commit to user
xxxii
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. KAJIAN TEORI
1. Belajar Matematika
a. Pengertian Belajar
Belajar pada dasarnya merupakan proses yang diarahkan pada suatu tujuan. Tujuan belajar dapat dilihat dari kemampuan seseorang
memfungsionalkan materi yang dipelajari, baik secara konseptual maupun secara praktis. Secara konseptual dimaksudkan dapat mempelajari materi
lebih lanjut, sedangkan secara praktis dimaksudkan untuk menerapkan materi pada bidang-bidang lain.
Menurut Asri Budiningsih 2004: 34 belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yanga tidak selalu dapat terligat sebagai
tingkah laku yang nampak. Menurut Syaiful Sigala 2003 : 12 belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan ketrampilan
dengan cara mengolah bahan ajar. Menurut Oemar Hamalik 2001, 27 belajar merupakan suatu proses atau kegitan dan bukan suatu hasil atau
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan latihan, melainkan
perubahan kelakuan. Dari pendapat–pendapat di atas dapat disimpulkan seseorang
dikatakan belajar jika pada diri orang tersebut terjadi perubahan tingkah laku
commit to user
xxxiii yang berkaitan dengan materi yang dipelajari, misalnya dari tidak tahu
matematika menjadi tahu tentang matematika dan mampu menerapkan dalam diri kehidupan sehari-hari.
b. Belajar Matematika
Belajar matematika adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika. Dalam
pembelajaran matematika perlu diketahui karakteristik matematika. Matematika merupakan ilmu yang abstrak, aksiomatik dan deduktif
Herman Hudoyo, 1990: 3. Proses berpikir matematika disebut proses berpikir aksiomatik karena pada dasarnya landasan berpikir
matematika adalah kesepakatan-kesepakatan yang disebut aksioma. Matematika dikatakan bersifat deduktif, karena matematika disajikan
secara aksiomatik menggunakan logika deduktif.
Di dalam matematika, suatu soal atau pertanyaan akan merupakan masalah apabila tidak terdapat aturan atau hukum tertentu yang akan segera
dapat dipergunakan untuk menjawab atau menyelesaikannya. Herman Hudoyo, 1990: 84. Hal ini berarti suatu soal matematika akan menjadi suatu
masalah apabila soal itu tidak langsung memberikan penyelesaian. Sebagaimana dikemukakan oleh Pape J. Stephen 2004
Mathematics educators have been called to teach mathematics through problem solving National Council of Teachers of
Mathematics [NCTM] , 1989, 2000. As stated in Priciples and Standards for School Mathematics NCTM, 2000 : “ Solving problems
is not only a goal of learning mathematics but also a major means of doing so ... By learning problem solving in mathematics, student
commit to user
xxxiv
should acquire ways of thinking, habits of persistence and curiosity, and confidence in unfamiliar situations ...” p. 52.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru matematika hendaknya menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Seperti apa yang
ada dalam dasar dan standar matematika sekolah. Pemecahan masalah bukan hanya untuk pendekatan dalam pembelajaran matematika juga sebagai cara
dan tindakan sehingga dengan belajar pemecahan masalah pada matematika siswa bisa memperoleh cara berpikir, kebiasaan, ketekunan, rasa ingin tahu
dan percaya diri dalam situasi yang baru.
2. Hasil Belajar