STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TIPE THINK PAIR AND SHARE (TPS) DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI (Studi Pada Siswa Kelas X MAN 1 Model Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

1. PENDAHULUAN

Dalam Bab 1 tentang pendahuluan ini akan dibahas tentang latar belakang masalah,
identifikasi masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, ruang lingkup penelitian dan ruang lingkup keilmuan.

1.1 Latar Belakang Masalah.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai
tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia (SDM) tersebut adalah

pendidikan sehingga kualitas pendidikan

harus

senantiasa ditingkatkan. Sebagai faktor penentu keberhasilan pembangunan, pada
tempatnyalah kualitas sumber daya manusia (SDM) ditingkatkan melalui berbagai
pendidikan dan berbagai program pendidikan yang dilaksanakan secara sistematis dan
terarah berdasarkan kepentingan yang mengacu pada kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi (Iptek) dan dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan (Imtak).


Pada dunia pendidikan sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki peranan yang
penting dalam usaha mengembangkan dan membina seoptimal mungkin potensi yang
dimiliki oleh peserta didik. Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang
untuk melaksanakan pendidikan. Semakin maju masyarakat semakin penting peranan
sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses
pembangunan masyarakat.

Perubahan dalam pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang aktif dan
menyenangkan dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar, sudah seharusnya
mulai diterapkan di sekolah. Salah satu upaya yang dapat di lakukan guru untuk
menciptakan pembelajaran tersebut adalah dengan mengubah metode pembelajaran yaitu
dengan menggunakan metode pembelajaran yang kooperatif. Pembelajaran kooperatif
dilaksanakan secara kelompok kecil supaya siswa dapat bekerjasama dalam kumpulan
untuk mempelajari isi materi pembelajaran dengan interaksi sosial. Pembelajaran
kooperatif dapat menciptakan pembelajaraan yang penuh dengan kerjasama dalam
menyelesaikan persoalan diskusi mencari informasi dari berbagai sumber dan masih
banyak lagi kegiatan positif lain yang dapat di terapkan. Sehingga suasana pembelajaran
sesuai dengan prinsip pembelajaran saat ini yaitu pembelajaran yang aktif, inovatif dan
kreatif, efektif dan menyenangkan.

Pembelajaran kooperatif menghadirkan suasana baru dalam proses pembelajaran mulai
dari penyampaian materi yang biasanya dominan dilakukan guru diubah dengan
melibatkan peranan siswa untuk menggali informasi dari berbagai sumber sehingga
wawasan yang diperoleh siswa lebih luas. Adanya unsur-unsur permainan yang bermakna
dalam proses pembelajaran dapat membuat siswa merasa senang dan tidak jenuh.
Perubahan ini menimbulkan tantangan baru dalam proses pembelajaran yang dapat
menyemangati siswa dalam belajar.

Model pembelajaran kooperatif beragam jenis atau tipenya. Hal ini lebih memudahkan
guru untuk memilih tipe yang paling sesuai dengan pokok bahasan, tujuan pembelajaran,

sarana kelas, sarana yang dimiliki dan kondisi internal peserta didik seperti sikap
terhadap mata pelajaran, minat belajar dan sebagainya.

Kurangnya perhatian siswa terhadap pelajaran akan menghambat proses pembelajaran
dan rendahnya hasil belajar. Belum tentu sumber kesalahan terletak pada diri siswa.
Kemampuan guru menyampaikan materi ajar yang kurang memadai dapat menyebabkan
situasi kelas menjadi kurang menarik dan cenderung membosankan siswa. Suara guru
yang kurang keras, sikap guru yang kurang tegas, metode pembelajaran yang kurang
tepat, atau posisi guru saat mengajar banyak duduk dapat membawa suasana yang tidak

menarik perhatian. Selain itu cara guru berhubungan dengan siswa juga sangat
menentukan. Guru yang suka marah, mengejek, jarang senyum, atau kurang adil dalam
perhatian dapat membuat siswa menjadi takut dan tidak senang yang dapat bermuara
pada menurunnya perhatian.

Salah satu faktor yang diduga berpengaruh terhadap hasil belajar adalah motivasi
berprestasi. Motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan untuk berusaha unggul
dibandingkan yang lain. Dengan adanya motivasi berprestasi tinggi siswa akan lebih
bersemangat menghadapi tantangan dalam proses belajar, lebih bertanggung jawab
menyelesaikan tugas sekolah, senang berkompetensi secara sehat dan sifat-sifat positif
lainnya.

