Permasalahan Tujuan Penelitian Hipotesis Manfaat Penelitian

0 121 3 45 4 6 12 7 8 9: ; 5 9: = 5 :9 9 7824 8 4 ?8 2 =1 6 1 4 0 6 42 8 2 5 19 ;8?8 6 =4219 8 A 8?8 2 B 12 8 2 77 : 3 8 27 8 2 A 12 C8 28 D8 1 9 8 ; B 9E 4 2 4 F : 085 1 9 8 G5 8 9 8H

1.2. Permasalahan

I?86 :2 6 19 08 8 3 8;82 J 8 2 7 ? 4 : :2 ?8380 6 121 3 45 482 424 8?8 3 8; 868= 8; 5 9:= 5 :9 9 78 248 4 ?8 2 = 1 6 1 0 406 4 2 82 K19 6 12 789: ; 5 19 ; 8?86 =4 21 9 8 A 8 ? 8 2 B 12 8 2 7 7: 3 8 27 8 2 A 12 C 82 8 D 8 19 8; B 9E 4 2 4 F : 0 8 5 1 9 8 G5 8 9 8H

1.3. Tujuan Penelitian

L : : 8 2 6 1 21 3 4 5 48 2 4 24 8 ?8 3 8 ; :2 5 := 0 12 782 83 4 4 6 1 2 78 9: ; 5 9:= 5 :9 9 7 8 24 8 4 ?8 2 =1 6 1 4 0 6 42 8 2 5 19 ; 8 ? 86 =4 2 19 8 A 8 ?8 2 B 12 8 277: 38 278 2 A 12C82 8 D8 198; B 9 E4 24 F : 085 1 9 8 G5 898H

1.4. Hipotesis

M 4 6 5 14 6 121 3 45 4 8 2 8?838; 5 19 ?86 85 6 127 8 9 : ; F 5 9:= 5 :9 9 7 8 24 8 4 ?8 2 =1 6 1 4 0 6 42 8 2 5 19 ; 8?86 =4219 8 A 8? 8 2 B 1 2 8 277: 3 8278 2 A 12C8 28 D 8 198; B 9E42 4 F : 085 1 9 8 G5 898H

1.5. Manfaat Penelitian

N82O 885 ? 8 94 6 121 3 4 5 4 8 2 4 2 4 8 2 58 9 8 3 84 2 P QH N 1 K19 4 = 82 4 2O 9 08 4 = 1 68?8 A 8?82 B 12 8 277: 3 8 2 7 8 2 A 12 C8 28 D 8 19 8; B 9E42 4 F : 085 1 9 8 G5 898 5 12 58 27 = 8 4 8 2 5 9 := 5 :9 97 8 24 8 4 ?8 2 =1 61 4 06 4 2 8 2 J 82 7 K19 ; :K:27 8 2 ? 127 8 2 =42 19 8H Universitas Sumatera Utara ST U VWXY Z[Z\[] Y _ Y ` a V ` b c Z X \[Vd [ W` X V Y ` XeXe V _ _ V d W [] Y b W f[ V dV ZV g[ Z [ V e X Zh [] f _ i ] dV be eb f c Z Y [h[ Vj V V T Universitas Sumatera Utara 9 BAB k T l m n o UA m p USTA q A r s r s q inerja Kinerja adalah hasil pencapaian dari usaha yang telah dilakukan yang dapat diukur dengan indikator-indikator tertentu Fuad, 2004. Kinerja adalah penampilan hasil karya personil, baik secara kualitas maupun kuantitas dalam suatu organisasi Ilyas, 2001. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personil. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personil yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan personil di dalam organisasi. Menurut Robbins 2006, kinerja merupakan fungsi interaksi antara kemampuan atau a bility A, motivasi atau mo tiva tio n t dan kesempatan atau o ppo rtunity u . Gibson,et.al 1994 mengatakan, kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. Kinerja organisasi adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi, dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi tersebut . Pendapat lain mengatakan bahwa kinerja organisasi adalah untuk melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakan sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan. Universitas Sumatera Utara Kinerja merupakan sesuatu yang telah dicapai oleh organisasi dalam kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan input v o utput v o utco me v benefit v maupun impa ct Sobandi dkk,2006. Hasil kerja yang dicapai oleh aparatur suatu instansi dalam menjalankan tugasnya dalam kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan input v o utput v o utco me v benefit v maupun impa ct dengan tanggung jawab dapat mempermudah arah penataan organisasi pemerintahan. Adanya hasil kerja yang dicapai oleh aparatur dengan penuh tanggung jawab akan tercapai peningkatan kinerja yang efektif dan efisien. Organisasi pemerintahan menggunakan alat untuk mengukur suatu kinerja birokrasi publik, indikator yang digunakan menurut Sobandi dan para ahli lainnya dalam bukunya yang berjudul “Desentralisasi dan Tuntutan Penataan Kelembagaan Daerah” sebagai berikut: 1. Keluaran Output 2. Hasil 3. Kaitan Usaha dengan Pencapaian 4. Informasi Penjelas Pertama v o utput adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik sarana dan prasarana atau pun non fisik pelatihan. Suatu kegiatan yang berupa fisik maupun non fisik yang diharapkan oleh suatu organisasi atau instansi dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Ukuran o utput Universitas Sumatera Utara disini dapat dilihat dari dua sub indikator yaitu kualitas sumber daya aparatur yang ada di BPBD Sumatera Utara. Kedua w hasil adalah mengukur pencapaian atau hasil yang terjadi karena pemberian layanan. Maka segala sesuatu kegiatan yang dilakukan atau dilaksanakan oleh suatu organisasi atau instansi harus dapat memberikan efek langsung dari kegiatan tersebut. Ketiga w kaitan usaha dengan pencapaian adalah usaha yang dilakukan oleh BPBD Sumatera Utara dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat bisa tercapai sesuai kegiatan penanggulangan bencana di Sumatera Utara. Keempat, informasi penjelas adalah suatu informasi yang harus disertakan dalam pelaporan kinerja yang mencakup informasi kuantitatif dan naratif. Membantu pengguna untuk memahami ukuran kinerja yang dilaporkan, menilai kinerja organisasi BPBD, dan mengevaluasi signifikansi faktor yang akan mempengaruhi kinerja yang dilaporkan. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pencapaian kinerja organisasi sebagai berikut: 1. Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan untuk mengahasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi. semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut. 2. Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi. Universitas Sumatera Utara 3. Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan ruangan, dan kebersihan. 4. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan. 5. Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasi agar bekerja sesuai dengan standar dan tujuan organisasi. 2. Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi, imbalan, promosi dan lainnya Ruki, 2001. xyzyzy { enilaian kinerja Kinerja organisasi atau kinerja perusahaan merupakan indikator tingkatan prestasi yang dapat dicapai dan mencerminkan keberhasilan manajerpengusaha. Kinerja merupakan hasil yang dicapai dari perilaku anggota organisasi demikian Gibson dalam Soedjono 2005 Menurut para ahli Robbins, 2006, penilaian kinerja dapat dilaksanakan oleh berbagai pihak, yaitu: 1. Atasan langsung. 2. Rekan kerja. 3. Diri sendiri. 4. Bawahan langsung y 5. Penilaian 360 derajat. Penilaian dan evaluasi terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sangat penting dan harus dilaksanakan oleh evaluator secara profesional dan penuh Universitas Sumatera Utara tanggungjawab. Hal tersebut diharapkan dapat memberikan stimulasi bagi para pejabat instansi pemerintah untuk terus berusaha menyempurnakan praktik-praktik penyelenggaraan pemerintahan yang baik berdasarkan prinsip-prinsip go o d go verna nce dan fungsi-fungsi manajemen yang berbasis kinerja secara taat azas dan berkelanjutan. Perbaikan go verna nce dan sistem manajemen merupakan agenda penting dalam reformasi pemerintahan yang sedang dijalankan oleh pemerintah. Sistem manajemen pemerintahan yang berfokus pada peningkatan akuntabilitas dan sekaligus peningkatan kinerja berorientasi pada hasil o utco me dikenal sebagai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Sistem AKIP. Sistem AKIP diimplementasikan secara “self a ssesment” oleh masing-masing instansi pemerintah. Ini berarti instansi pemerintah seperti halnya BPBD Provinsi Sumatera Utara dapat merencanakan sendiri, melaksanakan, mengukur dan memantau kinerjanya sendiri serta melaporkannya sendiri kepada instansi yang lebih tinggi KepMenPANRB,2010. |}|} ~ epemimpinan |}|}} € engertian ~ epemimpinan Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk pencapaian tujuan. Bentuk pengaruh tersebut dapat secara formal seperti tingkat manajerial pada suatu organisasi. Karena posisi manajemen terdiri atas tingkatan yang biasanya menggambarkan otoritas, seorang individu bisa Universitas Sumatera Utara mengasumsikan suatu peran kepemimpinan sebagai akibat dari posisi yang ia pegang pada organisasi tersebut Robbins, 2006. Bagaimana seorang pimpinan memimpin terutama akan dipengaruhi oleh hal – hal sebagai berikut : a. Gaya kepemimpinan : Kenyataan bahwa kepribadian atau pengalaman masa lampau seorang pimpinan membantu membentuk gaya kepemimpinannya tidak berarti bahwa gaya tersebut tidak dapat diubah. Pimpinan belajar bahwa gaya tertentu memberikan hasil lebih baik bagi mereka dari pada gaya lainnya. Akan tetapi, perlu diingat bahwa pimpinan yang mencoba memilih gaya yang sangat tidak sesuai dengan kepribadian dasarnya mustahil menggunakan gaya tersebut secara efektif b. Karakteristik bawahan : Bawahan memainkan peranan penting dalam mempengaruhi gaya kepemimpinan. Tanggapan bawahan terhadap kepemimpinan menentukan seberapa jauh pimpinan yang bersangkutan akan efektif Suatu organisasi yang berhasil dalam mencapai tujuannya serta mampu memenuhi tanggung jawab sosialnya akan sangat tergantung pada para manajernya pimpinannya. Apabila manajer mampu melaksanakan fungsi-fungsinya dengan baik, sangat mungkin organisasi tersebut akan dapat mencapai sasarannya. Sebab itu organisasi membutuhkan pemimpin yang efektif, yang