113 arahan kemanapun diarahkannya. Inilah yang disebut air bersifat lembut yakni
selalu ikut arahan dan tidak pernah menolak dari arahan tersebut. Namun demikian, selain dari pada sifat yang lembut, air mempunyai
komitmen yang tegas. Tegas bukan berarti marah, ini yang sangat penting dipahami. Jadi kemanapun air kita arahkan, air tetap mengikuti sesuai arahan.
Namun janganlah sekali-kali menghalangi apabila air sedang mengikuti jalan yang diarahkan. Tegas di sini merupakan komitmen yang kuat dalam menjalankan
tugas. Dengan demikian sangat jelas dapat dipahami, bahwa penyebab banjir bukanlah disebabkan air marah, tetapi air mendobrak apapun benda yang menjadi
halangan bagi air dalah menjalankan tugasnya. Air yang sedang mengalir, berikanlan jalan laluannya dengan baik dan benar, sehingga kita dapat mengambil
manfaat dengan baik. Jangan jadikan sesuatu penghalang bagi air dalam menjalankan tugasnya. Jika tidak, maka air dengan tegas akan mencari jalan
sendiri yang paling mudah bagi dirinya. Maka inilah sebenarnya salah satu peranan manusia sebagai khalifah dalam mengatur rakyatnya dengan baik dan
benar.
2. Penjelsan Hadis Tentang Interaksi Dalam Hubungan Manusia
Dengan Air a.
Hadis Tentang Penciptaan Manusia
Berdasarkan hadits Rasulullah SAW bersabda :
ِهْيَلَع ُها ىّلَص ِها ُلْوُسَر اََ ثّدَح :َلاق ُهَْع ُها َيِضَر ٍدْوعْسَم ِنب ِها ِدْبَع ْنَع اًمْوَ ي َْيِعَبْرَأ ِهّمُأ ِنْطَب ِْي ُهُقلخ ُعَمُُْ مُكَدَحَأ ّنإ :ُقْوُدْصَمْلا ُقِداّصلا َوُهو َمّلَسَو
ِم ًةَقَلَع ُنْوُكَي ُُّ ،ًةَفْطُن ِهْيَلِإ ُلَسْرُ ي ُُّ ،َكِلَذ َلثِم ًةَغْضُم ُنْوُكَي ُُّ ،َكِلَذ َلْث
،ِهِلَمَعَو ،ِهِلَجَأَو ،ِهِقْزِر ِبْتَكِب :ٍتاَمِلَك ِعَبْرَأِب ُرَمْؤُ يَو ،َحْوُرلا ِهْيِف ُخُفْ َ يف ُكَلَمْلا ٌمِلْسُمَو ُيِراَخُبْلا ُاَوَرُ ،ٌدْيِعَس ْوَأ يِقَشَو
114 Artiny
a: Dari Abu ‘Abdir-Rahman ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menuturkan kepada
kami, dan beliau adalah ash-Shadiqul Mashduq orang yang benar lagi dibenarkan perkataannya, beliau bersabda, Sesungguhnya seorang di
antara kamu dikumpulkannya pembentukannya kejadiannya dalam rahim ibunya embrio selama empat puluh hari. Kemudian selama itu
pula empat puluh hari dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu pula empat puluh hari dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah
beberapa malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya untuk menuliskan menetapkan empat kalimat macam : rezekinya, ajal umurnya,
amalnya, dan buruk baik nasibnya. HR. Bukhari-Muslim: Bukhari 3208.
