Yang mana yang paling berpengaruh dan mana yang tidak begitu berpengaruh. Pemanfaatan SIG dalam metode AHP juga sangat menguntungkan bagi peneiliti karena dengan tools tersebut peneliti dapat lebih mudah dalam merepresentasikan serta menyampaikan informasi secata tepat dari hasil analisis yang dilakukan. Selain itu, dikarenakan penelitian tersebut berupa penentuan lokasi potensi, dengan penggunaan SIG tersebut dapat memberikan output informasi berupa peta terkait persebaran lokasi berpotensi untuk dikembangkan sebagai perumahan dan permukiman. Selain itu, pembelajaran yang diperoleh adalah mengetahui akan parameter serta teori apa saja yang diperlukan dalam analisis lokasi perumahan dan permukiman. Disamping itu, dalam melakukan penelitian hal yang terpenting dalam proses pengambilan kesimpulan dan keputusan adalah selalu berpatokan terhadap peraturan ataupun rencana tata ruang yang telah diterapkan. Dimana dalam penelitian ini adalah RTRW Kab.Boyolali 2010-2030. Penelitian tersebut sudah melakukan overlay dengan peraturan tata ruang yang berlaku. Sehingga hasilnya dapat mewujudkan kawasan perumahan dan permukiman yang sustainable. 14

4.2 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dari penelitian dalam jurnal ini maka beberapa poin kesimpulan yang dapat diambil antara lain adalah pentingnya analisis terhadap penentuan lokasi potensial pengembangan perumahan dan permukiman di Kabupaten Botyolali. Dalam penelitian tersebut metode yang diterapkan adalah metode AHP Analytic Hierarchy Process. Metode tersebut berupa metode pembobotan kriteria atau parameter yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan pembobotan kriteria tersebut, output yang dihasilkan adalah besarnya persentase nilai pada tiap parameter. Tujuannya adalah untuk memperoleh data parameter apa yang paling berpengaruh, dan parameter apa yang memiliki pengaruh kecil terhadap penetuan lokasi perumahan dan perumkiman. Penentuan bobot serta prioritas pengaruh parameter dalam penentuan lokasi perumahan dan permukiman adalah sebersar 27,5 untuk kerawanan bencana; 19,4 kemiringan lereng; 17,0 Perubahan Lahan; 15,0 Aksesbilitas; 7,2 Ketersediaan Air; 7,0 Daya Dukung Tanah; 6,9 Pelayanan Umum Dalam penelitian tersebut penerapan SIG Sistem Informasi Geografis juga sangat membantu peneliti dalam melakukan analisis lokasi dan keruangan, dimana dalam kasus ini digunakan untuk menentukan lokasi potensial perumahan dan permukiman. Pemanfaatan SIG dalam metode AHP juga sangat menguntungkan karena dengan tools tersebut peneliti dapat lebih mudah dalam merepresentasikan serta menyampaikan informasi secata tepat dari hasil analisis yang berupa peta. Disamping itu, pengolahan parameter dengan SIG tersebut dapat dilakukan proses skoring dari peta potensi lahan. Tingkat potensi lahan perumahan dan permukiman di Kabupaten Boyolali sendiri dibagi menjadi 4 Kelas, yaitu : - Sangat Berpotensi dengan luas 19944,92 Ha atau 18,20 - Cukup Berpotensi dengan luas 63127,89 Ha atau 57,60 - Kurang Berpotensi dengan luas 21302,52 Ha atau 19,44 - TidakBerpotensi dengan luas 5216,20 Ha atau 4,76 Akan tetapi, setiap pemanfaatan ruang tidak lepas dengan yang namanya RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah. Pasalnya, dokumen tersebut merupakan dasar dalam memberikan rekomendasi pengarahan pemanfaatan ruang, termasuk pula untuk kawasan perumahan dan permukiman. Sehingga, dalam menentukan rencana lokasi perumahan dan permukiman perlu dilakukan analisis berupa overlay antara peta potensi lahan dengan peta peruntukan permukiman RTRW 2010-2030 menggunakan bantuan SIG. Tujuannya agar tercipta keselarasan antara hasil skoring dengan kondisi eksisting dikawasan tersebut. Dan hasilnya akan berupa peta potensi pengembangan perumahan dan permukiman. Di Kabupaten Boyolali, Kecamatan yang memiliki kawasan sangat berpotensi dan menjadi prioritas daerah pengembangan kawasan perumahan