mempunyai kemampuan mempengaruhi perilaku anggotanya atau anak buahnya. Jadi, seorang kepala suatu organisasi akan diakui sebagai seorang pemimpin apabila ia dapat mempunyai Universitas Sumatera Utara pengaruh dan mampu mengarahkan bawahannya ke arah pencapaian tujuan organisasi. Dalam Siagian 2002, kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain dalam hal ini para bawahannya sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak disenangi. Dalam memelihara komitmen organisasi, peran seorang pemimpin sangat dibutuhkan dan kepemimpinan yang efektif menjadi syarat utama. Kepemimpinan yang efektif dapat membantu organisasi untuk bertahan dalam situasi ketidakpastian di masa datang Katz dan Khan; Koh et al; Mowday et al, dalam Desianty, 2005. Selain itu,Gibson et.al 1996 mengatakan bahwa kepemimpinan lea dersh ip merupakan suatu usaha menggunakan pengaruh untuk memotivasi individu dalam mencapai beberapa tujuan. ‚‚‚ ƒ enilaian „ epemimpinan Dalam menjalankan tugas pemimpin memiliki tiga pola dasar gaya kepemimpinan yaitu yang mementingkan pelaksanaan tugas, yang mementingkan hubungan kerjasama, dan yang mementingkan hasil yang dapat dicapai. Dalam Teori Jalur Tujuan Pa th … o a l T h eo ry yang dikembangkan oleh Robert House dalam Kreitner dan Kinicki 2005 menyatakan bahwa pemimpin mendorong kinerja yang lebih tinggi dengan cara memberikan kegiatan-kegiatan yang mempengaruhi bawahannya agar percaya bahwa hasil yang berharga bisa dicapai Universitas Sumatera Utara dengan usaha yang serius. Kepemimpinan yang berlaku secara universal menghasilkan tingkat kinerja dan kepuasan bawahan yang tinggi. Teori ini juga menggambarkan bagaimana persepsi harapan dipengaruhi oleh hubungan kontijensi diantara gaya kepemimpinan dan berbagai sikap dan perilaku karyawan. Perilaku pemimpin memberikan motivasi sampai tingkat 1 mengurangi halangan jalan yang mengganggu pencapaian tujuan, 2 memberikan panduan dan dukungan yang dibutuhkan oleh para karyawan, dan 3 mengaitkan penghargaan yang berarti terhadap pencapaian tujuan. Reddin dalam Sutarto 2001 seorang profesor dan konsultan dari Kanada memperkenalkan tiga dimensi kepemimpinan. Dimana selain efektivitas, Reddin juga melihat gaya kepemimpinan selalu dipulangkan pada dua hal mendasar, yakni Gambar †‡† ˆ‰ oses Š epemimpinan ‹Œ ur Tujuan Pemimpin mengidentifikasi kebutuhan pegawai Penetapan tujuan yang tepat Pemimpin mengaitkan imbalan dengan tujuan Pemimpin membantu pegawai dengan memperjelas jalur pencapaian tujuan Pegawai merasa puas dan termotivasi, dan mereka menerima pemimpin Timbul prestasi yang efektif Pegawai dan perusahaan mencapai tujuan mereka dengan yg lebih baik Universitas Sumatera Utara hubungan pemimpin dengan tugas dan hubugan kerja. Model yang dibangunnya adalah gaya kepemimpinan yang cocok dan yang mempunyai pengaruh terhadap lingkungannya. Dari gambar tersebut, kotak di tengah merupakan gaya dasar kepemimpinan seoarang manajer, seterusnya bisa ditarik ke atas dan ke bawah, menjadi gaya yang efektif dan tidak efektif. Ž ‘ rganisasi Menurut Gibson 1996, Organisasi adalah kesatuan yang memungkinkan masyarakat mencapai suatu tujuan yang tidak dapat dicapai individu secara perorangan. Tujuan dan sasaran organisasi dapat dicapai lebih efesien dan efektif ’ eefektifan Gaya Efektif Pengemba ng Ekesekutif Birokrat Otokrat yg baik hati Gaya Dasar Hubungan Terpadu Terpisah Task “ rientasi hubungan ” rientasi Tugas Gaya Tidak Efektif Misionari Kompro mi Lari dari tugas Otokratis Gambar Ž • iga Dimensi – epemimpinan Universitas Sumatera Utara melalui tindakan-tindakan dan kelompok yang diselenggarakan dengan persetujuan bersama. Menurut Robbins 2006, dinyatakan bahwa organisasi adalah satuan sosial yang terkordinasi secara sadar, terdiri dari dua orang atau lebih yang berfungsi atas dasar yang relatif kontiniu untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan bersama. Aspek struktur, budaya dan sumber-daya manusia merupakan karakteristik yang selalu muncul bila peneliti mempelajari organisasi yang inovatif Robbins,2006. Apa yang dikatakan Robbins ternyata didukung oleh suatu tinjauan menyeluruh atas persoalan inovasi yaitu struktur organik secara positif mempengaruhi inovasi Damanpour,1991. Struktur organik ini lebih rendah dalam diferensiasi vertikal, formalisasi dan sentralisasi, organisasi organik mempermudah fleksibilitas, penyesuaian dan interaksi silang yang membuat penerapan inovasi lebih