46
Adapun proses penciptaan manusia berdasarkan teori pembentukan taswiyah merupakan suatu proses yang timbul di dalam materi yang
membuatnya cocok untuk menerima ruh. Materi itu merupakan sari pati tanah liat nabi Adam a.s. yang merupakan cikal bakal bagi keturunannya. Cikal bakal atau
sel benih nuthfah ini yang semula adalah tanah liat setelah melewati berbagai proses akhirnya menjadi bentuk lain khalq akhar yaitu manusia dalam bentuk
yang sempurna. Tanah liat berubah menjadi makanan melalui tanaman dan hewan, makanan menjadi darah, kemudian menjadi sperma jantan dan indung
telur. Kedua unsur ini bersatu dalam satu wadah yaitu rahim dengan transformasi panjang yang akhirnya menjadi tubuh harmonis jibillah yang cocok untuk
menerima ruh. Sampai di sini prosesnya murni bersifat materi sebagai warisan dari leluhurnya. Kemudian setiap manusia menerima ruhnya langsung dari Allah
disaat embrio sudah siap dan cocok menerimanya. Maka dari pertemuan antara ruh dan badan, terbentuklah makhluk baru manusia.
47
Ungkapan ilmiah dari Hadis tersebut di atas telah menjadi bahan penelitian bagi para ahli biologi untuk memperdalam ilmu tentang organ-organ jasad
manusia. Selanjutnya sebagaimana yang dimaksud di dalam Hadis dengan dikumpulkannya pembentukannya kejadiannya dalam rahim ibunya sebagai
substansi dasar kehidupan manusia adalah protein, sari-sari makanan yang kita
46
Al-Imam Ibn Al-Jauzi, Shah īh al-Bukhārī Ma`a Kasyf al-Musykil, Jld. 2, Kairo: Dar
al-Hadist: 2004, hal. 597. Lihat juga, Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Lu`lu` wal Marjan, terj: H. Salim Bahreisy, Jld. 2, Surabaya: Bina Ilmu, 2003, hal. 1006
47
Said Hawwa, Ar-Rasul Shallallahu`Alaihi wa Sallam, terj: Abdul Hayyie dan Habiburrahman Syaerozi, cet. 1, Jakarta: Gema Insani Press, 2003, hal. 280
115 makan yang semua berasal dan hidup dari tanah, yang kemudian melalui proses
metabolisme yang ada di dalam tubuh diantaranya menghasilkan hormon sperma, kemudian hasil dari pernikahan hubungan seksual, maka terjadilah
pembauran antara sperma lelaki dan ovum sel telur wanita di dalam rahim. Kemudian berproses hingga mewujudkan bentuk manusia yang sempurna.
48
Adapun bentuk interaksi dalam hubungan manusia dengan air yang diperdapatkan dalam kajian hadis ini yaitu perlu memahami dengan baik untuk
menjaga air dengan tepat, karena air merupakan unsur dasar dalam proses penciptaan manusia. Adapun bentuk menjaganya terutama adalah termasuk
menjaga kemaluannya pada jalan yang baik, untuk menjaga kualitas air mani diletakkan pada tempat yang benar.
b. Hadis Tentang Air Laut dan Dasar Air
Adapun dalam Hadis ini menjelaskan tentang kebersihan air laut, tujuannya air laut dapat digunakan oleh manusia untuk mengambil manfaat
dengan baik. Selain demikian juga menjelaskan nilai kebutuhan air tersebut terhadap manusia. Adapun hadis tersebut sebagaimana maknanya dapat dipahami
yaitu:
ي ،َمّلَسَو ِهْيَلَع ها ىّلَص ها ُلْوُسَر َلاَق :َلاَق ُهَْع ُها َيِضَر َةَرْ يَرُه َِِْأ ْنَع ُهُتَتْيَم ُلَِْا ،ُُؤاَم ُرْوُهّطلا َوُه :ِرْحَبلا
ُاَوَرَو ُيِذْيِمْرّ تلاَو َةََْْزُخ ُنْبا ُهَحّحَصَو ُهَل ُظْفّللاَو َةَبْيَش َِِْأ ُنْباَو ُةَعَ بْرَأا ُهَجَرْخَأ ُدََْْأَو ُيِعِفاّشلاَو ٌكِلاَم
.
