Analisis Semiotika Kepedulian Terhadap Anak Jalanan Dalam Film Rumah Tanpa Jendela

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Pernyiaran Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Andina Vanda Marsista

109051000005

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

JAKARTA


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam jenjang Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Januari 2015

AndinaVanda Marsista


(3)

(4)

(5)

i Andina Vanda Marsista

109051000005

Analisis Semiotika Kepedulian terhadap Anak Jalanan dalam Film Rumah Tanpa Jendela

Rumah Tanpa Jendela, merupakan sebuah film drama musikal yang diadaptasi dari cerpen karya Asma Nadia, mengisahkan tentang persahabatan dua orang anak yang berbeda status sosial. Anak yang terlahir sebagai anak orang kaya sangat peduli pada sahabatnya yang terlahir kurang beruntung, ia hanya anak seorang penjual ikan dan sol sepatu. Keinginannya hanya satu, yaitu memiliki rumah dengan jendela. Film yang disutradarai oleh Aditya Gumay ini berhasil meraih penghargaan Pemeran Utama Pria Terbaik di Festival Film Indonesia (2011). Emir Mahira sebagai pemeran utama pria mampu memerankan tokoh Aldo dengan baik sehingga film ini menjadi menarik. Dan Emir Mahira adalah anak kecil pertama yang mampu meraih penghargaan tersebut.

Banyaknya adegan tentang kepedulian dalam Film Rumah Tanpa Jendela membuat peneliti tertarik menggunakan Analisis Semiotika dalam penelitian ini untuk menggambarkan pentinganya kepedulian dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna judul film Rumah Tanpa Jendela, mengetahui makna ikon, indeks, dan simbol dalam Film Rumah Tanpa Jendela, dan mengetahui bagaimana kepedulian terhadap anak jalanan dalam Film Rumah Tanpa Jendela.

Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Subjek penelitian adalah film Rumah Tanpa Jendela, sedangkan unit analisisnya adalah potongan-potongan gambar atau visual yang terdapat dalam film Rumah Tanpa Jendela, juga dialog yang ada pada film yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi yang dianalisis menggunakan teori Charles Sanders Peirce.

Charles Sanders Peirce melihat tanda melalui ikon, indeks dan simbol, sehingga peneliti dapat lebih memahami makna atau simbol yang terkandung dalam dialog, gambar dan gerak pemain film Rumah Tanpa Jendela. Pesan kepedulian yang ingin disampaikan oleh Aditya Gumay tergambarkan dengan baik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah jendela dimaknai sebagai jendela hati, yaitu tempat seseorang menggunakan jendela dan mata hatinya untuk melihat sekitar dan lebih peka terhadap orang lain yang saling membutuhkan.


(6)

ii

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah serta taufiq-Nya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Analisis Semiotika Kepedulian Terhadap Anak Jalanan dalam Film “Rumah Tanpa Jendela”

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan kita sebagai umatnya hingga akhir zaman.

Pada penyusunan Skripsi ini, peneliti menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan peneliti. Oleh sebab itu dengan hati terbuka peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga peneliti dapat mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada dikemudian hari.

Adapun dalam penyusunan skripsi ini tidak semata-mata hasil kerja sendiri, melainkan juga berkat bimbingan dan dorongan dari pihak-pihak yang telah membantu, baik secara morilmaupunmateril. Maka dari itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta pembantu Dekan I, II, dan III Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

iii dan Penyiaran Islam.

3. Ibu Fita Fathurakhmah, M. Si selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Wati Nilam Sari, M. Si Sisebagai Dosen Pembimbing yang selalu sabar dan menyempatkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat membantu dan berguna untuk penelitian skripsi ini.

5. Orang Tua tercinta, Dudi Hermansyah Sukmana dan Rustantina Kartikawati, yang selalu memberikan doa, kasih sayang dan semangat. Tidak ada lagi yang bisa Peneliti lakukan untuk membalas semua doa dan kasih sayang kedua orang tua selain mendoakan dan membanggakan mereka.

6. Adik tercinta, Muhammad Ivandrian Sukmana yang sering mengejek Peneliti karena tak kunjung lulus. Namun Peneliti tahu, itu adalah bentuk motivasi untuk Peneliti. Semoga kelak kita menjadi anak yang sukses dan selalu membanggakan kedua orang tua dan keluarga besar. Amin.

7. Aditya Gumay dan Adenin Adlan selaku Sutradara dan Produser Film “Rumah Tanpa Jendela” yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya dalam penyelesaian skripsi.

8. Teman-teman KPI A angkatan 2009, Khususnya Ulfa, Risti, Ika, Iqbal dan Nani yang berjuang bersama dalam menyelesaikan skripsi ini dan terus memberikan semangat serta doa untuk Peneliti. Kalian adalah teman-teman yang tidak akan pernah Peneliti lupakan. Kalian adalah pengisi hari-hari peneliti selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah.


(8)

iv

yang sudah meluangkan waktunya untuk tetap memberikan semangat, motivasi dan tidak bosan mendengarkan keluh-kesah Peneliti.

10.Bapak Harry Roseno dan Bapak Edwin Farid serta teman-teman KOI Digitalyang sudah memberikan kesempatan kepada Peneliti untuk belajar dan mendapat pengalaman kerja yang luar biasa. Serta telah memberikan Peneliti kelonggaran waktu untuk bisa mengerjakan skripsi disela-sela hari kerja. Semoga setelah Peneliti menyelesaikan kuliah, Peneliti bisa memberikan yang lebih baik lagi untuk KOI Digital. Amin..

11.Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu jalannya penelitian ini, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, namun sama sekali tidak

mengurangi rasa terima kasih peneliti kepada kalian. Semoga Allah SWT membalassemuakebaikan yang telah kalian

berikanuntukpeneliti.Pada akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi rekan-rekan pembaca.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Jakarta, Oktober 2014

NIM: 109051000005 Andina Vanda Marsista


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Tinjauan Pustaka ... 6

E. Metodologi Penelitian ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Umum Semiotika ... 12

1. Konsep Dasar Semiotika ... 12

2. Konsep Semiotika Charles Sanders Peirce ... 15

3. Tipologi Tanda Versi Charles Sanders Peirce... 17

B. Tinjauan Umum Kepedulian ... 19

C. Tinjauan Umum Film ... 23

1. Pengertian Film ... 23

2. Sejarah Film di Indonesia ... 24

3. Fungsi Film ... 25

4. Jenis-jenis Film ... .25

5. Teknik Pengambilan Gambar ... 27


(10)

vi

B. Sinopsis Rumah Tanpa Jendela ... 36

C. Tim Produksi Rumah Tanpa Jendela ... 37

D. Profil Aditya Gumay (Sutradara Film Rumah Tanpa Jendela) ... 39

E. Profil Para Pemain Film Rumah Tanpa Jendela ... 41

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Interpretasi ... 72

B. Kepedulian dalam Film Rumah Tanpa Jendela Ditinjau Dari Teori Segi Tiga Makna (Triangle Meaning) Charles Sanders Peirce ... 74

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78


(11)

viii

1. Gambar Rambu Tanah Longsor ... 21

2. Gambar Rambu Dilarang Berputar ... 22

3. Gambar Jenis Tanda dan Cara Kerja Ikon, Indeks dan Simbol ... 23

4. Profile Aditya Gumay Sutradara Film Rumah Tanpa Jendela ... 41

5. Gambar Emir Mahira ... 43

6. Gambar Dwi Tasya ... 44

7. Gambar Raffi Ahmad ... 45

8. Gambar Inggrid Widjanarko ... 47

9. Gambar Yuni Shara ... 48

10.Gambar Aswin Fabanyo... 49

11.Gambar Alicia Djohar ... 50

12.Gambar Aty Cancer ... 51

13.Gambar Varissa Camelia ... 52

14.Gambar Maudy Ayunda ... 53

15. Gambar Ozan Ruz ... 54 16. Gambar

17. Gambar Adegan 2 Adegan 1

18. Gambar Adegan 3 19. Gambar Adegan 4 20. Gambar Adegan 5 21. Gambar Adegan 6


(12)

ixi

1. Lampiran 1………..………... 88 2. Lampiran 2 ………... 89 3. Lampiran 3 ………... 90


(13)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan film di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat. Film merupakan rangkaian gambar bergerak dalam komunikasi massa visual. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop.Industri film adalah industri bisnis, predikat ini telah menggeser anggapan orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya seni yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika yang sempurna1

Film selain berfungsi sebagai hiburan, juga memiliki fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif.

. Namun, film sebagai industri juga mampu memberikan manfaat.

2

Film adalah medium komunikasi massa yang ampuh sekali, dalam ceramah-ceramah penerangan atau pendidikan kini banyak digunakan film sebagai alat bantu untuk memberikan penjelasan.Film memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap manusia.Pengaruh film bergantung dari cerita film itu sendiri. Film yang memiliki cerita baik sudah tentu akan berpengaruh baik kepada penontonnya.3

Di tengah perkembangannya, film di Indonesia menawarkan berbagai warna yang sesuai dengan bermacam-macam fenomena yang banyak terjadi di

1

Elvinaro Ardianto, dkk.,KomunikasiMassa: Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007),h. 143.

2

Elvinaro Ardianto, dkk.,KomunikasiMassa: Suatu Pengantar, h. 145 3

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 209


(14)

masyarakat. Diantaranya, film yang menyajikan pesan dakwah yang terinspirasi dari kejadian di tengah masyarakat.

Kenyataannya yang sedang terjadi di masyarakat kita sekarang adalah globalisasi yang ditandai dengan percepatan arus komunikasi dan informasi serta berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebutuhan dan persoalan masyarakat menjadi semakin kompleks. Akibatnya, kondisi ini secara perlahan tetapi pasti membawa masyarakat untuk berpikir pragmatis dan hanya memiliki sedikit waktu untuk beribadah atau menghadiri majelis-majelis ta’lim dan semacamnya karena hampir sebagian waktunya digunakan untuk bekerja.Sisa waktu yang ada digunakan untuk beristirahat dan mencari hiburan seperti menonton televisi ataupun bioskop.Oleh karena itu, dakwah melalui film menjadi salah satu pilihan tepat.4

4

Zaenal Arifin, Dakwah Melalui Film dan Sinetron, (Yogyakarta: STAIN Purwokerto Press dan Unggun Religi, 2006), h. 66 dan 92

Berdakwah dilakukan bukan hanya sebatas pada teori saja namun juga praktik.Salah satunya adalah peduli kepada sesama. Peduli kepada sesama adalah berbagi nikmat. Berbagi rezeki yang kita miliki, apa yang kita punya kepada orang yang membutuhkan. Yang tampak kasat mata adalah mereka yang hidup dalam keberlimpahan harta tetapi masih bersikap individualistik, mengutamakan kepentingan dirinya dan kelompoknya. Kegiatan sosial kemasyarakatan, apalagi di perkotaan, sudah menjadi barang asing. Masing-masing orang tampak sibuk dan memikirkan urusannya sendiri-sendiri. Akhirnya setiap orang nyaris tak mempedulikan orang lain di sekitar tempat tinggalnya. Mereka yang bernasib tak mujur lebih banyak meratapi nasibnya.


(15)

Dalam Islam, wujud berbagi itu bisa berupa sedekah dan zakat. Jika bersedekah itu bersifat anjuran, sedangkan zakat itu wajib sebagai tanda menyucikan hartanya. Berbagi harus dilandasi dengan keikhlasan untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Tak boleh ada keberatan dalam hati saat menyalurkan pemberian tersebut, kecuali hanya mengharap ridha Allah semata. Jika yang diutamakan adalah hal demikian, maka Allah SWT telah menjanjikan pahala yang berlipat ganda.5

Sebagai bentuk apresiasi didunia perfilman, film Rumah Tanpa Jendelatelah meraih beberapa penghargaan, di antaranya yaitu Pemeran Utama Pria Terbaik di Festival Film Indonesia (2011), menjadi Unggulan dalam kategori Penata Musik Terbaik di Festival Film Indonesia (2011).

Seperti dalam firman Allah SWT: “Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan harta mereka di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir dan setiap butir membuahkan lagi 100 biji. Allah melipat gandakan (pahala) bagi siapa yang dikehendaki-Nya.Allah Maha Luas karunia-Nya dan lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 261). Dari gagasan diatas, baiknya perfilman di Indonesia lebih sering mengangkat tema tentang peduli sesama seperti film “Rumah Tanpa Jendela”.

6

Film ini diadaptasi dari cerpen karya Asma Nadia. Film ini penting untuk diteliti karena film ini bisa menjadi motivator dan inspirasi bagi anak jalanan dalam berjuang hidup dalam kerasnya arus globalisasi. Film ini juga

Februari 2013

diakses pada tanggal 8 Februari 2013


(16)

mengingatkan kepada kita untuk peduli dengan lingkungan sekitar dengan saling berbagi. Seperti firman Allah SWT yang terkandung dalam surat Al-Ma’un ayat 1-3, yang artinya:

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.” (Q.S. Al-Ma’un: 1-3)

Allah menyebutkan bahwa para pendusta agama adalah orang-orang yang menolak dan menghardik anak yatim, dan mereka tidak menganjurkan kepada orang lain untuk memberi makan kepada anak yatim dan kaum fakir miskin. Maka setiap Muslim hendaknya memiliki sifat peduli terhadap sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat.

Dari latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Semiotika Kepedulian terhadap Anak Jalanan dalam Film Rumah Tanpa Jendela”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan oleh Peneliti di atas, maka Peneliti membatasi penelitian pada adegan-adegan dalam film Rumah Tanpa Jendela yang memiliki pesan moral dan simbol untuk mewakili tentang Kepedulian.


(17)

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana makna ikon, indeks dan simbol dalam film Rumah Tanpa Jendela?

2. BagaimanaKepedulian terhadap Anak Jalanan dalam Film Rumah Tanpa Jendela ditinjau dari segi tiga makna (triangle meaning) Charles Sander Peirce?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui makna ikon, indeks, dan simbol dalam Film Rumah Tanpa Jendela.

b. Mengetahui bagaimana Kepedulian terhadap Anak Jalanan dalam Film Rumah Tanpa Jendela.

2. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini:

a. Kegunaan Akademis

Penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan kontribusi yang positif dalam berbagai analisis studi tentang komunikasi, khususnya analisis semiotika pada film.Serta menjadi tambahan referensi bahan pustaka.


(18)

b. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan bagi para akademisi yang mengambil bidang komunikasi, khususnya yang berminat di dunia perfiilman.

D. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah terlebih dahulu melakukan tinjauan pustakayang berkaitan dengan “Analisis SemiotikaKepedulian terhadap Anak Jalanan dalam Film Rumah Tanpa Jendela”, diantaranya:

Kajian mengenai Rumah Tanpa Jendela telah dilakukan oleh beberapa orang dengan beberapa bentuk karya ilmiah.Salah satunya adalah Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastrayang berjudul “Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia: Kajian Sosiologi Sastra, Resepsi Pembaca dan Nilai Pendidikan” yang disusun oleh Herlina, Herman J Waluyo, Nugraheni Eko mahasiswa Pascasarjana UNS tahun 2013. Jurnal ini membahas tentang latar belakang sosial budaya masyarakat pinggiran dalam Novel Rumah Tanpa Jendela, pengaruh latar belakang sosial pengarang terhadap proses penciptaan novel, resepsi pembaca novel, dan nilai pendidikan yang terkandung dalam novel.Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap pembaca novel tersebut ditemukan bahwa novel karya Asma Nadia ini membawa pengaruh baik bagi pembacanya.Latar belakang sosial budaya dalam novel ini dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan, perilaku serta pendidikan dan keadaan ekonomi pengarang yang sangat sederhana.Nilai moral dan pendidikan yang


(19)

terkandung dalam novel ini adalah agar selalu senantiasa meminta pertolongan kepada Allah dan selalu ergotong royong, peduli dengan sesama.7

Selain itu, ada pula penelitian yang berjudul “Analisis Struktural Dan Kajian Religiusitas Tokoh Dalam Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia” yang disusun oleh Kusumaning Dwi Susanti, mahasiswi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro tahun 2013. Jurnal skipsi ini mengungkap kaitan antarunsur struktur dan unsur religiusitas dalam karya sastra.Dalam penelitian ini, dijelaskan keseluruhan struktur novel, mulai dari penokohan, alur dan latar.Serta unsur religiusitas yang saling berkaitan.Nilai religiusitas yang disuguhkan dalam Novel RTJ ini adalah seseorang dipandang sebagai manusia religius itu tidak hanya terbatas dengan teori agama yang diketahui saja, melainkan dengan tingkah laku baik yang menandakan bahwa orang itu berlaku religius.Manusia diciptakan oleh Tuhan bukan untuk memahami teori keagamaan saja tetapi untuk bisa menerapkan ajaran agama yang diterimanya dalam masyarakat. Seseorang yang tidak mengaku beragama apapun tetapi ia mempercayai Tuhan dan menerapkan prinsip kebenaran di lingkungan sekitarnya, maka ia bisa dikatakan berlaku religius.8

Kemudian ada penelitian sejenis mengenai kajian semiotika, salah satunya adalah skrispsi yang berjudul “Analisis Semiotik Film Animasi Upin dan Ipin” yang disusun oleh Akhmad Bayhaki, mahasiswa KOmunkasi dan

7

Herlina, Herman J. Waluyo, Nugraheni Eko, “Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia: Kajian Sosiologi Sastra, Resepsi Pembaca dan Nilai Pendidikan”, Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra (Pascasarjana UNS, 2013)

8

Kusumaning Dwi Susanti, “Analisis Struktural Dan Kajian Religiusitas Tokoh Dalam Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia”, Jurnal Skripsi (Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Semarang, 2013)


(20)

Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah tahun 2009.9

E. Metodologi Penelitian

Pisau analisis yang digunakan dan wacana yang teliti berbeda dengan penelitian ini. Pada skripsi ini digunakan pisau analisis Roland Barthes dan wacana yang ditelitipun merupakan sebuah film animasi.Film animasi Upin dan Ipin lebih banyak menyajikanpesan dakwah dalam dunia Islam.Semua itu tercermin dalam simbol-simbol serta perilaku tokoh menjalankan puasa, sahur, tarawih serta ibadah-ibadah lain yang terdapat di bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.Semiotika film animasi tidak jauh berbeda dengan semiotika film cerita atau fiksi.Hanya saja gambar atau visualisasiya yang terlihat berbeda.

1. Metode dan Paradigma Penelitian

Pendekatanyang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggambarkan pesan-pesan secara simbolis dalam filmRumah Tanpa Jendela menggunakan Analisis Semiotika.Penelitian ini menggunakan model Charles Sanders Peirce, yang membagi tanda atas ikon, indeks dan simbol.Ikon adalah sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk objeknya.Sedangkan indeks merupakan sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan petandanya.Dan simbol merupakan sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim digunakan dalam masyarakat.10

9

Akhmad Bayhaki, “Analisis Semiotik Film Animasi Upin dan Ipin”, Skripsi S1 (Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009)

10

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing, h. 98


(21)

2. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun subjek penelitian ini adalah film Rumah Tanpa Jendela produksi Smardhana Production. Sedangkan objek penelitiannya adalah potongan gambar atau visual dan suara yang terdapat dalam film Rumah Tanpa Jendela yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.

3. Tahapan Penelitian

a. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder.

1) Data Primer :

Data yang diperoleh dari video film Rumah Tanpa Jendela, kemudian dipilih gambar dari adegan-adegan yang berkaitan dengan penelitian.

2) Data Sekunder

Data yang diperoleh dari literatur yang mendukung data primer, seperti buku-buku, internet, artikel yang berhubungan dengan penelitian.

b. Teknik Analisis Data

Setelah data primer dan sekunder terkumpul, kemudian diklarifikasikan sesuai pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah.Lalu dilakukan analisis data dengan menggunakan teknik analisis semiotika Pierce.Charles Sanders Peircemengembangkan teori segi tiga makna (triangle meaning) yang terdiri atas tanda (sign), objek (object), dan interpretan


(22)

(interpretant). Menurut Peirce, salah satu bentuk tanda adalah kata, sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Dan interpretan merupakan tanda yang ada dalam benak sesorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.11

c. Teknik Penulisan

Penelitian ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang ditulis oleh: Hamid Nasuhi, dkk. Yang diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.12

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah tahap demi tahap pembatasan karya ilmiah ini, maka peneliti menyusun ke dalam lima bab, dimana setiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Bab-bab yang ada secara umum dan keseluruhannya saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yang diawali dari bab I yaitu pendahuluan sampai bab V yaitu penutupan yang berupa kesimpulan dan saran-saran, sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan: Yang memuat latar belakang masalah, batasan dan

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Kerangka Teori: Bab ini menerangkan tentang tinjauan umum

semiotika, kepedulian terhadap sesama, tinjauan umum film, yaitu pengertian film, sejarah film di Indonesia, fungsi film, jenis-jenis

11

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing, h. 114-115.

12

Hamid Nasuhi dkk, CeQDA (Center for Quality Development an Assurance), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. Cet, pertama


(23)

film, teknik pengambilan gambar, tinjauan umum dakwah, serta film sebagai media dakwah.

Bab III: Gambaran Umum: Pada bab ini menerangkan tentang

sekilastentang film Rumah Tanpa Jendela,sinopsis Rumah Tanpa Jendela, tim produksi,profil sutradara film Rumah Tanpa Jendela, danprofil pemainfilm Rumah Tanpa Jendela.

Bab IV: Temuan dan Analisa Lapangan: Penjelasan tentang temuan

data dan analisis makna ikon, indeks dan simbol yang terdapat pada film Rumah Tanpa Jendela. Dan juga makna dari judul film Rumah Tanpa Jendela.

Bab V: Penutup:Berisi kesimpulan dan saran-saran yang bersifat


(24)

12 BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Umum Semiotika

1. Konsep Dasar Semiotika

Semiotik sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan ‘tanda’.Dengan demikian, semiotik mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda.1

Secara etimologi, istilah semiotik berasal dari bahasa Yunani semeion yang berarti “tanda”.Secara terminologis, Eco mendefinisikan semiotik sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.2

Sebagai bagian dari lmu sosial, semiotika komunikasi massa (media massa) lebih banyak memfokuskan kajiannya pada simbol. Menurut Van Zoest, metode analisis semiotik pada dasarnya lebih menekankan perhatian mengenai apa yang disebut lambang-lambang yang mengalami “retak teks”. Yang dimaksud dengan retak teks adalah bagian (kata, istilah, kalimat, paragraf) dari teks yang ingin dipertanyakan lebih lanjut dicari tahu artinya atau maknanya.3

1

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 87

2

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing, h. 95

3

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing, h. 121


(25)

Menurut Pateda, sekurang-kurangnya ada sembilan macam semiotik yang kita kenal sekarang4

a. Semiotik analitik, yaitusemiotik yang menganalisis sistem tanda. Peirce menyatakan bahwa semiotik berobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, objek, dan makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah sebagai beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu kepada objek tertentu.

, yaitu:

b. Semiotik deskriptif, yaitu semiotik yang memperhatikan

sistem tanda yang dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang. Misalnya, langit yang mendung menandakan bahwa hujan tidak lama lagi akan turun, dari dahulu hingga sekarang tetap saja seperti itu. Namun, dengan majunya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni telah banyak tanda yang diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

c. Semiotik faunal (zoosemiotic), yaitu semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. Hewan biasanya menghasilkan tanda untuk berkomunikasi antara sesamanya, tetapi juga sering menghasilkan tanda yang dapat ditafsirkan oleh manusia. Misalnya seseorang yang menunda waktu keberangkatannya beberapa saat,

4

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing, h. 100-102


(26)

Karena mendengar bunyi cicak yang ada dihadapannya. Tanda-tanda yang dihasilkan oleh hewan seperti ini menjadi perhatian orang yang bererak dalam bidang semiotik faunal.

d. Semiotik kultural, yaitu semiotik yang khusus menelaah

sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu. Telah diketahui bahwa masyarakat sebagai makhluk sosial memiliki sistem budaya tertentu yang telah turun-temurun dipertahankan dan dihormati. Budaya yang terdapat dalam masyarakat yang juga merupakan sebuah sistem, menggunakan tanda-tanda tertentu yang membedakannya dengan masyarakat yang lain.

e. Semiotik naratif,yaitu semiotik yang menelaah sistem

tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (folklore). Mitos dan cerita lisan, ada di antaranya yang memiliki nilai kultural yang tinggi.

f. Semiotik natural, yaitu semiotik yang khusus menelaah

sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. Alam yang tidak bersahabat dengan manusia seperti banjir atau tanah longsor, sebenarnya memberikan tanda kepada manusia bahwa manusia telah merusak alam.

g. Semiotik normatif, yaitu semiotik yang khusus menelaah

sistem tanda yang dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu lalu lintas.


(27)

h. Semiotik sosial, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang yang berwujud kata maupun lambang berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat. Dengan kata lain semiotik sosial menelah sistem tanda yang terdapat dalam bahasa.

i. Semiotik struktural, yaitu semiotik yang khusus menelaah

sistem tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa. Dalam perkembangannya, semiotika memiliki beberapa tokoh yang terkenal, diantaranya adalah Ferdinand de Saussure (1857-1913).Saussure adalah seorang ahli bahasa Swiss yang mengemukakan pandangan bahwa linguistik hendaknya menjadi bagian suatu ilmu pengetahuan umum tentang tanda, yang disebutnya semiologi.Kemudian ada seorang filsuf Amerika, Charles Sanders Peirce (1839-1914).Teori Peirce menjadi Grand Theorydalam semiotik.Gagasan yang bersifat menyeluruh, deskripsistruktural dari semua sistem penandaan.Peirce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal.5

2. Konsep Semiotika Charles Sanders Peirce

Peirce lahir dalam sebuah keluarga intelektual pada tahun 1839.Ayahnya, Benyamin adalah seorang profesor matematika pada Universitas Harvard.Peirce berkembang pesat dalam pendidikannya di Harvard. Pada tahun 1859 dia menerima gelar BA, kemudian pada tahun 1862

5

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing, h. 96-97


(28)

dan 1863 secara berturut-turut ia menerima gelar M.A dan B.Sc dari Universitas Harvard6

Charles Sanders Peirce memiliki teori segi tiga makna (triangle meaning)yang terdiri atas sign (tanda) atau representamen, object (objek), dan interpretant (interpretan).Sebuah tanda atau representamen (representamen), menurut Chales S. Peirce adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain itu dinamakan sebagai interpretan (interpretant) dari tanda yang pertama, pada gilirannya akan mengacu pada Object tertentu. Dengan demikian, sebuah tanda atau representamen memiliki relasi triadik langsung dengan interpretan dan objeknya.Apa yang disebut sebagai proses simiosis merupakan suatu proses yang memadukan entitas yang disebut sebagai representamen tadi dengan entitas lain yang disebut sebagai objek. Proses simiosis ini sering disebut sebagai signifikasi (signification)

.

7

Interpretant

Representamen Object

. Jadi, yang dikupas teori segi tiga makna ini adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi.

6

Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011), h.13

7

Kris Budiman, “Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonitas”, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h. 17-18


(29)

3. Tipologi Tanda Versi Charles Sanders Peirce

Upaya klasifikasi yang dilakukan oleh Peirce terhadap tanda memiliki kekhasan meski tidak bisa dibilang sederhana. Peirce membedakan tipe-tipe tanda menjadi :Ikon(icon),Indeks(index) dan Simbol(symbol) yang didasarkan atas relasi di antara representamen dan objeknya8

a. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan ‘rupa’ sehingga tanda itu mudah dikenal oleh para pemakaiannya. Di dalam ikon, hubungan antara representamen dan objeknya terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kualitas. Contoh: sebagian besar rambu lalu lintas merupakan tanda yang ikonik karena ‘menggambarkan’ bentuk yang memiliki kesamaan dengan objek yang sebenarnya. Gambar rambu terpampang tebing yang sedang runtuh atau longsor yang dapat membahayakan pengguna jalan, jelas tanda ini bersifat ikonik karena ia “meniru” atau menggambarkan dengan objek yang diacunya.

.

Rambu Tanah Longsor

Gambar 2.19

8

Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, h. 20-23

9

Sumber gambar dari


(30)

b. Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial di antara representamen dan objeknya. Di dalam indeks, hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat kongkrit, aktual, dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal (mengisyaratkan). Contoh: jejak telapak kaki di atas permukaan tanah, indeks dari kehadiran seseorang atau binatang yang telah dilewat disana. Ketukan pintu merupakan indeks dari kehadiran seorang tamu di rumah kita.

c. Simbol adalah jenis tanda yang bersifat arbitrer dan konvensional sesuai kesepakatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat yang sudah lazim digunakan. Tanda-tanda kebahasaan pada umumnya adalah simbol-simbol. Tidak sedikit dari rambu lalu lintas yang bersifat simbolik. Salah satu contohnya adalah rambu lalu lintas yang sangat sederhana ini. Rambu ini menyatakan larangan berputar arah bagi semua kendaraan.

Rambu Dilarang Berputar

Gambar 2.210

10

Sumber gambar dar diakses pada tanggal 15 Mei 2013


(31)

Jenis Tanda dan Cara Kerja Ikon, Indeks dan Simbol

Gambar 2.111

Jenis Tanda Ditandai dengan Contoh Proses Kerja

Ikon -persamaan

(kesamaan) -kemiripan

gambar, foto, dan patung

-dilihat

Indeks -hubungan sebab

akibat -keterkaitan

-asap---api -gejala---penyakit

-diperkirakan

Simbol -konvensi atau

-kesepakatan social

-kata-kata -isyarat

-dipelajari

Dari sudut pandang Peirce, proses signifikasi bisa saja menghasilkan rangkaian hubungan yang tidak berkesudahan, sehingga pada gilirannya sebuah interpretan akan menjadi representamen, menjadi interpretan lagi, jadi representamen lagidan seterusnya.

B. Tinjauan Umum Kepedulian

1. Pengertian Kepedulian

Kata pedulidalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti mengindahkan, memperhatikan, menghiraukan. Sedangkan kepedulian berarti sikap mengindahkan.Jadi kepedulian sosial menurut Kamus Besar Bahasa

11

Kris Budiman, “Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonitas”, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h.14 (dimodifikasi dari karya Berger, Arthur Asa, Tanda-Tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, Yogyakarta, Tiara Wacana, 2000, h. 14)


(32)

Indonesia adalah sikap mengindahan sesuatu yang terjadi di masyarakat12. Menaruh peduli berarti menaruh perhatian atau menghiraukan sesuatu. Kepedulian berarti memerhatikan sesuatu13. Sikap peduli adalah sikap keterpanggilan untuk membantu mereka yang lemah, miskin, membantu mengatasi penderitaan, dan kesulitan yang dihadapi orang lain. Orang-orang peduli adalah orang-orang yang tidak bisa tinggal diam menyaksikan penderitaan orang lain. Sikap peduli adalah sikap kesediaan untuk memberi solusi terhadap persoalan masyarakat.Agar masyarakat dapat mau berdonasi, agar masyarakat mau menyumbang, agar masyarakat memilih kerelawanan sehingga mau membantu kesulitan saudara-saudara kita. Peduli adalah sikap untuk memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, selalu tergerak membantu kesulitan manusia lainnya. Sikap peduli adalah sikap untuk berusaha membangkitkan kemandirian yang ada di masyarakat14

Dalam Islam sendiri disebutkan bahwa manusia merupakan makhluk sosial. Dimana mereka harus menjalin hubungan bermasyarakat dengan baik. Saling membantu dan gotong royong jika salah satu diantaranya mengalami kesulitan. Tidak hanya itu, kita juga harus mempedulikan mereka yang kurang mampu dalam urusan dunia. Mengeluarkan sedekah untuk mereka dengan rasa ikhlas tanpa mengharap imbalan dan ingin dipuji merupakan perbuatan baik

.

13

H. Darsono-Ibrahim, PemahamanAl-Qur’an dan Hadist, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009), h. 25

12 Juni 2013


(33)

sebagai dasar kepedulian. Beban mereka juga akan terasa berkurang. Menolong mereka semata-mata hanya karena Allah SWT15

2. Jenis-jenis Kepedulian Sosial

.

Kepedulian sosial dibagi menjadi 3, yaitu16

a. Kepedulian yang berlangsung saat suka maupun duka :

Kepedulian sosial merupakan keterlibatan pihak yang satu kepada pihak yang lain dalam turut merasakan apa yang sedang dirasakan atau dialami oleh orang lain.

b. Kepedulian pribadi dan bersama

Kepedulian bersifat pribadi, namun ada kalanya kepedulian itu dilakukan bersama. Cara ini penting apabila bantuan yang dibutuhkan cukup besar atau berlangsung secara berkelanjutan. c. Kepedulian yang sering lebih mendesak

Kepedulian akan kepentingan bersama merupakan hal yang sering mendesak untuk kita lakukan. Caranya dengan melakukan sesuatu atau justru menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu demi kepentingan bersama.

Menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lain adalah sebuah kebaikan, hal ini bisa diwujudkan dengan saling peduli. Seperti peduli terhadap anak-anak jalanan. Mereka juga membutuhkan pendidikan dan kehidupan yang layak seperti anak-anak yang lain. Hanya saja mereka kurang

16

http://dimas-p-a-fib11.web.unair.ac.id/artikel_detail-104726-EtikadanKepribadian-KepedulianSosial.html, diakses pada tanggal 11 Januari 2015


(34)

beruntung, mereka hanya mengandalkan jerih-payah sendiri dengan mengamen atau menjadi ojek payung.Terkadang ada beberapa orang baik yang mau menyumbangkan hartanya untuk mereka.Namun, tidak sedikit orang yang menghardik mereka dan tidak mau peduli.Hal ini terjadi karena ada hambatan dari dalam diri dan pengaruh lingkungan.

3. Hambatan Dalam Mewujudkan Kepedulian Sosial

Ada beberapa hal yang merupakan hambatan kepedulian sosial, diantaranya adalah sebagai berikut17

a. Egoisme

:

Egoisme merupakan doktrin bahwa semua tindakan seseorang terarah atau harus terarah pada diri sendiri.

b. Materialistis

Merupakan sikap perilaku manusia yang sangat mengutamakan materi sebagai sarana pemenuhan kebutuhan hidupnya. Demi mewujudkan itu mereka umumnya tidak terlalu mementingkan cara untuk mendapatkannya.

Menurut Deaux, Dane, Wrightsman, orang yang tinggal di daerah pedesaan cenderung lebih penolong daripada orang yang tinggal di daerah perkotaan. Hal ini dapat dijelaskan melalui urban-overload hypothesis, yaitu orang-orang yang tinggal di perkotaan terlalu banyak mendapat stimulasi dari lingkungan, terlalu sibuk sering tidak peduli dengan kesulitan orang lain

17

http://dimas-p-a-fib11.web.unair.ac.id/artikel_detail-104726-EtikadanKepribadian-KepedulianSosial.html, diakses pada tanggal 11 Januari 2015


(35)

karena sudah overload dengan beban tugasnya sehari-hari18

Menjadi anak jalanan bukanlah sebuah pilihan hidup mereka, melainkan sebuah tuntutan hidup. Keberadaan anak jalanan di setiap persimpangan jalan, stasiun, terminal adalah fenomena, gejala tentang gambaran nyata kondisi kemiskinan suatu kota dan gambaran kemiskinan bangsa kita

, sehingga sikap egois dan mementingkan materi tidak dapat di lepaskan dari kehidupan orang perkotaan.

19

4. Tinjauan Umum Film

. Oleh karena itu, kepedulian terhadap anak jalanan maupun orang yang tidak mampu lainnya menjadi tanggung jawab bersama.

Sudah menjadi keharusan kita bagi setiap orang muslim memiliki sikap peduli. Kepedulian bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti sikap tolong menolong.

1. Pengertian Film

Secara harfiah, film (sinema) adalah cinematographie yang berasal dari kata cinema (gerak), tho atau phytos (cahaya), dan graphie atau graph (tulisan, gambar, citra). Jadi film adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar dapat melukis gerak dengan cahaya, harus menggunakan alat khusus, yang biasa disebut kamera.20

18

Tim Penulis Fakultas Psikologi UI, Psikologi Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h. 136

Ada juga pengertian lain, yaitu film berasal dari kata filmen, yang berarti lapisan tipis pada permukaan susu setelah


(36)

dipanasi.Awalnya kata film mengacu pada bahan ke bentuk karya seni audio-visual, namun setelah ada perkembangan teknologi media penyimpanan ini telah mengubah pengertian film.Film kini diartikan sebagai suatu genre seni bercerita berbasis audio-visual, atau cerita yang dituturkan pada penonton melalui rangkaian gambar bergerak.21

2. Sejarah Film di Indonesia

Di Indonesia, bioskop pertama kali muncul di Batavia (Jakarta), tepatnya di Tanah Abang Kebonjae, pada 5 Desember 1900. Namun, kehadiran bioskop ini tidak dapat dikatakan sebagai tonggak awal sejarah film Indonesia. Alasannya, film-filmnya saat itu masih impor dari luar negeri.22

Indonesia pertama kali memutar film bisu pada tahun 1926 dengan judul Lady Van Java yang diproduksi di Bandung. Dan pada tahun 1930, masyarakat disuguhi film Lutung Kasarung, Si Conat dan Pareh. Film-film terebut merupakan film bisu yang diusahakan oleh orang-orang Belanda dan Cina.Film bicara yang pertama berjudul Terang Bulan.Pada saat perang Asia Timur Raya di penghujung tahun 1941, perusahaan perfilman yang diusahakan oleh orang Belanda dan Cina itu berpindah tangan kepada pemerintah Jepang diubah namanya dari NV. Multi Film menjadi Nippon Eiga Sha, namun ketika Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya, maka pada tanggal 6 Oktober 1945 Nippon Eiga Sha diserahkan secara resmi kepada pemerintah Indonesia. Sejak saat itu, lahirlah Berita Film Indonesia


(37)

(BFI). Bersamaan dengan pindahnya Pemerintah RI dari Yogyakarta ke Jakarta, BFI pun pindah dan bergabung dengan Perusahaan Film Negara yang pada akhirnya berganti nama menjadi Perusahaan Film Nasional.23

3. Fungsi Film

Film bertujuan untuk memberikan hiburan kepada publik.Akan tetapi, dalam film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif.Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi film-film sejarah yang objektif atau film dokumenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang.24

4. Jenis-jenis Film

Film dapat dikelompokan pada beberapa jenis, yaitu film cerita, film, berita, film dokumenter dan film kartun.25

a. Film Cerita

Film cerita adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukan di gedung-gedung bioskop dengan bintang film tenar dan didistribusikan sebagai barang dagangan (bisnis).Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita fiktif atau berdasarkan cerita nyata yang dikemas secara menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi gambarnya.Film cerita merupakan karya yang terstruktur dalam tiga tahap.Pertama adalah tahap pra-produksi merupakan

23

Elvinaro Ardianto, dkk.,KomunikasiMassa: Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 144-145

24

Elvinaro Ardianto, dkk.,KomunikasiMassa: Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, h. 145

25

Elvinaro Ardianto, dkk.,KomunikasiMassa: Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, h. 148-149


(38)

periode ketika skenario diperoleh.Skenario bisa berupa adaptasi dari novel atau cerita pendek atau memang certa yang sengaja dibuat untuk keperluan pembuatan film.Kedua adalah tahap produksi yaitu masa berlangsungnya pembuatan film berdasarkan skenario. Terakhir adalah tahap post-produksi, yaitu proses editing, dimana ketika bagian film yang pengambilan gambarnya tidak sesuai dengan urutan cerita yang kemudian disusun menjadi satu26

Film cerita merupakan film yang menyajikan kepada publik sebuah cerita yang harus mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa manusia.

.

27

b. Film Berita

Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi.Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita. Sebenarnya, jika dibandingkan dengan media lainnya seperti surat kabar dan radio, sifat newsyfact-nya film berita tidak ada. Sebab suatu berita harus aktual, sedangkan berita yang disajikan oleh film berita tidak pernah aktual karena proses pembuatannya yang cukup lama. Akan tetapi dengan adanya televisi yang juga sifatnya auditif visual seperti film, maka berita yang difilmkan dapat disajikan kepada publik melalui

26

Marcel Danesi, Pengantar Memahami: Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 134

27

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 212


(39)

televisi lebih cepat.Film berita sudah tua usianya, lebih tua daripada film cerita.Bahkan, film cerita yang pertama dipertunjukan kepada publik kebanyakan berdasarkan film berita.28

c. Film Dokumenter

Film dokumenter didefinisikan oleh Robert Flaherty sebagai “karya ciptaan mengenai kenyataan” (creative treatment of activity).Berbeda dengan film berita yang merupakan rekaman kenyataan, maka film dokumenter merupakan hasil interpretasi pibadi (pembuatnya) mengenai kenyataan tersebut.

d. Film Kartun

Gagasan film kartun tercipta adalah dari para seniman lukis.Ditemukannya cinematography telah menimbulkan gagasan kepada mereka untuk menghidupkan gambar-gambar yang mereka buat. Dan gambar-gambar itu bias menimbulkan hal yang lucu dan menarik. Tokoh dalam film kartun dapat dibuat menjadi ajaib, dapat terbang, menghilang, menjadi besar, kecil secara tiba-tiba dan lain-lain.Rangkaian lukisan atau gambar tersebut dirangkai setiap detiknya dan diputar dalam proyektor film.29

28

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, h. 212

29

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, h.216


(40)

5. Teknik Pengambilan Gambar

Dalam film, teknik pengambilan gambar sangatlah diperhatikan karena setiap sudut pengambilan gambar memiliki makna masing-masing.Hal ini berpengaruh terhadap tanda-tanda atau simbol yang ingin disampaikan dalam film.Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan gambar, yaitu:

1. Camera angle (sudut pengambilan gambar), yakni posisi kamera pada saat pengambilan gambar. Masing-masing angle punya makna tertentu.

2. Frame size (ukuran gambar), yakni ukuran shot untuk memperlihatkan situasi objek bersangkutan.

3. Gerakan kamera, yakni posisi kamera bergerak, sementara objek bidikan diam.

4. Gerakan objek, yakni posisi kamera diam, sementara objek bidikan bergerak.

5. Komposisi, yakni seni menempatkan gambar pada posisi yang baik dan enak dilihat.

Berikut mengenai camera angle dan frame size: 1. Camera Angle

Dalam urusan sudut pengambilan gambar dibagi menjadi lima sudut pengambilan gambar. Masing-masing mmpunyai fungsi yang berbeda sehingga karakter dan pesan yang terkandung dalam setiap shot akan berbeda pula.


(41)

b. Bird Eye View

Suatu teknik pengambilan gambar yang dilakukan dengan posisi kamera diatas ketinggian objek yang direkam.Tujuan sudut pengambilan gambar ini adalah untuk memperlihatkan objek-objek yang lemah dan tak berdaya.

c. High Angle

Pengambilan gambar dari atas objek.Selama kamera berada diatas objek maka sudah dianggap high angle. Kesan yang ditimbulkan dari pengambilan gambar ini adalah kesan lemah, tak berdaya, kesendirian, dan kesan lain yang mengandung konotasi dilemahkan atau dikerdilkan.

d. Low Angle

Sudut ini membangun kesan berkuasa, baik dalam sosial maupun ekonomi, politik, sosial, dan lainnya.Seseorang yang ditampilkan dengan sudut iniakan mempunyai kesan dominan.

e. Eye Level

Teknk pengambilan gambar yang sejajar dengan objek.Sudut pengambilan gambar ini standar digunakan. Hasilnya memperlihatkan tangkapan pandangan mata seseorang yang berdiri sejajar atau yang mempunyai


(42)

ketinggian tubuh yang sama dengan objek. Sudut pengambilan ini tidak mengandung kesan tertentu.Meskipun demikian, dalam sudut ini tetap harus diperhatikan aspek komposisinya.

f. Frog Eye

Teknik pengambilan gambar yang dilakukan dengan ketinggian kamera sejajar dengan dasar kedudukan objek atau dengan ketinggian yang lebih rendah dari dasar kedudukan objek.Sudut pengambilan ini mempunyai kesan dramatis untuk memperlihatkan suatu pemandangan yang aneh, ganjil, atau sesuatu yang menarik tetapi dambil dengan variasi tidak biasa.

Itulah kelima camera angle yang harus dikuasai. Setiap sudut pengambilan mempunyai fungsi dan maksud yang berbeda sehingga hasilnya lebih variatif.30

2. Frame Size

Frame size akan menjadi kekuatan sebuah gambar. Berikut macam-macam frame size31

30

Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 120-124

31

Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, h. 124-128


(43)

a. Extreme Close-up (ECU)

Memiliki ukuran sangat dekat sekali, misalnya hidungnya, matanya atau telinganya saja. Berfungsi menunjukan detail suatu objek.

b. Big Close-up (BCU)

Memiliki ukuran dari batas kepala hingga dagu objek.Untuk menonjolkan objek dan menimbulkan ekspresi tertentu.

c. Close-up (CU)

Memiliki ukuran dari batas kepala sampai leher bagian bawah.Untuk memberi gambaran objek secara jelas.

d. Medium Close-up (MCU)

Memiliki ukuran dari batas kepala hingga dada atas.Berfungsi menegaskan profil seseorang.

e. Mid Shot (MS)

Memiliki ukuran dari batas kepala sampai pinggang (perut bagian bawah).Untuk memperlihatkan seseorang dengan sosoknya.

f. Knee Shot (KS)

Memiliki ukuran dari batas kepala hingga lutut. Untuk memperlihatkan sosok objek (sama dengan MS).

g. Full Shot (FS)

Memiliki ukuran dari batas kepala hingga kaki.Berfungsi untuk memperlihatkan objek dengan lingkungan sekitar.


(44)

h. Long Shot (LS)

Memiliki ukuran objek penuh dengan latar belakangnya.Dan berfungsi untuk memperlihatkan objek dengan latar belakangnya.

i. One Shot (1S)

Memiliki ukuran dengan pengambilan gambar satu objek. Dan berfungsi untuk memperlihatkan seseorang dalam frame. j. Two Shot (2S)

Memiliki ukuran dengan pengambilan gambar dua objek.Memiliki fungsi untuk adegan dua objek sedang berinteraksi.

k. Three Shot (3S)

Memiliki ukuran dengan pengambilan gambar tiga objek.Berfungsi untuk menunjukan tiga orang berinteraksi.

l. Group Shot (GS)

Memiliki ukuran dengan pengambilan gambar dengan memperlihatkan objek lebih dari tiga orang.

5. Film Sebagai Media Dakwah

Dalam perkembangannya, film menjadi salah satu media yang efektif untuk menyampaikan pesan.Sedangkan dakwah sangat erat kaitannya dengan pesan yang disampaikan.Dakwah memiliki beberapa unsur, yang salah satunya adalah metode dan media dakwah.Menurut Wardi Bachtiar metode adalah cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan


(45)

pesan dakwahnya.Sedangkan media adalah alat yang dipakai untuk menunjang metode tersebut.

Adapun secara aplikatif, dakwah dapat dilakukan dengan beberapa cara atau metode termasuk juga media yang digunakan. Dakwah bisa dengan kekuasaan (bil-Quwah), dengan lisan (bil-Lisan), tulisan (bil-Qalam), perbuatan (bil-Hal), dengan menggunakan media massa baik cetak maupun elektronik, tergantung pada selera, kemampuan dan kebutuhan akan suksesnya kegiatan dakwah itu sendiri.

Definisi singkat dakwah adalah mengajak orang lain kepada kebaikan sesuai dengan perintah Allah. Dalam berdakwah, semestinya dapat berdialog dengan kebudayaan modern secara aktif mengisinya dengan substansi dan nuansa-nuansa Islami.Namun, hal ini hanya bisa dilakukan bila kita memahami arus globalisasi secara benar dan tidak tertinggal dengan informasi-informasi aktual dari mancanegara. Seperti yang dikatakan futurology John Naisbitt:

“We are moving toward the capability to communicate anything to anyone, anywhere, anyform-voice, data, textor imae at the speed of light”.32

Kata kunci untuk mengantisipasi perubahan kini dan mendatang adalah informasi dan ilmu pengetahuan.Pada era globalisasi sekarang ini, tentu banyak yang harus dibenahi tentang aktivitas dakwah, termasuk penggunaan

(Kita sedang bergerak ke arah kemampuan berkomunikasi apa saja kepada siapa pun, dimana pun, berbentuk apa pun (baik itu) suara, data, tulisan atau gambar (citra) dengan (menggunakan) kecepatan suara).

32

Chairil Anwar, Islam dan Tantangan Kemanusiaan Abad XXI, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), h. 65-66


(46)

berbagai dimensi untuk keperluan dakwah.Salah satunya dengan media mutakhir seperti film.33

Dakwah melalui film akan lebih mudah diterima karena media yang digunakan adalah media audiovisual. Di samping secara verbal, pesan dakwah juga didukung oleh visualisasi gambar yang memiliki efek yang sangat kuat.Film merupakan karya seni peran yang bersifat imajinatif untuk menggambarkan suatu objek atau sebuah realitas khidupan dan mnegandung misi atau tujuan tertentu ari pihak yang memproduksi.34

33

Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: Amzah, 2008), h. xii

34


(47)

35

A. Sekilas Tentang Film Rumah Tanpa Jendela

Film Rumah Tanpa Jendela diadaptasi dari cerpen Asma Nadia yang berjudul Jendela Rara. Cerpen tersebut dikembangkan menjadi novel Rumah Tanpa Jendela.Awalnya, Aditya Gumay sebagai sutradara kurang tertarik untuk membuat cerpen tersebut menjadi sebuah film.Karena menurutnya, cerpen tersebut terlalu “gelap” untuk dijadikan film keluarga, dengan adanya cerita yang mengangkat profil seorang preman hingga profil seorang pelacur.Namun, akhirnya Aditya Gumay memutuskan untuk mengambil intisari dari cerpen tersebut, yaitu seorang anak perempuan miskin yang hanya ingin memiliki jendela di rumahnya.Selebihnya, mulai skenario dan alur cerita sudah jauh berbeda dari cerpen Asma Nadia.1

Digarap sebagai sebuah drama musikal,Rumah Tanpa Jendela

Sebagai seseorang yang memimpin sekaligus mengelola sanggar, Aditya Gumay mampu mengeluarkan potensi akting terbaik dari para aktor muda.Terlebih mereka masih belum banyak pengalaman berakting dalam film.Film ini juga mampu menggugah perasaan setiap orang yang menontonnya agar senantiasa ingin berbagi, peduli dan selalu

sebenarnya memiliki jalan cerita yang sederhana.Awalnya penonton dikenalkan pada dua karakter utama yang memiliki strata sosial berbeda.Dan diakhiri dengan begitu banyak pesan moral yang terkandung didalamnya. Salah satunya adalah pesan tentang saling peduli dan membantu sama lain.

1


(48)

bersyukur.Mampu membuat penonton film ini terbawa suasana sampai menangis namun tidak terlihat berlebihan, setiap adegan dibuat sealami mungkin.

B. Sinopsis Rumah Tanpa Jendela

Rumah Tanpa Jendela merupakan sebuah film drama musikal yang mengambil setting di kampung kumuh kawasan Menteng Pulo Jakarta.Rara,gadis kecil 8 tahun yang sangat memimpikan sebuah jendela di rumahnya, agar tiap malam ia dapat melihat cantiknya rembulan, dan matahari di pagi hari. Namun sang ayah, Raga, yang hanya seorang penjual ikan hias dan sol sepatu, terlalu miskin untuk sekadar membelikan daun jendela dan kusennya.

Berawal dari kecelakaan kecil, membuat Rara akrab dengan Aldo (Emir Mahira), putra bungsu pengusaha kaya, Pak Syahri dan Nyonya Ratna.Aldo, Nenek Aisyah dan kak Adam pun sering berkunjung ke sekolah rara untuk sekedar berbagi buku bacaan.Dari semua anggota keluarga Aldo hanya nenek dan kakaknya lah yang sepenuhnya mendukung kegatan Aldo.Suatu hari, Aldo mengajak Rara dan teman-temanya untuk datang ke acara pesta ultah kakak Aldo, Andini, yang ke-17. Aldo, Nenek Aisyah, dan kak Adam, memberikan kejutan dengan menyumbangkan sebuah lagu bersama Rara dan teman-temanya. Namun, bukan pujian yang didapat, tapi justru murka dan amarah dari Andini dan ibunya.Iamalu. Sampai-sampai ia memaki Aldo sebagai anak autis. Dan ini membuat Aldo pergi dari rumah


(49)

untuk menemui Rara. Karena ia merasa tak ada yang menyayanginya lagi.Aldo justru merasa lebih nyaman dengan kehidupan Rara.

Betapa terkejutnya Rara saat pulang.Rumahnya telah terbakar.Kebakaran itu berlangsung bersamaan dengan pesta Ulang tahun tadi. Kejadian ini membuat Simbok koma, dan Rara harus kehilangan Ayah tercintanya. Padahal saat itu Ayahnya tengah pulang membawa daun jendela dan kusen untuk Rara, jendela yang selama ini diimpikannya.Tak berapa lama Aldo dan Nenek Aisyah datang, mereka terkejut, dan segera membawa simbok ke Rumah Sakit.

Nenek Aisyah yang sangat baik hati itu bersedia menanggung semua biaya perawatan simbok selama di RS.Rara sangat bersyukur.Dia setiap hari selalu menemani simbok. Aldo, kak Adam, Nenek Aisyah, dan teman temannya juga sering kali datang menemaninya. Ini membuat persahabatan Rara dan Aldo semakin akrab.Akhirnya, Rara dan Si Mbok pun hidup di villa keluarga Aldo.

C. Tim Produksi Rumah Tanpa Jendela (Pemain dan Crew)

Berikut adalah orang-orang dibalik pembuatan Film Rumah Tanpa Jendela2

Departemen Produksi Sutradara:

Cerita: Penata Skrip:

:

Aditya Gumay Asma Nadia Adenin Adlan


(50)

Produser Eksekutif:

Produser:

Line Produser:

Aditya Gumay Intan Ophelia Aditya Gumay Seto Mulyadi Adenin Adlan Usman Gumanti Aswin Fabanyo Departemen Kamera

Penata Kamera: Halaston Pakpahan

Departemen Artistik Penata Artistik: Penata Rias:

Ferry Farhani Dita Helena Departemen Suara dan Musik

Penata Suara:

Penata Musik:

Irwan Ali Akbar Iwan Darmawan Adam S. Permana Departemen Penyuntingan

Penata Gambar: Aziz Natandra

Produksi

Produksi: Smardhana Production

Sanggar Ananda

Pemain Emir Mahira sebagai Aldo

Dwi Tasya sebagai Rara Raffi Ahmad sebagai Raga


(51)

Inggrid Widjanarko sebagai Si Mbok Yuni Shara sebagai Bude Asih Aswin Fabanyo sebagai Pak Syahri Alicia Djohar sebagai Nyonya Ratna Atie Kanser sebagai Nenek Aisyah Varissa Camelia sebagai Bu Alya Maudy Ayunda sebagai Andhini Ozan Ruz sebagai Adam

D. Profile Aditya GumaySutradara Film Rumah Tanpa Jendela

Aditya Gumay

Gambar 1.3.3

Aditya Gumay, pria yang lahir pada hari Selasa, 04 Oktober 1966

3

Sumber gambar dari

dikenal sebagai pimpinan Teater Kawula Muda dan Sanggar Ananda yang didirikannya pada tahun 1986 dan 1989. Pria kelahiran Jambi ini identik dengan Sanggar Ananda yang sejak 1989 dikenal lewat berbagai tayangan televisi serial anak-anak dan berjaya di era 1990an. Banyak artis televisi dan film yang lahir dari dua sanggarnya tersebut.Ia pernah mendapat pendidikan tinggi di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta dan menimba

diakses pada


(52)

ilmu film lewat Kursus Pendidikan Umum (KPU) Sinematografi yang diselenggarakan oleh Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail.4

Aditya Gumay sudah menulis skenario sejak usia 14 tahun. Dan berbagai program TV dan sinetron serta film telah diproduksi PT. Smaradhana Pro, sejak tahun 1988. Tidak hanya menulis skenario dan menyutradarai film serta sinetron, Aditya Gumay juga aktif di berbagai bidang, seperti menjadi Executive

Produser album musik, menciptakan puluhan lagu untuk album, soundtrack

film/sinetron dan operet off air, sampai mengajar akting dan presenter di berbagai tempat dan memberikan workshop di kampus-kampus. Aditya Gumay juga beberapa kali jadi panitia dan juri festival film5

.Dan setelah lebih dari 15 tahun malang melintang di dunia broadcast, Aditya memulai debutnya di film sebagai

sutradara melalui film

Karya-karyanya juga sudah mewarnai perfilman Indonesia, berikut beberapa karya Aditya Gumay6

1. Serial ‘The Nani’ (Indosiar) :

2. Serial Rumah Pelangi (RCTI) 3. Serial Canda (RCTI)

4. Serial ‘Anak Betawi Gedongan’ (SCTV) 5. Serial O’seram (ANTV)

6. Serial Ftv “New Misteri” (ANTV)

7. Film 'Tina Toon& Lenong Bocah’ (Layar Lebar35 Mm, Tahun 2003),

25 Januari 2013

5

Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela, tanggal 26 September 2014, 3:48 PM. 6


(53)

8. Film Emak Ingin Naik Haji (2009), Rumah Tanpa Jendela (2011) & Ummi Aminah (2012).

E. Profil Para Pemain Film Rumah Tanpa Jendela

1. Emir Mahira Salim sebagai Aldo

Gambar 2.3.7

Emir Mahira adalah anak yang lahir di Jakarta 19 September 1997.Ia memulai karirnya di Film Garuda Didadaku. Rumah Tanpa Jendela adalah film keduanya, sekaligus film yang menjadikannya sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik Anugerah Piala Citra FFI 2011 mengalahkan Alex Komang dalam film Surat Kecil untuk Tuhan, Ferdy Tahierdalam film Masih Bukan Cinta Biasa, Oka Antaradalam film Sang Penari, dan Tio Pakusadewodalam film Tebus

Emir Mahira

8

. Menurut Aditya Gumay, Emir Mahira mencatatkan sejarah, bahwa Emir Mahira adalah anak yang mampu mengalahkan orang dewasa dalam kategori pemeran utama pria terbaik FFI 2011, mengalahkan aktor-aktor senior dalam kategori pemeran utama pria9

Emir berperan sebagai Aldo, anak seorang pengusaha yang serba berkecukupan, namun ia merupakan penderita Down Syndrome yang

.

7

Sumber gambar dari pada tanggal 11 Juni 2013

9


(54)

seharusnya mendapat perhatian lebih, bukan dihindari atau dijauhi. Dalam film ini, ia menjadi sahabat Rara. Aldo adalah anak yang peduli terhadap sesama, yang mau berteman dan berbagi dengan anak-anak jalanan.Aldo tidak segan mengajak seluruh keluarganya untuk menyumbangkan buku untuk anak-anak disekolah Rara.

Aldo divisualisasikan dengan cukup baik oleh Aditya Gumay.Emir berhasil memerankan tokoh Aldo dengan sangat baik, ia mampu mendalami bagaimana cara bicara, cara bersikap sebagai anak Down Syndrome.

2. Dwi Tasya sebagai Rara

Gambar 3.3.10

Anak perempuan yang lahir pada tanggal 25 September 2000 ini memiliki nama lengkap Dwi Anastasya Septianni. Dia berperan sebagai Rara dalam film ini.Rara adalah anak miskin yang hidup di perkampungan kumuh.Ia ingin sekali memiliki jendela di rumahnya, namun karena keterbatasan ekonomi, impian itu harus ia kubur dalam-dalam. Walaupun sebenarnya, keinginan itu tak pernah hilang seutuhnya.Rara merupakan anak

Dwi Tasya

10

Sumber gambar http://www.indonesianfilmcenter.com/pages/profile/profile.php?pid=3518631296d5, diakses pada


(55)

yang baik hati.Setelah sekolah, Rara membantu ayahnya, dengan mengojek payung.Keinginan Rara untuk belajar pun cukup tinggi.

Tasya mampu mendeskripsikan anak yang riang, namun rona wajahnya berubah ketika keinginan memiliki jendela mulai menggelayuti hatinya lagi. Dengan berteman dengan Aldo, membuat Rara merasa senang karena bisa berkunjung kerumah Aldo yang memiliki jendela banyak dan besar sekaligus kadang Rara merasa sedih ketika kembali kerumahnya yang sama sekali tidak memiliki jendela. Rumahnya saja hanya terbuat dari kardus dan tripeks bekas.

Tasya merupakan salah satu tokoh utama dalam film ini.Walaupun usianya yang terbilang masih sangat muda, Tasya sukses memainkan peran sebagai Rara11

3. Raffi Ahmad sebagai Raga .

Gambar 4.3.12

Raffi Faridz Ahmadlahir d Raffi Ahmad

seora Raffi Ahmad juga sedang belajar menjadi seorang sutradara. Terbukti ia mulai memproduksi beberapa film pendek dan beberapa judul FTV. Kiprahnya di

11

Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela 12

Sumber gambar dari http://img.lensaindonesia.com/thumb/350-630-1/uploads--1--2013--03--93115-raffi-ahmad-cs-ngadu-ke-dpr.jpg, diakses pada tanggal 11 Juni 2013


(56)

pertelevisian Indonesia sudah tidak diragukan lagi.Tidak kalah, dalam dunia perfilman Raffi juga sudah beberapa kali bermain film layar lebar.Salah satunya adalah di Rumah Tanpa Jendela.

Raffi berperan sebagai Raga, ayah dari Rara.Raga hanya berprofesi sebagai penjual ikan dan sol sepatu. Hal inilah yang membuatnya kadang merasa sedih, dengan pekerjaan seperti itu ia hanya mampu menghidupi anak dan ibunya di tempat kumuh. Namun Raga selalu mengajarkan kepada anaknya untuk selalu bersyukur.Raga berusaha untuk mewujudkan impian anaknya, yaitu memiliki jendela. Namun disaat ia sudah memiliki jendela untuk diberikan kepada Rara, Raga malah meninggal dunia karena menyelamatkan ibunya dar kebakaran dirumahnya.

Raga sukses diperankan oleh Raffi Ahmad.Walaupun Raffi belom menikah apalagi menjadi seorang ayah, Raffi mampu memainkan tokoh ini dengan baik.Bahkan banyak adegan Raffi yang membuat orang menangis karena melihat perjuangan seorang ayah membesarkan anak perempuan satu-satunya13

13

Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela


(57)

4. Inggrid Widjanarko sebagai si mbok

Gambar 5.3.14

Lahir di

Inggrid Widjarnako

Indonesia.Kemampuan aktingnya pun sudah teruji, terbukti lewat film Rumah Tanpa Jendela. Inggrid berperan sebagai si Mbok yaitu ibu dari Raga yang pastinya nenek dari Rara.Si Mbok merupakan orang yang sabar dengan keadaan.Inggrid memerankan seorang perempuan setengah baya dengan penyakit paru-paru yang menggerogoti hidupnya. Selain Raga, Si Mbok juga memiliki anak perempuan, yaitu Asih. Namun, keadaan membuat Asih melakukan hal yang tidak disukai Si Mbok.

Inggrid memang tidak menjadi peran utama, tetapi tokoh Si Mbok ini mampu menyempurnakan pendeskripsian warga ditempat kumuh15

14

Sumber gambar dari http://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/ingrid-widjanarko-kintamani-jadi-tempat-inspirasi.html, diakses pada tanggal 1 Mei 2013

15

Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela


(58)

5. Yuni Shara sebagai Bude Asih

Gambar 6.3.16

Aditya Gumay mengemas tokoh Asih ini dengan sangat halus. Tanpa harus mepertontonkan adegan yang kurang mendidik, Aditya lebih memilih

Yuni Shara

Yuni Sharalahir dengan namaWahyu Setyaning Budi di Malang, 3 Juni 1972. Yuni adalah seorang penyanyi.Sebelumnya, Raffi Ahmad mengajaknya bermain di film pendek, namun Yuni pertama kali bermain di film layar lebar adalah dalam film Rumah Tanpa Jendela ini.

Walaupun dalam film ini Yuni hanya menjadi seorang figuran, namun perannya cukup menyadarkan kita bahwa diluar sana banyak hal sama yang terjadi seperti apa yang diperankan oleh Yuni. Yuni berperan sebagai Asih atau Bude Asih.Asih adalah saudara Raga.Tetapi karena keadaan ekonomi yang tidak kunjung membaik, Asih mengambil keputusan terberat dalam hidupnya.Menjadi seorang Pekerja Seks Komersial.Hal tersebut sangat mengejutkan Si Mbok dan tentunya Raga.Walaupun keputusan itu menentang keluarganya, Asih tetap menjalankan profesinya itu.Dengan berat Asih harus keluar dari rumah mereka dan tidak tinggal bersama mereka lagi, karena diusir Si Mbok.Terkadang Asih juga menyisihkan sebagian uangnya untuk Si Mbok, Raga dan Rara.Namun mereka menolak keras pemberian Asih.

16

Sumber gambar dari pada tanggal 1 Mei 2013


(59)

menggambarkan sosok PSK Asih dari cara berpakaiannya yang agak terbuka dan cara penolakan dari anggota keluarganya. Aditya Gumay melakukan ini karena ia sadar bahwa film ini ditujukan untuk anak-anak dan keluarga17

6. Aswin Fabanyo sebagai Pak Syahri

.

Gambar 7.3.18

Cukup sulit untuk mendapatkan informasi mengenai Aswin Fabnyo. Pada intinya, dalam film ini ia memerankan tokoh sebagai Pak Syahri. Pak Syahri merupakan kepala keluarga yang bijaksana.Ia seorang pengusaha kaya, ia senang melihat Aldo mau peduli dan berbagi rezeki kepada anak-anak di perkampungan kumuh. Namun Syahri bingung mencari cara agar istrinya mau mengerti yang dilakukan Aldo. Aswin mungkin tidak terlalu sulit memerankan tokoh Pak Syahri, karena tokoh ini memiliki usia dan kehidupan yang hampir sama dengan kehidupan nyatanya

Aswin Fabanyo

19

17

Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela 18

Sumber gambar dari vlcsnap-2013-05-03-13h43m49s242 19

Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela


(60)

7. Alicia Djohar sebagai Nyonya Ratna

Gambar 8.3.20

Alicia Djohar yang sering dipanggil Itje.Ialahir di Alicia Djohar

Bogor pada tahun Ratna, ibu dari Aldo.

Ratna memiliki sifat dasar yang baik sebenarnya.Namun, kecintaannya pada hal-hal yang berbau duniawi membuatnya tidak peka pada keadaan sekitar.Ratna digambarkan sebagai wanita sosialita.Memiliki banyak perhiasan dan kurang peduli pada anaknya sendiri, terutama Aldo apalagi pada masyakarat kecil.Bahkan cenderung mendeskrimnasi orang miskin.Dari awal sesungguhnya Ratna tidak suka jika Aldo berteman dengan Rara.Namun karena suami, mertua dan anaknya mendukung Aldo, Ratna tidak bisa apa-apa.Sampai pada akhirnya Ratna mencurigai Rara dan anak-anak pemulung mengambil salah satu perhiasannya.Ratna semakin tidak suka pada mereka

20

Sumber gambar dari


(61)

dan melarang Aldo bermain dengan anak-anak pemulung itu.Tetapi ada saatnya dimana Ratna melunak, dan mengizinkan Aldo bermain dengan Rara.

Aditya Gumay ingin menyampaikan pesan tentang kemanusiaan lewat tokoh Ratna.Dan Itje melakukannya dengan baik21

8. Aty Cancer sebagai Nenek Aisyah

.

Gambar 9.3.22

Aty Cancer Zein lahir d

Aty Cancer

dalam fil

sebagai Best Actress dalam aj

perannya dalam film bintangi, salah satunya adalah Rumah Tanpa Jendela.

Dalam film ini Aty berperan sebagai Nenek Aisyah.Nenek Aisyah adalah orang yang sangat penyayang.Nenek Aisyah ini datang ke rumah untuk menemani Aldo.Nenek juga sangat senang ketika dapat ikut berkenalan dengan Rara dan teman-teman.Nenek juga yang selalu melindungi dan menemani Aldo dan Rara, begitu juga ketika Si Mbok masuk Rumah Sakit.

21

Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela 22

Sumber gambar dari http://klimg.com/kapanlagi.com/p/aty_cancer_1_kl.jpg, diakses pada tanggal 3 Mei 2013


(62)

Peran Aty Cancer sebagai Nenek Aisyah ini memang bukan sebagai peran utama, tetapi jika tidak ada tokoh seperti Nenek Aisyah ini, maka film ini tidak akan sukses mencuri perhatian penonton. Karena peran Nenek Aisyah ini bisa disebut sebagai “orang tengah”, selalu tidak memihak kepada salah satu pihak23

9. Varissa Camelia sebagai Bu Alya .

Gambar 10.3.24

Varissa Camelialahir d

Varissa Camelia

seorang bermain film layar lebar dalam fil Jendela, Varissa berperan sebagai Bu Alya. Bu Alya adalah guru sukarela yang mengajar di sekolah tempat Rara tinggal. Bu Alya sama sekali tidak mengharapkan imbalan apapun dari mengajar disana, keringatnya dalam mengajar pun rela tidak dibayar. Ia hanya ingin agar anak-anak kurang mampu seperti Rara juga bisa mendapatkan pendidikan. Walaupun dengan keterbatasan fasilitas, kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut tetap berjalan.Bu alya hanya satu-satunya pengajar di sekolah itu.Peran bu Alya

23

Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela 24


(63)

menjadi hidup ketika berkenalan dengan Aldo dan Adam.Sejak saat itu, Bu Alya menjadi pelindung juga bagi Rara25

10.Maudy Ayunda sebagai Andini .

Gambar 11.3.26

Ayunda Faza Maudialahir di Maudy Ayunda

sebagai seorang penyanyi, Maudy juga mulai bermin film.Debutnya dalam dunia film tanah air diawali lewat film bersam main dalam Film Perahu Kertas 1 dan 2.Dia juga merupakan finalis

Andini adalah tokoh dalam flm Rumah Tanpa Jendela yang Ia mainkan. Andini merupakan anak kedua Bu Ratna.Sejak Aldo terlahir sebagai penderita Down Syndrome, Andini agak malu dengan keadaan adiknya itu.Andini tidak mau pacarnya tahu tentang keadaan adiknya.Sedangkan teman-teman Andini justru semakin membuat Andini tertekan memiliki adik seperti Aldo.Bahkan, karena terlalu seringnya Andini mengucilkan Aldo, ia sering ditegur dan dimarahi oleh Adam.

25

Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela 26

Sumber gambar dari http://www.21cineplex.com/data/gallery/pictures/13518303292869_430x625.jpg, diakses pada tanggal 3 Mei 2013


(64)

Maudy benar-benar mampu melakukan peran sebagai orang yang antagonis.Padahal, dalam film-film sebelumnya, Maudy selalu mendapatkan peran protagonis27

11.

.

Ozan Ruz sebagai Adam

Gambar 12.3.28

Mendapatkan informasi tentang Ozan Ruz juga cukup sulit, namun dalam film ini Ozan berperan sebagai Adam, yaitu kakak dari Aldo.Adam merupakan remaja laki-laki yang sangat menyukai musik dan sangat sayang kepada Aldo.Adam juga ikut bersama Aldo ketika menyumbangkan buku-buku ke sekolahnya Rara.Adam juga ikut peduli kepada anak-anak di perkampungan kumuh itu, Adam juga berteman dengan mereka.Bahkan, karena berteman dengan anak-anak itu, Adam pun bertemu dengan Bu Alya.Mereka berdua lah yang menjadi pembimbing Aldo, Rara dan teman-temanya

Ozan Ruz

29

27

Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela 28

Sumber gambar dari vlcsnap-2013-05-03-13h45m11s50 29

Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela


(65)

53

Film diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu film cerita, film, berita, film dokumenter dan film kartun.Film Rumah Tanpa Jendela termasuk dalam klasifikasi film cerita.Film cerita adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukan di gedung-gedung bioskop dengan bintang film tenar dan didistribusikan sebagai barang dagangan (bisnis)1

Film ini berjudul Rumah Tanpa Jendela dengan mengusung tema tentang kepedulian.Dalam film ini para pemain berhasil memerankan tokoh mereka dengan baik.Walaupun kebanyakan pemain di film ini adalah anak .Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita fiktif atau berdasarkan cerita nyata yang dikemas secara menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi gambarnya.Film cerita merupakan film yang menyajikan kepada publik sebuah cerita yang harus mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa manusia.

Di Indonesia, banyak kasus dalam kehidupan nyata yang diselipi di setiap adegan. Persahabatan beda strata yang tetap bisa bersahabat walaupun cara hidup mereka berbeda, pendidikan mereka berbeda, pemahaman mereka tentang hidup juga berbeda. Bersahabat sejak kecil, bahkan bukan hanya bersahabat dengan yang sebayanya saja tetapi juga dengan keluarganya.Mereka bisa rukun karena rasa kepedulian, kasih sayang dan rasa saling menghargai yang tinggi.

1

Elvinaro Ardianto, dkk., Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa rekatama Media, h. 148-149


(66)

kecil, namun mereka mampu berakting dengan baik.Terutama peran Aldo yang dimainkan oleh Emir Mahira.Ia sangat menjiwai perannya sebagai anak penderita Down Syndrome. Begitu juga dengan peran Rara yang dimainkan oleh Dwi Tasya. Dengan raut wajahnya yang ceria, ia dapat mendalami karakter Rara yang memang seorang yang optimis akan sebuah impian.

Walaupun di pertengahan film terdapat suatu cerita tentang kesalahpahaman antara Rara dengan keluarga Aldo terutama Nyonya Ratna, ibu dari Aldo yang sejak awal memang tidak suka Aldo berteman dengan Rara seorang anak yang tinggal di perkampungan kumuh bersama para pemulung, menyangka kalau Rara mencuri kalung kesayangannya. Tapi salah paham itu tidak berangsung lama, karena akhirnya Ibu Aldo dan keluarga sadar jika ternyata Rara adalah anak baik-baik.

Film ini menceritakan tentang kepedulian.Dimana anak berbeda strata sosial mampu bersahabat dengan baik, tulus dan saling menghargai dan peduli.Banyak konflik yang terjadi, namun pada akhirnya perbedaan strata sosial memang bukanlah penghalang.

Rumah Tanpa Jendela ini berlatar di Kota Jakarta, banyak adegan yang diambil di kampung kumuh kawasan Menteng Pulo Jakarta.Tempat rekreasi The Jungle.Sampai pada pakaian yang digunakan Rara, persis seperti anak yang hidup serba berkekurangan.Ada juga lokasi perumahan mewah Jakarta sebagai rumah Aldo.

Hampir setiap adegan dalam film ini menarik, bagian yang menarik dalam film ini adalah ketika Aldo langsung tertarik dengan suasana di rumah


(67)

singgah (sekolah pemulung) saat Aldo datang mengunjungi untuk menyumbangkan beberapa buku miliknya.

Dalam film ini, hanya ada dua tokoh saja yang menjadi pemeran utamanya, yaitu Aldo dan Rara. Sang Sutradara ingin menampilkan kesan bahwa rasa kepedulian terhadap sesama itu tidak mengenal usia, walaupun Aldo dan Rara masih sama-sama belum dewasa tetapi mereka bisa saling berbagi. Sekalipun memiliki perbedaan strata sosial.Dan film ini menggambarkan, betapa pentingnya memiliki ‘jendela hati’.

Dalam film ini banyak sekali simbol-simbol yang ditampilkan.Salah satunya adalah jendela.Jendela dalam arti sebenarnya adalah sebuah benda yang membantu udara dan cahaya bisa masuk dan keluar pada suatu rumah atau bangunan.Namun dalam Film “Rumah Tanpa Jendela”, jendela dijadikan sebuah gambaran, sebagai suatu analogi, perumpamaan-perumpamaan bahwa betapa bukan cuma rumah yang butuh jendela.Tapi penghuni rumah itu sebenernya juga harus membuka jendela hati.Seperti sepenggal lirik dalam soundtrack filmnya, “lihatlah sekitarmu, masih banyak cinta memerlukan cinta”.2

Dalam penelitian ini, peneliti akan mencoba mendeskripsikan setiap adegan yang menunjukan kepedulian dalam film dengan menggunakan Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce. Model Peirce bersifat semiotik

Pada dasarnya, Rumah Tanpa Jendela ingin mengajak semua orang, untuk bukan cuma memiliki jendela dirumahnya tapi juga memiliki jendela dihatinya masing-masing.

2


(68)

analitis. Peirce menyatakan bahwa semiotik berobjekan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, objek dan makna.Ide dapat dikatakan lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu kepada objek tertentu.3

1. Scene Satu

Teori segi tiga makna (triangle meaning), yang dikemukakan Peirce terdiri atas sign (tanda), object (objek), dan interpretant (interpretan).Dan Peirce membagi tanda ke dalam tiga tipe, yakni ikon, indeks dan simbol.

Visualisasi: Ikonadalah tanda yang mengandung kemiripan “rupa” sebagaimana dapat dikenali oleh para pemakainya. Pada adegan tersebut terdapat 4 ikon yaitu Aldo dan Nenek dengan baju bersih yang bagus dan Si Mbok serta Rara yang berbaring dengan baju lusuhnya. Pada gambar tersebut terihat juga keempat ikon ada di sebuah ruangan kecil yang berdindingkan triplek.

Indeks Indeks adalah tanda yang memiliki

keterkaitan fenomenal atau eksistensial di antara

3

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 100


(69)

representamendan objeknya. Indeks pada adegan ini ditampilkan melalui gambar sosok orang dengan baju bagus dan bersih identik dengan orang kaya. Dan baju lusuh identik dengan orang miskin. Ruangan kecil yang berdindingkan triplek diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang untuk memiliki rumah yang layak apalagi mewah. Ada ikon yang sedang berbaring menandakan ia sedang sakit dan tiga ikon lainnya sedang menjenguk.

Simbol Simbol adalah tanda yang dirancang

untuk menjadikan sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan dalam konteks spesifik. Simbol yang muncul adalah adanya sikap kepedulian yang ditunjukan oleh Aldo dan Nenek kepada Rara yang sedang sakit. Dari gambar tersebut ada perbedaan status sosial yang terlihat dari kondisi pakaian, menunjukan bahwa seseorang yang memiliki sikap


(70)

kepedulian, tidak mementingkan status sosial. Dan menunjukan kepedulian ternyata tidak perlu cara yang rumit, kepedulian juga tercermin dari kegiatan menjenguk orang sakit.

2. Scene Dua

Visualisasi: Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan “rupa” sebagaimana dapat dikenali oleh para pemakainya. Pada adegan tersebut terlihat Aldo dan Kak Adam berkunjung ke Sekolah Singgah di perkampungan kumuh. Dan terlihat juga anak-anak murid Sekolah Singgah yang sedang rebutan buku dari dalam kardus yang dipegang oleh Bu Guru Alya.

Indeks Indeks adalah tanda yang memiliki

keterkaitan fenomenal atau eksistensial di antara representamen dan objeknya. Indeks pada adegan ini ditampilkan melalui adegan anak murid Sekolah Singgah yang rebutan


(71)

mengambil buku yang di bawa Aldo dan Kak Adam menyiratkan bahwa mereka antusias dalam menuntut ilmu, minat baca mereka tinggi. Sedangkan kardus yang digunakan Aldo dan Kak Adam untuk membawa buku menandakan kesederhanaan.

Simbol Simbol adalah tanda yang dirancang

untuk menjadikan sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan dalam konteks spesifik. Simbol yang muncul adalah berbagi adalah bentuk kepedulian yang paling sederhana. Membahagiakan orang lain dan diri sendiri adalah tujuan dari berbagi. Tidak peduli, kecil-besar, banyak-sedikit barang yang dibagikan, niscaya bisa bermanfaat untuk orang lain. Dan minat baca anak-anak yang justru punya keterbatasan biaya dalam pendidikan justru lebih menyadari bahwa membaca adalah jendela dunia.


(72)

3. Scene Tiga

Visualisasi: Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan “rupa” sebagaimana dapat dikenali oleh para pemakainya. Pada adegan tersebut terlihat Raga yang sedang menggenggam kusen jendela dan seorang laki-laki yang sedang memegang pikulan ikan hias.

Indeks Indeks adalah tanda yang memiliki

keterkaitan fenomenal atau eksistensial di antara representamen dan objeknya. Indeks pada adegan ini ditampilkan melalui ekspresi gembira dan penuh syukur yang terlihat di wajah Raga karena berhasil mendapatkan kusen jendela untuk Rara yang ditukar dengan dagangan ikannya pada tukang loak.

Simbol Simbol adalah tanda yang dirancang untuk

menjadikan sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan dalam konteks spesifik. Simbol yang muncul adalah kepedulian yang tinggi justru di


(73)

perlihatkan oleh tukang loak, orang yang sama-sama tidak memiliki harta berlebih. Ia mau menukarkan barangnya dengan pikulan ikan hias milik Raga.

4. Scene Empat

Visualisasi: Ikon, adalah tanda yang mengandung kemiripan “rupa” sebagaimana dapat dikenali oleh para pemakainya. Pada adegan tersebut terlihat ada dua ikon. Ada Si Mbok yang sedang berbaring dengan selang infuse dan masker oksigen di Rumah Sakit. Dan ikon kedua adalah Rara yang sedang sholat di samping Si Mbok yang terbaring. Terlihat juga ada sebuah Al-Qur’an di meja samping tempat tidur Si Mbok.

Indeks Indeks adalah tanda yang memiliki

keterkaitan fenomenal atau eksistensial di antara representamen dan objeknya. Indeks pada adegan ini ditampilkan


(74)

melalui Rara yang sedang sholat menandakan Rara adalah seorang Muslimah dan sholat adalah salah satu cara Rara berdoa untuk kesembuhan Si Mbok. Si Mbok yang berbaring lemas dengan selang infuse dan masker oksigen identik sebagai orang yang sedang sakit dan butuh perawatan juga doa agar bisa kembali pulih. Al-Qur’an yang ada di meja samping tempat tidur Si Mbok dapat diartikan bahwa orang yang menemani atau menjenguk Si Mbok sering memperdengarkan lantunan ayat-ayat suci untuk Si Mbok.

Simbol Simbol adalah tanda yang dirancang untuk

menjadikan sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan dalam konteks spesifik. Simbol yang muncul adalah berdoa dan selalu menemani adalah bentuk kepedulian yang paling dasar dan pasti dilakukan oleh setiap orang saat ada keluarga yang sedang sakit atau tertimpa musibah.


(1)

Prof. Dr. Hamidi, M.Si, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian, (Malang: UMM Press, 2010)

Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006)

Susanti, Kusumaning Dwi. “Analisis Struktural Dan Kajian Religiusitas Tokoh Dalam Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia”, Jurnal Skripsi (Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Semarang, 2013)

Tim Peneliti Fakultas Psikologi UI, Psikologi Sosial, Jakarta: Salemba Humanika, 2011.

Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011

Sumber lain:

Aditya Gumay. Wawancara Langsung. Jum’at, 24 Januari 2014 di Lokasi syuting, Depok.

Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela, tanggal 26 September 2014, 3:48 PM.

http://dimas-p-a-fib11.web.unair.ac.id/artikel_detail-104726-EtikadanKepribadian-KepedulianSosial.html, diakses pada tanggal 11 Januari 2015

diakses pada tanggal 8 Februari 2013


(2)

80

pada

tanggal 12 Juni 2013

8 Februari 2013

Sumber gambar dari

Sumber gambar dari http://img.lensaindonesia.com/thumb/350-630-1/uploads--1--2013--03--93115-raffi-ahmad-cs-ngadu-ke-dpr.jpg, diakses pada tanggal 11 Juni 2013

Sumber gambar dari diakses pada tanggal 15 Mei 2013

Sumber gambar dari

diakses pada tanggal 15 Mei 2013

Sumber gambar dari

Sumber gambar dari vlcsnap-2013-05-03-13h43m49s242 Sumber gambar dari vlcsnap-2013-05-03-13h45m11s50 Sumber gambar dari vlcsnap-2013-05-03-13h48m31s250


(3)

(4)

81

Lampiran 1

Poster Film Rumah Tanpa Jendela


(5)

Lampiran 4


(6)

83

Lampiran 3

Foto bersama Aditya Gumay dan Adenin Adlan (Sutradara dan Produser Rumah Tanpa Jendela)