mudah. Dalam struktur organik juga mendorong terjadinya komunikasi antar unit tinggi, misalnya saja ada komite, satuan tugas, tim silang - fungsional dan mekanisme lain yang mempermudah interaksi melintasi garis-garis departemental Monge, et al:1992. Keberhasilan organisasi pada umumnya diukur dengan konsep efektivitas. Menurut Sutrisno 2011 — ada empat kelompok variabel yang berpengaruh terhadap efektivitas organisasi ialah : Karakteristik organisasi, termasuk struktur dan tehnologi, Karakteristik lingkungan, termasuk lingkungan intern dan lingkungan ekstern, Karakteristik karyawan dan Kebijakan praktik manajemen kepemimpinan. Universitas Sumatera Utara ˜™š™›™ Struktur œ rganisasi Menurut Sule dan Saefullah 2006  Dalam proses pengorganisasian, manajer mengalokasikan keseluruhan sumber daya organisasi sesuai dengan rencana yang telah dibuat berdasarkan suatu kerangka kerja organisasi tertentu. Kerangka kerja organisasi tersebut disebut sebagai disain organisasi o rga niza tio na l design. Bentuk spesifik dari kerangka kerja organisasi dinamakan dengan Struktur Organisasi Orga niza tio na l žŸ ructure. Struktur organisasi menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Struktur ini mengandung unsur sosialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan Handoko, 1999 ™ Pendapat Stoner,et al dalam Sule saefullah 2006, ada empat pilar ¡¢ lding £ o cks yang menjadi dasar untuk melakukan proses pengorganisasian. Keempat pilar tersebut adalah 1 pembagian kerja divisio n o f wo rk ¤ 2 Pengelompokkan pekerjaan ¥ epa rtementa liza tio n ¤ 3 Penentuan relasi antar-bagian dalam organisasi Hiera rch y ¤ serta 4 Penentuan mekanisme untuk mengintegerasikan aktivitas antar-bagian dalam organisasi atau koordinasi Co o rdina tio n . Robbins dalam Sutrisno 2011 mengemukakan bahwa teori organisasi memberikan jawaban lain terhadap pertanyaan : Apa yang membuat organisasi efektif ? Jawabnya adalah struktur organisasi yang tepat. Dalam perspektif historis, perkembangan studi tentang struktur organisasi dapat ditarik dua pendekatan utama, Universitas Sumatera Utara yaitu struktur organisasi birokratis dan sturktur organisasi fleksibel sebagai pendekatan modern-kontemporer. ¦§¨§ Badan © enanggulangan Bencana Daerah Dalam Pasal 5 UU No. 242007 disebutkan pemerintah dan pemerintah daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Pasal 8 UU no. 24 2007 dijelaskan bahwa tanggung jawab pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi: 1. Penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana sesuai dengan standar pelayanan minimum. 2. Pelindungan masyarakat dari dampak bencana. 3. Pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana dengan program pembangunan, dan 4. pengalokasian dana penanggulangan bencana dalam anggaran pendapatan belanja daerah yang memadai. Dalam Peraturan Mendagri No. 46 tahun 2008, dijelaskan tentang struktur, kedudukan, tugas dan fungsi BPBD propinsi. 1. BPBD provinsi mempunyai tugas: a. menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan setara; b. menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan Universitas Sumatera Utara bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan; c. menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana; d. menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana; e. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Kepala Daerah setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana; f. mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang; g. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari anggaran pendapatan dan belanja daerah; dan h. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2. BPBD provinsi mempunyai fungsi: a. Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat, tepat, efektif dan efisien; dan b. pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh. ª«¬«­« Struktur B ® BD Untuk menyelenggarakan penanggulangan bencana di propinsi , pemerintah daerah membentuk badan penanggulangan bencana daerah BPBD . Dalam membentuk BPBD, pemerintah provinsi berkoordinasi dengan BNPB. Dalam Peraturan Kepala BNPB No. 3 tahun 2008 dan KepMendagri No. 48 tahun 2008 dan diimplementasikan dalam Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara Perda Sumut No 6 tahun 2009, dimana dijelaskan bahwa struktur organisasi BPBD Universitas Sumatera Utara propinsi memliki keunikan sendiri dibanding instansi yang terbentuk berdasarkan Perda Sumut No 6 tahun 2009 tersebut yang terdiri dari : kepala BPBD yang dijabat secara rangkap ex-officio oleh sekretaris daerah pejabat eselon I dan memiliki perangkat 2 buah yaitu unsur pengarah dan unsur pelaksana penanggulangan bencana. Kepala BPBD propinsi bertanggungjawab langsung kepada gubernur. 