Artinya: Dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu ia berkata: Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hukum air laut: “Air
laut itu suci, dan halal bangkainya.” Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidziyy, Nasaa-i, Ibnu Majah, dan Ibnu Abi Syaibah, dan ini
48
Kyai Abdullah Afif, dkk, Kumpulan Tanya Jawab Keagamaan, cet. 1, Yogyakarta: Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah, 2015, hal. 7533
116 merupakan lafazhnya, dan telah dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, dan
Tirmidziy dan telah diriwayatkan pula oleh Malik, Syafi’i dan Ahmad.
49
Hadis yang lain perlu dipahami juga, pada dasarnya air yang dijadikan untuk menjadi manfaat bagi makhluk adalah dalam keadaan suci dan bersih.
Penjelasannya dapat dipahami dari penjelasan hadits berikut yaitu:
ّيِرْدُْا ٍديعَس ِأ ْنَع –
ه ع ها يضر -
َلاق : َلاق ها ُلوُسَر
– ها يلص
و هيلع ملس
- ٌءيَش ُهُسّجَُ ي َ ٌرْوُهَط َءاَما ّنِإُُ :
هححص ,ةثاثلا هجرخأ دْأ
.
Artinya: Dari Abu Said Al Khudriy radiyallahu anhu, beliau berkata, rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Sesungguhnya air
itu thohur suci dan mensucikan, tidak ada sesuatupun yang dapat menajiskannya. Dikeluarkan oleh Imam yang tiga, dan Imam Ahmad
menshahihkannya.
50
Adapun manfaat yang dapat ditemukan dalam Hadis ini antara lain: i.
Kesucian air laut bersifat mutlak tanpa ada perincian. Airnya suci substansinya dan dapat mensucikan yang lainnya. Seluruh ulama
49
Abi Abdullah Muhammad bin Idris As-Syafi`i, Ma`rifat al-Sunan wa al-Atsar, jld. 1, Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1991, hal. 133, Lihat, Ibnu Hajar al-Asqalani, terj: Abdul
Rosyad Siddiq, Terjemahan Bulughul Maram, cet. 2, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2007, h. 1.
Adapun keotentikan hadis ini, sebagaimana riwayatkan oleh imam yang empat dan Ibnu
Abi Syaibah dengan lafadz tersebut dan hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan At- Tirmidzi, juga diriwayatkan oleh Imam Malik, Imam As-
Syafi’i, dan Imam Ahmad. Adapun keotentikan Hadis ini adalah Hadis shahih. Bukti keshahihannya sebagaimana disebutkan oleh At-
Tirmidzi yaitu, “Hadis ini hasan shahih, Imam Bukhari tentang hadis ini, beliau menjawab, “shahih”. Begitu juga Az-Zarqani berkata di Syarh Al-Muwatha’, “Hadis ini merupakan prinsip di
antara prinsip-prinsip islam, umat islam telah menerimanya, dan telah dishahihkan oleh sekelompok ulama, diantaranya, Imam Bukhari, Al-Hakim, Ibnu Hibban, Ibnul Mandzur, At-
Thahawi, Al-Baghawi, Al-Khatthabi, Ibnu Khuzaimah, Ad-Daruquthni, Ibnu Hazm, Ibnu
Taimiyyah, Ibnu Daqiqil ‘Ied, Ibnu Katsir, Ibnu Hajar, dan selainnya yang melebihi 36 imam. Lihat, Abi Abdullah Muhammad bin Idris As-Syafi`i, Ma`rifat al-Sunan wa al-Atsar, jld. 1,
Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1991, hal. 133
50
Ibid., hal. 322 Adapun keotentikan hadits ini merupakan hadits shahih. Berdasarkan pentakhrijannya
sebagai berikut, yaitu hadis ini dinamakan hadits biru bidhaah. Menurut pemahaman dari Imam Ahmad yaitu hadits biru bidhaah
ini shahih”. Menurut Imam At-Tirmidzi hadis ini adalah hasan. Abu Usamah menganggap hadis ini baik. Hadits ini telah diriwayatkan dari Abu Said dan
selainnya dengan jalur lain. Disebutkan di dalam at Talkhish bahwa hadis ini dishahihkan oleh Ahmad, Yahya bin Muin, dan Ibnu Hazm. Menurut Al-Albani berkata, periwayat pada sanadnya
adalah periwayat Bukhari dan Muslim kecuali Abdullah bin Rofi. Sedangkan menurut Al-Bukhari hadis ini keadaannya majhul, akan tetapi hadis ini telah dishahihkan oleh imam-imam
sebagaimana yang telah disebutkan di atas.
