Gambaran Umum Kondisi Daerah

EVALUASI HASI L PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAI AN KI NERJA PENYELENGGARAAN PEMERI NTAHAN

1. Gambaran Umum Kondisi Daerah

• Aspek Geografis dan Demografi Provinsi Jawa Timur secara geografis terletak pada 111o 0’ hingga 114o4’ Bujur Timur dan 7o12’ hingga 8o48’ Lintang Selatan yang terbagi menjadi dua bagian besar yaitu Jawa Timur daratan dan Kepulauan Madura. Luas wilayah Jawa Timur daratan hampir mencakup 90 dari seluruh luas wilayah, sedangkan luas Kepulauan Madura hanya sekitar 10 . Luas wilayah Provinsi Jawa Timur mencapai 4.713.014,67 Ha dan terbagi atas 29 wilayah kabupaten dan 9 kota, wilayah pesisir dan laut sejauh 12 mil dari garis pantai, ruang di dalam bumi serta wilayah udara. Batas-batas wilayah Provinsi Jawa Timur sebagai berikut :  Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa - Pulau Kalimantan Provinsi Kalimantan Selatan  Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Bali - Pulau Bali  Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera I ndonesia  Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah Panjang bentangan barat-timur sekitar 400 kilometer. Lebar bentangan utara-selatan di bagian barat sekitar 200 kilometer, sedangkan di bagian timur lebih sempit, hanya sekitar 60 kilometer. Madura adalah pulau terbesar di Jawa Timur, dipisahkan dengan daratan Jawa oleh Selat Madura. Pulau Bawean berada sekitar 150 kilometer sebelah utara Jawa. Di sebelah timur Madura terdapat gugusan pulau, paling timur adalah Kepulauan Kangean, dan paling utara adalah Kepulauan Masalembu. Di bagian selatan terdapat dua pulau kecil, Nusa Barung dan Pulau Sempu. Kondisi kawasan pada Provinsi Jawa timur terbagi menjadi 4 aspek antara lain: kondisi kawasan terpencil, kondisi kawasan pesisir, kondisi kawasan pegunungan dan kondisi kawasan kepulauan dengan kondisi hidrologi yang terbagi menjadi 3 aspek antara lain : Daerah aliran sungai, sungai danau dan rawa, debit air yang secara luas terbagi dalam empat Satuan Wilayah Sungai SWS yakni SWS Brantas, SWS Bengawan Solo, SWS Pekalen Sampean, SWS Maduran dan kepulauan. Secara umum wilayah Provinsi Jawa Timur merupakan kawasan subur dengan berbagai jenis tanah seperti Halosen, Pleistosen, Pliosen, Miosen, dan Kwarter yang dipengaruhi adanya gunung berapi, sekitar 20,60 luas wilayah yaitu wilayah puncak gunung api dan perbukitan gamping yang mempunyai sifat erosif, sehingga tidak baik untuk dibudidayakan sebagai lahan pertanian. Sebagian besar wilayah Jawa Timur mempunyai kemiringan tanah 0- 15 , sekitar 65,49 dari luas wilayah yaitu wilayah dataran aluvial antar gunung api sampai delta sungai dan wilayah pesisir yang mempunyai tingkat kesuburan tinggi dan dataran aluvial di lajur Kendeng yang subur, sedang dataran aluvial di daerah gamping lajur Rembang dan lajur Pegunungan Selatan cukup subur. Apabila dilihat dari iklim curah hujan pola musim penghujan berjalan dari bulan november 33,4oC dan keadaan terendah di bulan agustus 13.6oC dengan kelembaban 31 sampai 98 . Curah hujan di Jawa Timur dikaitkan dengan tinggi tempat memperlihatkan bahwa semakin tinggi tempat cenderung semakin tinggi pula curah hujannya, terutama pada ketinggian lebih dari 500 meter dpl dan kondisi ketinggian tersebut banyak lokasi dataran tinggi dengan kelerengan 40 maka dengan curah hujan yang tinggi januari – april tersebut diperlukan pelestarian kawasan lindung dan peresapan air tanah untuk mengindari adanya