Klasifikasi Usaha Mikro Kecil Menegah di Kabupaten Tegal

UMKM tertentu yang mempekerjakan 5 lima sampai 19 orang untuk UMKM yang memproduksi alat-alat spare part untuk industri besar, seperti PT. MIlako Teknik Mandiri yang memproduksi alat-alat berat untuk PT. Komatsu. Hal itu sesuai dengan dengan definisi usaha atau industri kecil menurut BPS Badan Pusat Statistik dan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM. Terkait modal, UMKM di Kabupaten Tegal memiliki kekayaan bersih Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000000,00 lima puluh juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha: atau Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 Tiga ratus juta rupiah. Untuk UMKM yang berpotensi untuk mengembangkan distribusinya sampai keluar jawa bahkan ke seluruh pulau di Indonesia mempunyai kekayaan bersih mencapai 500.000.000 lima ratus juta, seperti usaha yang dikelola oleh Pak Mutharom. Produksi mesin penggiling kopinya distribusinya sampai keluar jawa sehingga dibutuhkan lebih banyak modal dibanding dengan usaha yang lain.

5. Klasifikasi Usaha Mikro Kecil Menegah di Kabupaten Tegal

Klasifikasi usaha atau industri kecil yang pertama kali perlu kemukakan adalah usaha atau industri kecil yang dihubungkan dengan perkembangan dari suatu negara dimana usaha atau industri kecil itu berada. Bagi usaha atau industri kecil yang berada dinegara maju akan menampakan kecenderungan bahwa industri kecil adalah industri. Sedangkan dinegara sedang berkembang akan menampakan bahwa industri kecil lebih bersifat non industri. 96 Klasifikasi Usaha Kecil Mikro Menegah di KabupatenTegal berdasarkan sifatnya masuk dalam kriteria Industri kecil modern yaitu Industri kecil yang memanfaatkan secara insentif kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tampak pada karakteristiknya yang berbeda dengan industri kecil tradisional, yaitu pada 4 aspek sebagai berikut; 1. Aspek perilaku, selalu mencoba mencari cara atau hasil yang lebih baik berusaha meningkatkan efesiensi. 2. Aspek produk dan desain produk, ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat modern, yaitu kebutuhan substansial. 3.Aspek teknologi, teknologi produksi dilaksanakan dengan menggunakan mesin-mesin secara efesiensi 4.Aspek organisasi, dalam menjalankan organisasi dan managemen menggunakan teknik-teknik pengorganisasian dan manajemen mutakhir. 96 Eugene Stanley and Richard Morse. Small Industri For Developing Countries. Tokyo, Hogakusna Company, LTD. 1965. hal 4 Berdasarkan jumlah tenaga kerjanya, umumnya UMKM di Kabupaten Tegal masuk dalam kriteria Industri kecil Industri yang jumlah pekerja atau jumlah tenaga kerjanya antara 3-19 orang Berdasarkan pemilihan lokasi industri, UMKM di Kabupaten Tegal di kelompokkan sebagai Industri kecil yang berorientasi pada pasar market oriented industry, yaitu industri kecil yang di dasarkan sesuai lokasi potensi target konsumen, industri kecil jenis ini akan mendekati kantong-kantong dimana konsumen potensial berada, sehingga semakin dekat kepasar akan semakin menjadi lebih baik. Pada umumnya UMKM di Kabupaten Tegal menciptakan suatu inovasi berdasarkan permintaan pasar dan pandai membaca peluang serta kebutuhan masyarakat, sehingga UMKM berada pada kantong- kantong dimana konsumen potensial berada. Kemudahan transportasi juga salah satu pertimbangan Usaha Mikro Kecil menegah pemilihan lokasi industrinya. Berdasarkan tingkat kemampuan UMKM di Kabupaten Tegal digolongkan industri kecil stabil yaitu Industri kecil yang sudah mampu untuk bertahan hidup, tetapi belum mampu untuk berkembang menjadi besar. Dan industri kecil maju Industri kecil yang sudah mampu berkembang sehingga relatif lebih maju dari pada industri kecil sejenis di daerahnya. Status hukum UMKM di Kabupaten Tegal dikelompokkan dalam industri kecil formal dan industri kecil non formal. Industri kecil formal yaitu Industri kecil dimana telah mempunyai kepastian tempat kerja, waktu kerja, pelaporan, rencana produksi dan rencana pemasaran yang telah dilaksanakan secara teratur serta sudah berbadan hukum. Industri kecil non formal yaitu industri kecil yang belum memiliki status hukum, kegiatan belum teratur baik dalam segi waktu maupun dalam permodalan serta belum tersentuh dengan oleh peraturan yang berlaku. Disamping itu, Eugene Stanley dan Richard Morse menjelaskan bahwa perbedaan industri dan non industri tampak jelas jika dilihat dari sifatnya,yaitu pada industri pembagian kerja lebih jelas, memerlukan lebih banyak koordinasi sehingga kegiatan berpusat pada manager sedangkan pada non industri kerajinan, industri rumah tangga pembagian kerja kurang jelas, koordinasi tidak terlalu rumit sehingga terpusat pada pengrajin sendiri. 97

6. Ragam Inovasi UMKM di Kabupaten Tegal