Abi Abdullah Muhammad bin Idris As-Syafi`i, Ma`rifat al-Sunan wa al-Atsar, jld. 1, Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1991, hal. 322
117 menyatakan sepakat dengan demikian. Air laut dapat menghapus
hadats besar dan kecil, serta menghilangkan najis yang ada pada tempat yang suci baik pada badan, pakaian, tanah, atau selainnya.
ii. Maksud air laut adalah suci dan mensucikan airnya, yakni
penulisannya dengan menggunakan alif lam, yang maksudnya tidak menafikan kesucian selain air laut, sebab masalah ini sebagai jawaban
atas pertanyaan tentang air laut. iii.
Menurut Imam As Syafi’i, “Hadits ini merupakan setengah dari ilmu tentang bersuci”, Ibnul Mulaqqin berkata, “Hadits ini merupakan
hadits yang agung dan prinsip di antara prinsip-prinsip bersuci, yang mencakup hukum-hukum yang banyak dan kaidah-kaidah yang
penting”.
c. Hadists Tentang Sifat Air
Sifat air yang paling mendasar yaitu bersih, suci dan dapat menyucikan benda lain. Adapun yang menyebabkan air itu kotor atau tidak suci disebabkan
oleh hasil penggunaan pada air. Perubahan air disebabkan hasil dari pada segala aspek yang menggunakan air. Sifat bersih pada dasar diri air dijelaskan dalam
hadits yang maknanya sebagai berikut:
ه ع ها يضر يلِهابلا َةَماَمأ ِأ ْنَع و -
ها ُلوُسَر َلاق : َلاق –
هيلع ها يلص ملس و
- ِهِنْوَل و ِهِمّعَط و ِهحِر َىلَع َبَلَغ ام َّإ ,ٌءيَش ُهُسّجَُ ي َ َءاَما ّنِإ
- يقاهيبلل و . ِِاح وُبأ ُهَفّعض و ,حجاَم ُنبا ُهَجرخأ
َّإ ٌرِهاَط ُءاَما َرّ يَغَ ت ْنإ
ِهيِف ُثُدََْ ٍةَساَجَِب ُهُنْوَل وأ ُهُمعَط ْوَأ ُهُحِر
Artinya: Dari Abu Umamah Al-Baahiliy ra, berkata, Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya air tidak ada sesuatupun yang dapat
menajiskannya, kecuali yang mendominasi mencemari bau, rasa, dan warnanya. Diriwayatkan juga oleh Ibnu Majah. Didhaifkan hadits ini
oleh Abu Hatim. Dalam riwayat Al-Baihaqi, Air itu thahur suci dan mensucikan kecuali jika air tersebut berubah bau, rasa, atau warna oleh
najis yang terkena padanya.
51
51
Ibid., hal. 326
118 Adapun pembahasan yang terkandung dalam hadits ini yaitu menunjukkan
bahwa secara asal air adalah suci dan mensucikan, tidak ada sesuatupun yang dapat menajiskannya. Keutuhan kesucian air ini berkaitan dengan syarat yaitu
sesuatu benda yang bernajis tersebut tidak mengubah bau, rasa, atau warna air, jika berubah maka air tersebut menjadi najis, baik air tersebut sedikit ataupun
banyak. Sedangkan yang mengkaitkan adanya syarat pada kesucian air tersebut
adalah ijma para ulama yaitu bahwa air yang berubah oleh najis, maka air tersebut menjadi najis, baik air tersebut sedikit ataupun banyak. Adapun menurut Ismail
bahwa para ulama ijma bahwa air yang sedikit ataupun banyak jika terkena najis dan mengubah rasa, warna, atau bau air tersebut, maka air tersebut menjadi
najis.
52
d. Hadits Tentang Aturan Penggunaan Air
Sebagaimana pada pembahasan hadits sebelumnya tentang dasar air adalah bersih dan perlu menjaga kebersihan air tersebut supaya tidak terjadi pencemaran.
Adapun pada untuk menjaga keutuhan air tetap bersih, maka perlu adanya aturan yang benar dalam penggunaan air dengan baik. Adapun aturan penggunaan air
supaya terjaga kebersihannya, sebagaimana disebutkan dalam Hadis yang maknanya sebagai berikut:
َةَرْ يَرُه َِِْأ ْنَع –
ه ع ها يضر -
ِها ُلْوُسَر َلاَق : َلاق –
ملس و هْيلع ها ىلص -
ّن ُلو ُب َي ََُُ : يراخبللو ,ملسم هجرخأ ٌََب ُ ُج َو ُه و ْمُكُد َحَأ ْل ِس َت ْغ َي ََُُ :
Adapun keotentikan Hadis ini yaitu pada pertama adalah shahih, sedangkan bagian akhirnya adalah
dha’if. Sebenarnya ungkapan Sesungguhnya air tidak ada sesuatupun yang menajiskannya telah disebutkan pada pembahasan hadis sebelumnya yaitu hadis biru bidhaah.
Adapun lafadz tambahan “kecuali yang mendominasi mencemari bau, rasa, dan warnanya”,
menurut Imam an-Nawawi yaitu para ahli hadis bersepakat atas ke-dhaif-an lafadz ini, karena di dalam isnadnya ada Risydain bin Saad yang disepakati ke-dhaif-an-nya hadis yang diriwayatkan
olehnya. Akan tetapi, Ibnu Hibban di dalam shahihnya memutuskan adanya ijma ulama untuk boleh menggunakan maknanya.
Abi Abdullah Muhammad bin Idris As-Syafi`i, Ma`rifat al-Sunan wa al-Atsar, jld. 1, Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1991, hal. 326
52
Ismail bin Abdul Muthalib, Jami`u Jawami` al-Mushannifat, Semarang: Maktabah Sumber Keluarga, tt, hal. 7
119
ْغ َي ّم ُث ,يِر ْج َي ََ يِذ لا ِم ئاَد لا ِءاَ م لا ي ِف مكُد حأ َُهْ ِمُُ ملسُم لو ََه ي ِف ُل ِس َت
ِة َبا َج لا ن ِم ه ي ف ْل ِس َت ْغ َي َوُُ : دواد ي بأو
Artinya: Dari Abu Hurairah ra, berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah
salah seorang di antara kalian mandi di dalam air yang tenang sementara dia dalam keadaan junub
” HR. Muslim. Hadits ini juga diriwayatkan oleh
Bukhori, “Janganlah salah seorang di antara kalian kencing di dalam air yang tenang yang tidak mengalir, kemudian dia
mandi di dalamnya ”. Sedangkan Abu Dawud berkata “Janganlah dia
mandi janabah di dalamnya ”. Hadis ke 239.
53
Adapun yang menjadi interkasi dalam penggunaan air berdasarkan pemahaman dari hadis tersebut yaitu menjelaskan tentang aturan penggunaan air,
untuk menjaga kebersihan dan kualitas air. Maka bentuk interaksi yang dapat dipahami dalam hadits tersebut antara lain
larangan mandi langsung dan membuang kotoran seperti kencing dan buang air besar di dalam air yang tenang
yakni tidak mengalir. Larangan ini untuk menjaga dari pencemaran air bersih. Hal ini disebabkan apabila terjadi p
encemaran air, maka akan memberi efek kepada kesehatan manusia sendiri yang paling utama. Hal ini terjadi karena dalam air
yang tercemar mengandungi bahan kimia seperti sodium, nitrat, merkuri dan sebagainya yang dapat merusak kesehatan manusia sendiri.
3. Penjelasan Sains Tentang Hubungan Manusia Dengan Air