PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS V SDN 3 SIMPANG KANAN KECAMATAN SUMBEREJO TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tujuan pendidikan nasional seperti yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 2 tahuan 1989 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan bangsa (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998: 3). Tujuan pendidikan nasional ini sangat luas dan bersifat umum sehingga perlu dijabarkan dalam Tujuan Institusional yang disesuaikan dengan jenis dan tingkatan sekolah yang kemudian dijabarkan lagi menjadi tujuan kurikuler yang merupakan tujuan kurikulum sekolah yang diperinci menurut bidang studi/mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran (Purwanto, 1988 :2). Tujuan instruksional dijabarkan menjadi Tujuan Pembelajaran Umum dan kemudian dijabarkan lagi menjadi Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK).

Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia


(3)

seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti

luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan membangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1999).

Pada hakekatnya kegiatan belajar pembelajaran adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam pembelajaran merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.

Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam pembelajaran, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses pembelajaran itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.


(4)

Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.

Proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam diarahkan untuk berbuat sehingga membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Namun demikian, masih kerap ditemui dalam proses belajar mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam guru menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran lebih mengandalkan metode ceramah sehingga siswa menjadi bosan dan kurang aktif. Ilmu Pengetahuan Alam pun masih sering dianggap sebagai mata pelajaran yang menuntut kemampuan menghafal. Tanpa perlu upaya pemahaman dan dikaitkan dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas tentu akan berpengaruh pada hasil belajar.


(5)

Penggunaan model yang tepat didalam pelaksanaan pembelajaran, serta pelaksanaan evaluasi hasil belajar, merupakan aspek-aspek yang mempengaruhi keberhasilan belajar. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di kelas V SD Negeri 3 Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus, kondisi kelas saat kegiatan belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Alam masih sering pasif. Sangat sulit untuk terjadinya interaksi aktif baik antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan guru.

Setelah diamati ternyata keadaan tersebut tidak lepas dari model pembelajaran yang digunakan. Selama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam guru hanya menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas. Hal seperti ini mengakibatkan siswa menjadi kurang aktif dalam pembelajaran. Proses pembelajaran yang kurang berhasil tentu akan berdampak pada hasil belajar.

Model pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa model yaitu Student Teams Achievement Division (STAD), JIGSAW, Investigasi Kelompok (Teams Games Tournaments atau TGT), dan Pendekatan Struktural yang meliputi Think Pait Share (TPS) dan Numbered Head Together (NHT). Dari beberapa jenis model tersebut, pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kooperatif STAD.


(6)

Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok (Trianto, 2010: 68).

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas maka peneliti ingin menerapkan apakah ada pengaruh penggunaan Student Teams Achievement Division terhadap keaktifan peserta didik untuk mencapai hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Oleh karena itu, penulis akan mengadakan penelitian dengan judul : ”Peningkatan Aktivitas dan hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam dengan pembelajaran Student Teams Achievement Division Pada Siswa Kelas V SD Negeri 3 Simpang Kanan Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2012/2013”.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah:

1.2.1 Guru masih menggunakan pembelajaran yang konvensional 1.2.2 Pembelajaran masih mengandalkan metode ceamah

1.2.3 Siswa kurang aktif dalam pembelajaran

1.2.4 Guru masih mempunyai asumsi bahwa pelajaran IPA merupakan pelajaran yang masih menghafal


(7)

1.2.5 Belum maksimalnya penggunaan metode pembelajaran belum sepenuhnya dilakukan oleh Guru IPA

1.2.6 Rendahnya aktifitas siswa siswa dalam mata pelajaran IPA

1.2.7 Rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA sehingga tidak mencapai KKM yang sudah ditetapkan yaitu 60

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1.3.1 Bagaimana peningkatan aktivitas pembelajaran IPA dengan pembelajaran tipe Student Teams Achievement Division

1.3.2 Bagaimanakah peningkatan hasil belajar IPA dengan pembelajaran tipe tipe Student Teams Achievement Division pada siswa kelas V SDN 3 Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :

1.4.1 Untuk meningkatkan Aktivitas belajar siswa siswa kelas V SD N 3 Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus dalam pelajaran IPA


(8)

1.4.2 Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD N 3 Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus dalam pelajaran IPA

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat berikut:

1.5.1 Bagi Siswa

Memberikan suasana belajar yang menyenangkan 1.5.2 Bagi Guru/peneliti

Untuk memperoleh pengalaman tentang penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. 1.5.3 Bagi Sekolah

Dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berguna dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di SD N 3 Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.


(9)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

11.1 Pengertian Belajar

Fajri dan Senja (2008) mengungkapkan belajar adalah berusaha untuk memperoleh ilmu atau menguasai suatu keterampilan,.

Belajar menurut Gagne dalam Mudjiono dan Dimyati (2009: 10) adalah merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (1) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (2) proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitifyang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat evaluasi hasi belajar yang merupakan proses untuk menentukan nilai hasil belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, di mana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol. Apabila tujuan utama kegiatan evaluasi hasil belajar ini sudah terealisasikan, maka hasilnya dapat difungsikan dan ditujukan untuk berbagai keperluan Mudjiono dan Dimyati (2009: 200).


(10)

Pengertian belajar menurut Trianto (2010 : 17) adalah sebagai proses perubahan perilaku dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi lenih terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri.

Marno dan Idris (2008: 151) juga mengungkapkan ada tiga tipe belajar siswa, yaitu: (1) visual, dimana dalam belajar, siswa tipe ini lebih mudah belajar dengan cara melihat atau mengamati, (2) auditori, di mana siswa lebih mudah belajar dengan mendengarkan , dan (3) kinestetik, di mana dalam pembelajaran siswa lebih mudah belajar dengan melakukan.

11.2 Aktivitas Belajar

Sardiman (1994 : 95) mengatakan bahwa dalam pembelajaran sangat diperlukan adanya aktivitas belajar. Tanpa adanya aktivitas belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, bertanya hal-hal yang belum jelas, mencatat mendengarkan, berfikir, membaca dan segala kegitan yang dilakukan dan dapat menunjang prestasi belajar.

Marno dan Idris (2008: 150) menjelaskan bahwa cara mengaktifkan belajar siswa adalah dengan memberikan berbagai pengalaman bermakna yang bermanfaat bagi kehidupan siswa dengan memberikan rangsangan tugas, tantangan, memecahkan masalah, atau mengembangkan pembiasaan agar dalam


(11)

dirinya tumbuh kesadaran bahwa belajar menjadi kebutuhan hidupnya dan oleh karena itu perlu dilakukan sepanjang hayat.

Jamarah (200: 67) mengemukakan bahwa belajar sambil melakukan aktifitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapat oleh anak didik lebih lama tersimpan didalam benak anak didik.

Dieriel (Dalam Sardiman 1994 : 99) menyatakan bahwa jenis kegiatan siswa digolongkan kedalam 8 kelompok diantaranya :

1) Visual aktivities, seperti : membaca dan memperhatikan.

2) Arah aktivities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, dan diskusi.

3) Listening aktivities, seperti : mendengarkan uraian dan diskusi. 4) Writing aktivities, seperti : menulis laporan dan menyalin. 5) Matar aktivities, seperti : melakukan percobaan.

6) Mental aktivities, seperti : menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan dan mengambil kesimpulan.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa : Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktifitas belajar. Aktivitas dalam belajar merupakan rangkaian yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti peljaran. Belajar sambil melakukan aktifitas dapat menyebabkan kesan/ pesan/ konsep yang didapat akan lebih tahan lama tersimpan didalam benak anak didik. Kegiatan aktifitas belajar siswa dapat diamati dengan mempertahankan prilaku siswa yang meliputi :


(12)

a) Memperhatikan penjelasan guru. b) Bertanya kepada guru.

c) Mencatat, menyalin, menulis hasil. d) Berdiskusi mengerjakan LKS. e) Menjawab / menanggapi pertanyaan. f) Menyimpulkan kembali hasil diskusi. g) Mengerjakan soal latihan.

11.3 HASIL BELAJAR

Hasil adalah sesuatu yang didapat dari jerih payah. Menurut Ali Lukman (1999: 343) hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha.

Belajar menurut Gagne dalam Mudjiono dan Dimyati (2009: 10) adalah merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (1) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (2) proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitifyang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat evaluasi hasi belajar yang merupakan proses untuk menentukan nilai hasil belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat


(13)

keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, di mana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol. Apabila tujuan utama kegiatan evaluasi hasil belajar ini sudah terealisasikan, maka hasilnya dapat difungsikan dan ditujukan untuk berbagai keperluan Mudjiono dan Dimyati (2009: 200).