Siswa yang aktif dalam belajar menunjukan cara-cara yang aktif dan kreatif tidak hanya
terpaku pada keterangan dan contoh-cotoh soal yang diberikan guru saja, melainkan rajin

datang ke perpustakaan untuk mencari sumber-sumber lain, tidak malu bertanya, pantang
menyerah dan tidak takut gagal. Siswa yang demikian dimungkinkan memiliki prestasi
yang tinggi dan mencerminkan aktivitas belajar yang tinggi pula.

Seperti diketahui bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh guru maupun siswa tentunya

mempunyai tujuan. Lebih-lebih guru dalam melaksanakan pembelajaran selalu
berorientasi pada tujuan yang sudah direncanakan. Untuk itu perlu dipikirkan cara atau
teknik agar dalam waktu yang relatif singkat dan terbatas dapat mencapai tujuan yang
diinginkan yaitu membelajarkan siswa dengan efektif dan efisien.

Konsep pembelajaran yang menentukan siswa sebagai subjek belajar menuntut peran
siswa yang sangat besar dalam berbagai aktivitas pembelajaran. Pertama, siswa dituntut
untuk mampu memberdayakan diri dalam arti mampu untuk memahami, menemukan,
dan menghayati cara belajar yang paling tepat sesuai dengan kemampuan yang ada pada
dirinya. Kedua, siswa juga dituntut untuk menjadi dirinya sendiri dengan segala potensi
yang dimiliki diharapkan kedewasaannya. Ketiga, siswa juga diharapkan dapat
memanfaatkan guru sebagai fasilitator dan bukan satu-satunya sumber belajar yang
berarti bahwa menuntut keberdayaan siswa.

Kenyataan secara umum yang terjadi di kelas berdasarkan pengamatan penulis maupun
informasi dari beberapa guru, bahwa sebagian siswa di kelas belum memiliki

keberdayaan seperti yang diharapkan.

Hal ini tampak dari gejala sering terjadi


kemacetan komunikasi ketika siswa diberi kesempatan untuk bertanya, berkomentar,
berdiskusi, mengajukan usul, berdialog, mengkomunikasikan gagasan dan sebagainya.

Keadaan atau situasi kelas yang demikian inilah banyak guru yang ingin segera dapat
memecahkannya, sehingga dalam pembelajaran berubah menjadi pembelajaran yang
aktif. Dengan demikian, pembelajaran dapat menempatkan siswa sebagai pusat perhatian
(orientasi).

Memang harus diakui bahwa selama ini masih banyak pembelajaran yang belum interktif,
masih satu arah yaitu, guru sebagai nara sumber, pemilik tunggal kegiatan belajar
mengajar, siswa sebagai objek, dan hanya menerima informasi maupun tugas dari guru.
Pencapaian hasil belajar peserta didik mencerminkan proses pembelajaran dan kondusif
tidaknya suasana dan aktivitas peserta didik.

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan dan dokumentasi yang diperoleh dari hasil
ulangan mata pelajaran ekonomi di MAN 1 Bandar Lampung diperoleh data sebagai
berikut :

Tabel 1


Nilai UAS Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X Semester I MAN 1 Bandar
Lampung tahun pelajaran 2010/2011.

No

KELAS

1

X1

2

X2

INTERVAL NILAI
> 70 – 100
0-69
20

12
23

10

JUMLAH
SISWA
37
33

3

X3

22

12

34


4

X4

20

16

36

5

X5

20

16

36


6

X6

20

13

34

7

X7

20

15

34


Jumlah Siswa
145
94
239
Persentase
61.18%
38.82%
100%
Sumber : Guru mata pelajaran ekonomi MAN I Bandar Lampung

Berdasarkan

Tabel 1,

dapat diketahui

bahwa hasil belajar ekonomi siswa masih

tergolong rendah. Hal ini terlihat dari jumlah siswa yang mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang berlaku di MAN 1 yaitu 70 sebanyak 94 siswa dari 239 siswa

atau hanya 38,82%. Sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 145 siswa atau
mencapai 61,18%. Hal ini didukung oleh pendapat Djamarah ( 2006:106), ”apabila
bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65% dikuasai oleh siswa maka persentase
keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah”. Dan proses
pembelajaran kurang efektif. Ketidakefektifan tersebut diduga disebabkan oleh
penggunaan metode pembelajaran yang kurang sesuai.

Metode pembelajaran yang selama ini digunakan adalah metode langsung (ceramah
disertai tanya jawab) sehingga kegiatan

pembelajaran

sedangkan siswa hanya mempelajari apa yang

hanya didominasi guru,

telah disampaikan guru tanpa

menggalinya lebih dalam lagi. Sebagai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
aktifitas siswa dalam pembelajaran yang kemudian berdampak pada peningkatan hasil
belajar ekonomi yaitu menerapkan model pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif lebih melibatkan siswa dalam pembelajaran, jadi siswa
dapat berperan dominan dalam pembelajaran sehingga akan terkondisi pembelajaran
yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Model pembelajaran kooperatif

ada

beberapa macam, diantaranya pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, Group Investigation
(GI), Team Games Tournament (TGT), Think Pair and Share (TPS). Tiap-tiap model
pembelajaran

memiliki

langkah-langkah,

kelebihan–kelebihan

dan

kekurangan-

kekurangannya masing-masing. Guru hendaknya bisa memilah milah

model

pembelajaran dan tipe mana yang tepat, tentunya penerapan model sesuai dengan
karakteristik materi mata pelajaran yang dipelajari. Untuk mata pelajaran ekonomi, model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan TPS diduga merupakan pilihan yang tepat.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka perlu suatu penelitian dengan mengambil judul
sebagai berikut:
“Studi Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw dan Tipe Think Pair and Share (TPS ) Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi
(Studi Pada Siswa Kelas X MAN 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di identifikasikan masalah sebagai berikut
1. Aktivitas dan hasil belajar yang masih rendah, hal ini terlihat dari tidak tercapainya
kriteria ketuntasan belajar minimun.

2. Guru-guru masih banyak menggunakan metode konvensional, guru menjelaskan
siswa memperhatikan, dan mencatat materi yang di sampaikan guru.
3. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered). Peran guru sangat
dominan.
4. Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran masih rendah.
5. Kurangnya semangat berkompetisi siswa dalam proses pembelajaran (motivasi
berprestasi yang merupakan salah satu factor yang mempengaruhi prestasi belajar)
6. Proses belajar mengajar yang monoton sehingga siswa mengalami kejenuhan belajar
di kelas.
7. Guru kurang mengetahui tentang model- model pembelajaran kooperatif yang
menarik dan dapat di sesuaikan dengan materi yang akan di ajarkan.
1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka perlu adanya
pembatasan masalah yang akan diteliti sehingga tidak terlalu meluas dan dapat terarah.
Pembatasan ini dilakukan karena adanya berbagai keterbatasan baik dalam hal waktu,
tenaga dan biaya. Oleh karena itu penelitian ini dibatasi pada kajian perbandingan hasil
belajar ekonomi siswa antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran tipe Jigsaw dan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran
tipe TPS dengan memperhatikan pengaruh variabel moderator yaitu motivasi berprestasi.
Materi pembelajaran yang dipelajari adalah pada pokok bahasan memahami
permasalahan ekonomi dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia, kelangkaan dan
sistem ekonomi.
1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah di atas maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut
1. Apakah ada perbedaan hasil belajar ekonomi yang pembelajarannya menggunakan
model kooperatif tipe jigsaw dibandingkan dengan tipe Think Pair and Share (TPS)?
2. Apakah hasil belajar ekonomi yang pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) pada
siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi ?
3. Apakah

hasil belajar ekonomi yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and
Share (TPS) pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah?
4 Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi berprestasi pada
hasil belajar ekonomi?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan-rumusan/masalah tersebut di atas, maka tujuan yang diinginkan
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
1. Mengetahui perbedaan hasil belajar ekonomi yang pembelajaran menggunakan
model kooperatif tipe

Jigsaw dibandingkan dengan

kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS).

model pembelajaran

2. Mengetahui hasil belajar ekonomi yang pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share(TPS)
pada siswa yang memiliki motivai berprestasi tinggi
3. Mengetahui hasil belajar ekonomi yang pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan yang
pembelajarannya menggunakan tipe Think Pair and Share (TPS) pada siswa yang
memiliki motivasi yang berprestasi rendah.
4. Mengetahui ada tidaknya interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi
berprestasi pada hasil belajar ekonomi.

1.6 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini
mempunyai kegunaan secara teoritis dan praktis

1. Secara teoritis
a. Memberikan sumbangan dan ilmu pengetahuan yang terkait dengan kegiatan
penelitian dan memperkaya khasanah keilmuan serta teori yang telah diperoleh
sebelumnya..
b. Menyajikan suatu wawasan khusus tentang penelitian yang menekankan pada
penerapan model pembelajaran yang berbeda pada mata pelajaran ekonomi..
2. Secara praktis

a. Bagi sekolah,hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan rujukan yang
bermanfaat bagi perbaikan mutu pembelajaran
b. Bagi guru, sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran tentang alternatif
model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar ekonomi
c. Bagi siswa, sebagai tambahan wawasan untuk meningkatkan hasil belajar melalui
model pembelajaran yang melibatkan siswa secara lebih optimal
3. Memberikan motivasi kepada peneliti lain untuk mengkaji dan penelitian yang
relevan dengan penelitian ini.

