Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP Tarif Pajak

Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar PPh Pasal 21 hasil perhitungan tersebut dibagi 12. 6. Penghitungan PPh Pasal 21 bagi Orang Pribadi yang berstatus bukan sebagai Pegawai Tetap atau Pegawai Tidak Tetap, yang meliputi: a. PPh Pasal 21 bagi tenaga ahli dihitung dengan cara menerapkan tarif 15 x Perkiraan Penghasilan Neto Besarnya Perkiraan Penghasilan Neto = 50 x Jumlah bruto imbalan yang diterima atau diperoleh. b. PPh Pasal 21 bagi distributor multilevel marketing atau direct selling atau kegiatan sejenisnya dihitung dengan cara menerapkan tarif Pasal 17 UU PPh atas jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh selama 1 satu bulan takwim setelah dikurangi PTKP sebulan. c. PPh Pasal 21 bagi selain tenaga ahli dan distributor multilevel marketing atau direct selling atau kegiatan sejenis lainnya, dihitung dengan cara menerapkan tarif Pasal 17 UU PPh atas jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh selama 1 satu bulan takwim.

13. Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP

Besarnya Penghasilan Kena Pajak dari seorang pegawai dihitung berdasarkan Penghasilan Neto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP, yang besarnya sebagai berikut: Tabel 3.2: Tentang Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP Keterangan Setahun Sebulan Untuk diri Wajib Pajak orang pribadi Rp 13.200.000,00 Rp 1.100.000,00 Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin Rp 1.200.000,00 Rp 100.000,00 Tambahan untuk isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami Rp 1.200.000,00 Rp 100.000,00 Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, paling banyak 3 orang. Rp 1.200.000,00 Rp 100.000,00 Sumber : PT. Pertamina EP field P.Susu Bagian Keuangan Tabel PTKP diatas digunakan untuk menghitung besarnya jumlah Penghasilan Kena Pajak dari Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dengan mengurangi besarnya penghasilan neto dengan jumlah PTKP. Disamping untuk dirinya, kepada wajib pajak yang sudah kawin diberikan tambahan PTKP. Bagi Wajib Pajak yang isterinya menerima atau memperoleh penghasilan yang digabung dengan penghasilannya, maka Wajib Pajak tersebut mendapat tambahan PTKP untuk seoarang isteri sebesar Rp 1.200.000,00 satu juta dua ratus ribu rupiah. Wajib Pajak yang mempunyai anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus yang menjadi tanggungan sepenuhnya, misalnya orang tua, mertua, anak kandung, anak angkat, diberikan tambahan PTKP untuk paling banyak 3 tiga orang. Yang dimaksud dengan anggota keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya adalah anggota keluarga yang tidak mempunyai penghasilan dan seluruh biaya hidupnya ditanggung oleh Wajib Pajak.

14. Tarif Pajak

Tarif Pajak PPh Pasal 21 yang digunakan bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah tarif pajak yang diatur dalam Pasal 17 UU PPh, sebagai berikut: Tabel 3.3: Tentang Tarif Pajak Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp 25.000.000,00 5 di atas Rp 25.000.000,00 s.d. Rp 50.000.000,00 10 di atas Rp 50.000.000,00 s.d. Rp 100.000.000,00 15 di atas Rp 100.000.000,00 s.d. Rp 200.000.000,00 25 di atas Rp 200.000.000,00 35 Sumber : PT. Pertamina EP field P.Susu Bagian Keuangan Contoh penghitungan pajak terutang untuk Wajib Pajak orang pribadi Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp 250.000.000,00 Pajak Penghasilan terutang: 5 x Rp 25.000.000,00 = Rp 1.250.000,00 10 x Rp 25.000.000,00 = Rp 2.500.000,00 15 x Rp 50.000.000,00 = Rp 7.500.000,00 25 x Rp 100.000.000,00 = Rp 25.000.000,00 35 x Rp 50.000.000,00 = Rp 17.500.000,00 Rp 53.750.000,00 BAB IV ANALISA DAN EVALUASI 1. Prosedur Pengenaan PPh Terutang Atas Karyawan Tetap pada PT. PERTAMINA EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu Pengenaan PPh Pasal 21 adalah tindakan yang wajib dikenakan oleh petugas pajak pada setiap Wajib Pajak yang penghasilannya telah memenuhi syarat untuk pengenaan pajak. Pada PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu Wajib Pajak yang telah memenuhi syarat untuk dikenakan PPh Pasal 21 khususnya untuk karyawan tetap yang berjumlah 94 orang baik itu pekerja utama, madya, dan biasa lihat Tabel 2.1. Maka, PT. Pertamina sebagai pemberi kerja sekaligus pemotong PPh Pasal 21 bagi karyawannya mempunyai kewajiban untuk menghitung, memotong, menyetor, dan melaporkan kewajiban PPh Pasal 21 bagi karyawan tetapnya tersebut. Kegiatan tesebut dilakukan oleh bendahara perusahaan, sebagai berikut: 1. Pengecekan pada daftar gaji karyawan Sebelum mendaftarkan karyawannya untuk menjadi seorang Wajib Pajak dan memperoleh NPWP, PT. Pertamina terlebih dahulu melakukan pengecekan guna mengklasifikasi besar gaji atau penghasilan karyawan, pengklasifikasian itulah nantinya akan diketahui berapa jumlah karyawan yang menjadi wajib pajak dan layak mendapatkan NPWP. 2. Pendaftaran ke Kantor Pelayanan Pajak Setelah diketahui berapa banyak karyawan yang wajib membayar PPh Pasal 21, PT. Pertamina memberikan daftar nama karyawan berikut lampiran daftar gaji yang menunjukkan besar gaji karyawan tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak dimana PT. Pertamina tersebut terdaftar. Selanjutnya pihak KPP memberikan balasan daftar nama karyawan yang wajib membayar pajak berikut dengan formulir-formulir, SPT dan berkas-berkas lain yang diperlukan pemotong pajak dalam pelaporan. 3. Pemotongan gaji karyawan PT. Pertamina Untuk memberi kemudahan dalam pembayaran kewajiban PPh Pasal 21 bagi karyawannya, PT. Pertamina langsung memotong gaji karyawan setiap bulannya dan tentu saja pemotongan ini berdasarkan berapa jumlah PPh terutang pada setiap karyawan. Selain itu, sistem pemotongan ini juga sangat membantu dalam menghindari penunggakan hutang pajak yang dapat menimbulkan denda administrasi apabila PPh terutang tidak terpenuhi atau tidak disetor tepat pada waktunya. 2. Dampak Prosedur Pengenaan PPh Terutang Atas Karyawan PT. PERTAMINA EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu Prosedur pengenaan PPh terutang atas karyawan PT. PERTAMINA sudah cukup efisien, tetapi tetap saja mempunyai kekurangan dan kelebihan, dan ini mengakibatkan adanya dampak positif dan dampak negatif: 1. Dampak positifnya, yaitu: a. Karyawan yang telah mempunyai kewajiban perpajakan khususnya PPh Pasal 21 sangat kecil kemugkinan mengalami penunggakan atas PPh terutang, karena adanya rutinitas pemotongan gaji setiap bulan. b. Karyawan tidak direpotkan dengan segala urusan yang menyangkut kewajiban pemenuhan perpajakan, karena semuanya telah ditangani oleh pihak perusahaan. c. Semakin kecilnya kemungkinan bagi para wajib pajak untuk melakukan penghindaran diri dari kewajiban perpajakannya. 2. Dampak negatifnya, yaitu: a. Karyawan menjadi semakin acuh terhadap hal-hal yang menyangkut urusan perpajakan b. Karyawan buta akan segala hal dalam pemenuhan kewajiban perpajakan maupun hal yang menyangkut denda atau urusan administrasi lain. 3. Prosedur Penghitungan PPh Pasal 21 Atas Karyawan PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu Setelah melakukan pengecekan daftar gaji karyawan dan pendaftaran ke Kantor Pelayanan Pajak, bendahara akan menghitung berapa besar PPh Pasal 21 yang dikenakan pada tiap-tiap karyawan sesuai dengan gaji dan PTKP yang dimilikinya. Dalam proses penghitungan dilakukan beberapa langkah yang ditempuh, diantaranya: a. Penghitungan PPh Pasal 21 atas karyawan PT. PERTAMINA, terlebih dahulu dicari seluruh penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh karyawan selama sebulan, yang meliputi seluruh gaji pokok, segala jenis tunjangan dan pembayaran teratur lainnya, termasuk uang lembur overtime dan pembayaran sejenisnya. h. Selanjutnya dihitung jumlah penghasilan neto sebulan yang diperoleh dengan cara mengurangi penghasilan bruto sebulan dengan biaya jabatan yaitu 5 dari penghasilan bruto, maksimum Rp 1.296.000,00 setahun atau Rp 108.000,00 sebulan, iuran pensiun, iuran Jaminan Hari Tua yang dibayar sendiri oleh pegawai yang bersangkutan dan biaya-biaya lainnya. i. Selanjutnya dihitung penghasilan neto setahun, yaitu jumlah penghasilan neto sebulan dikalikan 12. j. Selanjutnya dihitung Penghasilan Kena Pajak sebagai dasar penerapan tarif Pasal 17 UU PPh sebesar Penghasilan neto setahun dikurangi dengan PTKP. k. Setelah diperoleh PPh terutang dengan menerapkan tarif Pasal 17 UU PPh terhadap Penghasilan Kena Pajak selanjutnya dihitung PPh Pasal 21 sebulan, yang harus dipotong dan disetor tiap bulan oleh PT. PERTAMINA sebagai pemotong pajak bagi karyawannya. Berikut ini adalah hasil rekapitulasi yang dilakukan oleh bendaharawan perusahaan PT. PERTAMINA terhadap seluruh jumlah pembayaran PPh Pasal 21 atas karyawannya yang dilakukan tiap bulan dalam setahun: Tabel 4.4: REKAPITULASI BUKTI SETOR PPH PASAL 21 PT PERTAMINA EP FIELD PKL. SUSU MASA PAJAK TAHUN 2007 NO BULAN NILAI dalam Rupiah PERSENTASI 1 JANUARI 129,535,136.0 3,83 2 FEBRUARI 193,633,951.0 5,73 3 MARET 95,037,474.0 2,81 4 APRIL 105,408,247.0 3,12 5 MEI 737,304,330.0 21,84 6 JUNI 113,372,016.0 3,35 7 JULI 251,398,944.0 7,44 8 AGUSTUS 212,741,707.0 6,30 9 SEPTEMBER 459,774,981.0 13,62 10 OKTOBER 174,267,729.0 5,16 11 NOPEMBER 142,252,095.0 4,21 12 DESEMBER 760,675,286.0 22,53 TOTAL 3,375,401,896.0 100 Sumber : PT. Pertamina EP field P.Susu Bag. Keuangan Tabel diatas menunjukkan bahwa pembayaran PPh Pasal 21 atas karyawan PT. Pertamina EP Field Pkl. Susu Masa Pajak Tahun 2007 untuk bulan Desember memiliki jumlah paling terbesar yaitu Rp 760.675.286,00 atau dengan persentase 22,53, sedangkan jumlah pembayaran PPh Pasal 21 paling terkecil pada bulan Maret yaitu sebesar Rp 95.037.474,00 atau dengan persentase 2,81. Total seluruh penyetoran yang dilakukan PT. Pertamina untuk PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak 2007 sebesar Rp 3.375.401.896,00 dan akan dilaporkan kembali pada akhir Masa Pajak dengan menggunakan SPT Tahunan.

4. Contoh Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 21 Terhadap Penghasilan Karyawan Tetap