bencana. Kondisi geologi Jawa Timur yang cukup kaya akan potensi sumberdaya mineral, memiliki sekitar 20 jenis bahan galian yang mendukung sektor industri maupun konstruksi, yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi empat lajur, yaitu: pertama lajur Rembang terbentuk oleh batu lempung napalan dan batu gamping merupakan cekungan tempat terakumulasinya minyak dan gas bumi; kedua lajur Kendeng terbentuk batu lempung dan batupasir, potensi lempung, bentonit, gamping; ketiga lajur Gunung Api Tengah terbentuk oleh endapan material gunung api kuarter, potensi bahan galian konstruksi berupa batu pecah bom, krakal, krikil, pasir, tuf; keempat lajur Pegunungan Selatan terbentuk oleh batu gamping dengan intrusi batuan beku dan aliran lava yang mengalami tekanan, potensi mineral logam, marmer, onyx, batu gamping, bentonit, pospat, terutama tersebar wilayah Kabupaten Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Lumajang, Jember dan Banyuwangi. Penggunaan lahan pada Provinsi Jawa Timur terdiri dari penggunaan kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung terdiri dari kawasan hutan lindung, kawasan perlindungan setempat, kawasan cagar alam, suaka alam dan cagar budaya, kawasan rawan bencana, kawasan lindung geologi. Kawasan budidaya terdiri dari kawasan hutan produksi, kawasan hutan rakyat, kawasan pertanian, kawasan perikanan, kawasan industri, kawasan permukiman, kawasan pariwisata, kawasan pertambangan, kawasan perkebunan, kawasan peternakan. Potensi pengembangan Provinsi Jawa Timur untuk lahan pertanian di Jawa Timur meliputi pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, dan hortikultura. Lokasi dari potensi pengembangan wilayah untuk pertanian di Provinsi Jawa Timur disesuaikan dengan wilayah kondisi geografis dari masing- masing Kabupaten Kota Provinsi Jawa Timur. Potensi pengembangan wilayah untuk kawasan perikanan lebih dititik beratkan pada perikanan tangkap dan budidaya perikanan. Dalam menunjang pengembangan ekspor komoditi, pengembangan perikanan perlu didukung dengan pengembangan pengelolaan pasca panennya berserta fasilitas penunjangnya yang menunjang kualitas. Potensi dari pengembangan untuk kawasan perikanan tangkap dapat dikembangkan dengan pengembangan minapolitan, pengembangan komoditi perikanan, pengembangan pelabuhan perikanan nusantara PPN, pengembangan pelabuhan perikanan pantai PPP, dan pengembangan pangkalan pendaratan ikan PPI . Lokasi dari pengembangan kawasan perikanan tangkap terdapat pada seluruh perairan yang berada di Provinsi Jawa Timur. Sedangkan potensi pengembangan budidaya perikanan di Jawa Timur dibedakan menjadi perikanan budidaya air payau, budidaya air tawar, dan budidaya air laut. Sektor perikanan budidaya air payau di Provinsi Jawa Timur sudah berkembang di kawasan Ujung Pangkah, Panceng Kabupaten Gresik, dan Sedati di Kabupaten Sidoarjo yang didominasi oleh budidaya ikan bandeng. Sedangkan wilayah lain yang memiliki budidaya perikanan tambak benur udang di Situbondo. Untuk perikanan air tawar di Provinsi Jawa Timur tersebar di berbagai wilayah dengan potensi sumber daya air cukup. Pengembangan perikanan darat dibagi menjadi perikanan kolam, mina padi dan perairan umum. Perikanan budidaya air laut merupakan potensi dasar provinsi Jawa Timur yang dapat dikembangkan sebagai penunjang perikanan tangkap, prospek tersebut dapat memberikan motivasi terhadap nelayan untuk memberdayakan potensi kelautan di Jawa Timur. Kawasan untuk pengembangan pertambangan