Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada
Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Persaingan didunia bisnis saat ini terasa semakin ketat, terutama semenjak perjanjian perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dan Cina mulai
diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2010. Perjanjian tersebut sebenarnya telah disepakati sejak tahun 2002 oleh Indonesia dan pemerintah pun tidak akan
mengundur berlakunya pelaksanaan perjanjian ASEAN-China Free Trade Agreement ACFTA tersebut. Indonesia sebagai penandatangan akan tetap
berkomitmen terhadap perjanjian yang telah disepakati antar negara-negara ASEAN dan Cina itu. Seiring dengan berlakunya ACFTA mulai timbul
kekhawatiran masyarakat Indonesia terkait produk lokal yang rawan tergerus produk impor Cina dan persaingan diberbagai sektor industri yang akan semakin
ketat. Diperkirakan ada sepuluh sektor industri yang paling dirugikan dalam perjanjian perdagangan tersebut, salah satunya adalah sektor industri tekstil. Cina
merupakan negara pesaing terkuat dalam industri tekstil Indonesia. Biro Pusat Statistik BPS pada tahun 2005 memperlihatkan nilai ekpor tekstil Indonesia
terhadap Cina sebagai berikut angka di antara tanda kurung menandakan peringkat :
1. Serat sintetik : 7,2 1
2. Serat lainnya dengan nilai 13,1 3
3. Benang tekstil untuk pembuatan kain memiliki nilai 73,7 3
4. Benang dan kain yang memiliki kekhususan tertentu special yarns and fabrics :
10,2, 5
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada
Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Total nilai ekspor 104,2
Sementara Indonesia mengimpor :
1. Kapas dengan nilai 55,6 3
2. Benang tekstil dengan nilai 33,8 2
3. Kain kapas dengan value 58,3 1
4. Mesin tekstil dan pengolahan kulit dengan value 33,8 4
Total nilai impor 180,8 Sumber :
www.bps.go.id
Dari data ini jelas terlihat bahwa impor tekstil dan produk tekstil TPT Indonesia dari Cina lebih banyak daripada ekspornya. Data ini juga sekaligus
menunjukkan dimana sebenarnya letak kekuatan tekstil Indonesia, yaitu pada serat. Kelemahan tekstil kita terutama ada pada ketergantungan akan bahan baku
berupa kapas, benang dan mesin. Angka-angka pertumbuhan ekspor impor tekstil ini masih akan terus berubah secara dinamis mengikuti gerak perkembangan
industrinya. Diawal perkembangannya, industri tekstil di Indonesia mengalami kemajuan
yang pesat pada tahun 1992, sehingga pada saat itu menjadi penghasil devisa tertinggi di antara komoditas nonminyak dan nongas dengan nilai ekspor sebesar
US 3.5 milyar. Industri tekstil tersebut tidak berbasis pada produksi bahan baku domestik yang kuat. Bahan baku tekstil yang berupa serat kapas harus diimpor.
Setiap tahun Indonesia mengimpor kapas dalam jumlah besar. Pada tahun 1993 Indonesia mengimpor 414.000 ton atau di atas 96 total kebutuhan nasional dan
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada
Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
kurang dari 4 yang dapat disediakan dari hasil kapas dalam negeri. Baharsjah,1993
Adapun data indeks terbaru mengenai tingkat produksi besar dan sedang yang tertera di BPS Biro Pusat Statistik Indonesia sebagai berikut :
Tabel 1.1 Indeks Produksi Industri Besar dan Sedang Menurut Dua Digit Kode
ISIC, Tahun 2010-2011
Kode Industri
Uraian
2010
Rata an
Tah unan
2010
2011
Rata an
Tah unan
2011 Triwulan
Triwulan I
II III
IV I
II III
IV 15
Makanan dan
Minuman
279.05 289.73
303.36 303.91
294.01 292.16
315.28 326.80
16 Pengolahan
Tembakau
201.85 205.00
199.85 203.90
202.65 209.64
227.60 223.22
17 Tekstil
91.89 93.96
94.27 104.44
96.14 106.69
101.56 102.99
18 Pakaian
Jadi
81.77 85.01
85.09 89.38
85.31 90.68
89.37 89.63
19 Kulit dan
Barang dari Kulit dan
Alas Kaki
125.96 126.44
125.07 135.39
128.22 145.17
144.87 139.15
Sumber : www.bps.go.id
7 Maret 2012
Dari tabel data diatas terlihat bahwa indeks tingkat produksi tekstil di Indonesia dari tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami peningkatan yang tidak
terlalu signifikan, meskipun tingkat produksi pada Triwulan IV tahun 2011 dan Rataan Tahunan 2011 belum diketahui. Ini salah satu bukti bahwa saat ini
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada
Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
perkembangan industri tekstil di Indonesia sangat lamban. Dan tak bisa dipungkiri industri tekstil kita selama ini masih tertolong dengan adanya aturan kuota tekstil
dunia sehingga industri tekstil kita masih mampu bertahan karena mendapat limpahan order dari negara negara yang telah kelebihan kuota.
