Analisa Perencanaan dan Pengendalian Bahan Baku untuk Meminimalisasi Biaya Persediaan dengan Menggunakan Teknik Lot Sizing (Studi Kasus PT. Guna Kemas Indah Tanjung Morawa)

(1)

(STUDI KASUS PT. GUNA KEMAS INDAH TANJUNG

MORAWA)

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

CHRISTINA Y.R PURBA 100423020

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

(3)

(4)

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan pengetahuan dan kekuatan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan tugas sarjana yang berjudul “Analisa Perencanaan dan Pengendalian Bahan Baku untuk Meminimalisasi Biaya Persediaan dengan Menggunakan Teknik Lot Sizing (Studi Kasus PT. Guna Kemas Indah Tanjung Morawa)”

Tugas sarjana ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian Sarjana untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Ekstensi pada Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam Penulisan Tugas sarjana ini, penulis telah berusaha untuk memberikan yang terbaik. Namun, penulis menyadari bahwa tugas sarjana ini masih memiliki kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk lebih menyempurnakan tugas sarjana ini. Semoga tugas sarjana ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Universitas Sumatera Utara, Medan, Juni 2013


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan laporan ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik berupa material, spiritual, informasi maupun sumbangan pemikiran. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan material, spiritual maupun bimbingan, terutama kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT, selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc., selaku Koordinator Tugas Sarjana di Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, yang merangkap sebagai Dosen Pembimbing I Penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini, yang telah menyediakan waktunya untuk dapat memberikan bimbingan akademis kepada penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Sarjana ini.

4. Ibu Khalida Syahputri, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing II yang telah menyediakan waktu dan telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

5. Bapak Ranu, selaku kepala bagian personalia PT. Guna Kemas Indah dan bapak Dadang selaku kepala bagian produksi serta seluruh staff dan


(7)

karyawan yang telah banyak memberi bantuan kepada penulis berupa informasi, data perusahaan selama melakukan penelitian.

6. Kedua orang tua (Drs. Jhon Kerry Purba dan Natalina L. Pasaribu), kakak (Margareth E.K Purba, S.Si) dan adik (Yohana V.G Purba dan Johannes F.A Purba) serta keluarga penulis yang telah memberikan dukungan sepenuhnya kepada penulis baik doa, moral, semangat maupun materi dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

7. Jeffry Pane, ST yang telah memberikan dukungan kepada penulis baik doa maupun semangat.

8. Teman-teman kos Berdikari 66 Padang Bulan (Valen, Lina, Tuty, Lilis) 9. Semua teman-teman seperjuangan angkatan 2010 Ekstensi di Departemen

Teknik Industri Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis.

10. Kak Dina, Bang Mijo, Bang Ridho selaku pegawai Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam pengurusan berkas-berkas tugas sarjana.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih memiliki keterbatasan dalam segala hal sehingga mungkin masih banyak kekurangan dalam penyusunannya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi untuk penyempurnaan laporan ini agar nantinya berguna dalam penulisan laporan berikutnya.

Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.


(8)

D A F T A R I S I

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar belakang Masalah ... I-1 1.2. Rumusan Masalah ... I-4 1.3. Tujuan Penelitian ... I-4 1.4. Manfaat Penelitian ... I-5 1.5. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-6 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-7

I I GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1


(9)

D A F T A R I S I (Lanjutan)

BAB HALAMAN

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.3. Lokasi Perusahaan ... II-2 2.4. Daerah Pemasaran ... II-2 2.5. Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Lingkungan ... II-3 2.6. Standar Mutu Bahan atau Produk ... II-3 2.7. Bahan yang Digunakan ... II-5

2.7.1. Bahan Baku ... II-5 2.7.2. Bahan Penolong ... II-5 2.7.3. Bahan Tambahan ... II-6 2.8. Uraian Proses Produksi ... II-6 2.9. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-10 2.10. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-13 2.10.1. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-17 2.10.1.1. Jumlah Tenaga Kerja ... II-17 2.10.1.2. Sistem Pengupahan dan Kesejahteraan

Karyawan ... II-19 2.11. Prosedur Pembelian Bahan Baku ... II-22

III LANDASAN TEORI ... III-1 3.1. Peramalan ... III-1 3.2. Prosedur Peramalan ... III-2


(10)

D A F T A R I S I (Lanjutan)

BAB HALAMAN

3.3. Metode Time Series ... III-2 3.4. Kriteria Performance Peramalan ... III-10 3.5. Proses Verifikasi ... III-11 3.6. Persediaan (Inventory) ... III-12 3.6.1. Pengendalian Persediaan ... III-12 3.6.2. Biaya Persediaan ... III-14 3.7. Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) ... III-16 3.8. Teknik-teknik Penentuan Ukuran Lot ... III-18

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Objek Penelitian ... IV-1 4.4. Kerangka Konseptual ... IV-2

4.5. Variabel Penelitian ... IV-2 4.6. Sumber Data ... IV-4 4.7. Blok Diagram Prosedur Penelitian ... IV-4 4.8. Metode Pengolahan Data ... IV-5 4.9. Analisa Pembahasan Masalah ... IV-6 4.10. Kesimpulan dan Saran ... IV-7


(11)

D A F T A R I S I (Lanjutan)

BAB HALAMAN

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1

5.1.1. Data Permintaan Produk Cup Bulan

Mei 2012-April 2013 ... V-1 5.1.2. Data Struktur Produk Cup Bening ... V-2 5.1.3. Data Status Persediaan Bahan Baku ... V-3 5.1.4. Biaya Pemesanan dan Biaya Penyimpanan Bahan

Baku Cup Bening ... V-3 5.1.5. Data Harga Bahan Baku ... V-4 5.1.6. Data Waktu Tenggang (Lead Time) ... V-5

5.2. Pengolahan Data ... V-5 5.2.1. Peramalan Jumlah Permintaan Cup Bening Bulan

Mei 2012-April 2013 ... V-5 5.2.2. Perhitungan Jumlah Kebutuhan Bahan Baku ... V-11 5.2.3. Perhitungan Kebutuhan Bersih (Netting) ... V-12 5.2.4. Perhitungan Ukuran Lot Persediaan ... V-12 5.2.4.1. Metode Lot For Lot ... V-12 5.2.4.2. Metode Least Total Cost ... V-16

5.2.4.3. Metode Silver Meal ... V-22 5.2.4.4. Metode Wagner Within ... V-30


(12)

D A F T A R I S I (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.2.4.4. Metode Part Period Balancing ... V-36 5.2.4.5. Metode Economic Order Quantity dan Period

Order Quantity ... V-41 5.2.4.5.1. Metode Economic Order Quantity ... V-41 5.2.4.5.2. Metode Period Order Quantity ... V-46 5.2.4.6. Perencanaan Persediaan dengan Cara

Perusahaan ... V-51

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1 6.1. Analisis Peramalan ... VI-1 6.2. Analisis Jumlah Kebutuhan Bahan Baku ... VI-1 6.3. Analisis Perencanaan Persediaan ... VI-2 6.4. Analisis Perbandingan Kondisi Riil Perencanaan

Persediaan Cara Perusahaan dengan Metode

Wagner Within ... VI-5

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-1 DAFTAR PUSTAKA


(13)

D A F T A R T A B E L

TABEL HALAMAN

1.1. Data Historis Persediaan Bahan Baku Periode Mei

2012- April 2013 ... I-3 2.1. Syarat Mutu Cup Plastik untuk Air Minum dalam

Kemasan ... II-4 2.2. Perincian Jumlah Tenaga Kerja di PT. Guna Kemas Indah .... II-17 2.3. Jam Kerja Normal Karyawan ... II-18 5.1. Data Permintaan Cup Bening MTO dan MTS ... V-1 5.2. Data Permintaan Produk Cup Bulan Mei 2012-April 2013 .... V-2 5.3. Data Status Persediaan Bahan Baku Cup Bening ... V-3 5.4. Biaya Pemesanan ... V-3 5.5. Biaya Penyimpanan ... V-4 5.6. Unit Biaya Penyimpanan Bahan Baku ... V-4 5.7. Harga Bahan Baku ... V-5 5.8. Data Waktu Tenggang (Lead Time) ... V-5 5.9. Perhitungan Parameter Peramalan Metode Moving

Average ... V-7 5.10. Perhitungan Parameter Peramalan Metode Single

Exponential Smoothing ... V-7 5.11. Rekapitulasi Estimasi Kesalahan ... V-8


(14)

D A F T A R T A B E L (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.12. Verifikasi Peramalan Metode Single Exponential

Smoothing ... V-9 5.13. Hasil Peramalan Permintaan Produk Cup Bening Periode

Mei 2013-April 2014 ... V-11 5.14. Kebutuhan Bahan Baku Cup Bening ... V-12 5.15 Pelepasan Pemesanan Polypropylene dengan Metode

Lot For Lot ... V-13 5.16. Pelepasan Pemesanan Titanlene dengan Metode

Lot For Lot ... V-13 5.17. Pelepasan Pemesanan Afal dengan Metode Lot For Lot ... V-14 5.18. Pelepasan Pemesanan Katalis dengan Metode Lot For Lot .... V-15 5.19. Pelepasan Pemesanan Cosmoplene dengan Metode

Lot For Lot ... V-15 5.20. Pelepasan Pemesanan Polypropylene dengan Metode Silver

Meal ... V-16 5.21. Penentuan Lot untuk Polypropylene dengan Metode Silver

Meal ... V-16 5.22. Pelepasan Pemesanan Titanlene dengan Metode Silver

Meal ... V-18 5.23. Penentuan Lot untuk Titanlene dengan Metode Silver


(15)

D A F T A R T A B E L (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.24. Pelepasan Pemesanan Afal dengan Metode Silver

Meal ... V-19 5.25. Penentuan Lot untuk Afal dengan Metode Silver

Meal ... V-20 5.26. Pelepasan Pemesanan Katalis dengan Metode Silver

Meal ... V-21 5.27. Penentuan Lot untuk Katalis dengan Metode Silver

Meal ... V-21 5.28. Pelepasan Pemesanan Cosmoplene dengan Metode Silver

Meal ... V-22 5.29. Penentuan Lot untuk Cosmoplene dengan Metode Silver

Meal ... V-22 5.30. Matriks Dalam Perhitungan Oen untuk Polypropylene ... V-24 5.31. Rekapitulasi Hasil Nilai Perhitungan Nilai Fn untuk

Polypropylene ... V-25 5.32. Penentuan Ukuran Lot Optimal Polypropylene dengan Metode

Wagner Within ... V-25 5.33. Penentuan Ukuran Lot Optimal Titanlene dengan Metode


(16)

D A F T A R T A B E L (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.34. Penentuan Ukuran Lot Optimal Afal dengan Metode

Wagner Within ... V-28 5.35. Penentuan Ukuran Lot Optimal Katalis dengan Metode

Wagner Within ... V-29 5.36. Penentuan Ukuran Lot Optimal Cosmoplene dengan Metode

Wagner Within ... V-30 5.37. Perhitungan Ukuran Lot untuk Polypropylene dengan Metode

Economic Order Quantity ... V-31 5.38. Perhitungan Ukuran Lot untuk Titanlene dengan Metode

Economic Order Quantity ... V-32 5.39. Perhitungan Ukuran Lot untuk Afal dengan Metode

Economic Order Quantity ... V-32 5.40. Perhitungan Ukuran Lot untuk Katalis dengan Metode

Economic Order Quantity ... V-33 5.41. Perhitungan Ukuran Lot untuk Cosnmoplene dengan Metode

Economic Order Quantity ... V-34 5.42. Perhitungan Ukuran Lot untuk Polypropylene dengan Metode

Period Order Quantity ... V-36 5.43. Perhitungan Ukuran Lot untuk Titanlene dengan Metode


(17)

D A F T A R T A B E L (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.44. Perhitungan Ukuran Lot untuk Afal dengan Metode

Period Order Quantity ... V-38 5.45. Perhitungan Ukuran Lot untuk Katalis dengan Metode

Period Order Quantity ... V-39 5.46. Perhitungan Ukuran Lot untuk Cosmoplene dengan Metode

Period Order Quantity ... V-40 5.47. Perencanaan Persediaan Polypropylene dengan Cara

Perusahaan ... V-40 5.48. Perencanaan Persediaan Titanlene dengan Cara

Perusahaan ... V-41 5.49. Perencanaan Persediaan Afal dengan Cara

Perusahaan ... V-41 5.50. Perencanaan Persediaan Katalis dengan Cara

Perusahaan ... V-42 5.51. Perencanaan Persediaan Cosmoplene dengan Cara

Perusahaan ... V-43 6.1. Kesalahan Peramalan Permintaan ... VI-1 6.2. Jumlah Kebutuhan Bahan Baku ... VI-2 6.3. Perencanaan Persediaan Bahan Baku Cup Bening ... VI-4 6.4. Perbandingan Biaya Total Perencanaan Persediaan ... VI-6


(18)

D A F T A R G A M B A R

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. Guna Kemas Indah ... II-12 3.1. Moving Range Chart ... III-11 4.1. Kerangka Konseptual ... IV-2 4.2. Blok Diagram Prosedur Penelitian ... IV-5 4.3. Blok Diagram Pengolahan Data ... IV-6 5.1. Struktur Produk Cup Bening ... V-2 5.2. Diagram Pencar Permintaan Produk Cup Bening Bulan

Mei 2012-April 2013 ... V-6 5.3. Moving Range Chart Metode Single Exponential


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

 

LAMPIRAN HALAMAN

1.Perhitungan Oen untuk Bahan Baku Polypropylene dengan

Metode Wagner Within ... L-1 2.Perhitungan Oen untuk Bahan Baku Titanlene dengan Metode

Wagner Within ... L-6 3.Perhitungan Nilai Fn untuk Bahan Baku Titanlene dengan Metode

Wagner Within ... L-11 4. Perhitungan Oen untuk Bahan Baku Afal dengan Metode

Wagner Within ... L-13 5. Perhitungan Nilai Fn untuk Bahan Baku Afal dengan Metode

Wagner Within ... L-18 6. Perhitungan Oen untuk Bahan Baku Katalis dengan Metode

Wagner Within ... L-20 7. Perhitungan Nilai Fn untuk Bahan Baku Katalis dengan Metode

Wagner Within ... L-25 8. Perhitungan Oen untuk Bahan Baku Cosmoplene dengan Metode

Wagner Within ... L-27 9.Perhitungan Nilai Fn untuk Bahan Baku Cosmoplene dengan Metode

Wagner Within ... L-32


(20)

ABSTRAK

Perencanaan dan persediaan bahan baku merupakan hal yang sangat penting dalam suatu proses produksi, terutama pada industri manufaktur. Persediaan bahan baku tidak boleh kurang ataupun berlebih. Jika persediaan bahan baku kurang, akibatnya akan menghambat proses produksi bahkan sampai terhenti. Jika persediaan berlebih maka akan menganggu proses penyimpanan dan menimbulkan biaya berlebih. Kedua kondisi tersebut berpengaruh terhadap besarnya biaya produksi dan kehilangan kepercayaan pelanggan.

PT. Guna Kemas Indah adalah perusahaan yang berstatus swasta nasional yang bergerak di bidang industri produksi kemasan plastik yang dihasilkan sesuai dengan permintaan pasar dan pesanan pelanggan.

Perusahaan manufaktur sering menghadapi masalah dalam hal persediaan. Permasalahan yang timbul pada PT. Guna Kemas Indah adalah adanya pemesanan bahan baku yang tidak terencana dengan baik sehingga membuat persediaan bahan baku di gudang menjadi banyak atau bahkan berkurang, hal ini juga disebabkan karena kedatangan bahan baku yang tidak sesuai dengan waktu yang diberikan oleh perusahaan sehingga hal tersebut menimbulkan kerugian terhadap perusahaan yaitu dalam hal meningkatnya biaya persediaan. Karena itu dibutuhkan manajemen persediaan untuk menganalisa tingkat persediaan yang paling optimum.   

Perencanaan kebutuhan material sangat memerlukan peramalan permintaan konsumen yang dihitung dari permintaan masa lalu, sehingga dapat memperkirakan kebutuhan dimasa mendatang. Dalam penelitian ini, yang akan dianalisa adalah biaya total yang dihasilkan dari beberapa penggunaan teknik lot sizing. Teknik lot sizing yang digunakan adalah Lot For Lot (LFL), Least Total Cost (LTC), Silver Meal (SM), Part Period Balancing (PPB), Economic Order Quantity (EOQ), Period Order Quantity (POQ) dan Wagner Within (WW). Dari hasil perhitungan ketujuh metode tersebut dipilih metode yang menghasilkan biaya persediaan yang paling minimum. Teknik lot sizing wagner within, lot for lot dan silver meal menghasilkan biaya total persediaan yang terendah yaitu Rp 825.000,-.


(21)

ABSTRAK

Perencanaan dan persediaan bahan baku merupakan hal yang sangat penting dalam suatu proses produksi, terutama pada industri manufaktur. Persediaan bahan baku tidak boleh kurang ataupun berlebih. Jika persediaan bahan baku kurang, akibatnya akan menghambat proses produksi bahkan sampai terhenti. Jika persediaan berlebih maka akan menganggu proses penyimpanan dan menimbulkan biaya berlebih. Kedua kondisi tersebut berpengaruh terhadap besarnya biaya produksi dan kehilangan kepercayaan pelanggan.

PT. Guna Kemas Indah adalah perusahaan yang berstatus swasta nasional yang bergerak di bidang industri produksi kemasan plastik yang dihasilkan sesuai dengan permintaan pasar dan pesanan pelanggan.

Perusahaan manufaktur sering menghadapi masalah dalam hal persediaan. Permasalahan yang timbul pada PT. Guna Kemas Indah adalah adanya pemesanan bahan baku yang tidak terencana dengan baik sehingga membuat persediaan bahan baku di gudang menjadi banyak atau bahkan berkurang, hal ini juga disebabkan karena kedatangan bahan baku yang tidak sesuai dengan waktu yang diberikan oleh perusahaan sehingga hal tersebut menimbulkan kerugian terhadap perusahaan yaitu dalam hal meningkatnya biaya persediaan. Karena itu dibutuhkan manajemen persediaan untuk menganalisa tingkat persediaan yang paling optimum.   

Perencanaan kebutuhan material sangat memerlukan peramalan permintaan konsumen yang dihitung dari permintaan masa lalu, sehingga dapat memperkirakan kebutuhan dimasa mendatang. Dalam penelitian ini, yang akan dianalisa adalah biaya total yang dihasilkan dari beberapa penggunaan teknik lot sizing. Teknik lot sizing yang digunakan adalah Lot For Lot (LFL), Least Total Cost (LTC), Silver Meal (SM), Part Period Balancing (PPB), Economic Order Quantity (EOQ), Period Order Quantity (POQ) dan Wagner Within (WW). Dari hasil perhitungan ketujuh metode tersebut dipilih metode yang menghasilkan biaya persediaan yang paling minimum. Teknik lot sizing wagner within, lot for lot dan silver meal menghasilkan biaya total persediaan yang terendah yaitu Rp 825.000,-.


(22)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, kondisi persaingan yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan tuntutan konsumen terhadap suatu produk tidak terbatas pada harga dan kualitas saja tetapi juga pada pelayanan yang diberikan. Pelayanan yang dimaksud dapat berupa ketersediaan produk yang diinginkan konsumen dengan kuantitas dan kualitas sesuai dengan kebutuhan.

Pengendalian pengadaan persediaan perlu diperhatikan karena berkaitan langsung dengan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan sebagai akibat adanya persediaan. Oleh sebab itu, persediaan yang ada harus seimbang dengan kebutuhan, karena persediaan yang terlalu banyak akan mengakibatkan perusahaan menanggung resiko kerusakan dan biaya penyimpanan yang tinggi di samping biaya investasi yang besar. Tetapi jika terjadi kekurangan persediaan akan berakibat terganggunya kelancaran dalam proses produksinya. Oleh karenanya diharapkan terjadi keseimbangan dalam pengadaan persediaan sehingga biaya dapat ditekan seminimal mungkin dan dapat memperlancar jalannya proses produksi.

Salah satu penelitian terdahulu yaitu PT. Indonesia Toray Synthetics merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang tekstil. Hasil produksi


(23)

sesuai dengan pesanan dan ditujukan untuk diexport dengan mengikuti laju pertumbuhan permintaan pasar. Permasalahan yang timbul pada PT. Indonesia Toray Synthetics dibagian material adalah melakukan perencanaan chip (suatu produk akhir tekstil), PT. Indonesia Toray Synthetics sulit menentukan berapa kebutuhan bahan baku yang diperlukan dan berapa pemesanan yang harus dilakukan. Maka langkah awal yang dilakukan adalah dengan melaksanakan persediaan bahan baku melalui pendekatan MRP (Material Requirement Planning) agar mendapatkan hasil biaya persediaan yang lebih optimal.1

PT. Guna Kemas Indah adalah perusahaan yang bergerak dibidang produksi kemasan plastik yang dihasilkan sesuai dengan permintaan pasar dan pesanan pelanggan. Permasalahan yang dihadapi PT. Guna Kemas Indah adalah adanya pemesanan bahan baku yang tidak terencana dengan baik sehingga membuat persediaan bahan baku di gudang menjadi banyak atau bahkan berkurang, hal ini juga disebabkan karena kedatangan bahan baku yang tidak sesuai dengan waktu yang diberikan oleh perusahaan sehingga hal tersebut menimbulkan kerugian terhadap perusahaan yaitu dalam hal meningkatnya biaya persediaan.

Metode persediaan yang digunakan pada PT. Guna Kemas Indah ialah dengan menggunakan metode sistem penambahan fakultatif, yaitu perusahaan melakukan pemesanan ulang hanya terhadap bahan baku yang telah mencapai titik tertentu (titik pemesanan ulang) dan tidak memperhatikan persoalan efisiensi lot

       1

Aifrid Farida Agustina. 2010. Analisis Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku CHIP Berdasarkan Sistem MRP pada PT. Indonesia Toray Synthetics. Universitas Mercu Buana. Jakarta.


(24)

size inventory. Pada sistem ini, pemesanan hanya dilakukan ketika jumlah stok di tangan sudah dibawah batas yang ditentukan.

Adapun data historis persediaan bahan baku dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Data Historis Persediaan Bahan Baku Periode Mei 2012 –

April 2013

Bulan Polypropylene (Kg) Titanlene (Kg) Afal (Kg) Katalis (Kg) Cosmoplene (Kg) Kebutuhan Rencana Kebutuhan Rencana Kebutuhan Rencana Kebutuhan Rencana Kebutuhan Rencana

Mei 2012 10000 9000 2000 1900 800 750 274 250 650 600

Juni 2012 9995 9990 2400 2200 730 800 300 340 610 640

Juli 2012 8000 8000 2000 1854 740 750 267 265 615 630

Agustus

2012 7500 7000 1850 1854 722 720 277 270 588 584

September

2012 8700 9000 2650 3000 600 630 310 320 575 600

Oktober

2012 8000 8500 2580 3000 860 865 300 320 565 600

November

2012 7500 7000 2500 2570 758 800 277 297 570 575

Desember

2012 7000 7000 2200 2240 700 700 285 300 560 580

Januari

2013 7600 8400 2200 2480 650 610 285 315 565 600

Februari

2013 8500 8000 2750 3000 655 700 305 310 600 610

Maret

2013 9000 9500 2200 2500 720 700 297 300 600 575

April

2013 7500 8500 2650 2580 700 780 290 300 600 580

Dari tabel diatas dapat dilihat adanya kekurangan dan kelebihan tiap bahan baku. Kekurangan persediaan bahan baku yang paling sering terjadi adalah pada bahan baku polypropylene, dimana kekurangan terjadi pada bulan Mei 2012, Juni 2012, Agustus 2012, November 2012, dan Februari 2013. Sementara itu bahan baku yang berlebih yang disimpan di gudang akan menimbulkan biaya penyimpanan. Oleh karena itu, dibutuhkan manajemen persediaan untuk menganalisa tingkat persediaan yang paling optimum.


(25)

Dengan demikian, maka perlu dilakukan analisa perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku dengan menerapkan metode Material Requirement Planning (MRP), dimana metode ini digunakan untuk kebutuhan item-item yang bersifat saling bergantung (dependent). Metode Material Requirement Planning (MRP) didesain untuk menentukan jumlah material yang benar-benar dibutuhkan, sehingga tingkat persediaan material yang berlebihan dapat dihindari. Dalam hal ini digunakan teknik lot sizing, antara lain teknik Lot For Lot (LFL), Least Total Cost (LTC), Wagner Within (WW), Silver Meal (SM), Part Period Balancing (PPB), Economic Order Quantity (EOQ), dan Period Order Quantity (POQ).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, rumusan permasalahan yang ada pada penelitian ini adalah adanya pemesanan bahan baku yang tidak terencana dengan baik sehingga membuat persediaan bahan baku di gudang menjadi banyak atau bahkan berkurang, hal ini juga disebabkan karena kedatangan bahan baku yang tidak sesuai dengan waktu yang diberikan oleh perusahaan sehingga hal tersebut menimbulkan kerugian terhadap perusahaan yaitu dalam hal meningkatnya biaya persediaan.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini adalah untuk merencanakan dan mengendalikan persediaan bahan baku dengan menerapkan beberapa teknik lot sizing agar diperoleh biaya persediaan yang minimum.


(26)

Tujuan khusus penelitian ini, yaitu:

1. Melakukan peramalan terbaik untuk memperkirakan permintaan pada periode yang akan datang

2. Melakukan pengendalian persediaan berdasarkan metode Material Requirement Planning (MRP)

3. Menentukan biaya yang optimal dengan menggunakan lot sizing

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pengalaman dalam menerapkan teori yang didapat di perguruan tinggi ke dalam lingkungan industri secara nyata dalam menyelesaikan suatu permasalahan dan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai sistem persediaan.

2. Bagi Perusahaan

Hasil dari penelitian dapat dijadikan sebagai masukan bagi perusahaan dengan kinerja perusahaan, menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam hal pengambilan keputusan yang berhubungan dengan persediaan. 3. Bagi Departemen Teknik Industri

Diharapkan dapat mengetahui prinsip dasar persediaan yang meliputi alur kegiatan, mulai dari proses pemesanan, bermanfaat sebagai tambahan referensi yang dapat memperkaya laporan-laporan penelitian Teknik Industri serta dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.


(27)

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi

Penelitian dilakukan dengan batasan-batasan tertentu agar tidak menyimpang dari permasalahan yang ada. Batasan-batasan tersebut antara lain : 1. Penelitian dilakukan pada produk cup bening plastik kemasan MG 220 ml 2. Persediaan yang akan ditinjau adalah persediaan bahan baku yang

membentuk produk akhir

3. Periode persediaan bahan baku dilakukan untuk satu tahun

4. Jadwal induk produksi yang didapatkan dari hasil peramalan permintaan 5. Biaya total yang akan dihitung adalah biaya pemesanan dan biaya

penyimpanan.

6. Tidak memperhitungkan safety stock dan safety lead time dalam penyediaan bahan baku

7. Perusahaan PT. Guna Kemas Indah berproduksi bersifat make to order Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian adalah:

1. Pemesanan bahan baku pada distributor yang tetap

2. Tidak terjadi perubahan prosedur pengendalian persediaan selama penelitian berlangsung

3. Tidak menggunakan sistem quantity discount 4. Lead time pemesanan bahan baku diketahui

5. Pengadaan bahan baku yang satu tidak bergantung kepada bahan baku yang lain

6. Diasumsikan bahwa supplier selalu dapat memenuhi pemesanan bahan baku dari perusahaan


(28)

7. Penelitian tidak mempertimbangkan jumlah supplier bahan baku tetapi hanya terbatas pada jumlah kebutuhan bahan baku perusahaan saja

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Adapun sistematika yang digunakan dalam penulisan laporan tugas akhir ini dapat diuraikan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluanberisi tentang permasalahan dilakukannya penelitian “Analisa Perencanaan dan Pengendalian Bahan Baku untuk Meminimalisasi Biaya Persediaan dengan Menggunakan Teknik Lot Sizing (Studi Kasus : PT. Guna Kemas Indah )”, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi-asumsi yang digunakan dan sistematika penulisan laporan.

BAB II Gambaran Umum Perusahaan memaparkan secara singkat tentang gambaran dari objek penelitian yaitu Sejarah Perusahaan, Ruang Lingkup Bidang Usaha, Lokasi Perusahaan, Daerah Pemasaran, Dampak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Standart Mutu Bahan atau Produk, Bahan yang Digunakan, Uraian Proses Produksi dan Struktur Organisasi.

BAB III Landasan Teori menyajikan dasar teori dan metode yang digunakan sebagai dasar dan kelengkapan untuk memecahkan masalah dalam penelitian. Adapun teori yang dibahas dalam penelitian ini adalah Peramalan, Prosedur Peramalan, Metode Time Series, Kriteria


(29)

Performance Peramalan. Proses Verifikasi, Persediaan, Biaya Persediaan, Fungsi-fungsi Persediaan, Teknik Penentuan Ukuran Lot. BAB IV Metodologi Penelitian mengemukakan tentang urutan langkah-langkah

dalam pemecahan masalah dan penjelasan secara garis besar bagaimana langkah pemecahan persoalan dengan menggunakan metode yang digunakan. Adapun metodologi yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah Tempat dan Waktu Penelitian, Jenis Penelitian, Objek Penelitian, Kerangka Konseptual, Variabel Penelitian, Sumber Data, Metode Pengumpulan Data, Blok Diagram Prosedur Penelitian, Metode Pengolahan Data, Analisa Pemecahan Masalah, Kesimpulan dan Saran.

BAB V Pengumpulan dan Pengolahan Data membahas tentang data-data yang dibutuhkan baik primer maupun sekunder. Data yang sudah dikumpulkan diolah dengan menggunakan teknik lot sizing.

BAB VI Analisa Pemecahan Masalah menganalisa hasil dari pengolahan data untuk menghasilkan solusi terhadap masalah yang ada. Analisa yang dilakukan dalam tugas akhir ini adalah Analisis Peramalan, Analisis Jumlah Kebutuhan Bahan Baku, Analisis Perencanaan Persediaan, Analisis Perbandingan Kondisi Riil Perencanaan Persediaan Cara Perusahaan dengan Algoritma Wagner Within.

BAB VII Kesimpulan Dan Saran menguraikan tentang pokok-pokok hasil penelitian dan uraian singkat hasil analisa yang dilakukan, sedangkan saran berisi tindak lanjut dari hasil penelitian yang telah dilakukan.


(30)

DAFTAR PUSTAKA


(31)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Guna Kemas Indah merupakan suatu perusahaan swasta yang bergerak dibidang industri kemasan plastik (Thermorforming & Metalizing), yang berdiri pada tanggal 29 maret 1988. PT. Guna Kemas Indah mempunyai kantor pusat yang berkedudukan Jl. Pluit Raya Selatan No.11 A-B, Jakarta Utara, Indonesia. PT. Guna Kemas Indah mempunyai pabrik yang berada di daerah Cikupa Tigaraksa, Tangerang. Pada awal berdirinya PT. Guna Kemas Indah hanya untuk memenuhi permintaan pasar di Pulau Jawa dan sampai sekarang sudah berkembang pesat menjadi suatu perusahaan industri plastik yang besar dimana mempunyai beberapa anak cabang di Indonesia salah satunya adalah Medan.

PT. Guna Kemas Indah didirikan pada tanggal 29 Maret 2008 di atas tanah seluas 1,25 Ha yang terletak di daerah Sumatera Utara yang berlokasi di Tanjung Morawa Jln. Industri No 11. PT. Guna Kemas Indah memproduksi jenis-jenis cup plastik dan printing untuk proses thermoforming sementara untuk produk loly dari proses injection molding dalam berbagai jenis ukuran, bentuk, dan warna yang beraneka ragam sesuai permintaan pasar dan pesanan pelanggan. Produk yang dihasilkan diberi merek Teh Sisri, Aqua, Sindodes, Mangga Jeruk, Joli dan lain-lain.


(32)

Perusahaan ini juga telah mendapat Sertifikat ISO 9001:2000 tentang sistem manajemen mutu. Dengan diperolehnya sertifikat ISO 9001:2000 maka manfaat utama dari implementasi sistem manajemen mutu digunakan untuk memberi kenyamanan bagi karyawan dalam menjalankan pekerjaannya karena ada panduan, petunjuk, ataupun ukuran keberhasilan atas pekerjaannya dan adanya proses perbaikan berkesinambungan (Continuous ImprPovement).

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Guna Kemas Indah memproduksi gelas plastik dalam ukuran yang berbeda-beda yaitu:

1. Untuk proses Injection Molding hanya satu ukuran saja yaitu ukuran 250 ml. 2. Pada proses Thermoforming dan Metalizing menghasilkan dua produk dengan

baik itu kemasan gelas plastik biasa (bening) ataupun gelas plastik printing dengan kemasan MG 220 ml dan kemasan MG 240 ml.

2.3. Lokasi Perusahaan

Lokasi perusahaan PT. Guna Kemas Indah berlokasi di Jalan Industri No. 11. Kebun Sayur Tanjung Morawa Kab. Deli Serdang.

2.4. Daerah Pemasaran

Daerah pemasaran PT. Guna Kemas Indah saat ini masih memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri saja. Untuk wilayah Sumatera Utara, tepatnya


(33)

di Medan, PT. Guna Kemas Indah memiliki banyak konsumen beberapa diantaranya:

1. PT. Indofood 2. PT. Makmur

3. PT. Indodes dan perusahaan umum lainnya

2.5. Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Lingkungan

Masyarakat sekitar memperoleh dampak yang positif dengan berdirinya PT. Guna Kemas Indah, khususnya dari segi sosial ekonomi. Dampak yang diperoleh diantaranya adalah:

1. Terciptanya lapangan kerja bagi masyarakat setempat sehingga mengurangi jumlah pengangguran.

2. Mengembangkan usaha skala mikro, dengan banyaknya berjualan di sekitar pabrik.

3. Adanya pembangunan jalan di sepanjang jalan industri menuju pabrik PT. Guna Kemas Indah.

4. Pemasukan Listrik di sepanjang jalan industri menuju PT. Guna Kemas Indah.

2.6. Standar Mutu Bahan atau Produk

Standard mutu produk yang digunakan oleh PT. Guna Kemas Indah untuk produk kelas plastik adalah SNI 12-4259-2004 yang dapat dilihat pada Tabel. 2.1.


(34)

Tabel 2.1.Syarat Mutu Cup Plastik untuk Air Minum dalam Kemasan

No Jenis Uji Satuan Persyaratan

1 Visual dan sifat

tampak -

Bersih, tidak ada benda asing*) yang menempel tidak ada kerusakan berupa

penyok, goresan dan retak.

2 Bau dan Rasa - Tidak boleh menyebabkan perubahan terhadap bau dan rasa pada air minum

3 Kompresi (top

Load) kgf min 4,5

4 Jatuh (drop test) - Tidak boleh ada bocor, pecah maupun retak

5 Identifikasi PP, PE dan

PET PVC

6 Residu VCM ppm - maks 1 7 Global Migrasi ppm maks 30 maks 30 8 Total logam

berat ppm maks 1 maks 1 9 Reduksi KMnO4 ppm maks 1 maks 10

*) Benda asing yang dimaksud adalah segala sesuatu yang tidak patut ada pada gelas yang dapat mempengaruhi mutu produk

(Sumber : Standar Nasional Indonesia (SNI) Gelas plastik untuk air minum dalam kemasan ini merupakan revisi dari SNI 12-4259-1996)


(35)

2.7. Bahan yang Digunakan 2.7.1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk yang sudah distandarisasikan. PT. Guna Kemas Indah mengimpor bahan baku dari luar negeri yaitu Malaysia dan Thailand.

Bahan baku kemasan produk yang digunakan di PT. Guna Kemas Indah yaitu sebagai berikut:

1. Polypropylene merupakanbiji plastik untuk bahan baku cup plastik

2. Titanlene untuk bahan baku pada pembuatan cup plastik dan injection molding 3. Bahan baku Afal yaitu lembaran sheet yang merupakan salah satu bahan baku

yang digunakan dalam pembuatan cup plastik

4. Katalis Cesa Nukleant yaitu bahan baku untuk pembuatan cup plastik yang berguna untuk membuat kecerahan pada cup plastik

5. Cosmoplene merupakan salah satu bahan baku dalam pembuatan cup plastik

2.7.2. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang ditambahkan untuk meningkatkan mutu produk menjadi bernilai namun bahan tersebut tidak ikut dalam proses produksi. Bahan penolong yang di gunakan di PT. Guna Kemas Indah adalah kardus/karton, dengan ukuran: 615 x 385 x 555 cm, tipe box: A1 & B, substance: K150/M125/K150, selotip dan plastik pembungkus.


(36)

2.7.3. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan dalam suatu proses produksi sehingga dapat meningkatkan mutu produk menjadi lebih baik. Bahan tambahan yang digunakan di PT. Guna Kemas Indah adalah:

1. REMF 56 sebagai pengalot untuk mengurangi dan menghilangkan kepecahan 2. LD Tetlin untuk menggantikan REMF 56 jika tidak tersedia dimana fungsinya

sama yaitu sebagai pengalot untuk mengurangi dan menghilangkan kepecahan 3. Cat yang digunakan yaitu cat UV LC 416 terdiri dari berbagai warna seperti

merah, kuning, hijau, ungu, dan lain-lain untuk memberi warna pada produk cup plastik printing.

2.8. Uraian Proses Produksi

Di dalam suatu industri perakitan bahan baku menjadi bahan jadi diperlukan adanya proses yang tepat dan sempurna. Proses merupakan suatu ilmu penerapan yang merubah suatu tahap ke tahap berikutnya dengan reaksi yang berbeda-beda. Rincian bagian/departemen yang meliputi urutan proses adalah sebagai berikut: 1. Proses VaccumThermoforming

Proses VaccumThermoforming memiliki langkah-langkah sebagai berikut: a. Proses Pengilingan

Yaitu pada tahap ini lembaran plastik reject dan produk gelas plastik yang reject dibawa ke ruang giling untuk digiling agar menghasilkan biji plastik. Lembaran plastik yang reject digiling sendiri-sendiri dan tidak digabung dengan afal agar produk gelas plastik yang reject pada proses mixing mudah


(37)

untuk membuat komposisi perbandingan. Dari mesin giling material yang turun ditarik ke atas blower kemudian material dimasukkan ke dalam karung kemudian ditimbang, untuk afal 1 sak = 20 kg dan propylene 1 sak= 20 Kg, serta KatalisChesa Nucleant sebanyak 2,5 Kg.

b. Proses Mixing

Proses Mixing merupakan proses penyampuran bahan baku utama dengan bahan baku tambahan untuk membuat lembaran plastik. Material murni PP (Polypropylene), afal, lembaran plastik, produk gelas plastik yang reject serta cesa nucleant diaduk hingga rata. Setelah itu semua bahan di-mixing atau dicampur di mesin Mixing. Pada proses penyampuran menggunakan timer tertentu agar proses penyampuram keempat material tersebut dapat merata. Selanjutnya hasil mixing (campuran material) ini disalurkan ke hooper (tempat untuk menampung material) yang ada di mesin Exturuder.

2. Proses Pembuatan Lembaran Plastik

Lembaran Plastik adalah material yang berbentuk lembaran yang akan digunakan untuk memproduksi gelas plastik. Langkah proses pembuatan lembaran plastik adalah sebagai berikut:

a. Pertama, keempat material yang sudah di mixing tersebut dimasukkan ke dalam Hopper dan dipanasi dengan temperatur 80oC.

b. Selanjutnya material turun ke Barel Heater (tempat untuk memanasi material agar mencair) untuk dipanasi. Ada enam Barel Heater dengan temperatur masing-masing ± 220oC. Pada Barel Heater, material diaduk mengikuti putaran screw yang digerakkan motor extruder.


(38)

c. Dari Barel Heater material masuk ke Screen Heater (tempat filter saringan plastik) untuk melakukan penyaringan dengan filter agar material yang kotor tidak ikut tercampur pada saat proses. Jumlah Screen Heater ada dua buah. Adapun temperatur dari Screen Heater adalah 220oC.

d. Dari Barel Heater masuk ke Screen Heater untuk melakukan pemanasan kemudian ke gear pump dan kembali ke Screen Heater dengan temperatur ± 225oC. jumlah Screen Heater ada dua buah.

e. Selain itu dilakukan pemanasan terakhir di Die Heater yang berjumlah tujuh buah. Adapun temperatur Die heater adalah ± 224oC.

f. Setelah itu, material tersebut dimasukkan ke dalam Roll Jumbo untuk mencetak material yang cair tersebut menjadi lembaran. Selanjutnya mengatur ketebalan lembaran plastik dengan Baut Stopper (penyetel ketebalan). Biasanya ketebalan lembaran plastik 0,74 mm, 0,83 mm, 0,97 mm, 1,06 mm, 1,10 mm. Pada Rooll Jumbo ada sirkulasi air (chiller) untuk pendingin agar sheet yang dihasilkan tidak lengket, bening, dan mengkilap. Untuk temperatur Chiller Roll Jumbo ada tiga yaitu atas, tengah, dan bawah dengan temperatur 23oC, 25oC, dan 21oC .

g. Lembaran (sheet) tersebut digulung dengan menggunakan alat yang disebut Rewinder. Semakin cepat penariknya maka lembaran plastik tidak akan kendor. Untuk proses penggulungan menggunakan ± 20-30 bar agar lembaran plastik tidak bergeser. Pada saat proses penggulungan dilakukan inspeksi secara manual oleh operator. Jika ada lembaran plastik yang cacat maka langsung dipotong atau dibuang menjadi lembaran plastik reject.


(39)

Oleh karena itu, inspeksi harus teliti agar lembaran plastikyang dihasilkan bagus dan tidak ada reject.

h. Setelah proses penggulungan selesai maka lembaran plastik dapat digunakan memproduksi gelas plastik. Namun lembaran plastik yang diproduksi saat ini belum tentu dipakai langsung untuk produksi gelas plastik. Untuk hasil 1 gulungan lembaran plastik ± 600-1000 Kg dan untuk pengambilan lembaran plastik untuk proses di mesin Vaccum Thermoforming harus sesuai urutan agar lembaran plastik yang telah lama terpakai lebih dahulu.

3. Proses Pembuatan Gelas Plastik

Langkah-langkah proses di mesin Thermoforming adalah sebagai berikut: a. Lembaran (sheet) dari mesin Extruder diletakkan di tempat menampung

material di mesin Thermoforming.

b. Selanjutnya dilakukan set up mesin dimulai menggunakan pemanasan heater dengan temperatur yang berbeda-beda tergantung tebal lembaran plastik. Semakin tebal lembaran plastik, maka suhu semakin tinggi.

c. Setelah set up selesai dilakukan, maka lembaran lembaran plastik dimasukkan kedalam mesin Thermoforming untuk dicetak menjadi gelas plastik.

d. Produk gelas plastik yang dihasilkan kemudian di inspeksi. Inspeksi dilakukan dua kali yaitu oleh QC (Quality Control) dan selector. Jika produk gelas plastik banyak yang reject maka QC akan melihat penyebab


(40)

cacat datang dari mana kemudian dilakukan perbaikan dengan memberitahu operator untuk setting mesin ulang.

e. Proses penyortiran, yaitu produk yang telah disortir kemudian dibungkus kedalam plastik sebanyak 75 pcs tiap jalur sehingga berisi 40 lajur tiap satu kardus (3000 pcs).

f. Setelah itu menimbang berat kardus maksimum 30 Kg.

g. Kemudian melakukan proses packing setelah kardus berisi 40 lajur tiap satu karton (3000 pcs).

2.9. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi merupakan bagan yang menggambarkan hubungan kerja antara dua orang atau lebih pada suatu tugas yang saling berkaitan untuk pencapaian suatu tujuan tertentu. Struktur organisasi bagi suatu perusahaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan dan memperlancar jalannya roda perusahaan. Pendistribusian tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungannya satu sama lain pada intinya dapat digambarkan pada suatu struktur organisasi, sehingga para pegawai dan karyawan akan mengetahui dengan jelas apa tugasnya, dari mana ia mendapatkan perintah dan kepada siapa ia harus bertanggung jawab. Dengan adanya struktur organisasi dan uraian tugas yang telah ditetapkan, akan menciptakan suasana kerja yang baik karena akan terhindar dari tumpang tindih dalam perintah dan tanggung jawab.

Struktur organisasi di PT. Guna Kemas Indah berbentuk fungsional dikarenakan pembagian tugas dan tanggungjawab yang dilakukan oleh perusahaan


(41)

berdasarkan atas fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi tersebut. Struktur organisasi pada PT. Guna Kemas Indah dapat dilihat pada Gambar 2.1.


(42)

(43)

1. Direktur Utama

Direktur utama memiliki tanggung jawab sebagai berikut:

a. Mengkordinir secara keseluruhan terhadap kondisi dan kegiatan di pabrik. b. Membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam menentukan produk yang akan

diproduksi, dengan menentukan item-item yang akan diproduksi yang disesuaikan dengan permintaan pelanggan atau pasar.

2. Manager Produksi

Bagian produksi memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Mengawasi kegiatan produksi yang dilakukan oleh pabrik, mulai dari awal sampai akhir kegiatan produksi.

b. Melakukan pemeriksaan terhadap kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam kegiatan produksi.

3. Manager personalia

Bagian umum atau bagian personalia memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Bertugas dalam kegiatan personal dari para pegawai.

b. Mengurus secara langsung kegiatan eksternal perusahaan, misalnya: melayani tamu yang datang.


(44)

c. Mengawasi secara langsung pengangkutan yang dimiliki oleh perusahaan, baik mobil perusahaan maupun angkutan transportasi untuk mengangkut bahan baku dan barang jadi yang akan dikirim.

4. Manager Administrasi dan Keuangan

Bagian administrasi bertanggungjawab dalam hal mencatat semua kegiatan pembukuan pada keuangan yang terjadi di perusahaan tersebut:

Bagian keuangan memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :

a. Bertanggung jawab dalam hal pembukuan, pemasukan dan pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan, khususnya di pabrik.

b. Memberikan honor atau gaji kepada pegawai perusahaan, termasuk menangani kegiatan transaksi, ataupun simpan pinjam yang dilakukan oleh karyawan dengan perusahaan.

5. Manager Pemasaran

Mempunyai tanggung jawab dalam: a. Mengontrol pembelian barang.

b. Menerima laporan penjualan produk perusahaan.

c. Bertanggung jawab atas jumlah penjualan perusahaan setiap bulan. 6. Manager Maintenance

Manager Maintenance memiliki tanggung jawab sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab untuk pemenuhan bagian pemeliharaan dan perbaikan. b. Bertanggung jawab dalam kegiatan perbaikan dan pemeliharaan.

c. Bertanggung jawab utnuk memenuhi system menajement mutu dan lingkungan bersama – sama dengan departemennya.


(45)

7. Manager Pergudangan

Tugas, wewenang dan tanggung jawab Manager gudang adalah sebagai berikut: a. Mengatur pengiriman barang.

b. Menerima laporan stok dari staf gudang.

c. Bertanggung jawab atas berjalannya seluruh kegiatan yang dilakukan di gudang.

8. Pengawas atau supervisi

Pengawas atau supervisi bertugas dalam:

a. Mengawas derajat kualitas produk apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan.

b. Pengawasan terhadap pembelian dengan mempertimbangkan kualitas bahan baku.

c. Pengawasan persediaan bahan baku dan barang jadi. d. Bertanggung jawab dalam mengatur penjadwalan. 9. Staf Bagian Pengendalian Mutu

Bagian pengawasan komponen memiliki tugas dan tanggung jawab dalam hal mengawasi dengan melakukan inspeksi terhadap komponen-komponen yang. 10.Staf Teknisi

Bagian perbengkelan memiliki tugas dan tanggung jawab dalam mengawasi kegiatan perbaikan terhadap mesin, mal, peralatan, dan termasuk di dalamnya pembuatan mal-mal untuk tiap mesin-mesin seperti mesin compressor, mesin press.


(46)

11.Staf Bagian Safety dan Security

Bagian penyiapan peralatan-peralatan yang menjaga kesalamatan para pekerja pabrik dan memilih pekerja untuk menjaga keamanan pabrik.

12.Staf Bagian Gudang

Bagian pergudangan memiliki tugas dan tanggung jawab mengawasi dan mencatat jumlah bahan baku dan produk jadi yang masuk dan yang dikirim atau dikeluarkan oleh perusahaan.

13.Staf bagian Administrasi dan keuangan

Bertanggungjawab dalam mengurus pembukuan di perusahaan dan bertanggungjawab dalam mencatat pengeluaran dan pemasukan pada perusahaan. 14.Staf Administrasi produksi

Bertanggung jawab dalam:

a.Membuat surat jalan untuk penjualan barang kepada pelanggan b. Mencatat piutang yang dilakukan pelanggan.

15. Operator Quality Control

Bertugas dalam pemeriksaan tiap item barang jadi untuk menjaga kualitas produk tetap baik.

16.Anggota

Bertugas melakukan kegiatan dilantai produksi dan mebuat laporan kepada setiap staf yang membawahinya.


(47)

2.10.1. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.10.1.1. Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja dalam pembuatan produk di PT. Guna Kemas Indah berjumlah 217 orang dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Perincian Jumlah Tenaga Kerja di PT. Guna Kemas Indah

No Bagian Jumlah Karyawan (Orang)

1 Direktur Utama 1

2 Manager Produksi 1 3 Manager Administrasi dan Keuangan 1 4 Manager Personalia 1 5 Manager Maintenance 1 6 Manager Pergudangan 1 7 Manager Pemasaran 1 8 Pengawas/Supervisi 3 9 Staf Bagian Pengendalian Mutu 1 10 Staf Bagian Administrasi Produksi 1 11 Staf Bagian Administrasi 3 12 Staf Bagian Safety & Security 6 13 Staf Bagian Teknisi 3 14 Staf Bagian Gudang 2 15 Bagian Pengolahan Plastik 5 16 Bagian Pembersihan Bram 9 17 Bagian Pengolahan Logam 6 18 Bagian Perakitan 12 19 Bagian Perbengkelan 15 20 Bagian Listrik/Alat-alat 6 21 Bagian Mal-mal Plastik 9 22 Bagian Mal-Mal Pon 9

23 Bagian Mal-Mal Pon dan Tap 9 24 Bagian Mesin Hidraulik 9

25 Bagian Injection 6 26 Bagian Pergudangan 12 27 Bagian Bahan Baku dan Suku Cadang 12 28 Bagian Keamanan 6 29 Bagian Pengangkutan 6 30 Bagian Kebersihan 12 31 Bagian Produksi 48

Jumlah 217


(48)

Kegiatan jam kerja secara normal dilakukan selama 7 jam kerja produktif dan 1 jam istirahat. PT. Guna Kemas Indah berproduksi setiap hari, kecuali hari-hari besar lainnya. Pembagian jam kerja karyawan dibagi menjadi tiga shift yang dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Jam Kerja Normal Karyawan

Bagian Shift Hari Jam Kerja

Umum Pagi Senin - Jumat - Pukul 08.00 – 12.00 : Waktu kerja - Pukul 12.00 – 12.30 : Waktu istirahat - Pukul 12.30 – 15.30 : Waktu kerja Sabtu - Pukul 08.00 – 12.00 : Waktu kerja

- Pukul 12.00 – 12.30 : Waktu istirahat - Pukul 12.30 – 13.30 : Waktu kerja Compressor Pagi Senin - Jumat - Pukul 08.00 – 12.00 : Waktu kerja

- Pukul 12.00 – 12.30 : Waktu istirahat - Pukul 12.30 – 15.30 : Waktu kerja Sabtu - Pukul 08.00 – 12.00 : Waktu kerja

- Pukul 12.00 – 12.30 : Waktu istirahat - Pukul 12.30 – 13.30 : Waktu kerja Injek Plastik Pagi Senin - Jumat - Pukul 08.00 – 12.00 : Waktu kerja - Pukul 12.30 – 15.30 : Waktu kerja Sabtu - Pukul 08.00 – 12.00 : Waktu kerja

- Pukul 12.00 – 12.30 : Waktu istirahat - Pukul 12.30 – 13.30 : Waktu kerja Siang Senin - Jumat - Pukul 15.30 – 19.30 : Waktu kerja

- Pukul 19.30 – 20.00 : Waktu istirahat - Pukul 20.00 – 23.00 : Waktu kerja Sabtu - Pukul 13.30 – 17.30 : Waktu kerja

- Pukul 17.30 – 18.00 : Waktu istirahat - Pukul 18.00 – 19.00 : Waktu kerja Injek Phenol Pagi, Siang, Malam Senin – Sabtu - Pukul 08.00 – 16.00 : Waktu kerja - Pukul 16.00 – 24.00 : Waktu kerja - Pukul 24.00 – 08.00 : Waktu kerja Sumber : PT. Guna Kemas Indah


(49)

2.10.2. Sistem Pengupahan dan Kesejahteraan Karyawan

Sistem pengupahan yang diterapkan oleh PT. Guna Kemas Indah berpedoman pada ketentuan Upah Minimum Sektoral Regional (UMSR) yang ditetapkan pemerintah. Besarnya upah yang diterapkan dibedakan menurut status karyawan perusahaan:

1. Pegawai Tetap

Menerima gaji bulanan dan fasilitas-fasilitas lain dari perusahaan. 2. Pegawai Harian

Menerima upah sesuai dengan hasil kerjanya setiap satu minggu.

Pelaksanaan kerja yang dilakukan pegawai pada hari libur dan diluar ketentuan jam kerja normal maka dikategorikan ke dalam jam kerja lembur. Perhitungan gaji untuk pekerja lembur sebagai berikut:

1. Untuk hari biasa

a. Untuk satu jam pertama adalah 1,5 x upah per jam

b. Untuk dua jam berikutnya adalah 2 x upah per jam. Dimana upah kerja lembur per jam adalah 1/173 x upah per bulan.

2. Untuk hari besar/libur

Untuk hari libur 2 x upah per hari kerja biasa.

Di samping pemberian gaji pokok perusahaan memberikan tunjangan-tunjangan kepada karyawan, fasilitas ini diberikan kepada semua karyawan tetap dan karyawan kontrak tanpa terkecuali. Usaha-usaha tersebut dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja antara lain:


(50)

1. Tunjangan Masa Kerja

Perbedaan gaji antara pekerja baru dengan pekerja lama dibedakan dengan tunjangan masa kerja, baik pekerja bulanan maupun pekerja harian, yaitu:

a) Masa kerja 2 tahun – kurang 4 tahun TMK Rp 11.000,00/bulan b)Masa kerja 4 tahun – kurang 6 tahun TMK Rp 14.000,00/bulan c) Masa kerja 6 tahun – kurang 8 tahun TMK Rp 16.500,00/bulan d)Masa kerja 8 tahun – kurang 10 tahun TMK Rp 20.000,00/bulan e) Masa kerja 10 tahun – kurang 12 tahun TMK Rp 25.000,00/bulan f) Masa kerja 12 tahun – kurang 14 tahun TMK Rp 30.500,00/bulan g)Masa kerja 14 tahun – kurang 16 tahun TMK Rp 37.500,00/bulan h)Masa kerja 16 tahun – kurang 18 tahun TMK Rp 44.500,00/bulan i) Masa kerja 18 tahun – kurang 20 tahun TMK Rp 51.500,00/bulan j) Masa kerja 20 tahun – kurang 22 tahun TMK Rp 58.500,00/bulan k)Masa kerja 22 tahun – kurang 24 tahun TMK Rp 65.500,00/bulan l) Masa kerja > 24 tahun ...TMK Rp 72.500,00/bulan 2. Tunjangan Hari Raya (THR)

Besarnya THR adalah tambahan satu bulan gaji pada karyawan yang mempunyai masa kerja lebih dari satu tahun. Adapun ketentuan yang ditetapkan oleh perusahaan berkenaan dengan Tunjangan Hari Raya, yaitu:

a. THR diberi kepada pekerja, 14 hari sebelum Hari Raya Keagamaan

b. Untuk kepala pekerja yang bekerja di atas 1 tahun, jumlah THR yang diberi adalah sebesar 1 bulan gaji


(51)

c. Pekerja yang bekerja kurang dari 1 tahun tetapi telah melampaui masa percobaan, THR sebagai berikut:

d. Pekerja yang mengundurkan diri/terkena PHK tetap diberikan THR, maka pekerja tidak akan kehilangan haknya.

e. THR bagi pekerja yang terkena PHK 30 hari sebelum Hari Raya Keagamaan sebesar:

f. Perusahaan akan memberikan Struk Pemberian THR lengkap dengan perhitungannya.

3. Tunjangan selama sakit

Tunjangan ini diberikan kepada karyawan yang dalam perawatan sakit dan tidak dapat bekerja yang dinyatakan/dibuktikan dengan surat keterangan dokter. Pekerja harian yang bekerja lebih dari 2 tahun juga mendapatkan tunjangan ini.

4. Tunjangan Insentif

Tunjangan ini diberiakan kepada karyawan dengan cara ditambahkan ke dalam upah karyawan setiap bulannya sesuai dengan prestasi kerja masing-masing. Selain tunjangan-tunjangan di atas PT. Guna Kemas Indah juga menyediakan fasilitas-fasilitas lain kepada karyawan, yaitu:


(52)

JAMSOSTEK merupakan asuransi untuk melindungi tenaga kerja apabila terjadi kecelakaan kerja atau diluar hal tersebut. Fasilitas ini biasanya dikenal dengan nama Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK). JAMSOSTEK di perusahaan ini yaitu sebesar Rp 23.000 per hari.

6. Cuti

Cuti diberikan kepada karyawan untuk menghilangkan rasa jenuh dan bosan selama bekerja di perusahaan yang bersangkutan. Lamanya cuti yang diberikan oleh perusahaan adalah 12 hari kerja setiap tahunnya.

2.11. Prosedur Pembelian Bahan Baku

Pembelian bahan baku (polypropylene, titanlene, afal, katalis, cosmoplene) dilakukan oleh perusahaan untuk menjaga ketersediaan bahan baku secara terus-menerus. Pembelian bahan baku tersebut dilakukan oleh PT. Guna Kemas Indah dengan menggunakan sistem kontrak.

Secara umum prosedur pembelian bahan baku tersebut yaitu:

1. Kantor pusat PT. Guna Kemas Indah yang di Jakarta menunjuk perusahaan yang memproduksi bahan-bahan baku tersebut, bahan baku tersebut didatangkan dari luar negeri (Malaysia dan Thailand)

2. Kantor pusat akan melakukan negoisasi harga, kuantitas, kualitas dan kapan tersedianya bahan baku tersebut. Apabila telah terjadi kesepakatan antara kantor pusat dengan pihak supplier maka akan diadakan kontrak kerjasama. Kontrak dilakukan sesuai dengan kemampuan pihak supplier untuk memenuhi pasokan bahan baku. Kantor pusat akan mengajukan purchase order yang berisi harga, jumlah dan kapan barang akan diantar


(53)

3. Purchase order dari kantor pusat dikirimkan ke bagian logistik PT. Guna Kemas Indah yang akan diteruskan ke bagian PPIC

4. Bahan baku siap untuk dikirim sesuai dengan jadwal yang telah disepakati dan harus sesuai dengan pesanan yang tertulis di PO


(54)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Peramalan2

Peramalan adalah bagian yang penting dan bersatu dengan kegiatan pengambilan keputusan di dalam suatu perusahaan, terutama untuk melakukan perencanaan ke masa depan. Semakin meningkatnya kebutuhan akan peramalan dapat terlihat pada keadaan yang tidak pasti. Oleh sebab itu, telah tersedia berbagai metode peramalan untuk mendukung kebutuhan tersebut. Masalahnya adalah bagaimana memakai berbagai jenis karakteristik peramalan tersebut agar sesuai dengan yang dibutuhkan. Situasi peramalan sangat beragam, tergantung pada horizon waktu peramalan, pola data, tingkat ketelitian, ketersediaan data dan biaya yang dibuuhkan.

Pada dasarnya peramalan itu dikelompokkan kedalam dua kategori utama yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif. Metode kuantitatif meliputi deret berkala (time series) dan metode kausal (sebab akibat), sedangkan metode kualitatif meliputi metode eksploratories dan metode normative. Peramalan dengan metode kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat kondisi sebagai berikut:

1. Tersedianya informasi tentang data masa lalu

2. Informasi tersebut dapat dikuantifikasikan kedalam data numeric

3. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa mendatang

       2

Fogarty, Blackstone and Hoffman, Production & Inventory Management, 2ndEdition, South- Wester Publishing Co. Cincinnati, Ohio, hal 85


(55)

3.2. Prosedur Peramalan3

Adapun prosedur peramalan secara kuantitatif adalah sebagai berikut: 1. Definisikan tujuan peramalan

2. Pembuatan diagram pencar

3. Pilih minimal dua metode peramalan yang dianggap sesuai 4. Hitung parameter-parameter fungsi peramalan

5. Hitung kesalahan setiap metode peramalan

6. Pilih metode yang terbaik yaitu yang memiliki kesalahan terkecil 7. Lakukan verifikasi peramalan

3.3. Metode Time Series

Metode Time Series adalah metode yang dipergunakan untuk menganalisis serangkaian data yang merupakan fungsi dari waktu. Dengan analisis deret waktu dapat ditunjukkan bagaimana permintaan terhadap suatu produk tertentu bervariasi terhadap waktu. Sifat dari perubahan permintaan dari tahun ke tahun dirumuskan untuk meramalkan penjualan pada masa yang akan datang.

Ada empat komponen utama yang mempengaruhi analisis ini, yaitu :

a. Pola siklis (cycle), jika penjualan produk memiliki siklus yang berulang secara periodik

b. Pola musiman (seasonal), jika pola penjualan berulang setiap periode c. Pola horizontal, jika nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata

d. Pola trend, jika data memiliki kecenderungan untuk naik atau turun terus menerus       

3  Rosnani Ginting,


(56)

Dalam meramalkan biaya – biaya yang termasuk di dalam biaya operasi dipergunakan pola trend karena biaya tersebut cenderung naik jika mesin/peralatan semakin tua atau semakin lama jangka waktu pemakaiannya.

Ada beberapa trend yang digunakan di dalam penyelesaian masalah ini yaitu :

1. Trend linier

Bentuk persamaan umum : Y = a + bt

Sedangkan bentuk peramalannya: Yt = a + bt

Dimana : Yt = nilai ramalan pada period ke-t t = waktu atau periode

 

 

2 2

) ( t t n Y t tY n

b t t

n t b Y a

t

2. Trend Eksponensial atau Pertumbuhan Bentuk persamaan umum :

Y = aebt

Sedangkan bentuk peramalannya:

Yt = aebt

 

   2 2 ) ( ln ln t t n Y t Y t n


(57)

n t b Y a

ln t

ln

3. Trend Logaritma Y = a + b log t

sedangkan bentuk peramalannya:

Yt = a + b log t

 

 

2 2

) log ( log log log t t n Y t tY n

b t t

n

t b

Y

a

t

log

4. Trend Geometrik Bentuk persamaannya :

Y = atb

sedangkan bentuk peramalannya:

Yt = atb

 

   2 2 ) log ( log log log log . log t t n Y t Y t n

b t t

n t b

Y

a

t

log

log

5. Trend Hiperbola

Bentuk bentuk peramalannya:

Y = t b


(58)

sedangkan bentuk peramalannya : Yt = t b a

 

 

2 2

) ( log log . log t n t Y t Y t n

b t t

n

t b Y

a

log t log

log

Adapun metode peramalan yang termasuk model time series adalah : 1. Metode Penghalusan (Smoothing)

Metode ini digunakan untuk mengurangi ketidakteraturan musiman dari data yang lalu, dengan membuat rata-rata tertimbang dari sederetan data masa lalu. Ketepatan dengan metode ini akan terdapat pada peramalan jangka pendek, sedangkan untuk peramalan jangka panjang kurang akurat.

Metode ini terdiri dari:

a. Metode rata-rata bergerak (moving average) 1) Single Moving Average

Merupakan peramalan untuk satu periode ke depan dari periode rata-rata. Rumus yang digunakan adalah:

N

X X X

F t N t t

t

  

   

1 1 1

...

dimana:

Xi : data pengamatan periode i.

N : jumlah deret waktu yang digunakan F : nilai peramalan periode t+1.


(59)

2) Linear Moving Avarage

Dasar dari metode ini adalah penggunaan moving average kedua untuk memperoleh penyesuaian bentuk pola trend.

3) Double Moving Avarage

Notasi yang diberikan adalah MA (M x N),artinya M – periode MA dan N – periode NA

4) Weigthed Moving Average

Weighted moving average adalah metode perhitungan dengan cara mengalikan tiap-tiap periode dengan faktor bobot dan membagikannya dengan hasil produk yang merupakan penjumlahan faktor bobot. Formula metode Weighted Moving Average adalah:

Ftw1At1w2At2...wnAtn dimana :

w1 : bobot yang diberikan pada periode t-1

w2 : bobot yang diberikan pada periode t-2

wn : bobot yang diberikan pada periode t-n

n : jumlah periode

b. Metode Eksponensial Smoothing

1) Single Eksponensial Smoothing

Pengertian dasar dari metode ini adalah nilai ramalan pada periode t+1 merupakan nilai aktual pada periode t ditambah dengan penyesuaian yang


(60)

berasal dari kesalahan nilai ramalan yang terjadi pada periode t tersebut. Secara matematis dapat dinyatakan:

fˆ t ft

1

fˆt1 dimana :

t

fˆ : perkirakan permintaan pada periode t

: suatu nilai (0<<1) yang ditentukan secara subjektif

t

f : permintaan aktual pada periode t

1

ˆ

t

f : perkiraan permintaan pada periode t-1

2) Double Exponensial Smoothing

Formula DoubleExponentialSmoothing adalah : ftmatbt.m.

sedangkan :

1

' 1 ' t  t

t X f

f  

1

" 1 "

" t  t

t f f

f  

dimana ' t

f : single exponential smoothing "

t

f : double exponential smoothing

' "

2 ' " ' t t t t t

tfffff

' "

1 t t tff

 


(61)

2. Metode Proyeksi Kecenderungan dengan Regresi

Metode ini merupakan dasar garis kecenderungan untuk suatu persamaan, sehingga dengan dasar persamaan tersebut dapat di proyeksikan hal-hal yang akan diteliti pada masa yang akan datang.

Bentuk fungsi dari metode ini dapat berupa:

a. Konstan, dengan fungsi peramalan (Yt):

Yt = a, dimana

N Y a

1

dimana : Yt = nilai tambah N = jumlah periode

b. Linier, dengan fungsi peramalan: Yt = a + bt

dimana :

n bt Y

a  

   

 

  

    2 2 t t n y t ty n b

c. Kuadratis, dengan fungsi peramalan : Yt = a + bt + ct2 dimana : n t c t b Y

a

 

2

 

 b

c 2          b

 

 2 2 4

t n t

 

t Y n tY

 

t2 Y n t2Y


(62)

 

 2 2 3

t n t t

d. Eksponensial, dengan fungsi peramalan : Yt = aebt

dimana : n t b Y

a

ln 

ln 2

 

2

ln ln ln

   t t n Y t Y t n a

e. Siklis, dengan fungsi peramalan :

n t c n b a

Yˆt   sin2  cos2 dimana : n t c n t b na

Y sin2

cos2

   n t n t c n b n t a n t

Ysin2

sin2 sin2 2

sin2 cos2

   n t n t b n c n t a n t

Ycos2

cos2

cos2 2

sin2 cos2

  

3. Metode Dekomposisi

Yaitu ramalan yang ditentukan dengan kombinasi dari fungsi yang ada sehingga tidak dapat diramalkan secara biasa. Model tersebut didekati dengan fungsi linier atau siklis, kemudian bagi t atas kwartalan sementara berdasarkan pola data yang ada. Metode dekomposisi merupakan pendekatan peramalan yang tertua. Terdapat beberapa pendekatan alternatif umtuk mendekomposisikan suatu derat berkala yang semuanya bertujuan memisahkan setiap komponen deret data seteliti mungkin.


(63)

3.4. Kriteria Performance Peramalan

Besar kesalahan suatu peramalan dapat dihitung dengan beberapa cara, antara lain adalah:

1. Mean Square Error (MSE) MSE =

Dimana:

Xt = data aktual periode t Ft = nilai ramalan periode t N = banyaknya periode

2. Standard Error of Estimate (SEE) SEE =

Dimana:

f = derajat kebebasan untuk data konstan, f = 1 untuk data linier, f = 2 untuk data kuadratis, f = 3 untuk data siklis, f = 3 3. Percentage Error (PE) PE t =

Dimana nilai dari PE PEt bisa positif ataupun negatif. 4. Mean Absolute Percentage Error (MAPE)


(64)

3.5. Proses Verifikasi

Proses verifikasi digunakan untuk melihat apakah metode peramalan yang diperoleh representatif terhadap data. Proses verifikasi dilakukan dengan menggunakan Moving Range Chart (MRC). Dari chart (peta) ini dapat terlihat apakah sebaran masih dalam kontrol ataupun sudah berada di luar kontrol. Jika sebaran berada di luar kontrol, maka fungsi/metode peramalan tersebut tidak sesuai, artinya pola peramalan terhadap data (Y-YF) tersebut tidak representatif.

Gambar 3.1. Moving Range Chart

Harga MR diperoleh dari :

Dimana : atau

Kondisi out of control dapat diperiksa dengan menggunakan empat aturan berikut:


(65)

1. Aturan Satu Titik

Bila ada titik sebaran (Y-YF) berada di luar UCL dan LCL. Walaupun jika semua titik sebaran berada dalam batas kontrol, belum tentu fungsi/metode representatif. Untuk itu penganalisaan perlu dilanjutkan dengan membagi MRC dalam tiga daerah, yaitu A, B, dan C.

2. Aturan Tiga Titik

Bila ada tiga buah titik secara berurutan berada pada salah satu sisi, yang mana dua diantaranya jatuh pada daerah A.

3. Aturan Lima Titik

Bila ada lima buah titik secara berurutan berada pada salah satu sisi, yang mana empat diantaranya jatuh pada daerah B.

4. Aturan Delapan Titik

Bila ada delapan buah titik secara berurutan berada pada salah satu sisi, pada daerah C.

3.6. Persediaan (Inventory)4 3.6.1. Pengendalian Persediaan

Secara umum, persediaan adalah segala sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan adalah komponen material, atau produk jadi yang tersedia di tangan, menunggu untuk digunakan atau dijual. Persediaan juga merupakan bahan mentah, barang dalam proses (work in

       4


(66)

process), barang jadi, bahan pembantu, bahan pelengkap, komponen yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan.

Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena persediaan phisik banyak perusahaan melibatkan investasi rupiah terbesar pada aspek ini (20% sampai 60%). Ini merupakan dilema bagi perusahaan. Bila persediaan dilebihkan, biaya penyimpanan dan modal yang diperlukan akan bertambah. Bila perusahaan ,emama, terlalu banyak modalnya dalam persediaan, menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan.5

Kelebihan persediaan juga membuat modal menjadi mandek, semestinya modal tersebut dapat diinvestasikan pada sektor lain yang lebih menguntungkan (oppotunity cost). Sebaliknya, bila persediaan dikurangi, suatu ketika bisa mengalami stock out (kehabisan barang). Bila perusahaan tidak memiliki persediaan yang mencukupi, biaya pengadaan darurat akan lebih mahal. Dampak lain, mungkin kosongnya barang dipasaran dapat membuat konsumen kecewa dan lari ke merek lain.

Persediaan merupakan suatu hal yang tak terhindarkan. Penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai berikut :

1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan. Permintaan terhadap suatu barang tidak dapat dipenuhi seketika bila brang tersebut tidak tersedia sebelumnya.

2. Untuk menyiapkan barang ini diperlukan waktu untuk pembuatan dan pengiriman, maka adanya persediaan merupakan hal yang sulit dihindarkan.

       5

T. Hani Handoko, Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi pertama(Yogyakarta: BPFE, 2000), h. 333.


(67)

3. Keinginan untuk meredam ketidakpastian. Ketidakpastian terjadi akibat : permintaan yang bervariasi dan tidak pasti dalam jumlah maupun waktu kedatangan, waktu pembuatan yang cenderung tidak konstan antara satu produk dengan produk berikutnya, waktu tenggang (lead time) yang cenderung tidak pasti karena banyak daktor yang tak dapat dikendalikan. Ketidakpastian ini dapat diredam dengan mengadakan persediaan.

4. Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan besar dari kenaikan harga di masa mendatang.

3.6.2. Biaya Persediaan

Biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat persediaan. Biaya tersebut adalah harga pembelian, biaya pemesanan, biaya penyiapan, biaya penyimpanan, dan biaya kekurangan persediaan.

1. Harga pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang, besarnya sama dengan harga perolehan sediaan itu sendiri atau harga belinya.

2. Harga pemesanan adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan pemesanan ke pemasok, yang besarnya biasanya tidak dipengaruhi oleh jumlah pemesanan. Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari pemasok. Biaya ini meliputi biaya pemrosesan pesanan, biaya ekspedisi, upah, biaya telepon/fax, biaya dokumentasi/transaksi, biaya pengepakan, biaya pemeriksaan, dan biaya lainnya yang tidak tergantung jumlah pesanan.


(68)

3. Biaya penyiapan (set up cost) adalah semua pengeluaran yang timbul dalam mempersiapkan produksi. Biaya ini terjadi bila item sediaan diproduksi sendiri dan tidak membeli dari pemasok. Biaya ini meliputi biaya persiapan peralatan produksi, biaya mempersiapkan/menyetel (set-up) mesin, biaya mempersiapkan gambar kerja, biaya mempersiapkan tenaga kerja langsung, biaya perencanaan dan penjadwalan produksi, dan biaya-biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah item yang diproduksi.

4. Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan dalam penanganan/penyimpanan material, semi finished product, sub assembly, atau pun produk jadi. Biaya simpan tergantung dari lama penyimpanan dan jumlah yang disimpan. Biaya simpan biasanya dinyatakan dalam biaya per unit periode. Biaya penyimpanan meliputi berikut ini :

a. Biaya kesempatan. Penumpukan barang di gudang berarti penumpukan modal. b. Biaya simpan. Termasuk dalam biaya simpan adalah biaya sewa gudang, biaya asuransi dan pajak, biaya administrasi dan pemindahan, serta biaya kerusakan dan penyusutan.

c. Biaya keusangan. Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan teknologi (misal komputer).


(69)

3.7. Perencanaan Kebutuhan Material (MRP)6

Teknik Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) digunakan untuk perencanaan dan pengendalian item batang (komponen) yang tergantung (dependent) pada item-item di tingkat (level) yang lebih tinggi. Tujuan MRP adalah menentukan kebutuhan dan jadwal, untuk pembuatan komponen-komponen dan sub assembling-sub assembling atau pembelian material untuk memenuhi kebutuhan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Master Production Scheduling (MPS). Beberapa karakteristik MRP yaitu :

1. MRP berorientasi produk, yaitu menggunakan Bill OF Material (BOM) sebagai dasar perhitungan kebutuhan komponen dan perakitan.

2. MRP berorientasi masa depan, yaitu menggambarkan informasi JIP untuk menghitung kebutuhan pkomponen di masa yang akan datang

3. MRP meliputi manajemen waktu, kapan suatu komponen dibutuhkan berdasarkan perhitungan ekspektasi waktu siklus.

4. MRP meliputi perencanaan perencanaan prioritas, yang menhasilkan apa saja yang diperlukan untuk mencapai JIP, kendala material, dan kapasitas.

Ada tiga input yang dibutuhkan oleh sistem MRP, yaitu :

1. Jadwal Induk Produksi

Jadwal induk produksi didasarkan pada peramalan atas permintaan dari setiap produk akhir yang akan dibuat. Hasil peramalan (perencanaan jangka panjang) dipakai untuk membuat rencana produksi (perencanaan jangka sedang) yang pada       

6 Rosnani Ginting,


(70)

akhirnya dipakai untuk membuat JIP (perencanaan jangka pendek) yang berisi perencanaan secara mendetail mengenai jumlah produksi yang dibutuhkan untuk setiap produk akhir beserta periode waktunya untuk suatu jangka perencanaan dalam memperhatikan kapasitas yang tersedia.

2. Catatan Keadaan Persediaan (Inventory Record), catatan keadaan persediaan menggambarkan status semua item yang ada dalam persediaan, yang berkaitan dengan, jumlah persediaan yang dimiliki pada setiap periode, jumlah barang yang sedang dipesan dan kapan pesanan tersebut akan datang, waktu ancang-ancang dari setiap bahan.

3. Struktur Produk, berisi informasi tentang hubungan antara komponen-komponen dalam suatu (Bill of Material).

MRP merupakan suatu proses dinamik, artinya bahwa rencana yang dibuat perlu disesuaikan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Kemampuan untuk melakukan penyesuaian ini tergantung kepada kemampuan manajemen dan sistem informasi yang ada. Secara skematis, langkah-langkah proses MRP adalah sebagai berikut:

1. Netting (Perhitungan Kebutuhan Bersih)

Kebutuhan bersih (MR) dihitung sebagai nilai dari kebutuhan kotor (GR) minus jadwal penerimaan (SR) minus persediaan ditangan (OH).

2. Lotting (Penentuan ukuran lot).

Adalah proses penentuan besarnya kuantitas pesanan, yang dimaksudkan untuk memenuhi beberapa periode kebutuhan bersih sekaligus.


(1)

O45 =15000+50[(830-419)+(830-830)]=35550

O46 =15000+50[(1262-419)+(1262-830)+(1262-1262)]=78750

O47 =15000+50[(1702-419)+(1702-830)+(1702-1262)+(1702-1702)]=144750

O48 =15000+50[(2175-419)+(2175-830)+(2175-1262)+(2175-1702)+(2175-2175)]=239350

O49

=15000+50[(2672-419)+(2672-830)+(2672-1262)+(2672-1702)+(2672-2175)+(2672-2672)]=363600

O410

=15000+50[(3215-419)+(3215-830)+(3215-1262)+(3215-1702)+(3215-2175)+(3215-2672)+(3215-3215)]=526500

O411

=15000+50[(3794-419)+(3794-830)+(3794-1262)+(3794-1702)+(3794-2175)+(3794-2672)+(3794-3215)+(3794-3794)]=729150

O412 =15000+50[(4360-419)+(4360-830)+(4360-1262)+(4360-1702)+(4360-2175)+(4360-2672)+(4360-3215)+(4360-3794)+(4360-4360)]=955550

O55 =15000+50[(411-411)]=15000

O56 =15000+50[(843-411)+(843-843)]=36600

O57 =15000+50[(1283-411)+(1283-843)+(1283-1283)]=80600

O58 =15000+50[(1756-411)+(1756-843)+(1756-1283)+(1756-1756)]=151550

O59 =15000+50[(2253-411)+(2253-843)+(2253-1283)+(2253-1756)+(2253-2253)]=250950

O510=15000+50[(2796-411)+(2796-843)+(2796-1283)+(2796-1756)+(2796-2253)+(2796-2796)]=386700

O511=15000+50[(3941-411)+(3375-843)+(3941-1283)+(3375-1756)+(3375-2253)+(3375-2796)+(3375-3375)]=560400

O512=15000+50[(3941-411)+(3941-843)+(3941-1283)+(3941-1756)+(3941-2253)+(3941-2796)+(3941-3375)+(3941-3941)]=758500

O66 =15000+50[(432-432)]=15000

O67 =15000+50[(872-432)+(872-872)]=37000


(2)

    O611=15000+50[(2964-432)+(2964-872)+(2964-1345)+(2964-1842)+(2964-2385)+(2964-2964)]=412200 O612=15000+50[(3530-432)+(3530-872)+(3530-1345)+(3530-1842)+(3530-2385)+(3530-2964)+(3530-3530)]=582000 O77 =15000+50[(440-440)]=15000 O78 =15000+50[(913-440)+(913-913)]=38650 O79 =15000+50[(1410-440)+(1410-913)+(1410-1410)]=88350 O710 =15000+50[(1953-440)+(1953-913)+(1953-1410)+(1953-1953)]=169800 O711 =15000+50[(2532-440)+(2532-913)+(2532-1410)+(2532-1953)+(2532-2532)]=285600 O712=15000+50[(3098-440)+(3098-913)+(3098-1410)+(3098-1953)+(3098-2532)+(3098-3098)]=427100 O88 =15000+50[(473-473)]=15000 O89 =15000+50[(970-473)+(970-970)]=39850 O810 =15000+50[(1513-473)+(1513-970)+(1513-1513)]=94150 O811 =15000+50[(2092-473)+(2092-970)+(2092-1513)+(2092-2092)]=181000 O812 =15000+50[(2658-473)+(2658-970)+(2658-1513)+(2658-2092)+(2658-2658)]=294200 O99 =15000+50[(497-497)]=15000 O910 =15000+50[(1040-497)+(1040-1040)]=42150 O911 =15000+50[(1619-497)+(1619-1040)+(1619-1619)]=100050 O912 =15000+50[(2185-497)+(2185-1040)+(2185-1619)+(2185-2185)]=184950 O1010 =15000+50[(543-543)]=15000 O1011 =15000+50[(1122-543)+(1122-1122)]=43950 O1012 =15000+50[(1688-543)+(1688-1122)+(1688-1688)]=100550 O1111 =15000+50[(579-579)]=15000 O1112 =15000+50[(1145-579)+(1145-1145)]=43300 O1212 =15000+50[(566-566)]=15000


(3)

Tabel 1. Matriks Dalam Perhitungan O

en

untuk

Cosmoplene

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 15000 36400 77700 140550 222750 330750 462750 628300 827100 1071450 1360950 1672250

2 15000 35650 77550 139200 225600 335600 477500 651450 868650 1129200 1412200

3 15000 35950 77050 141850 229850 348100 497200 687250 918850 1173550

4 15000 35550 78750 144750 239350 363600 526500 729150 955550

5 15000 36600 80600 151550 250950 386700 560400 758500

6 15000 37000 84300 158850 267450 412200 582000

7 15000 38650 88350 169800 285600 427100

8 15000 39850 94150 181000 294200

9 15000 42150 100050 184950

10 15000 43950 100550

11 15000 43300


(4)

   

Lampiran 9. Perhitungan Nilai F

n

untuk Bahan Baku

Cosmoplene

dengan

Metode

Wagner Within

Fn = Min [Oen + Fn-1] untuk e = 1,2,3,….,n dan n = 1,2,….,N

Maka ongkos minimum dapat dihitung adalah sebagai berikut. f0 = 0

f1 =Min[15000+0]=15000 f2 =Min[36400,30000]=30000 f3 =Min[77700,50650,45000]=45000

f4 =Min[140550,92550,65950,60000]=60000

f5 =Min[222750,154200,107050,80550,75000]=75000 f6 =Min[330750,240600,171850,123750,96600,90000]=90000 f7 =Min[462750,350600,259850,189750,140600,112000,105000]=105000 f8 =Min[628300,492500,378100,284350,211550,159300,128650,120000]=120000 f9 =Min[827100,666450,527200,408600,310950,233850,178350,144850,135000]=135000 f10=Min[1071450,883650,717250,571500,446700,342450,259800,199150,162150,150000]= 150000 f11=Min[1360950,1144200,948850,774150,620400,487200,375600,286000,220050,178950, 165000]=165000 f12=Min[1672250,1427200,1203550,1000550,818500,657000,517100,399200,304950,235550, 193300,180000]=180000

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Nilai Fn untuk

Cosmoplene

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 15000 36400 77700 140550 222750 330750 462750 628300 827100 1071450 1360950 1672250

2 30000 50650 92550 154200 240600 350600 492500 666450 883650 1144200 1427200

3 45000 65950 107050 171850 259850 378100 527200 717250 948850 1203550

4 60000 80550 123750 189750 284350 408600 571500 774150 1000550

5 75000 96600 140600 211550 310950 446700 620400 818500

6 90000 112000 159300 233850 342450 487200 657000


(5)

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Nilai Fn untuk

Cosmoplene

(Lanjutan)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

7 105000 128650 178350 259800 375600 517100

8 120000 144850 199150 286000 399200

9 135000 162150 220050 304950

10 150000 178950 235550

11 165000 193300

12 180000


(6)

   


Dokumen yang terkait

Pengendalian Persediaan Bahan Baku Model Persediaan Probabilistik dengan sistem Kuantitas Pemesanan tetap Pada PT. Central Proteina Prima Medan

18 161 161

Perancangan Kebutuhan Bahan Baku dengan Menggunakan Teknik Lot Sizing Lot For Lot, Wagner Within, dan Joint Replenishment dalam Upaya Meminimisasi Biaya Persediaan (Studi Kasus di PT “X” Bandung)

2 5 7

ANALISA PERENCANAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) UNTUK MEMINIMALISASI BIAYA PERSEDIAAN (Studi kasus: CV. SEKAWAN, Klaten).

0 1 6

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dengan Menggunakan Teknik Lot Sizing Lot For Lot, Wagner Within dan Joint Replenishment Dalam Upaya Meminimasi Biaya Persediaan Di PT."X", Bandung.

1 1 164

Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku guna Meminimalisasi Biaya pada Perusahaan The Dexter.

0 0 21

OPTIMALISASI SISTEM PERSEDIAAN BAHAN BAKU KARET MENTAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE LOT SIZING DI PT. RICRY

0 1 6

Analisa Perencanaan dan Pengendalian Bahan Baku untuk Meminimalisasi Biaya Persediaan dengan Menggunakan Teknik Lot Sizing (Studi Kasus PT. Guna Kemas Indah Tanjung Morawa)

0 1 34

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Analisa Perencanaan dan Pengendalian Bahan Baku untuk Meminimalisasi Biaya Persediaan dengan Menggunakan Teknik Lot Sizing (Studi Kasus PT. Guna Kemas Indah Tanjung Morawa)

0 1 23

BAB I PENDAHULUAN - Analisa Perencanaan dan Pengendalian Bahan Baku untuk Meminimalisasi Biaya Persediaan dengan Menggunakan Teknik Lot Sizing (Studi Kasus PT. Guna Kemas Indah Tanjung Morawa)

0 1 9

Analisa Perencanaan dan Pengendalian Bahan Baku untuk Meminimalisasi Biaya Persediaan dengan Menggunakan Teknik Lot Sizing (Studi Kasus PT. Guna Kemas Indah Tanjung Morawa)

0 0 20