Hasil Tes Siklus II

pembelajaran dan berdasarkan jurnal maupun wawancara, masih ada siswa yang bingung dalam menulis skenario sandiwara. dari hasil tes juga masih ada beberapa siswa yang belum mencapai nilai minimal yang telah ditetapkan oleh guru bahasa Jawa. Solusi yang diambil peneliti dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melakukan kegiatan siklus II. Kegiatan yang dilakukan pada siklus II ini merupakan perbaikan dari refleksi siklus I. Pada siklus I banyak siswa yang masih kesulitan dalam mendeskripsikan adegan dan menulis dialog yaitu di dalam menetukan diksi, ejaan bahasa, struktur kalimat, dan unggah- ungguh bahasa Jawa. Untuk itu perlu perbaikan yang harus dilakukan pada siklus II. Perbaikan yang dilakukan di dalam siklus II ini, dengan cara memberi penjelasan-penjelasan kembali mengenai cara mendeskripsikan adegan dan cara menulis dialog dengan memperhatikan diksi, ejaan bahasa, struktur kalimat, dan unggah-ungguh bahasa Jawa yang benar.

4.1.3 Hasil Tes Siklus II

Siklus II merupakan perbaikan dan pemecahan masalah yang dihadapi pada siklus I dalam menulis skenario sandiwara dengan menggunakan media film animasi. Pelaksanaan pembelajaran menulis skenario sandiwara siklus II terdiri atas data tes dan data nontes. Hasil kedua data tersebut akan diuraikan secara rinci sebagai berikut. 4.1.3.1 Hasil Penelitian Siklus II Siklus II merupakan pemberlakuan tindakan awal penelitian dengan menggunakan media film animasi. Tindakan siklus ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah dibelajarkan menulis skenario sandiwara dengan menggunakan media film animasi. Hasil tes dari siklus II adalah sebagai berikut. Tabel 15 Siklus II Kemampuan Menulis Skenario Sandiwara No. Rentang nilai Kategori Frekuensi Bobot skor Peresentase Nilai rata-rata 1 2 3 4 85-100 70-84 60-69 0-59 Sangat baik Baik Cukup Kurang 8 24 - - 680 1828 - - 27,11 72,89 - - = 78,37 Kategori baik Jumlah 32 2508 100 Data pada tabel 15 di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Ngawen dalam menulis skenario sandiwara melalui media film animasi dalam kategori baik. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai klasikal siswa yang dicapai 78,37. Rincian data tersebut dijelaskan sebagai berikut. Siswa yang memperoleh nilai sangat baik 8 orang atau sebesar 27,11 dari keseluruhan siswa, siswa yang memperoleh kategori baik 24 siswa atau sebesar 72,89 dari jumlah keseluruhan siswa, dan siswa yang memeperoleh nilai dengan kategori cukup dan kurang tidak ada. Untuk lebih jelasnya perolehan kategori nilai hasil tes pada siklus II, dapat dilihat pada diagram sebagai berikut D Diagram 3 Hasil Siklus II Menulis Skenario Sandiwara Diagram 3 menggambarkan bahwa batang untuk kategori baik paling tinggi yaitu 72,89. Hasil ini menunjukkan bahwa sebaian besar kemampuan menulis skenario sandiwara melalui media film animasi termasuk dalam kategori baik, sisanya berada pada kategori sangat baik dengan persentasi 27,11, dan kategori cukup dan kurang dengan persentase 0. Nilai siklus II ini diperoleh dari penjumlahan masing-masing aspek yaitu aspek judul, aspek tokoh, aspek adegan, aspek dialog. Adapun gambaran secara rinci 4 aspek penelitian kemampuan menulis skenario sandiwara sebagai berikut. 10 20 30 40 50 60 70 80 Sangat baik Baik Cukup Kurang 4.1.3.1.1 Judul Hasil perolehan nilai pada aspek judul dapat dilihat pada tabel 16 berikut. Tabel 16 Perolehan Nilai Aspek Judul No Kategori Nilai Frekuensi Bobot skor Peresentase Nilai rata-rata 1 2 3 4 Sangat baik Baik Cukup Kurang 9-10 7-8 5-6 0-4 32 - - - 320 - - 57 34 9 = 100 Kategori sangat baik Jumlah 32 320 100 Data pada tabel 16 menunjukkan bahwa rata-rata skor yang dicapai dalam aspek judul sebesar 100. Hasil tersebut termasuk kategori sangat baik, artinya kamampuan siswa dalam menulis skenario sandiwara melalui media film animasi dalam penguasaan aspek judul sangat baik. Dari tabel tersebut dapat dilihat, siswa yang mencapai kategori sangat baik berjumlah semua siswa 32 siswa atau sebesar 100 dari jumlah keseluruhan siswa, sedangkan kategori baik, cukup, kurang tidak ada. 4.1.3.1.2 Tokoh Hasil perolehan aspek menentukan tokoh dapat dilihat pada tabel 17 sebagai berikut. Tabel 17 Perolehan Nilai Aspek menentukan Tokoh No Kategori Nilai Frekuensi Bobot skor Peresentase Nilai rata-rata 1 2 3 4 Sangat baik Baik Cukup Kurang 9-10 7-8 5-6 0-4 32 - - - 320 - - - 100 - - - = 100 Kategori sangat baik Jumlah 32 320 100 Data pada tabel 17 menunjukkan bahwa rata-rata skor yang dicapai dalam aspek tokoh sebesar 100. Hasil tersebut termasuk kategori sangat baik, artinya kamampuan siswa dalam menulis skenario sandiwara melalui media film animasi dalam penguasaan aspek tokoh sangat baik. Dari tabel tersebut dapat dilihat, siswa yang mencapai kategori sangat baik berjumlah semua siswa 32 siswa atau sebesar 100 dari jumlah keseluruhan siswa, sedangkan kategori baik, cukup, kurang tidak ada. 4.1.3.1.3 Adegan Hasil perolehan nilai pada aspek adegan dapat dilihat pada tabel 18 sebagai berikut. Tabel 18 Perolehan Nilai Aspek Adegan No Kategori Nilai Frekuensi Bobot skor Peresentase Nilai rata-rata 1 2 3 4 Sangat baik Baik Cukup Kurang 26-30 19-25 11-18 0-10 16 12 4 - 440 288 72 55 36 9 = 83,33 Kategori baik Jumlah 32 800 100 Data pada tabel 18 menunjukkan bahwa rata-rata skor yang dicapai dalam aspek judul sebesar 83,33. Hasil tersebut termasuk kategori baik, artinya kamampuan siswa dalam menulis skenario sandiwara melalui media film animasi dalam penguasaan aspek adegan sudah baik. Dari tabel tersebut dapat dilihat, siswa yang mencapai kategori sangat baik berjumlah 16 siswa atau sebesar 55 dari jumlah keseluruhan siswa, kategori baik dicapai siswa sebanyak 12 siswa atau sebesar 36 dari jumlah keseluruhan siswa, kategori cukup dicapai oleh 4 siswa atau sebanyak 9 dari jumlah keseluruhan siswa, sedangkan untuk kategori kurang tidak ada. 4.1.3.1.4 Dialog Hasil perolehan nilai pada aspek dialog dapat dilihat pada tabel 19 sebagai berikut. Tabel 19 Perolehan Nilai Aspek Dialog No Kategori Nilai Frekuensi Bobot skor Peresentase Nilai rata-rata 1 Sangat baik 39-50 4 156 14,7 2 3 4 Baik Cukup Kurang 26-38 16-25 0-15 24 4 - 812 100 - 76 9,3 - = 66,75 Kategori cukup Jumlah 32 1068 100 Data pada tabel 19 menunjukkan bahwa rata-rata skor yang dicapai dalam aspek dialog sebesar 66,75. Hasil tersebut termasuk kategori cukup, artinya kamampuan siswa dalam menulis skenario sandiwara melalui media film animasi dalam penguasaan aspek dialog cukup. Dari tabel tersebut dapat dilihat, siswa yang mencapai kategori sangat baik berjumlah 4 siswa atau sebesar 14,7 dari jumlah keseluruhan siswa, kategori baik dicapai siswa sebanyak 24 siswa atau sebesar 76 dari jumlah keseluruhan siswa, untuk kategori cukup dicapai siswa sebanyak 4 siswa atau sebesar 9,3 , dan untuk kategori kurang tidak ada. 4.1.3.2 Hasil Nontes Sikklus II Data penelitian pada siklus II sama halnya pada siklus I, yaitu hasil dari observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian nontes siklus II dapat dilihat sebagai berikut. 4.1.3.2.1 Observasi Hasil nontes pada siklus II yang pertama yaitu hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada siswa. Observasi ini dilakukan pada waktu pembelajaran menulis skenario sandiwara dengan menggunakan media filam animasi, pada siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Ngawen berlangsung. Penelitian nontes yang berupa observasi dilakukan peneliti dengan bantuan teman sejawat. Aspek yang dinilai dalam observasi meliputi perilaku positif dan perilaku negatif. Lebih jelasnya dapat dilihat dari uraian berikut. Tabel 20 Hasil Observasi Siklus II No Aspek yang diniali jumlah 1 2 3 4 5 Perilaku positif Siswa aktif merespon penjelasan guru Siswa aktif menjabab pertanyaan guru Siswa aktif mencatat hal-hal penting ketika guru memberi penguatan Siswa berani membaca skenario sandiwarab saat audio dimatikan Kesungguan siswa dalam menulis skenario sandiwara 30 15 32 6 32 91 47 100 9 100 6 7 8 9 10 Perilaku negatif Siswa banyak meminta ijin ke luar kelas pada saat pembelajaran Siswa sering melihat pekerjaan temennya pada saat tes berlangsung Siswa mengantuk Siswa menjawab pertanyan karena ditunjuk guru Siswa menggangu teman lain - - - - - 4.1.3.2.2 Jurnal Hasil penelitian nontes berupa jurnal diambil dari dua jenis yaitu jurnal guru dan jurnal siswa. Kedua jurnal tersebut sama-sama berisi tanggapan guru dan siswa selama proses pembelajaran menulis skenario sandiwara dengan menggunakan media film animasi berlangsung. a. Jurnal Guru Jurnal guru berisi tentang kejadian yang dirasakan guru selama pembelajaran berlangsung. Adapun hal-hal yang menjadi objek sasaran jurnal adlah 1 bagaimana respon dan tanggapan guru terhadap pembelajaran yang telah dilakukan, 2 bagaimana keantusiasan siswa dalam mengikuti pembelajaran, 3 apakah fenomena-fenomena lain yang muncul pada saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama proses pembelajaran menulis skenario sandiwara dengan menggunakan media film animasi berlangsung baik. Hampir semua siswa tertarik terhadap media yang dihadirkan peneliti dalam pembelajaran menulis skenario sandiwara. Hal ini disebabkan tema yang diangkat dalam cerita film animasi siklus II lebih menarik. Mereka terlihat lebih senang dan antusias mengikuti pembelajaran menulis skenario sandiwara pada siklus II. Fenomena-fenomena yang muncul pada saat pembelajaran berlangsung yaitu pada saat film ditayangkan. Berbeda dengan yang terjadi pada siuklus I. Berdasarkan pengamatan guru muncul decakan- decakan senang dan pada saat film sudah selesai mereka meminta diputar lagi. b. Jurnal Siswa Pada jurnal siswa, siswa dihadapkan dengan mengungkapkan pendapat dan tantangan mengenai 1 apakah materi tentang menulis skenario sandiwaraa yang telah diberikan mudah dipahami, 2 apakah model pembelajaran yang digunakan guru atau peneliti sudah tepat untuk pembelajaran menulis skenario sandiwara dengan menggunakan media film animasi, 3 manfaat apa yang diperoleh siswa selama mengikuti pembelajaran menulis skenario sandiwara dengan menggunakan media film animasi, 4 kesan siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan bahwa materi tentang menulis skenario sandiwara yang telah diberikan peneliti mudah dipahami. Mereka menilai bahwa model pembelajaran yang digunakan peneliti sudah tepat, ada yang mengungkapkan dengan model pembelajaran tersebut tidak membuat jenuh, bosan, dan mudah dipahami. Setiap siswa mempunyai pendapat sendiri tentang menfaat dan kesan terhadap pembelajaran menulis skenario sandiwara dengan menggunakan media film animasi. Dengan model pembelajaran tersebut mereka mengaku lebih mudah membuat skenario sandiwara, sehingga haisl tes siklus II dapat lebih baik dari siklus sebelumnya. Kesan mereka terhadap pembelajaran yang dilakukan peneliti yaitu menyenangkan, dapat bermain sambil belajar, tertarik dan sebagainya. 4.1.3.2.3 Wawancara Hasil nontes yang berupa wawancara dilakukan setelah selesai pembelajaran siklus II dan setelah memperoleh nilai hasil tes siklus II peneliti melakukan wawancara terhadap tiga siswa dengan kriteria satu siswa yang memperoleh nilai menulis skenario sandiwara tertinggi, satu siswa yang memperoleh nilai menulis skenario sandiwara sedang, dan satu siswa yang memperoleh nilai menulis skenario sandiwara terendah. Kegiatan wawancara dilakukan penulis dengan tujuan untuk mengetahui tanggapan atau respon yang diberikan siswa dalam pembelajaran menulis skenario sandiwara dengan menggunakan media film animasi. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan diantaranya 1 apakah kesulitan atau kemudahan yang dialammi siswa dalam menulis skenario sandiwara, 2 pendapat siswa tentang media film animasi apakah dapat mengatasi kesulitan siswa dalam menulis skenario sandiwara, 3 perasaan siswa selama mengikuti pembelajaran menulis skenario sandiwara dengan menggunakan media film animasi, 4 bagaimana saran siswa untuk pembelajaran menulis skenario sandiwara dengan menggunakan media film animasi. Dari hasil wawancara dengan ketiga siswa yang diwawancarai mengaku media yang digunakan peneliti sangat menarik dan lebih menyenangkan. Menurut siswa yang memperoleh nilai tinggi, sedang, rendah, mengaku tidak mengalami lagi kesulitan lagi dalam menulis skenario sandiwara. alasanya bemacam-macam, ada yang mengaku pembelajaran pada siklus II ini lebih jelas dari pada siklus I, lebih mudah untuk membuat skenario sandiwara. Wawancara berikutnya tentang pendapat siswa mengenai penggunaan media film animasi apakah dapat mengatasi kesulitan mereka dalam menulis skenario sandiwara, mereka menjawab sudah dapat mengatasinya. Mereka menilai bahwa media film animasi lebih mudah diterapkan, dan lebih menarik. Selanjutnya, saran mereka terhadap pembelajaran menulis skenario sandiwara yang telah dilakukan, bagi siswa yang memperoleh nilai tinggi mengatakan sangat tepat penggunaan media film animasi dapat diterapkan untuk pembelajaran yang lain. Siswa yang memperoleh nilai sedang menyarankan untuk dilakukan lagi penelitian pembelajaran bahasa Jawa selain menulis skenario sandiwara, dan saran siswa yang memperoleh nilai rendah menyarankan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Jawa. 4.1.2.3 Refleksi Siklus II Pembelajaran yang dilakukan pada siklus II ini merupakan tindakan perbaikan dari pembelajaran siklus I. Pada siklus I masih ada permasalahan yang dialami siswa. Permasalah-permasalahan yang terdapat dalam siklus I diperbaiki pada siklus II. Pada pembelajaran siklus II, guru berusaha menjelaskan kembali kepada siswa dan menekankan penjelasan pada kesulitan yang dialami siswa dalam menulis skenario sandiwara. Kegiatan yang dilakukan guru adalah memberi kesempatan kepada siswa ikut andil dalam penyelesaian contoh yang diberikan guru berdasarkan film animasi. Jadi dalam proses belajar mengajar guru memberi contoh menulis skenario sandiwara berdasarkan film animasi dan siswa disuruh melanjutkan contoh tersebut dengan berdasarkan film animasi bersama-sama dengan guru. Setelah itu guru memberi pengguatan. Hal ini dilakukan agar siswa yang kurang mampu dalam menulis skenario sandiwara dapat lebih memahami. Perbaikan perencanaan yang dilakukan pada siklus II ini ternyata mampu memberi perubahan yang lebih dibandingkan dengan siklus I. Dari hasil tes menulis skenario sandiwara, siswa mengalami peningkatan dari rata-rata 71,5 meningkat menjadi 78,37. Siswa juga lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.

4.2 Pembahasan