Secara umum industri tekstil diartikan sebuah industri yang bahan bakunya berasal dari serat kapas, poliester, rayon yang dipintal spinning menjadi
benang dan kemudian dianyamditenun weaving atau dirajut knitting menjadi kain yang setelah dilakukan penyempurnaan finishing digunakan untuk bahan
baku produk tekstil. Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai
produk kerajinan lainnya. Dari pengertian tekstil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bahanproduk tekstil meliputi produk serat, benang, kain, pakaian dan
berbagai jenis benda yang terbuat dari serat. Pada umumnya bahan tekstil dikelompokkan menurut jenisnya sebagai berikut:
1. Berdasar jenis produkbentuknya: serat staple, serat filamen, benang, kain,
produk jadi pakaian produk kerajinan dll 2.
Berdasar jenis bahannya: serat alam, serat sintetis, serat campuran 3.
Berdasarkan jenis warnamotifnya: putih, berwarna, bermotifbergambar 4.
Berdasarkan jenis kontruksinya: tenun, rajut, renda, kempa. benang tunggal, benang gintir.
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada
Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Dari uraian diatas terlihat jelas bahwa sebuah perusahaan yang bergerak dalam industri tekstil sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku. Bahan
baku yang berkualitas, tentu akan menghasikan produk yang berkualitas juga. Salah satu perusahaan tekstil yang bergerak dibidang produksi weaving
tenun adalah PT. Tarumatex. PT. Tarumatex menghasilkan produk tekstil berupa kain grey tenun atau kain mentah. Kain grey tenun atau kain mentah tersebut
harus melalui proses coloring pewarnaan dan finishing penyempurnaan sebelum dijual ke konsumen. Kain merupakan salah satu produk tekstil yang
terbuat dari benang yang ditenun. Bahan baku untuk membuat kain adalah benang. Ada banyak sekali jenis-jenis benang, yang dikelompokkan berdasarkan
seratnya, ada yang berasal dari serat alam seperti kapas dan serat buatan. PT. Tarumatex selalu berusaha bertahan dalam persaingan, namun semakin
meningkatnya harga segala kebutuhan pokok dan bahan bakar minyak ditambah dengan semakin tingginya persaingan industri tekstil khususnya dengan masuknya
pedagang Cina, sehingga membuat PT. Tarumatex tidak mengalami peningkatan produktivitas yang berarti dari tahun-tahun sebelumnya, hal ini ditandai dengan
biaya produksi yang tidak dapat ditekan. Besarnya biaya produksi dalam perusahaan dikarenakan oleh besarnya biaya persediaan.
Biaya persediaan terdiri dari biaya penyimpanan, biaya pemesanan, biaya penyiapan, dan biaya kekurangan bahan baku. Namun biaya persediaan yang
dapat dihitung adalah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Sedangkan biaya kekurangan bahan baku dan penyiapan sebagai biaya opportunity.
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada
Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Dalam memenuhi permintaan pelanggannya PT. Tarumatex memiliki kebijakan sendiri dalam melakukan pengendalian persediaanya. Perusahaan
melakukan pemesanan persediaannya setiap dua bulan sekali, dengan jumlah dan interval yang tidak tetap sesuai dengan pemesanan. Oleh karena itu persediaan
yang tersisa tersimpan didalam gudang tidak menentu, sehingga selalu terjadi penumpukan bahan baku dan terkadang kekurangan bahan baku, sehingga
menimbulkan bertambahnya biaya pemesanan, biaya penyimpanan maupun biaya kekurangan. Hal ini berarti besarnya investasi perusahaan ada pada persediaan
yang tak menentu, padahal jika perusahaan mampu menentukan berapa besarnya yang mereka perlukan secara tepat jumlah dan tepat waktu besarnya persediaan
dapat dikelola secara efektif.
Tabel 1.2 Data Total Permintaan Kain Di PT. Tarumatex Tahun 2009-2011
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada
Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Sumber : Bagian Produksi PT. Tarumatex
Tabel 1.3 Data Persediaan Bahan Baku Di PT. Tarumatex Tahun 2009-2011
6,800,000 7,300,000
7,800,000 8,300,000
8,800,000
2009 2010
2011
m e
te r
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada
Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Tabel 1.4 Data Biaya Total Persediaan Di PT. Tarumatex Tahun 2009-2011
Sumber : Bagian Produksi PT. Tarumatex Melihat permasalahan diatas mengenai tingginya biaya yang timbul akibat
persediaan dalam gudang dan pemesanan bahan baku, sehingga semakin besar biaya-biaya yang ditimbulkan, seperti biaya akomodasi dan transportasi. Oleh
sebab itu PT. Tarumatex harus mampu membuat suatu pengelolaan dan perencanaan bahan baku atas permintaan yang ada. Untuk itu PT. Tarumatex perlu
2009 2010
2011 P150
927.91 983.462
1132.22 Ry30
997.12 1057.97
1464.61 0.00
500.00 1,000.00
1,500.00 2,000.00
B al
e
Bahan Baku Kain Polyester Rayon PR
5,000,000 10,000,000
15,000,000 20,000,000
25,000,000 30,000,000
35,000,000 40,000,000
2009 2010
2011 Biaya Penyimpanan
Biaya Pemesanan
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada
Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
menerapkan teknik perencanaan persediaan bahan baku yang tepat dalam rangka mengendalikan persediaannya.
Persediaan merupakan salah satu bagian terbesar dalam penggunaan modal kerja perusahaan dan merupakan aktiva yang selalu mengalami perubahan setiap
saat. Pesediaan yang terlalu berlebihan akan merugikan perusahaan karena ini berarti lebih banyak uang atau modal yang tertanam dalam persediaan dan biaya-
biaya yang timbul akibat adanya penyimpanan tersebut. Sebaliknya apabila persediaan terlalu kecil akan timbul biaya-biaya karena kekurangan persediaan
bahan baku, seperti biaya pemesanan, biaya akomodasi dan biya transportasi yang tinggi, bahkan apabila permintaan konsumen tidak terpenuhi karena kekurangan
persediaan bahan baku, jelas sekali akan menyebabkan kerugian besar bagi perusahaan.
Kegiatan produksi di PT. Tarumatex harus diarahkan pada tindakan yang menuju kearah keberhasilan dari usaha itu sendiri, dimana tindakan tersebut dapat
diterapkan dalam fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Perencanaan merupakan fungsi pertama yang harus dilakukan,
karena melalui perencanaan yang baik segala kegiatan dan tujuan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dapat dengan jelas dirumuskan dan
diperinci sehingga dapat teroganisir sesuai dengan harapan. Jadi pada dasarnya, perencanaan ini merupakan tahapan yang sangat penting untuk mengamankan
rencana yang telah dibuat dan yang akan direncanakan. Salah satu aspek yang
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada
Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
harus direncanakan dalam perusahaan manufaktur adalah perencanaan bahan baku.
Selanjutnya agar kegiatan pelaksanaan dapat dijalankan sesuai dengan rencana, maka diperlukan suatu pengendalian atau pengawasan pada setiap proses
kegiatan agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Perencanaan bahan baku perusahaan menunjukkan suatu proses sejak dari
tahap persiapan yang diperlukan sebelum dimulainya penyusunan rencana, pengumpulan berbagai data dan informasi yang diperlukan, pembagian tugas
perencanaan, penyusunan rencana perusahaan sendiri, implementasi dari rencana tersebut sampai pada akhirnya tahap pegawasan dan evaluasi dari hasil
pelaksanaan rencana tersebut. Perusahaan harus mampu melaksanakann fungsi- fungsi manajemen secara menyeluruh agar dapat melakukan kegiatan operasi
yang efektif dan efisien. Dalam melakukan perencanaan kebutuhan bahan baku yang efektif dan
efisien diperlukan keahlian dan ketelitian yang tinggi dan menjadi salah satu faktor penting dari kegiatan perindustrian salah satunya bagi PT. Tarumatex. Hal
ini dikarenakan perencanaan kebutuhan bahan baku dapat mempengaruhi jalannya proses produksi yang akan berlangsung dan juga akan mempengaruhi variabel
biaya produksi dari produk tersebut. Tingkat kefektifan dalam perencanaan kebutuhan bahan baku diukur dari
pencapaian hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini ketepatan dalam menetapkan metode atau teknik yang digunakan dalam
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada
Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
melakukan perencanaan kebutuhan bahan baku merupakan ukuran pencapaian target atau tujuan perusahaan itu sendiri.
Tingkat efisiensi dapat diukur dari segi besarnya sumber atau biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan. Efisiensi merupakan suatu tidakan
yang berkaitan dengan menghasilkan hasil yang optimal dengan tidak membuang banyak biaya dan waktu dalam proses pengerjaannya. Dalam penelitian kali ini,
tingkat efisiensi dapat diukur dari jumlah akhir atau total biaya persediaan bahan baku dari perhitungan perencanaan kebutuhan bahan baku yang paling rendah
minimal cost berdasarkan penerapan metode atau teknik perencanaan kebutuhan bahan baku yang ditetapkan.
Perencanaan dan pengendalian kebutuhan bahan baku harus menjadi hal penting dan menjadi salah satu inti perhatian bagi PT. Tarumatex. Kemampuan
dalam mengatur persediaan yang tepat akan memberikan dampak positif bagi kemajuan dan kinerja perusahaan dalam mengatur biaya-biaya yang harus
dikeluarkan. Permasalahan perencanaan bahan baku tersebut dapat diatasi dengan berbagai
metode dalam persediaan, salah satunya dengan metode Material Requirement Planning MRP.
Menurut Vincent Gaspers 2004:177 mengatakan bahwa Material Requirement Planning MRP adalah :
“Perencanaan kebutuhan bahan baku Material Requirement Planning adalah metode penjadwalan untuk perencanaan pembelian pesanan purchased
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada
Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
planned orders dan perencanaan pesanan manufktur manufactured planned oders.
”
MRP merupakan metode perencanaan planning dan penjadwalan scheduling pesanan dan inventory untuk item-item permintaan yang bersifat
tidak bebas dependent inventory yaitu permintaan satu produk berkaitan dengan permintaan untuk produk produk lainnya.
Jadi, MRP adalah teknik untuk merencanakan dan menjadwalkan bahan baku yang digunakan untuk proses produksi sesuai dengan jadwal produksi. Dengan
menggunakan sistem MRP dapat diketahui berapa banyak dan kapan suatu bahan baku yang dibutuhkan akan dipesan. Konsep MRP adalah menyediakan bahan
baku pada jumlah, waktu dan jenis secara tepat, sehingga dapat selalu tersedia pada saat dibutuhkan guna memproduksi suatu barang atau produk. Dari
penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa MRP juga merupakan metode yang dapat digunakan untuk mengendalikan persediaan kebutuhan bahan
baku. Menurut Agus Ristono 2009:2 dalam bukunya “Manajemen
Persediaan”, menerangkan bahwa : “Pengendalian persediaan merupakan suatu usaha memonitor dan
menentukan tingkat komposisi bahan yang optimal dalam menunjang kelancaran dan efektivitas serta efisiensi dalam kegiatan perusahaan.”
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada
Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Tujuan MRP dari sudut pandang logistik adalah untuk menghindari sebanyak mungkin penumpukan bahan baku dalam persediaan dan untuk memastikan
berapa banyaknya bahan baku yang harus disediakan sesuai pesanan dengan periode waktu yang tepat.
Komponen dasar dari MRP terdiri dari Jadwal Induk Produksi Master Production Schedule-MPS, Struktur Produk Bill of Material dan Status
Persediaan Inventory Master File atau Inventory Status Record. Dalam proses MRP, terdapat beberapa teknik untuk menentukan besarnya lot
atau besarnya kuantitas pesanan, diantaranya teknik Lot For Lot LFL, Fixed Order Quantity FOQ, Fixed Period Quantity FPQ, Least Unit Cost LUC,
Economic Order Quantity EOQ, Period Order Quantity POQ, Part Period Balancing PPB, Silver Mean SM, dan lain-lain. Salah satu dari teknik-teknik
perhitungan lot dalam MRP ini bisa dijadikan solusi untuk merencanakan jumlah pesanan yang efektif sehingga biaya-biaya yang seharusnya tidak perlu
dikeluarkan oleh perusahaan bisa dikendalikan. Berdasarkan permasalahan diatas, penulis bermaksud melakukan penelitian
tentang sistem perencanaan kebutuhan bahan baku dengan judul
“ Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku dalam Upaya Efisiensi Biaya Total
Persediaan Pada PT. Tarumatex” Studi Komparatif Dengan Metode Lot For Lot, Fixed Order Quantity dan Fixed Period Quantity. Karena sistem
perencanaan persediaan bahan baku di PT. Tarumatex belum efektif sehingga menimbulkan biaya total persediaan perusahaan yang cukup tinggi.
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada
Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah