Aturan Permainan Tahap-tahap permainan

Sebelum bermain tentu saja harus ada persiapan, baik berupa sarana maupun prasarana. Sarananya adalah gasiang dan benang untuk memainkannya. Prasarana adalah tempat bermain yaitu lapangan tanah yang tidak berbatu, dan tidak berumput, serta datar. Dan terakhir yang penting adalah anak-anak yang akan ikut bermain gasiang. Biasanya anak-anak yang ikut bermain itu sebelum bertanding harus melatih diri sendiri, bagaimana cara melemparkan gasiang supaya hidup. Tanpa latihan tentu mengalami kesulitan dalam bermain. Orang yang tidak pandai memainkan gasiang, akan menyebabkan gasiang itu sering mati dan kurang lama hidupnya berputar. Oleh sebab itu latihan adalah penting sebelum kita ikut main yang sesungguhnya.

b. Aturan Permainan

Adapun aturan permainannya adalah sebagai berikut: 1. Peserta harus memiliki gasiang. 2. Harus ada lingkaran yang luasnya paling kurang 30cm, tempat untuk meletakkan gasiang. 3. Peserta tidak boleh panas hati dalam permainan. 4. Mempunyai gasiang cadangan.

c. Tahap-tahap permainan

Mula-mula dibuat sebuah lingkaran yang luasny 30cm. Dalam lingkaran tersebut diletakkan sebuah kerikil atau putik jambu. Semua peserta boleh mulai melemparkan gasiangnya ke sasaran putik jambu tersebut. Barang siapa yang dapat mengeluarkan putik jambu yang ada dalam lingkaran itu, pada tahap tersebut dialah yang menang, maka seluruh gasiang yang lain harus dimasukkan dalam lingkaran itu. Universitas Sumatera Utara Pemenang tersebut mulailah menghantamkan gasiangnya ke tumpukan gasiang lawannya yang berada dalam lingkaran itu.biasanya dalam beberapa kali lemparan saja, sudah ada gasiang yang kena dan terlempar ke luar dari garis lingkaran itu. Kalau dalam lemparan itu gasiang lawannya kena dan keluar semuanya, maka gasiang tersebut harus dimasukkan kembali semuanya. Siapa gasiangnya yang tidak keluar dari sejumlah gasiang yang ada dalam lingkaran itu, maka gasiang yang tinggal tersebutlah yang dihantam bersama- sama. Siapa diantara lawan yang waktu memukul itu gasiangnya mati, dengan arti kata tidak mau berputar, maka gasiang tersebut harus dimasukkan ke dalam lingkaran tadi. Kalau dalam permainan itu ada gasiang yang pecah kena hantam, maka peserta tersebut harus menukar gasiangnya dengan yang baru, kalau ingin ikut terus bermain juga. Oleh sebab itu seorang peserta main gasiang harus memiliki paling kurang dua buah gasiang. Demikianlah permainan itu berjalan terus menerus sampai anak-anak tersebut menjadi bosan dan menghentikan permainan atas kesepakatan bersama. Biasanya sesudah main itu,anak-anak tersebut akan meneliti gasiang mereka masing-masing, berapa kali gasiang tersebut kena hantam dalam permainan tersebut. Ini bisa saja dilihat berapa jejak paku yang membekas pada gasiang mereka. Yang paling banyak jejak paku pada gasiangnya, itulah yang dianggap kalah. Jadi permainan gasiang hanya sekedar hiburan untuk anak-anak. Ada juga main gasiang yang dipertandingkan lama hidupnya atau lama berputarnya dalam satu kali lemparan. Kalau gasiang itu cepat matinya, maka gasiang tersebut dianggap kalah. Permainan yang seperti ini biasanya diikuti Universitas Sumatera Utara dengan taruhan. Taruhannya ada yang gasiang, kadangkala ada pula berupa uang. Siapa yang kalah harus menyerahkan gasiangnya kepada lawannya.

d. Konsekuensi kalah menang