1.7 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian akan difokuskan pada ruang lingkup penelitian dan ruang
lingkup ilmu. untuk mengetahui kedudukan keilmuan dalam cakupan pendidikan IPS,
rincian lengkapnya sebagai berikut.

1.7.1 Ruang Lingkup Penelitian
Fokus ruang lingkup penelitian yakni perbedaan hasil belajar siswa (Y) dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw (XI) dan tipe Think Pair And
Share (X2) pada pembelajaran ekonomi.

1.7.2 Ruang Lingkup Ilmu
Ruang lingkup ilmu / kajian keilmuan yang berkaitan dengan penelitian dibidang
ekonomi ini adalah pendidikan IPS. menurut Woolover dan Scott (1988 : 10 – 13)

dalam pendidikan IPS, terdapat 5 tradisi atau 5 perspektif. lima perspektif tersebut,
tidak saling menguntungkan secara eksklusif, melainkan saling melengkapi. Seorang
pendidik mungkin mempertahankan satu, beberapa, atau semua pandangan ini.
Mereka yang setuju dengan beberapa tujuan dapat memegang satu pandangan lebih
kuat dari pandangan yang lainnya. adapun lima prinsip perspektif kawasan IPS,
menurut Pargito dalam bahan ajar pendidikan IPS adalah sebagai berikut.
1. IPS sebagai tansmisi kewarganegaraan (social studies as citizenship
transmission )
2. IPS sebagai pengembangan pribadi seseorang (social studies as personal
development o the individual)
3. IPS sebagai pendidikan reflektif (social studies as reflektif inquiri)
4. IPS sebagai pendidikan ilmu-ilmu sosial (social studies as social
sciences)
5. IPS sebagai kritik kehidupan sosial (social studes as social criticism)
Pargito, (2010 ; 1 )

Dalam penelitian ini digunakan perspsektif nomor empat yaitu IPS sebagai
pendidikan ilmu-ilmu sosial. IPS pada hakekatnya merupakan sekumpulan ilmuilmu sosial yang terdiri dari sejarah, geografi, ilmu politik, ekonomi, sosiologi
antropologi, humanities, hukum dan nilai-nilai yang ada di masyarakat yang
diorganisasikan secara ilmiah. Dengan adanya pendidikan IPS diharapkan siswa
akan memperoleh pemahaman dan penghargaan dari cara bagaimana pengetahuan
diperoleh melalui metodologi ilmiah, akan mengembangkan sikap ilmiah, dan
akan memiliki sebuah struktur pengetahuan ilmiah mengenai sikap dan kebiasaan
manusia. Pendidikan suatu ilmu pengetahuan kepada siswa , tetapi juga harus

mengajarkan tentang makna dan nilai-nilai atas ilmu pengetahuan itu untuk
kepentingan kehidupan siswa ke arah yang lebih baik.

Ada 10 konsep social studies dari NCSS dalam Pargito (2010 : 35, yaitu (1)
culture; (2) time, continuity, and change; (3) people, places and environment; (4)
individual, developnebt and identity; (5) individual, group,and institution; (6)
power, outhority and governance; (7) production, distribution and consumtion;
(8) science, technology and society; (9) global connection (10) civic ideals and
practices.

Ruang lingkup kajian ilmu dalam penelitian ini adalah ekonomi sebagai salah satu
cabang dari ilmu pengetahuan sosial yang membahas mengenai usaha-usaha
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang yang berhubungan dengan
produksi, distribusi, dan konsumsi demi kesejahteraan diri dan lingkungan
sosialnya yang muncul karena konsep kelangkaan.

Samuelson and Nor the Haus (1990: 5 ) dalam Supardan (2009 ; 367)
mengemukakan bahwa ilmu ekonomi merupakan studi tentang perilaku orang dan
masyarakat dalam memilih cara menggunakan sumber daya yang langka dan
memiliki alternatif penggunaan dalam rangka memproduksi berbagai komoditi,

kemudian menyalurkanya baik dalam saat ini maupun dimasa depan kepada
berbagai individu dan kelompok yang ada di masyarakat.
Untuk mencapai kemakmuran dapat dilakukan dengan suatu kegiatan, yaitu
kegiatan ekonomi. kegiatan ekonomi tidak dapat dilakukan oleh orang perorang
tanpa melibatkan orang lain. Apabila saling ketergantungan itu terjadi
kesepakatan, barulah kegiatan ekonomi masyarakat dapat berjalan. apabila salah
satu kelompok pelaku ekonomi masyarakat tidak berfungsi baik, pasti terjadi
ketimpangan dalam perekonomian. adapun penyebanya yaitu salah satu pelaku
ekonomi tidak befungsi dengan baik. Ekonomi termasuk dalam tema IPS yang ke
7, yaitu mengenai produksi, distribusi dan konsumsi yang merupakan bagian
utama pada ekonomi, dan tema yang ke 5, yaitu individu, kelompok, dan lembaga.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Berdasarkan tingkat eksplanasinya, penelitian ini tergolong penelitian

komparatif.

Penelitian komparatif adalah penelitian yang membandingkan keberadaan suatu variabel
atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda
(Sugiyono :2008 :57).

Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan

antara teori satu dengan teori yang lain, dan antara hasil penelitian satu dengan yang lain.

Melalui analisis komparatif ini peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan teori
yang lain, atau mereduksi bila di pandang terlalu luas (Sugiyono :2008 :93). menguji
hipotesis komparatif berarti menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan
(Sugiyono :2008 :115) . Metode ini di gunakan untuk mengetahui perbedaan suatu
variabel yaitu hasil belajar ekonomi dengan perlakuan yang berbeda. dengan
memperhatikan pengaruh variabel moderator yaitu motivasi berprestasi.

Sedangkan berdasarkan penelitian esperimen yaitu suatu penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan, variabe-variabel

lain yang dapat mempengaruhi esperimen dapat di

kontrol secara ketat (Sugiyono, 2008 :107).
Kontrol merupakan usaha peneliti untuk menghilangkan pengaruh variabel lain (selain
variabel bebas) yang dapat mempengaruhi variabel tidak bebas. Menurut Ary (dalam
Sukardi, 2003 :180) penelitian eksperimen mempunyai tiga karakteristik penting yaitu :

1. variabel bebas yang di manipulasi.
2. variabel lain yang mungkin berpengaruh di kontrol agar tetap konstan ,
3. efek atau pengaruh manipulasi variabel bebas dan variabel terikat diamati secara
langsung oleh peneliti (diobservasi).

Penelitian eksperimen yang sebenarnya harus dapat mengontrol semua sumber yang
dapat mempengaruhi validalitas. Prinsip ekuivalen antara kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol harus melalui prosedur kelompok random.

Sedangkan dalam penelitian pendidikan yang berlangsung di kelas sangat sulit
melakukan hal ini. Kemudian ini akan di pilih dua subjek yang sudah ada, kemudian
memberikan perlakuan eksperimental.

3.1.1 Desain Eksperimen

Desain penelitian dapat diartikan sebagai penggambaran secara jelas tentang hubungn
antar variabel, pengumpulan data, dan analisis data sehingga dengan adanya desain yang
baik peneliti maupun orang lain yang berkepentingan mempunyai gambaran tentang
bagaimana keterkaitan antara variabel yang ada dengan konteks penelitian dan apa yang
hendak dilakukan peneliti dalam melaksanakan penelitian Sukardi, ( 2003 : 184)

Desain penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
faktorial. Menurut Sugiyono (20089: 76) desain faktorial merupakan modifikasi dari
desain tipe eksperimental (eksperimental yang betul-betul) yaitu dengan memperhatikan

kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi pelakuan (variabel
independen) terhadap hasil (variabel dependen).

Desain faktorial memiliki tingkat kerumitan yang berbeda-beda. Desain faktorial yang
menggunakan dalam penelitian ini adalah yang paling sederhana yaitu desain 2 kali 2
(2X2). Dalam desain ini variabel bebas di manipulasi dan (pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dan TPS) disebut variabel eksperimental (X1), sedang variabel yang kedua di
sebut variabel moderator (X2) yaitu motivasi berprestasi, di bagi menjadi 2 tingkatan
(tinggi dan rendah).

Tabel 6. Desain Penelitian Eksperimen
Variabel Moderator

Variabel Eksperimental (A)

Motivasi berprestasi Tipe Jigsaw (A1)

Tipe TPS (A2)

Mean

Tinggi (B1 )

A1 B 1

A2 B 1



Rendah (B2 )

A1 B 2

A2 B 2



Penelitian ini akan membandingkan keefektifan dua tipe pembelajaran kooperatif yaitu
tipe pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe TPS, terhadap hasil belajar ekonomi di
kelas X4 dan X5, dengan keyakinan bahwa mungkin kedua tipe model pembelajaran ini
mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar ekonomi di tinjau dari motivasi
berprestasi siswa. Berdasarkan tes angket penelitian membagi sampel setiap kelas
menjadi dua yaitu siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang
memiliki motivasi berprestasi rendah. Selanjutnya siswa yang memiliki motivasi

berprestasi tinggi dibagi menjadi dua sebagian diajar menggunakan model pembelajaran
tipe Jigsaw dan sebagian lagi di ajar menggunakan model pembelajaran
begitupun siswa yang memiliki motivasi

tipe TPS,

berprestasi rendah sebagian diajar

menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw dan sebagian lain menggunakan model
pembelajaran tipe TPS. Demikian penelitian faktorial 2X2 ini memerlukan 4 kelompok
subjek. Dengan menggunakan desain

penelitian

ini peneliti juga dapat melakukan

analisis ada atau tidak interaksi diantara perlakuan-perlakuan yang di berikan.

3.1.2 Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang di lakukan dalam penelitian adalah :
a. Melakukan observasi pendahuluan ke sekolah untuk mengetahui yang akan di
gunakan sebagai populasi dan pengambilan sampel dalam penelitian. Penerapan
sampel penelitian di lakukan dengan clauster radom sampling.
b. Pada kelas eksperimen, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok dengan
setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok
ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal

menyesuaikan

dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan di pelajari siswa sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi
tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa

dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama yang disebut dengan
kelompok ahli (counterpant group /cg). Dalam kelompok ahli siswa mendiskusikan
bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana
menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Sedangkan pada
kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TPS, guru menyampaikan inti
materi dan kompetensi yang ingin di capai sementara siswa di minta untuk berpikir
tentang materi permasalahan yang disampaikan guru, kemudian siswa di minta
berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil
pemikiran masing-masing guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok
mengemukakan hasil diskusinya. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan
pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum di
sampaikan terakhir guru memberikan kesimpulan menutup pembelajaran.
c. Pertemuan pada kelas eksperimen maupun kelas pembanding sama yaitu 5 kali
pertemuan.
d. Melakukan tes akhir atau post tes pada dua kelompok subjek untuk mengukur hasil
belajar kemudian untuk mengetahui tentang data motivasi berprestasi menggunakan
angket.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Bandar Lampung. Penelitian dilakukan pada bulan
Oktober sampai Desember 2011 di semester ganjil Tahun pelajaran 2011/2012.
3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MAN I Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari 7 kelas sebanyak 239 siswa.
3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa MAN I Bandar Lampung kelas X sebanyak 2
kelas yang dipilih dari 7 kelas. Hasil tehnik cluster radom sampling diperoleh kelas X4
dan X5 sebagai sampel, kemudian di undi untuk menentukan penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Hasil
undian diperoleh kelas X4 kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran
tipe

Jigsaw dan kelas X5 sebagai kelas pembanding

yang

menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TPS.

Kelas X4 dan X5 merupakan kelas yang mempunyai rata-rata kemampuan akademis yang
relatif sama karena dalam pendistribusiannya tidak dilakukan pengelompokan
berdasarkan nilai siswa tetapi dibagi rata, tidak ada perbedaan antara kelas yang satu
dengan yang lain. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 72 orang yang terdiri dari X4 36
orang sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe

Jigsaw dan kelas X5 berjumlah 36 orang sebagai kelas pembanding yang

menggunakan model pembelajaran tipe TPS.

3.3.3 Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variabel independen

(bebas) dan variabel dependen

(terikat). Variabel penelitian ini ada dua , model pembelajaran kooperatif sebagai X1 yang
terdiri dari dua tipe yaitu Jigsaw dan tipe TPS. Motivasi berprestasi sebagai X2 terdiri
dari motivasi berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi rendah Variabel moderator
dalam penelitian ini adalah
Variabel

moderator

adalah

motivasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi.
variabel

yang

mempengaruhi

(memperkuat

atau

memperlemah) hubungan antara variabel independen dan dependen(Sugiono 2005 :33).
Diduga motivasi mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan TPS. Variabel dependen adalah hasil
belajar ekonomi (Y). Penelitian ini menggunakan empat subjek yaitu siswa motivasi
berprestasi tinggi yang diajar menggunakan Tipe jigsaw sebagai subyek.1. Siswa
motivasi berprestasi rendah yang di ajarkan menggunakan tipe Jigsaw sebagai subjek 2.
Siswa motivasi berprestasi tinggi menggunakan metode TPS sebagai subjek 3. dan
terakhir siswa motivasi berprestasi rendah yangmenggunakan model TPS sebagai subjek
4. dengan demikian akan di peroleh pula 4 hasil belajar dan empat subjek tadi untuk di
perbandingkan. Instrumen pengukuran x1 menggunakan soal tes, sedangkan instrumen
pengukuran X2 menggunakan angket.

3.3.4 Definisi Operasional Variabel

1. hasil belajar ekonomi adalah hasil belajar siswa yang di dapat pada nilai setiap tes
yang merupakan hasil dari suatu proses pembelajaran pada mata pelajaran ekonomi
kompetensi dasar mengidentifikasikan kebutuhan manusia.
2. motivasi berprestasi adalah suatu dorongan untuk mengerjakan suatu tugas dengan
sebaik-baiknya berdasarkan standar yang telah ditetapkan. Objek bisa berupa prestasi
belajar cara yang mudah untuk mengetahui motivasi berprestasi peserta didik adalah
melalui kuesioner.
Tabel. 7 kisi –Kisi Motivasi Berprestasi
Variabel

Indikator

Sub Indikator

Motivasi berprestasi

1. Dorongan yang a. Keinginan
berasal dari dalam diri
memperoleh
siswa untuk berprestasi
pengetahuan
dan
keterampilan.
b. Berusaha
untuk
unggul.
c. Menyukai
situasi
atau tugas yang
menuntut tanggung
jawab pribadi.

Motivasi berprestasi

d. Memiliki
tujuan
yang
jelas
dan
menantang
e. Selalu
merasa
optimis
dalam
menghadapi
persoalan
f. Menyukai feedback
atau
respon
terhadap pekerjaan
yang
telah

dilakukan
untuk
mengetahui
baik
tidaknya
hasil
pekerjaannya.
2. Dorongan yang a. Adanya
ganjaran
berasal
dari
luar
berupa kegagalan
individu siswa untuk
atau rasa takut akan
berprestasi
kegagalan
b. Pemberian nilai atau
hadiah atas prestasi
yang diraih
c. Senang memperoleh
pujian dari apa yang
dikerjakan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data
Beberapa tehnik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah :
3.4.1 Dokumentasi
Dokumentasi di gunakan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan jumlah
siswa, fasilitas-fasilitas yang ada dan sejarah atau gambaran umum mengenai MAN I
Bandar Lampung.
3.4.2 Tehnik tes
Tes digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar. Bentuk tes pilihan ganda yang
masing-masing berjumlah 25 butir soal yang terdiri dari 5 pilihan jawaban yaitu
A,B,C,D,E. Jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0.

3.4.3 Skala

Untuk

mendapatkan

data

tentang

motivasi

berprestasi

sebagai

variabel

moderator .

3.5 Uji Persyaratan Instrumen
Instrumen dalam penelitian ini berupa post test yang bertujuan untuk mengukur hasil
belajar ekonomi. Sebelum tes akhir diberikan kepada siswa maka terlebih dahulu
diadakan uji coba atau instrumen untuk mengetahui validitas soal, reliabilitas soal,
tingkat kesukaran soal, dan daya beda soal.

3.5.1 Uji Validalitas Instrumen
Validalitas adalah alat ukur yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen.

Untuk menguji validalitas intrumen di gunakan rumus korelasi product moment :
rht =

n.XY  (X )(Y )
{nX  (X ) 2}{nY 2  (Y )2
2

Keterangan :
rht

= Koefisient korelasi antara variabel X dari variabel Y

Σx = Skor Butir Soal
ΣY = Skor total ]

(Arikunto 2006 : 93)

Tabel 8. Tingkat besarnya koefisien korelasi

Antara 0,800 sampai 1,000
Antara 0,600 sampai 0,799
Antara 0,400 sampai 0,599
Antara 0, 200 sampai 0,399
Antara 0,000 sampai 0,1999

Sangat Tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
Sangat Rendah

Arikunto (2006 : 94)

3.5.2 Uji Reliabilitas Instrumen

Dalam penelitian ada dua uji reliabilitas yaitu ujian relabilitas angket untuk mengukur
motivasi berprestasi dan uji relabilitas tes untuk mengukur hasil belajar. Uji reliabilitas
tes menggunakan rumus KR-21 dari Kuderdan Richardson untuk menguji tingkat
reliabilitas yaitu :
Keterangan :
Rn = reliabilitas tes seacara keseluruhan
M=

mean atau rerata skor total

N=

banyaknya item

S=

standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

(Suharsimi Arikunto, 2006 :180)
Sedangkan untuk mengukur angket menggunakan rumus alpha, sebagai berikut :

)
R11 =  n 1  Mt (n  Mt

2
 n  1 

(n)( St



Sugiyono (2008 : 258)
Keterangan :
R11 = reliabilitas internal seluruh instrumen
N = jumlah item dalam instrumen
Mt = means skor total

St2 = Varian total
Tabel 9 tingkat besarnya Reabilitas

Antara 0,800 sampai 1,000
Antara 0,600 sampai 0,799
Antara 0,400 sampai 0,599
Antara 0, 200 sampai 0,399
Antara 0,000 sampai 0,1999

Sangat Tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
Sangat Rendah

Arikunto (2006 : 276)

3.5.3 Tingkat Kesukaran
untuk menguji tingkat kesukaran soal di gunakan rumus :
P=

B
JS

Keterangan
P = indek kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab dengan benar
JS = jumlah seluruh peserta tes

Menurut Arikunto (2006 :215) klasifikasi taraf kesukaran adalah sebagai berikut :
soal dengan P 0,00-0,30 adalah soal sukar
soal dengan P 0,30-0,70 adalah soal sedang
soal dengan P 0,70-1,00 adalah soal mudah

3.5.4 Daya Beda
Untuk mencari daya beda soal digunakan rumus :
D=

BA BB

 PA - PB
J A JB

Keterangan
D
J
JA
JB
BA
BB

= daya beda soal
= jumlah peserta tes
= banyaknya peserta kelompok atas
= banyaknya peserta kelompok bawah
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu benar
B
PA = A = proporsi kelompok atas yang menjawab benar
JA
B
PB = A = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
JB
Klasifikasi daya beda :

D = 0,00- 0,20 adalah jelek
D = 0,20-0,40 adalah cukup
D = 0,40-0,70 adalah baik
D = 0,70-1,00 adalah baik sekali
D= negative semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai negative
sebaiknya di buang atau di hilangkan.
Arikunto (2006 :218)
3.6 Uji Persyaratan Analisis Data

Analisis data yang digunakan merupakan statistik inferensial dengan teknik statistik
parametrik. Penggunaan statistik parametik memerlukan terpenuhinya asumsi data harus
normal dan homogen, sehingga perlu uji persyaratan yang berupa uji normalitas dan uji
homogenitas.
3.6.1 Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan adalah uji Lililefors berdasarkan sampel yang akan diuji
hipotesisnya, apakah sampel berdistribusi normal atau sebaliknya dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
Lo = F (i) – S (Zi)
(Sudjana, 2002 : 466)
Keterangan :
Lo = harga mutlak terbesar
F (Zi) = Peluang angka baku
S (Zi) = proporsi angka baku

Kriteria pengujiannya adalah jika Lhitung < Ltabel dengan taraf signifikan 0,05, maka
variabel tersebut berdistribusi normal, demikian pula sebaliknya.

3.6.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas menggunakan rumus bartlet :
X2 = (IoIo) {B-Σ(n-1)log S12}
S2 = (Σ(r-1)Si2/Σ(n-1)
Kriteria jika X2 hitung> X2tabel = X2(1-α) (K-1)

Berarti sampel homogen dan jika kriteria jika X2

2
hitungFt 1%
1. harga
Fo
diperoleh
signifikan

Jika Fo > Ft 5%
Jika Fo < Ft 5%
yang 1. Harga Fo yang 1. Harga Fo yang
sangat
diperoleh
diperoleh
tidak
signifikan
signifikan

2. ada perbedaan mean 2. perbedaan mean
secara
sangat
secara signifikan
signifikan
3. hipotesis nihil (Ho) 3. hipotesis
nihil
ditolak
(Ho) ditolak

2. Tidak ada perbedaan
mean secara sangat
signifikan
3. hipotesis nihil (Ho)
diterima

4. p

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII MTs-PSA Nurul Qodiri Way Pengubuan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 49

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

11 75 34

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHARE (TPS) DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

0 15 87

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN THINK PAIR AND SHARE (TPS) DENGAN MEMPERATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 METRO TAHUN PELAJARAN 20

1 11 92

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TIPE THINK PAIR AND SHARE (TPS) DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI (Studi Pada Siswa Kelas X MAN 1 Model Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 3 149

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 12 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 2 49

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 5 38

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Pada Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 5 130

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHARE (TPS) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP

0 5 93

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 20 44