1. Tugas dan fungsi unsur pengarah i.Unsur pengarah mempunyai tugas memberikan masukan dan saran kepada kepala BPBD dalam penanggulangan bencana. ii.Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud butir i, unsur pengarah menyelenggarakan fungsi : 1. perumusan kebijakan penanggulangan bencana daerah. 2. Pemantauan. 3. evaluasi dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. 2. Unsur pelaksana penanggulangan bencana Unsur pelaksana penanggulangan bencana yang selanjutnya disebut dengan unsur pelaksana berada di bawah dan bertanggungjawab kepada kepala BPBD. Unsur pelaksana mempunyai tugas melaksanakan penanggulangan bencana yang meliputi prabencana, saat tanggap darurat, dan pascabencana secara terintegrasi. a. Unsur pelaksana dipimpin oleh seorang kepala pelaksana eselon II yang membantu kepala BPBD dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi unsur pelaksana dan menjalankan tugas kepala BPBD sehari-hari. b. Susunan organisasi unsur pelaksana BPBD terdiri atas: Universitas Sumatera Utara 1. Kepala pelaksana 2. Sekretariat unsur pelaksana 3. Bidang pencegahan dan kesiapsiagaan 4. Bidang kedaruratan dan logistik, dan 5. Bidang rehabilitasi dan rekonstruksi. c. Tugas dan fungsi masing-masing unit di lingkungan unsur pelaksana BPBD sebagai berikut: 1. Sekretariat unsur pelaksana dipimpin oleh kepala sekretariat yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala pelaksana. a. Kepala sekretariat mempunyai tugas membantu kepala pelaksana dalam mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan dan pengendalian terhadap program, administrasi dan sumberdaya serta kerjasama. b. Dalam melaksanakan tugas kepala sekretariat mempunyai fungsi membantu kepala pelaksana dalam: I. Pengkoordinasian, sinkronisasi, dan integrasi program perencanaan, dan perumusan kebijakan di lingkungan BPBD II. Pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, hukum dan peraturan perundang-undangan, organisasi, tatalaksana, peningkatan kapasitas sumberdaya manusia, keuangan, perlengkapan, dan rumah tangga. III. Pembinaan dan pelaksanaan hubungan masyarakat dan protokol. Universitas Sumatera Utara IV. Fasilitasi pelaksanaan tugas dan fungsi unsur pengarah penanggulangan bencana. V. pengumpulan data dan informasi kebencanaan di wilayahnya, dan VI. pengkoordinasian dalam penyusunan laporan penanggulangan bencana. 2. Bidang pencegahan dan kesiapsiagaan dipimpin oleh kepala bidang berada di bawah dan bertanggungjawab kepala pelaksana. a. Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan mempunyai tugas membantu kepala pelaksana dalam mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan di bidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat. b. Dalam melaksanakan tugas bidang pencegahan dan kesiapsiagaan mempunyai fungsi membantu kepala pelaksana dalam: i. Perumusan kebijakan di bidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat. ii. pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat. iii. pelaksanaan hubungan kerja dengan instansi atau lembaga terkait di bidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat, dan iv. Pemantauan, evaluasi, dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan , mitigasi dan kesiapsiagaan pada Universitas Sumatera Utara prabencana serta pemberdayaan masyarakat. 3. Bidang kedaruratan dan logistik dipimpin oleh kepala bidang yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada kepala pelaksana. a. Bidang kedaruratan dan logistik mempunyai tugas membantu kepala pelaksana dalam mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dan dukungan logistik. b. Dalam menjalankan tugas bidang kedaruratan dan logistik mempunyai fungsi membantu kepala pelaksana dalam: i.Perumusan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik. ii.Pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik. iii.Komando pelaksanaan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat. iv.Pelaksanaan hubungan kerja di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik, dan v.Pemantauan, evaluasi, dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik. 4. Bidang rehabilitasi dan rekonstruksi dipimpin oleh kepala bidang yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepala pelaksana: Universitas Sumatera Utara a. bidang rehabiliasi dan rekonstruksi mempunyai tugas membantu kepala pelaksana dalam mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada pascabencana. b. dalam melaksanakan tugas bidang rehabilitasi dan rekonstruksi mempunyai fungsi membantu kepala pelaksana dalam: i.Perumusan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada pascabencana. ii.Pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada pascabencana. iii.Pelaksanaan hubungan kerja di bidang penanggulangan bencana pada pasca- bencana, dan iv.Pemantauan, evaluasi dan anlisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada pascabencana. Dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, BPBD mempunyai fungsi koordinasi, komando dan pelaksana, yaitu : A. Koordinasi 1. Koordinasi BPBD dengan instansi atau lembaga dinasbadan secara horisontal pada tahap pra-bencana, saat tanggap darurat dan pasca-bencana, dilakukan dalam bentuk penyusunan kebijakan dan strategi penanggulangan bencana; penyusunan perencanaan penanggulangan bencana; penentuan standar kebutuhan minimun; pembuatan prosedur tanggap darurat bencana; pengurangan resiko bencana; pembuatan peta rawan bencana; penyusunan anggaran penanggulangan bencana; penyediaan sumberdayalogistik Universitas Sumatera Utara penanggulangan bencana;dan pendidikan dan pelatihan, penyelenggaraan gladisimulasi penanggulangan bencana. 2. Koordinasi penyelenggaraan penanggulangan bencana dapat dilakukan melalui kerjasama dengan lembagaorganisasi dan pihak-pihak lain yang terkait sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3. Kerjasama yang melibatkan peran serta negara lain, lembaga internasional dan lembaga asing nonpemerintah dilakukan melalui koordinasi BNPB sesuai dengan ketentuan yang berlaku. B. Komando 1. Dalam hal status keadaan darurat bencana, gubernur menunjuk seorang komandan penanganan darurat bencana atas usulan kepala BPBD. 2. Komandan penanganan darurat bencana sebagaimana butir 1 mengendalikan kegiatan operasional penanggulangan bencana dan bertanggung-jawab kepada kepala daerah. 3. Komandan penanganan darurat bencana memiliki kewenangan komando memerintahkan instansilembaga terkait meliputi: pengerahan sumber daya manusia; pengerahan peralatan; pengerahan logistik; dan penyelamatan; 4. Komandan penanganan darurat bencana berwenang mengaktifkan dan meningkatkan pusat pengendalian operasi menjadi pos komando. C. Pengendalian BPBD bertugas untuk melakukan pengendalian dalam: Universitas Sumatera Utara 1. Penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba danatau berangsur menjadi sumber ancaman bahaya bencana. 2. Penguasaan dan pengelolaan sumberdaya alam yang berpotensi yang secara tiba-tiba danatau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya bencana. 3. Pengurasan sumberdaya alam yang melebihi daya dukungnya yang menyebabkan ancaman timbulnya bencana. 4. Perencanaan dan penegakan rencana tata ruang wilayah dalam kaitan penanggulangan bencana. 5. Kegiatan penanggulangan bencana yang dilakukan oleh lembagaorganisasi pemerintah dan non-pemerintah. 6. Penetapan kebijakan pembangunan yang berpotensi menimbulkan bencana. 7. Pengumpulan dan penyaluran bantuan berupa uang danatau barang serta jasa lain misalnya relawan yang diperuntukan untuk penanggulangan bencana diwilayahnya, termasuk pemberian ijin pengumpulan sumbangan di wilayahnya. ¯°±°¯° ² engukuran ³ inerja dalam B ² BD Pengukuran kinerja BPBD Provinsi Sumatera Utara dilakukan dengan menggunakan metode pembandingan antara Rencana Kinerja Perfo rma nce Pla n yang diinginkan dengan Realisasi Kinerja Perfo rma nce resulut yang dicapai. Pengukuran kinerja tersebut difokuskan kepada pencapaian sasaran strategis sesuai dengan penetapan Indikator Kinerja Utama IKU BPBD Provinsi Sumatera Universitas Sumatera Utara Utara dalam Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 48 tahun 2011, bahwa sasaran strategis utama BPBD adalah terdiri dari : 1 ´ enurunkan Ancaman Bencana µ dengan indikator kinerja, yaitu : a Persentase tingkat kordinasi dengan instansi terkait. b Frekwensi pelatihan tehnis tentang antisipasi dini terhadap bencana. c Persentase tingkat pelayanan informasi bencana kepada masyarakat. d Frekwensi pelaksanaan survey dalam rangka pendataan terhadap daerah rawan bencana. 2 ´ enurunkan Angka ¶ erentanan · ¸ esiko Bencana, dengan indikator kinerja yaitu : a Persentase tingkat pelayanan pasca bencana . b Jumlah jenis bantuan kepada korban bencana. c Frekwensi pelaksanaan sosialisasi dan penyuluhan tentang kebencanaan kepada masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana. d Frekwensi pembinaan dan pembekalan terhadap Tim Reaksi Cepat TRC Penanggulangan Bencana. 3 ´ eningkatkan ¶ apasitas ´ asyarakat dan Sumber Daya Aparatur dalam ¹ enanggulangan Bencana, dengan indikator kinerja yaitu : a Frekwensi pelaksanaan rapatpertemuan dalam rangka penanggulangan bencana. b Persentase kwalitas SDM aparatur yang memiliki keahlian teknis dibidang penanggulangan bencana. Universitas Sumatera Utara c Jumlah kebijakan tehnis dibidang penanggulangan bencana. Indikator kinerja yang disusun dan dilaksanakan ini didasarkan pada Sistem manajemen pemerintahan yang berfokus pada peningkatan akuntabilitas dan sekaligus peningkatan kinerja berorientasi pada hasil o utco me dikenal sebagai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Sistem AKIP, dimana Sistem AKIP diimplementasikan secara “self a ssesment” KepMenPANRB,2010 Gambar º»¼» ½ truktur ¾ rganisasi B ¿ BD ¿ ropinsi ÀÁ mber Per  enda gri à ÄÅ ÆÇ È a h un ÉÄÄÊ Ë . Universitas Sumatera Utara ÌÍÎÍ Ï andasan Teori Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka yang dijabarkan, variabel yang dikemukakan adalah kinerja, kepemimpinan dan struktur organisasi BPBD. Kinerja dilandaskan pada pencapaian sasaran strategis sesuai dengan penetapan Indikator Kinerja Utama IKU BPBD Provinsi Sumatera Utara dalam Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 48 tahun 2011, dan pada pembahasan penelitian ini ditekankan pada variabel kepemimpinan dan struktur organisasi. Dalam Teori Jalur Tujuan Pa th Ð o a l T h eo ry yang dikembangkan oleh Robert House dalam Kreitner dan Kinicki 2005 menyatakan bahwa pemimpin mendorong kinerja yang lebih tinggi dengan cara memberikan kegiatan-kegiatan yang mempengaruhi bawahannya agar percaya bahwa hasil yang berharga bisa dicapai dengan usaha yang serius. Teori ini juga menggambarkan bagaimana persepsi harapan dipengaruhi oleh hubungan kontijensi diantara empat gaya kepemimpinan dan berbagai sikap dan perilaku karyawan. Perilaku pemimpin memberikan motivasi sampai tingkat 1 mengurangi halangan jalan yang mengganggu pencapaian tujuan, 2 memberikan panduan dan dukungan yang dibutuhkan oleh para karyawan, dan 3 mengaitkan penghargaan yang berarti terhadap pencapaian tujuan. Pendapat Stoner,et al dalam Sule dan Saefullah 2006, disebutkan ada empat pilar ÑÒÓ lding Ñ Ô o cks yang menjadi dasar untuk melakukan proses pengorganisasian. Keempat pilar tersebut adalah pembagian kerja divisio n o f wo rk Õ Pengelompokkan pekerjaan depa rtementa liza tio n Õ Penentuan relasi antar-bagian Universitas Sumatera Utara dalam organisasi h iera rch y Ö serta penentuan mekanisme untuk mengintegerasikan aktivitas antar-bagian dalam organisasi atau koordinasi c o o rdina tio n . ×ØÙØ Ú erangka Ú onsep Berkaitan dengan pentingnya kepemimpinan , struktur organisasi, terhadap kinerja organisasi, sebagaimana telah diketahui , maka dikembangkanlah kerangka konsep dalam gambar berikut ini : Gambar × Ø Û Ø Ú erangka Ú onsep ÜÝ nelitian Struktur Þ rganisasi Ú epemimpinan Ú inerja B Ü BD Universitas Sumatera Utara 33 ß à ß á â ã ä åæã ç ã èã é êä ê à è á ëìë í îï ð ñ ç îï îòð ó ð ôï Jenis penelitian ini adalah survei eksplanatori yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel struktur organisasi dan kepeminpinan terhadap kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sumatera Utara.. Menurut Singarimbun dan Sofian 1989, penelitian eksplanatori adalah penelitian yang bermaksud menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. á ë õ ë é ö÷ ô ñð ø ô ï ù ô ÷ ó ú ç îï îòð ó ð ôï Penelitian berlangsung di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sumatera Utara di Jl. Jend. Gatot Subroto Km 9 Kampung Lalang, Medan. Proses penelitian dilaksanakan sejak Februari 2012 sampai dengan Juli 2012. Yang dapat dirincikan dalam lampiran tabel. 3.1 á ë á ë ç ö û ú ò ô ñ ð ø ôï ü ôý û îò á ë á ëìë ç ö û ú ò ô ñ ð Populasi adalah seluruh karyawan selain dari pada unsur pimpinan yang terdapat di Kantor BPBD Propinsi Sumatera Utara berjumlah 54 orang. á ë á ë õ ë ü ôý û î ò Semua populasi dalam penelitian ini dijadikan sampel þ o ÿ . Universitas Sumatera Utara 1. Data primer, dikumpulkan melalui wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Untuk mengukur kinerja BPBD , dilakukan self-assesment oleh karyawan BPBD sendiri. 2. Data sekunder, diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis dari kantor BPBD Provinsi Sumatera Utara. 3. Uji Validitas dan Reliabilitas Singarimbun 1987 menyatakan bahwa alat ukur dikatakan sahih apabila Alat ukur tersebut dapat mengukur konsep yang sebenarnya ingin diukur. Apabila peneliti menggunakan kuesioner sebagai instrumen untuk pengumpul data, maka kuesioner tersebut harus dapat mengukur konsep yang hendak diukur. Untuk menguji keterandalan instrumen, dilakukan uji ketepatan validitas dan uji ketelitian reliabilitas. a. Uji validitas yang digunakan adalah dengan melakukan korelasi bivariat antara masing-masing skor indikator variabel dengan total skor variabel. Suatu indikator pertanyaan dikatakan v d sah apabila korelasi antara masing-masing indikator menunjukkan hasil yang signifikan. Digunakan tehnik korelasi e o dengan taraf signifikan 0,05. Dari hasil Uji validitas lampiran 2: Uji Validitas ternyata 23 item pertanyaan nilai signifikansi lebih besar dari nilai tabel korelasi Pearson 0,361 Universitas Sumatera Utara b. Uji reliabilitas dilakukan dengan bantuan SPSS dengan uji statistik o h’ . Dimana dikatakan el e diandalkan jika memiliki nilai o h’ 0,6 Priyatno,2011. Dari hasil uji reliabilitas lampiran 3: Uji Relliabilitas tersebut terhadap 23 item pertanyaan, ternyata semuanya lebih besar dari 0,6. Dengan demikian maka semua item pertanyaan sebagai alat ukut dikatakan reliabelhandal. + ,-, .01 2 34 5 6 738 1 6 1 9 1 : ; 30 9 1 6 4 Adapun definisi operasional variabel bebas dalam penelitian ini adalah : 1. Kinerja BPBD : Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah kinerja BPBD . Adapun definisi operasional dari kinerja BPBD adalah hasil kerja kantor atau organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sumatera Utara yang telah ditetapkan berdasarkan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Pengukuran kinerja BPBD digunakan 11 indikator pertanyaan 2. Struktur organisasi : adalah struktur orgnisasi BPBD yang dibentuk di provinsi Sumatera Utara. Dilakukan pengukuran dengan 6 indikator pertanyaan. 3. Kepemimpinan : yang diukur adalah tata kerja kepemimpinan yang diharapkan diperhatikan oleh seluruh karyawan dalam pencapaian tujuan ataupun Kinerja BPBD. Pengukuran variabel kepemimpinan dilakukan dengan menjawab 6 indikator pertanyaan. Universitas Sumatera Utara = ? ABCD A E A F GH I H JKF Dalam Tabel 3.2 diuraikan cara mengukur masing- masing variabel, termasuk hasil ukur dan skala ukurnya, yakni skala ukur ordinal. Masing-masing pertanyaan yang diberikan diberi skor dalam Skala Likert untuk rentang jawaban : L K M AN = O E A F PN K P KF D K N K Q R I K N K S P I AJ B T C UKV K M K F R I C J 1 Sangat Baik 5 2 Baik 4 3 Cukup 3 4 Kurang 2 5 Sangat Kurang 1 Hasil pengukuran selanjutnya adalah menentukan skor dan persentase masing- masing variabel dengan rumus : Skor = Frekwensi jawaban total f x Nilai Skor Persentase = Untuk menentukan kriteria dari rekapitulasi jawaban total pertanyaan dari setiap variabel, digunakan asumsi bahwa : - 25,0 = kriteria sangat buruk 25,1 – 50,0 = kriteria buruk 50,1 - 75,0 = kriteria sedang 75,1 – 100,0 = kriteria baik Skor Variabel x 100 Skor Maximal Universitas Sumatera Utara W XYX Z [\] [ _ ` ab cd cd ea \ a Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda pada α = 0,05 bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas kepada Variabel terikat yakni Kinerja organisasi BPBD. Metode analisis data selanjutnya dalam penelitian ini mencakup : a. Analisis univariat, yaitu analisis variabel independen dalam bentuk distribusi frekuensi dan dihitung persentasenya. b. Analisis bivariat, yaitu analisis hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen secara parsial untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat . Dalam analisis ini digunakan jenis uji yang sesuai. c. Analisis multivariat, yaitu analisis yang digunakan untuk menganalisis variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji regresi linier berganda pada taraf kepercayaan 95. d. Dalam analisis uji regresi, juga dilakukan uji-uji asumsi klasik dalam melihat normalitas, heteroskedastisitas dan multikolinearitas dari variabel yang terlibat. Universitas Sumatera Utara 38 BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian