21
hukum positif,
dipandang sebagai
pernyataan kehendak ilahi.
46
2. Tujuan Hukum
Menurut hukum alam kuno, keberadaan segala sesuatu bukan sekedar untuk mempertahankan dirinya
sendiri, melainkan
merupakan suatu
perjalanan menuju tujuan tertentu yang dalam bahasa yunani
disebut telos τέλος dengan demikian konsep hukum
alam kuno berpandangan bahwa segala sesuatu bereksistensi untuk tujuan tertentu. Pandangan ini
disebut pandangan teleologis yang berasal dari bahasa Yunani telos
τέλος.
47
Segala sesuatu
bereksistensi untuk
tujuan tertentu, dari pernyataan ini secara gampang dapat
diartikan bahwa hukum hadir tidak tanpa tujuan, melainkan hukum juga memiliki tujuan. Tujuan
hukum mengarah kepada sesuatu yang hendak dicapai sehingga tujuan hukum merujuk pada sesuatu yang
ideal yang sifatnya abstrak dan tidak operasional.
48
Di dalam ilmu hukum disebutkan bahwa tujuan hukum adalah untuk menciptakan ketertiban dan
keadilan.
49
Sebagaimana menurut L.J. van Apeldoorn,
tujuan hukum
adalah untuk
mempertahankan
46
Huijbers, Theo, Filsafat Hukum, Op.Cit., Hlm. 25.
47
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum Edisi Revisi, Op.Cit.,Hlm. 88.
48
Ibid., Hlm. 88.
49
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Op.Cit., Hlm. 96.
22
ketertiban masyarakat.
50
Namun selayaknya hukum tidak melihat manusia sebagai mahluk lahiriah akan
tetapi juga dilihat sebagai mahluk rasional yang memiliki sikap batinnya, sehingga ketika manusia juga
dipandang dari sisi batinnya maka tujuan hukum yang hanya berfokus pada ketertiban saja adalah kurang
tepat, karena hal tersebut hanya mencakup aspek lahiriah manusia.
Dalam mempertahankan ketertiban hukum juga harus mementingkan batin manusia dan untuk
memenuhi hal tersebut hukum harus tetap memenuhi keadilan dalam arti bahwa hukum harus secara
seimbang melindungi kepentingan-kepentingan yang ada dalam masyarakat.
51
Dengan demikian ketertiban dapat tercapai dengan cara yang damai sehingga
tepatlah bahwa
tujuan hukum
ialah mengatur
pergaulan hidup secara damai. Karena hukum menghendaki perdamaian.
52
van Apeldoorn menerangkan
bahwa: “apa yang kita sebut tertib hukum mereka sebut damai vrede.
Keputusan hakim, disebut vredeban vredegebod, kejahatan
berarti pelanggaran
perdamaian
50
Ibid., Hlm. 96. Dikutip dari P. van Dijk, Van Apeldoorn’s
Inlendingtot de Studievan het Nederlandse Recht. Tjeenk-Willinjk. 1985, Hlm. 10-12.
51
Ibid., Hlm. 96.
52
L.J. van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum Cet. 32, Pradnya Paramita, Jakarta, Hlm. 10.
23
vredebreuk, penjahat
dinyatakan tidak
damai vredelos,
yaitu dikeluarkan
dari perlindungan
hukum.”
53
Demikian tujuan hukum yang sebenarnya
adalah sebagaimana oleh Peter Mahmud Marzuki
adalah untuk mempertahankan vrede yaitu damai sejahtera yang di dalamnya terdapat ketertiban dan
keadilan bagi anggota-anggota masyarakat.
54
Adalah Teguh Prasetyo melalui teori keadilan
bermartabat yang mengagas tiga pokok pikiran utama, mengangkat kodrat manusia, mengangkat martabat
bangsa Indonesia, menengahi perdebatan positivisme dan hukum alam.
Pertama: bahwa hukum harus ditujukan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia dengan cara
memanusiakan manusia atau dengan ungkapan nge wongke
wong.
55
Kehendak hukum
adalah memanusiakan
manusia. Bahwa
hukum harus
menempatkan manusia
pada kodratnya
sebagai mahluk Tuhan yang Paling Mulia, bahwa manusia
sebagai mahluk tuhan yang paling mulia harus mengabdi pada memanusiakan manusia. Dalam teori
keadilan bermartabat yang menyatakan bahwa teori keadilan bermartabat yang peduli dalam memanfaatkan
kesempatan yang diberikan Tuhan kepadanya untuk membantu
sesamanya melalui
kegiatan berfikir;
53
Ibid., Hlm. 11.
54
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum Edisi Revisi, Op.Cit., Hlm. 33.
55
Teguh Prasetyo, Keadilan Bermartabat, Op.Cit., 22.
24
memanusiakan manusia atau nge wong ke wong. Sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
Imperium hukum adalah imperium akal budi, karsa dan rasa seorang anak manusia, dimanapun ia berada
menjalani kehidupannya. Hal ini sejalan dengan prinsip dalam teori keadilan bermartabat yang peduli
dalam memanfaatkan kesempatan yang diberikan Tuhan
kepadanya untuk
membantu sesamanya
melalui kegiatan berfikir; memanusiakan manusia atau nge wong ke wong.
56
Kedua: bahwa
sistem hukum
Indonesia seharusnya tidak perlu mengambil sistem hukum dari
luar dalam konteks Indonesia yaitu sistem hukum dari warisan kolonial Belanda, akan tetapi menggali
langsung dari dalam jiwa bangsa volgeist Indonesia itu sendiri.
57
Bahwa sistem hukum Indonesia pada hakekatnya
tidak perlu
mengambil atau
memberlakukan hukum-hukum yang berasal dari luar yang dalam hal ini adalah sistem hukum yang diadopsi
dari dunia barat. Indonesia seharusnya menggali langsung nilai-nilai yang berkembang dalam jiwa
bangsa Indonesia sendiri dengan demikian martabat bangsa Indonesia telah ditinggikan.
Ketiga: menjembatani
perdebatan antara
pemikiran hukum alam dengan aliran positivisme hukum. bahwa sistem hukum Indonesia hukum
positif harus bersumber pada Pancasila terutama Sila
56
Teguh Prasetyo, Keadilan Bermartabat, Op.Cit.,
57
Ibid., Hlm. 77-90.
25
Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa hukum Alam,
58
dengan kata lain bahwa hukum positif harus bersumber pada hukum alam.
Nilai yang tertinggi adalah berasal dari dalam. Analogi yang dapat dibangun dari konsep di atas
adalah dalam hal bangsa Indonesia dianalogikan sebagai individu, bahwa ketaatan individu terhadap
hukum semestinya tidak dipengaruhi sesuatu yang berasal dari luar, akan tetapi ketaatan seharusnya
diperoleh dari dalam jiwa dan akal budi setiap individu untuk mematuhi hukum karena memang ia berfikir
hukum akan membawanya pada keadaan yang baik, yaitu keadilan dan damai. Dengan demikian bukan
karena sanksi individu taat hukum namun karena kerelaannya
sendiri dengan
demikian ia
telah mengangkat martabatnya sebagai manusia.
Kehendak akan hukum adalah kehendak yang dipilih manusia secara sadar dari dalam diri untuk
melaksanakan hukum. Bahwa dengan adanya kerelaan yang berasal dari dalam diri manusia maka hukum
akan mewujudkan ketertiban sekaligus kedamaian bagi individu dan masyarakat. Dengan demikian tepatlah
apa yang dikatakan, bahwa tujuan hukum adalah Damai Sejahtera Vrede
59
58
Ibid., Hlm. 17, 115-118.
59
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum Edisi Revisi, Op.Cit., Hlm. 33.
26
E. Metode Penelitian