di wilayah Provinsi Jawa Timur dibagi menjadi kawasan pertambangan mineral, pertambangan batubara, pertambangan minyak dan gas bumi dan kawasan potensi panas bumi. Pengembangan kawasan pertambangan mineral di Jawa Timur dibagi menjadi kawasan pertambangan mineral logam, mineral non logam dan batuan. Dimana potensinya terdapat pada masing-masing Kabupaten Kota di Jawa Timur. Potensi pengembangan kawasan pertambangan batubara di wilayah Provinsi Jawa Timur berada di wilayah Kabupaten Trenggalek dan Kabupaten Tulungagung. Untuk pengembangan kawasan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi lokasinya berada pada wilayah kerja minyak dan Gas Bumi Data berdasarkan Dinas ESDM, untuk potensi pengembangan kawasan potensi panas bumi di wilayah Provinsi Jawa Timur terdapat pada lokasi-lokasi yang berada pada daerah pegunungan di Jawa Timur. Kawasan peruntukan industri di Provinsi Jawa Timur meliputi: kawasan peruntukan industri yang terdiri dari: kawasan industri kecil rumah tangga, kawasan industri agro; dan kawasan industri yang terdiri dari: kawasan industri ringan, kawasan industri berat dan kawasan industri petrokimia. Pengembangan kawasan peruntukan industri di Provinsi Jawa Timur seluas kurang lebih 19.742 Ha atau 0,41 dari luas Jawa Timur. Lokasi dari potensi pengembangan dari industri terdapat pada masing-masing Kabupaten Kota di Jawa Timur. Kawasan pengembangan pariwisata di Provinsi Jawa timur dibagi dalam: kawasan wisata alam, kawasan wisata budaya, kawasan wisata buatan taman rekreasi dan kawasan wisata lainnya. Pengembangan potensi untuk Kawasan Pariwisata di Jawa Timur dikembangkan melalui empat koridor pengembangan, yakni pengembangan koridor A, koridor B, koridor C, dan koridor D. Yang pada masing-masing koridor memiliki pusat pengembangan untuk Pariwisata. Kawasan rawan bencana alam merupakan kawasan yang diindikasikan sebagai kawasan yang sering terjadi bencana. Di wilayah Provinsi Jawa Timur, kawasan rawan bencana dikelompokkan dalam kawasan rawan bencana tanah longsor, kawasan rawan bencana gelombang pasang, kawasan rawan bencana banjir dan kawasan rawan bencana kebakaran hutan dan angin kencang. Berdasarkan Data dari Jawa Timur Dalam Angka, kependudukan di Provinsi Jawa Timur dapat diketahui pola persebaran dan juga kepadatannya pada masing-masing Kota dan Kabupaten. Adapun jumlah penduduk yang ada di wilayah Jawa Timur hingga Tahun 2008 diketahui sejumlah 37.094.836 jiwa. Dari jumlah tersebut, secara adminsitratif penduduk terbesar berada pada Kota Surabaya yaitu 2.630.079 jiwa atau 7,09 dari total jumlah penduduk, dan Penduduk terkecil jumlahnya berada pada Kota Mojokerto, yaitu sebesar 113.201 jiwa atau 0,31 dari Total Jumlah Penduduk Jawa Timur. Penduduk di wilayah Provinsi Jawa Timur memiliki pola sebaran yang pada umumnya terbagi dalam dua kelompok besar yaitu di kawasan perkotaan dan perdesaan. Berdasarkan data series, Pada tahun 1995 penduduk yang tinggal di kawasan perkotaan di seluruh wilayah Provinsi Jawa Timur berjumlah 5.725.640 jiwa atau sekitar 25 dari jumlah penduduk seluruhnya. Pada tahun 1995 jumlah ini meningkat menjadi 32 yaitu 10.850.400 jiwa. Dan pada tahun 2000 jumlahnya menjadi 40 atau sekitar 14.211.229 jiwa. Sementara untuk penduduk yang bermukim di kawasan perdesaan pada tahun 1995 merupakan 75 dari jumlah penduduk keseluruhan atau sebanyak 17.334.962 jiwa. Pada tahun 1995 jumlahnya menurun menjadi 68 atau sekitar 22.993.602 jiwa, dan semakin anjlok lagi tinggal 60 atau sejumlah 20.554.769 jiwa pada tahun 2000 data berdasarkan analisa penduduk dalam RTRWP Jatim 2005 - 2020. Pada 5 lima tahun berikutnya, yaitu di Tahun 2005, diketahui bahwa jumlah penduduk perkotaan mengalami tren laju perkembangan yang agak menurun menjadi 21.582.612 jiwa dan penduduk perdesaan menjadi sejumlah 21.582.612 jiwa. Dalam hal perkembangan, walaupun secara kuantitas bertambah, prosentase penduduk perkotaan terhadap penduduk perdesaan mengalami sedikit stagnansi. Namun demikian, untuk tahun-tahun berikutnya proporsi penduduk perkotaan diprediksi mengalami perkembangan seiring dengan proses urbanisasi pada area terdampak dari pusat-pusat pertumbuhan. Berdasarkan data BPS, dari hasil Survei Angkatan Kerja Nasional yang dilaksanakan pada Agustus 2009 diketahui bahwa pekerja di Jawa Timur mengalami peningkatan sebesar 442,8 ribu orang selama setahun. Sejalan dengan peningkatan jumlah pekerja tersebut, maka jumlah pengangguran mengalami penurunan sebesar 25, 43 atau sejumlah 262.800 orang. Dengan demikian jumlah angkatan kerja mengalami peningkatan sebesar 159,9 ribu orang. Penyerapan tenaga kerja selama hingga Tahun 2009 sebesar 422.779 orang, menunujukkan perbedaan peningkatan antara laki-laki dan perempuan, dimana jumlah pekerja perempuan meningkat 228,6 ribu orang dan pekerja laki- laki meningkat sebesar 194,2 ribu orang. Dominasi peningkatan penduduk perempuan yang bekerja umumnya hanya sebagai pekerja keluarga sehingga tidak selalu memberikan implikasi yang positif terhadap peningkatan pendapatan pekerja, karena penambahan jumlah tenaga kerja hanya terserap sebagai pekerja keluarga atau membantu kepala rumahtangga suami dalam melakukan kegiatan ekonomi yang sifatnya informal. Selanjutnya yang digunakan sebagai indikator utama terkait dengan keberhasilan dalam menangani masalah pengangguran adalah Tingkat pengangguran terbuka TPT, yang merupakan perbandingan antara jumlah penganggur terhadap jumlah angkatan kerja. Tingkat Pengangguran Terbuka TPT di Jawa Timur pada 2009 mencapai 5,08 atau mengalami penurunan 1,34 poin dibandingkan keadaan pada 2008 6,42 . Perubahan jumlah angkatan kerja yang lebih rendah dibandingkan dengan perubahan jumlah penduduk usia kerja, menyebabkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK relatif stabil yaitu berkisar pada angka 69 yang berarti dari 100 penduduk usia kerja terdapat sekitar 69 orang masuk dalam kelompok angkatan kerja. Pada keadaan 2009, angka TPAK mencapai 69,25 sedangkan setahun sebelumnya pada 2008 angka TPAK sebesar 69,32.Kondisi ekonomi global yang tertekan dan penuh ketidakpastian menyebabkan prakiraan keadaan ekonomi khususnya dalam jangka pendek menjadi jauh lebih sulit. Dari hasil proyeksi laju pertumbuhan ekonomi yang dilakukan oleh berbagai lembaga internasional dan bank investasi tidak jauh berbeda dengan perkiraan pemerintah terkini yaitu antara 4,5 hingga 5,5 sepanjang Tahun 2009. Sumber pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan yaitu konsumsi masyarakat dan investasi akan menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi sepanjang Tahun 2009. Perlambatan pertumbuhan ekonomi hanya terjadi selama semester I 2009 dan bertahap pulih kembali memasuki semester I I 2009. Pola pertumbuhan ini sesuai dengan perkiraan siklus global dan pola pengeluaran pemerintah. Sejalan dengan pulihnya pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk yang bekerja juga mengalami peningkatan. Berdasarkan distribusi sektoral, jumlah tenaga kerja yang terserap pada Agustus 2009 masih didominasi oleh sektor pertanian 42,9 persen. Dibandingkan dengan Agustus 2008, ada 3 sektor yang mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja cukup tinggi, yaitu Jasa, Transportasi dan Perdagangan yaitu masing-masing 8,21 , 7,68 dan 4,17 . Sementara sektor I ndustri, dan Lainnya Pertambangan, Keuangan, Listrik, Gas dan Air mengalami penurunan jumlah tenaga kerja. Nampaknya ketiga sektor tersebut yang paling besar terkena dampak krisis ekonomi global, sehingga akan mengalami perlambatan pertumbuhan jika tidak ada kebijakan khusus dalam mengatasi permasalahan ketenagakerjaan pada ketiga sektor tersebut. Data ketenagakerjaan menunjukkan bahwa peningkatan tenaga kerja terjadi pada sektor informal, terutama yang dikategorikan sebagai berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja tidak tetap pekerja bebas baik sektor pertanian maupun non pertanian. Di sisi lain, tenaga kerja yang berada di sektor formal khususnya yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap mengalami penurunan dalam kurun waktu satu tahun. Hal ini dapat diartikan bahwa penyerapan tenaga kerja terjadi lebih karena inisiatif pribadi para pencari kerja tersebut dan bukan karena keberhasilan program penciptaan lapangan kerja melalui investasi dan ekspansi usaha swasta. Jika melihat status pekerjaan berdasarkan klasifikasi formal dan informal, maka pada Agustus 2009 sekitar 73,12 persen tenaga kerja bekerja pada kegiatan informal. Sektor informal memang menawarkan peluang kerja yang lebih fleksibel dalam hal persyaratan namun lemah dalam hal jaminan keberlangsungan pekerjaan tersebut job security. Pekerja sektor informal rentan terhadap gejolak ekonomi dan cenderung tidak menentu penghasilannya khususnya para pekerja bebas pekerja tidak tetap yang hanya bekerja sesekali saja dan berpindah-pindah majikan maupun jenis pekerjaannya. Pekerja sektor informal juga umumnya tidak dilindungi oleh fasilitas kesehatan, perlindungan kecelakaan, maupun jaminan pensiun. Data ketenagakerjaan menunjukkan bahwa peningkatan tenaga kerja terjadi pada sektor informal, terutama yang dikategorikan sebagai berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja tidak tetap pekerja bebas baik sektor pertanian maupun non pertanian. Di sisi lain, tenaga kerja yang berada di sektor formal khususnya yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap mengalami penurunan dalam kurun waktu satu tahun. Hal ini dapat diartikan bahwa penyerapan tenaga kerja terjadi lebih karena inisiatif pribadi para pencari kerja tersebut dan bukan karena keberhasilan program penciptaan lapangan kerja melalui investasi dan ekspansi usaha swasta. Jika melihat status pekerjaan berdasarkan klasifikasi formal dan informal, maka pada Agustus 2009 sekitar 73,12 persen tenaga kerja bekerja pada kegiatan informal. Sektor informal memang menawarkan peluang kerja yang lebih fleksibel dalam hal persyaratan namun lemah dalam hal jaminan keberlangsungan pekerjaan tersebut job security. Pekerja sector informal rentan terhadap gejolak ekonomi dan cenderung tidak menentu penghasilannya khususnya para pekerja bebas pekerja tidak tetap yang hanya bekerja sesekali saja dan berpindah-pindah majikan maupun jenis pekerjaannya. Pekerja sektor informal juga umumnya tidak dilindungi oleh fasilitas kesehatan, perlindungan kecelakaan, maupun jaminan pensiun.

2. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi