yang ditetapkan maupun jumlah lintasannya. Pemadatan merupakan suatu upaya untuk memperkecil jumlah VIM, sehingga memperoleh nilai struktural yang diharapkan.
f. Temperatur pemadatan merupakan faktor penting yang mempengaruhi pemadatan,
kepadatan hanya bisa terjadi pada saat aspal dalam keadaan cukup cair sehingga aspal tersebut dapat berfungsi sebagai pelumas. Jika aspal sudah dalam keadaan cukup dingin
maka kepadatan akan sulit dicapai. Temperatur campuran beraspal panas merupakan satu-satunya faktor yang paling penting dalam pemadatan, disebabkan temperatur pada
saat pemadatan sangat mempengaruhi viskositas aspal yang digunakan dalam campuran beraspal panas. Apabila temperatur pada saat pemadatan rendah, mengakibatkan
viskositas aspal menjadi tinggi dan membuat sulit dipadatkan. Menaikkan temperatur pemadatan atau menurunkan viskositas aspal berakibat partikel agregat dalam campuran
beraspal panas dapat dipadatkan lebih baik lagi, adapun density pada saat pemadatan campuran beraspal panas terjadi pada suhu lebih tinggi dari 2750 F 1350 C. Density
menurun dengan cepat ketika pemadatan dilakukan pada suhu lebih rendah. g.
Workability adalah campuran agregat aspal harus mudah dikerjakan saat pencampuran, penghamparan dan pemadatan, untuk mencapai satuan berat jenis yang diinginkan tanpa
mengalami suatu kesulitan sampai mencapai tingkat pemadatan yang diinginkan dengan peralatan yang memungkinkan.
II.4. Metode Pengujian Campuran
Pada penelitian tugas akhir ini, penulis menggunakan metode Marshall. Setelah gradasi agregat ditentukan, selanjutnya adalah pembuatan contoh benda uji dan pengujian di
laboratorium.
Pengujian Marshall merupakan pengujian yang paling banyak dan paling umum dipakai pada saat ini. Hal ini disebabkan karena alatnya sederhana dan cukup praktis untuk
dimobilisasi. Pengujian Marshall bertujuan untuk mengukur daya tahan stabilitas campuran
agregat dan aspal terhadap kelelehan plastis flow dan retained stability. Flow didefenisikan sebagai perubahan deformasi atau regangan suatu campuran mulai dari tanpa beban, sampai
beban maksimum dan dinyatakan dalam milimeter atau 0.01”.
II.4.1. Parameter pengujian Marshall
Beton aspal dibentuk dari agregat, aspal dan atau tanpa bahan tambahan yang dicampur secara merata pada suhu tertentu. Campuran kemudian dihamparkan dan
dipadatkan, sehingga terbentuk beton aspal padat. Sifat-sifat campuran beton aspal dapat dilihat dari parameter-parameter pengujian
marshall antara lain : a.
Stabilitas Marshall Nilai stabilitas diperoleh berdasarkan nilai masing-masing yang ditunjukkan oleh jarum
dial. Stabilitas merupakan parameter yang menunujukkan batas maksimum beban yang dapat diterima oleh suatu campuran beraspal saat terjadi keruntuhan yang dinyatakan
dalam kilogram. Nilai stabilitas yang terlalu tinggi akan menghasilkan perkerasan yang terlalu kaku sehingga tingkat keawetannya berkurang.
b. Kelelehan flow
Seperti halnya cara memperoleh nilai stabilitas, nilai flow merupakan nilai dari masing- masing yang ditunjukkan oleh jarum dial. Hanya saja jarum dial flow biasanya dalam
satuan mm millimeter.
c. Hasil Bagi Marshall Marshall Quotient
Hasil Bagi Marshall merupakan hasil bagi stabilitas dengan kelelehan. Semakin tinggi nilai MQ, maka kemungkinan akan semakin tinggi kekakuan suatu campuran dan
semakin rentan campuran tersebut terhadap keretakan. Marshall Quotient
=
����������
����
d. Rongga Terisi Aspal VFA atau VFB
Rongga terisi aspal VFA adalah persen rongga yang terdapat diantara partikel agregat VMA yang terisi oleh aspal, tidak termasuk aspal yang diserap oleh agregat. Rumus
adalah sebagai berikut : ��� = 100 �
��� − ��� ���
Dimana : VFA :
Rongga udara yang terisi aspal, prosentase dari VMA, VMA :
Rongga udara pada mineral agregat, prosentase dari volume total,
VIM : Rongga udara pada campuran setelah pemadatan
e. Rongga Antar Agregat VMA
Rongga antar agregat VMA adalah ruang rongga diantara partikel agregat pada suatu perkerasan, termasuk rongga udara dan volume aspal efektif tidak termasuk volume
aspal yang diserap agregat. Jika komposisi campuran ditentukan sebagai persen berat dari campuran total, maka VMA dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
VMA = 100 -
��� ∗ �� ���
Dengan pengertian : VMA = Rongga dalam agregat mineral persen volume curah
Gsb = Berat jenis curah agregat
Ps = Agregat, persen berat total campuran
Gmb = Berat jenis curah campuran padat
Atau, jika komposisi campuran ditentukan sebagai persen berat agregat, maka VMA dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
VMA = 100
-
��� ���
x
100 100 +
��
100 Dengan pengertian :
Pb = Aspal, persen berat agregat
Gmb = Berat jenis curah campuran padat
Gsb = Berat jenis curah agregat
f. Rongga Udara VIM
Rongga udara dalam campuran Va atau VIM dalam campuran perkerasan beraspal terdiri atas ruang udara diantara partikel agregat yang terselimuti aspal. Volume rongga
udara dalam campuran dapat ditentukan dengan rumus berikut: VIM = 100 x
��� − ��� ���
Dengan pengertian : VIM
= Rongga udara dalam campuran padat, persen dari total volume. Gmm
= Berat jenis maksimum campuran. Gmb
= Berat jenis curah campuran padat.
g. Retained Stability
Kehilangan stabilitas berdasarkan perendaman diukur sebagai ketahanan terhadap akibat pengaruh kerusakan oleh air disebut Indeks Perendaman Index of Retained Strength
yang dinyatakan dalam persen . Parameter ini akan dipakai sebagai indikasi ketahanan campuran terhadap pengaruh air.
II.4.2 Dasar-dasar Perhitungan
a. Berat Jenis Bulk dan Apparent Total Agregat
Agregat total terdiri atas fraksi-fraksi agregat kasar, agregat halus dan bahan pengisi filler yang masing-masing mempunyai berat jenis yang berbeda, baik berat jenis kering
bulk spesific gravity dan berat jenis semu apparent grafity. Kedua macam berat jenis dari total agregat tersebut dapat dihitung dalam persamaan berikut :
-
Berat Jenis Kering bulk specific gravity dari total agregat
���
��� �������
= �
1
+ �
2
+ �
3
+ ⋯ + �
�
�
1
���
1
+ �
2
���
2
+ �
3
���
3
+ ⋯ + �
�
���
�
Dengan pengertian : Gsbtot agregat
= Berat jenis kering agregat gabungan, grcc Gsb1, Gsb2.. Gsbn
= Berat jenis kering dari masing-masing agregat, grcc P1, P2, P3, …
= Presentase berat dari masing-masing agregat,
- Berat Jenis Semu apparent spesific gravity
���
��� �������
= �
1
+ �
2
+ �
3
+ ⋯ + �
�
�
1
���
1
+ �
2
���
2
+ �
3
���
3
+ ⋯ + �
�
���
�
Dengan pengertian : Gsatot agregat
= Berat jenis semu agregat gabungan, grcc Gsa1, Gsa2..Gsan =
Berat jenis semu dari masing-masing agregat, grcc P1, P2, P3, …
= Presentase berat dari masing-masing agregat,
b. Berat Jenis Efektif Agregat
Berat jenis efektif campuran Gse, kecuali rongga udara dalam partikel agregat yang menyerap aspal dapat dihitung dengan rumus yang biasanya digunakan berdasarkan
hasil pengujian kepadatan maksimum eoritis sebagai berikut : �
��
= �
��
− �
�
�
��
�
��
− �
�
�
�
Dengan pengertian : Gse
= Berat jenis efektif efektive spesific gravity, grcc Gmm = Berat jenis campuran maksimum teoritis setelah pemadatan grcc
Pmm = Persen berat total campuran =100 Pb
= Prosentase kadar aspal terhadap total campuran, Ps
= Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran,
Gb = Berat jenis aspal
Berat jenis efektif total agregat dapat ditentukan juga dengan menggunakan persamaan dibawah ini :
�
��
= �
��
+ �
��
2
Dengan pengertian : Gse = Berat jenis efektif efektive spesific gravity, grcc
Gsb = Berat jenis kering agregat bulk spesific gravity, grcc Gsa = Berat jenis semu agregat apparent spesific gravity, grcc
c. Berat Jenis maksimum Campuran
Berat jenis maksimum campuran, Gmm pada masing-masing kadar aspal diperlukan untuk menghitung kadar rongga masing-masing kadar aspal. Berat jenis maksimum
dapat ditentukan dengan AASHTO T.209-90 .
�
��
= �
��
�
�
�
��
− �
�
�
�
Dengan pengertian : Gmm = Berat jenis maksimum campuran,grcc
Pmm = Persen berat total campuran =100 Ps
= Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran, Pb
= Prosentase kadar aspal terhadap total campuran,
Gse = Berat jenis efektif efektive spesific gravity, grcc
Gb = Berat jenis aspal,grcc
d. Berat Jenis Bulk Campuran padat
Perhitungan berat jenis bulk campuran setelah pemadatan Gmb dinyatakan dalam gramcc dengan rumus sebagai berikut :
�
��
= �
�
�
����
Dengan pengertian : Gmb = Berat jenis campuran setelah pemadatan, grcc
Vbulk = Volume campuran setelah pemadatan, cc Wa
= Berat di udara, gr
e. Penyerapan Aspal
Penyerapan aspal dinyatakan dalam persen terhadap berat agregat total, tidak terhadap berat campuran. Perhitungan penyerapan aspal Pba adalah sebagai berikut:
�
��
= �
��
− �
��
�
��
��
��
�
�
Dengan pengertian : Pba
= Penyerapan aspal, persen total agregat Gsb
= Berat jenis bulk agregat, grcc Gse
= Berat jenis efektif agregat, grcc Gb
= Berat jenis aspal, grcc
f. Kadar Aspal Efektif
Kadar aspal efektif Pbe campuran beraspal adalah kadar aspal total dikurangi jumlah aspal yang terserap oleh partikel agregat. Kadar aspal efektif ini akan menyelimuti
permukaan agregat bagian luar yang pada akhirnya akan menentukan kinerja perkerasan beraspal. Rumus Kadar aspal efektif adalah :
��� = �� − ���
100 ��
Dengan pengertian : Pbe
= Kadar aspal efektif, persen total campuran, Pb
= Kadar aspal, persen total campuran, Pba
= Penyerapan aspal, persen total agregat, Ps
= Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran,
II.5 Campuran Beraspal Panas dengan Pendekatan Kepadatan Mutlak