Mudjiono dan Dimyati juga berpendapat bahwa hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar pada akhirnya difungsikan dan ditujukan untuk keperluan seperti: (1) untuk diagnostik dan pengembangan; (2) untuk seleksi; (3) untuk kenaikan kelas; (4) untuk penempatan.

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar merupakan suatu bentuk perubahan tingkah laku yang relative menetap. Anak yang berhasil belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran.( Abdurrahman 2003:37).

Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki siswa terhadap penyerapan materi yang diberikan gurunya yang diwujudkan atau yang telah diberikan oleh guru kepada siswa setelah melakukan proses pembelajaran

11.4 Pembelajaran ilmu Pengetahuan Alam

Wonorahardjo Surjani (2010:11) mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sering disebut dengan singkatan sebagai sains. Sains (Inggris: Science)


(14)

berasal dari kata latin “scientia” yang berarti (1) pengetahuan tentang, atau tahu tentang; (2) pengetahuan, pengertian, faham yang benar dan mendalam. Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains adalah sekumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui metode tertentu. Proses pencarian ini telah diuji kebenarannya secara bersama-sama oleh beberapa ahli sains dan pemirsanya. Sains menjelaskan apa yang termasuk bidang kajiannya dan untuk itu diperlukan objektivitas dan kejelasan metode. Selain itu sains berusaha menguasai alam dan memanfaatkan alam untuk kesejahteraan manusia , meningkatkan taraf hidup, efisiensi, dan efektifitas kerja. Sejarah sains dari zaman ke zaman membantu manusia menemukan metode dan struktur yang tepat untuk bidang kajiannya.

Menurut pandangan konstruktivis dalam proses pembelajaran IPA seyogianya disediakan serangkaian pengalaman berupa kegiatan nyata yang rasional atau dapat dimengerti siswa dan memungkinkan terjadi interaksi sosial. Dengan kata lain saat proses belajar berlangsung siswa harus terlibat secara langsung dalam kegiatan nyata. Pembentukan pengetahuan mewarnai pembentukan sistem konseptual IPA bagi yang mempelajarinya (Sutarno Nono, 2009: 8.18).

Wonorahardjo Surjani (2010: 12) juga menjelaskan bahwa secara umum ilmu pengetahuan alam mempunyai ciri khas yang berbeda dengan ilmu pengetahuan lainnya. Kebanyakan pengetahuan mengenai alasan ini didapat secara empiris, yakni pengamatan langsung atas kejadian di alam.


(15)

Pengumpulan pengamatan ini merupakan data yang sangat berharga yang nanti setelah diolah akan menghasilkan informasi yang akurat karena manusia dianugerahi akal budi atau rasio yang cukup untuk mengolah informasi-informasi ini. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan alam ditunjang oleh penggunaan metodologi yang tepat. Metode penarikan kesimpulan berdasarkan fakta serta premis sebelumnya memberikan alur pikir logis yang tidak mudah goyah.

Wonorahardjo Surjani (2010: 12) mengungkapkan fungsi dari ilmu pengetahuan alam atau sains yaitu: (1) Sains membantu manusia berpikir dalam pola sistematis. (3) Sains dapat menjelaskan gejala alam serta hubungan satu sama lain antar gejala alam. (4) Sains dapat digunakan untuk meramalkan gejala alam yang akan terjadi berdasarkan pola gejala alam yang dipelajari. (5) Sains digunakan untuk menguasai alam dan mengendalikannyademi kepentingan manusia. (6) Sains digunakan untuk melestarikanalam karena sumbangan ilmunya mengenai alam.

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pembelajaran ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang fenomena atau gejala-gejala alam dan segala sesuatu yang ada di alam yang kegiatannya menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen.


(16)

IPA didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan ilmiah menekankan pada hakikat IPA.

Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002: 7) adalah sebagai berikut:

1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam bentuk angka-angka.

2. Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya. 3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa

misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.

4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang lebih sempurn dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari penemuan sebelumnya.

Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran.

5. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan


(17)

metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil (produk).

11.6 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Suyatno,(2000:52) tipe STAD adalah metode pembelajaran untuk mengelompokkan kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggungjawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota keanggotaan campur menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku beranggotakan 4-5 orang menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku.

Slavin (dalam Trianto 2010:68) menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.

STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang sederhana dan merupakan model yang baik untuk permulaan bagi para guru baru menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Pembelajaran STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu persentasi kelas, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan, dan penghargaan kelompok.


(18)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajar tipe STAD merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik dengan tujuan untuk memajukan nilai tim, sehingga setiap siswa dalam sebuah tim harus dituntut untuk memahami materi agar nilai tim tidak menurun.

Dalam metode pembelajaran ini pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen jadi tidak ada kelompok yang sangat menonjol dan tidak ada kelompok yang pasif dalam diskusi. Hal ini akan berbeda apabila anak-anak yang pintar membentuk sendiri, maka dalam diskusi terjadi ketidak seimbangan, yang pintar akan bertambah pintar dan yang bodoh akan menambah tidak tahu. Siswa yang berprestasi ditempatkan disetiap masing-masing kelompok juga mempunyai tugas yaitu memberitahu kepada teman-teman di kelompoknya tugas yang diberikan guru sampai teman-teman-teman-temannya paham dan mengerti.

II. 6. 1 Komponen utama pembelajaran Kooperatif STAD yaitu: 11.6.1.1 Presentasi Kelas

Materi dalam STAD pertama-tama dikenalkan dalam presentasi dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang seringkali dilakukan atau didiskusi yang dipimpin oleh seorang guru. Bedanya persentasi kelas dengan pengajaran lain biasa hanyalah bahwa persentasi tersebut harus benar-benar focus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi


(19)

perhatian penuh terhadap persentasi kelas karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka. Kemudian pembelajaran STAD juga dilakukan dengan cara menggunakan metode ceramah dan tanya jawab antar guru dan siswa.

Dengan cara ini, siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim

11.6. 1.2 Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akadenik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama tim adalah memastikan bahwa anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi yaitu untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.

Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama. Membandingkan jawaban dan mengoreksi setiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.


(20)

Tim adalah fiture yang paling penting dalam pembelajaran tipe STAD pada tiap pointnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan langkukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.

11. 6. 1. 3 Kuis

Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktiktum, para siswa akan mengerjakan kuis indivudual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga tiap siswa bertanggungjawab secara individu untuk memahami materinya. Dengan diadakan kuis ini guru akan mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam materi tersebut.

11. 6.1. 4 Skor Kemajuan Individual

Skor kemajuan individual merupakan gagasan utama untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai jika siswa bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi point yang maksimal kepada timnya. Tiap siswa harus memberikan usaha mereka yang terbaik agar point individu yang mereka miliki dapat menambah point mereka.


(21)

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor mencapai kriteria tertentu. kriteria tersebut adalah sebagai berikut Tabel

Tabel 1: Kriteria Rekognisi Tim

Kriteria Nilai Peningkatan

Nilai sempurna tanpa melihat nilai awal 30 Nilai kuis terkini lebih dari 10 poin nilai awal 30 Nilai kuis terkini 1-10 poin di atas nilai awal 20 Nilai kuis terkini turun 1-10 poin di bawah nilai

awal 10

Nilai kuis terkini turun lebih dari 10 poin di

bawah nilai awal 5

Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan 20 % dari peringkat mereka. Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan menghitung skor individu dan menghitung skor kelompok, setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada kelompok yang memiliki nilai tertinggi.

II.6.2 Langkah-langkah pembelajaran Kooperatif STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga membutuhkan langkah-langkah yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.


(22)

Persiapan-persiapan, Rusman (2011:215) mengambarkan langkah-langkah dalam pembelajaran Kooperatif STAD antara lain:

1). Penyampaian Tujuan dan Motivasi

Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar .

2). Menentukan Skor Awal

Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah adanya kuis. Misalnya pada pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan tes, maka hasil tes masing-masing individu dapat dijadikan skor awal.

3). Presentasi dari Guru

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut, serta pentingnya pokok pelajaran tersebut dipelajari

4). Membentuk Kelompok Kooperatif

Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya relativ homogen. Apabila memungkinkan kelompok kooperatif memerlukan ras, agama, jenis kelamin, dan latar belakang sosial. Apabila dalam kelas terdiri atas ras dan latar belakang yang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan kepada prestasi akademik


(23)

5). Kerja Kelompok

Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal ini bertujuan lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok.

6) Kuis (Evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok.

II. 6. 3 Penerapan Teknik Kooperatif STAD

Made Wena 2009:192 Secara umum menjelaskan penerapan Pembelajaran STAD dikelas adalah sebagai berikut:

1) Kelas dibagi dalam beberapakelompok

2) Setiap kelompok terdiri dari 4-5 anggaota kelompok yang sifat berbeda 3) Tiap kelompok diberi bahan ajar dan tugas-tugas pembelajaran yang

harus dikerjakan

4) Tiap kelompok didorong untuk memahami bahan ajar dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran melalui diskusi kelompok.

5) Selama proses pembelajaran secara kelompok guru berperan sebagai fasilitator dan motivator


(24)

sempurna diberi penghargaan. Demikian pula jika semua kelompok memperoleh nilai hasil belajar yang sempurna maka semua kelompok tersebut wajib diberi penghargaan.

Tujuan utama dari pembelajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas.

II. 6. 4 Kelebihan dan Kekurangan Metode Kooperatif STAD

Metode kooperatif STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang menenkankan pada pembelajaran kelompok. Adapun kelebihan dan kekurangan pada pembelajaran ini adalah sebagai berikut :

II.6. 4.1 Kelebihan

a) Seluruh siswa menjadi lebih siap. b) Melatih kerja sama dengan baik.

Dapat penulis simpulakan bahwa kelebihan pembelajaran ini adalah seluruh siswa menjadi lebih siap, karena dalam menjawab kuis atau pertanyaan adalah secara individu, dan melatih kerjasama pembelajaran kelompok untuk mengerjakan tugas.

II.6. 4. 2 Kekurangan

a) Anggota kelompok mengalami kesulitan. b) Membedakan siswa.

Dapat peneliti simpulkan bahwa kekurangan dari pembelajaran ini anggota kelompok semua mengalami kesulitan, walaupun pembentukkan kelompok secara campuran (Heterogen) tidak membedakan yang pintar atau yang


(25)

kurang pintar. Yang dimaksud membedakan siswa di sini akan kelihatan mana siswa yang cepat tanggap dalam menerima pelajaran dan kurang tanggap dalam menerima pelajaran.

11.7 Hipotesis Tindakan

Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut “ Apabila pembelajaran IPA menggunakan metode Student Teams Achievement Division STAD dengan langkah-langkah yang benar maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD N 3 Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus tahun pelajaran 2012/2013.


(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

II.1 Setting Penelitian

III. 1. 1 Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 3 Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus yang berjumlah siswa yang terdiri dari 11 perempuan dan 9 laki-laki.

III. 1. 2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian yaitu selama 3 (tiga) bulan, yaitu dari bulan awal Januari sampai akhir Maret tahun pelajaran 2012/2013

II. 1. 3Tempat Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan di SD Negeri 3 Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.

III. 1. 4 Faktor yang diteliti

Faktor yang di teliti adalah aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Student Teams Achievement Division (STAD)

III. 1. 5 Sumber data

Sumber data yaitu siswa kelas V SD Negeri 3 Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus

III. 1. 6 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini teknk pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dalam


(27)

penelitian adalah mendapatkan data. Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini peneliti mengunakan dua teknik pengumpulan data yakni:

1) Lembar pengamatan 1 : adalah lembar pengamatan yang digunakan untuk mengamati aktivitas setiap siswa selama mengikuti proses pembelajaran pada setiap siklus. Teknik pengumpulan data pada siklus 3 adalah lembar pengamatan yang diisi oleh guru sebagai peneliti dan hasilnya dianalisis.

2) Lembar tes hasil belajar : adalah lembar soal tertulis yang digunakan untuk menilai hasil belajar siswa pada setiap siklus. Teknik pengumpulan data tes hasil belajar adalah lembar soal dikerjakan oleh siswa setelah proses pembelajaran dan hasilnya dikoreksi untuk diadakan pensekoran dan penialian. Tester pada tes belajar ini adalah guru sebagai peneliti.

III. 1. 7 Instrumen Penilaian 1. Lembar Observasi

Observasi adalah pengamatan terhadap objek yang akan dicatat datanya, dengan persiapan yang matang, dilengkapi dengan instrumen tertentu.Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan melalui pengamatan disertai dengan pencatatan segala gejala-gejala yang tampak. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti luas observasi tidak


(28)

hanya terbatas pada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung

2. Perangkat Tes

Tes adalah sejumlah pertanyaan yang disampaikan secara lisan tentang aspek-aspek psikologis sebagai data atau informasi yang berhubungan dengan masalah penelitian tindakan kelas yang harus dijawab secara lisan pula (Kusnanadar 2011:186).

Tes hasil belajar dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa sebelum dan sesudah tindakan dilaksanakan dengan cara membandingkan nilai yang diperoleh siswa dengan KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) yang ditetapkan oleh guru.

III. 1. 8 Siklus PTK

Dalam penelitian ini siklus PTK yang akan peneliti lakukana adalah sebagai berikut:

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

Rencana 1 Analisis Perbaikan

Tindakan 1 Observasi 2 Tindakan 3

Observasi 1 Tindakan 2 Observasi 3

Analisis Perbaikan dan seterusnya


(29)

III. 2 Prosedur Penelitian III. 2.1 Siklus ke-1

1) Tahap perencanaan, mencakup:

a. Menganalisis silabus/ Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pada pokok bahasan

Pesawat sederhana.

c. Menyiapkan instrumen (Lembar observasi, tes hasil belajar).

2) Tahap pelaksanaan, mencakup:

a. Melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai perencanaan. b. Menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe student teams

achievement division (STAD) dalam pembelajaran.

c. pengamatan terhadap setiap langkah kegiatan sesuai rencana.

3) Tahap pengamatan atau observasi:

Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh seorang guru dan dibantu oleh 2 orang observator dengan menggunakan alat Bantu lembar observasi. Lembar observasi yang disiapkan berupa lembar observasi berisi tentang pengamatan perilaku siswa dalam mengikuti setiap siklus yang dilaksanakan. Evaluasi tentang keberhasilan sesuai dengan tes subyektif dan tes obyektif.


(30)

Data yang dikumpulkan merupakan data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh melalui tes formatif dan data kuantitatif diperoleh dari lembar pengamatan

4) Tahap refleksi, mencakup:

a. Menganalisis data pada waktu melakukan observasi, analisis dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang telah dicapai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan sebelumnya (indikator keberhasilan).

b. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model kooperatif tipe STAD.

c. Hasil analisis data dijadikan sebagai bahan untuk membuat perencanaan tindakan baru yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya.

III. 2. 2 Siklus ke-2

1) Tahap perencanaan, mencakup:

a.Menganalisis silabus/ Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. b.Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pada pokok bahasan Pesawat sederhana.

c. Menyiapkan instrumen (Lembar observasi, tes hasil belajar).

2) Tahap pelaksanaan, mencakup:


(31)

b. Menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe student teams achievement division (STAD) dalam pembelajaran.

c. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah kegiatan sesuai rencana.

3) Tahap pengamatan atau observasi:

Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh seorang guru dan dibantu oleh 2 orang observator dengan menggunakan alat Bantu lembar observasi. Lembar observasi yang disiapkan berupa lembar observasi berisi tentang pengamatan perilaku siswa dalam mengikuti setiap siklus yang dilaksanakan.

Evaluasi tentang keberhasilan sesuai dengan tes subyektif dan tes obyektif.

Data yang dikumpulkan merupakan data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh melalui tes formatif dan data kuantitatif diperoleh dari lembar pengamatan

4) Tahap refleksi, mencakup:

a. Menganalisis data pada waktu melakukan observasi, analisis dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang telah dicapai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan sebelumnya (indikator keberhasilan).


(32)

b. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model kooperatif tipe STAD.

c. Hasil analisis data dijadikan sebagai bahan untuk membuat perencanaan tindakan baru yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya.

III. 2.3 Siklus ke-3

1) Tahap perencanaan, mencakup:

a. Menganalisis silabus/ Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pada pokok bahasan Pesawat sederhana.

c. Menyiapkan instrumen (Lembar observasi, tes hasil belajar).

2) Tahap pelaksanaan, mencakup:

a. Melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai perencanaan. b. Menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe student teams

achievement division (STAD) dalam pembelajaran.

c. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah kegiatan sesuai rencana.

3) Tahap pengamatan atau observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh seorang guru dan dibantu oleh 2 orang observator dengan menggunakan alat


(33)

Bantu lembar observasi. Lembar observasi yang disiapkan berupa lembar observasi berisi tentang pengamatan perilaku siswa dalam mengikuti setiap siklus yang dilaksanakan.

Evaluasi tentang keberhasilan sesuai dengan tes subyektif dan tes obyektif.

Data yang dikumpulkan merupakan data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh melalui tes formatif dan data kuantitatif diperoleh dari lembar pengamatan

4) Tahap refleksi, mencakup:

a. Menganalisis data pada waktu melakukan observasi, analisis dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang telah dicapai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan sebelumnya (indikator keberhasilan).

b. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model kooperatif tipe STAD.

c. Hasil analisis data dijadikan sebagai bahan untuk membuat perencanaan tindakan baru yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya.

III. 3 Teknik analisis data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat


(34)

menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiata pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut: % 100 . . . x Siswa belajar tuntas yang Siswa P

 (Purwanto, 2008,102)

Selanjutnya untuk menilai ke aktivan siswa disini peneliti menggunakan lembar observasi belajar siswa pada setiap siklus dengan format sebagai berikut Lembar pengamatan III adalah data primer yang digunakan untuk menilai aktifitas belajar siswa pada setiap siklus dengan format sebagai berikut :


(35)

Tabel 2 Penilaian Aktivitas Siswa

No Aspek yang dinilai

Sekor

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5 6 7

Memperhatikan penjelasan guru Bertanya kepada guru.

Mencatat/menyalin/menulis hasil. Berdiskusi mengerjakan LKS Menjawab atau menanggapi pertanyaan.

Menyimpulkan kembali hasil diskusi. Mengerjakan soal latihan.

Jumlah skor

Presentase aktivitas belajar siswa

Keterangan :

(1). Sangat tidak aktif. (2). Tidak aktif. (3). Kurang aktif. (4). Aktif.

(5). Sangat aktif.

dilakukan dengan menggunakan teknik analisis kualitatif, karena data yang diperoleh berbentuk kategori/kualitatif. Teknik ini digunakan untuk menganalisasi sejauh mana tingkat aktivitas belajar setiap siswa dalam


(36)

mengikuti proses pembelajaran pada setiap siklus, dengan teknik analisis data sebagai berikut :

Keterangan :

%AS : Presentase aktivitas siswa

JSS : Jumlah sekor aktivitas belajar siswa JSM : jumlah sekor maksimal (35)

Selanjutnya dari hasil perhitungan rumus tersebut diklasifikasikan berdasarkan kategori keaktivan siswa, yaitu sebagai berikut :

Tabel 3 Kategori Nilai Aktivitas Siswa

No Presentase Katagori Aktivitas Siswa

1 2 3 4 5

1 % - 20 % 21 % - 40 % 41 % - 60 % 61 % - 80 % 81 % - 100 %

Sangat tidak aktif Tidak Aktif Kurang Aktif Aktif

Sangat Aktif

III. 4 Indikator Kinerja

Pembelajaran ini dinyatakan berhasil yaitu apabila siswa telah mencapai nilai

% AS = J S S x 100 J S M


(37)

dengan baik sesuai dengan skenario pembelajaran, hasil observasi dan tes dari pelaksanaan pembelajaran berkategori baik, dan rata-rata nilai akhir dari setiap siklusnya terjadi peningkatan sehingga persentase skor rata-rata siswa bisa mencapai KKM.


(38)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

IV. 1 Simpulan

Berdasarkan analisis data penelitian yang penulis lakukan maka dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan kemampuan siswa kelas V SD N 3 Simpang Kanan dalam pembelajaran IPA pada materi pesawat sederhana menggunakan pendekatan kooperatif STAD, dengan nilai rata-rata pada tes kedua lebih tinggi daripada tes pertama dapat dibuktikan dari hasil tes penelitian sebagi berikut.

Hasil rata-rata nilai pra penelitian sebesar 54, selanjutnya pada tes siklus I nilai rata-rata meningkat menjadi 59,75. Pada tes siklus 2 nilai rata-rata meningkat lagi menjadi 72,25sedangkan pada siklus 3 nilai rata-rata siswa adalah 84,4 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 20 siswa atau 100% siswa yang tuntas dalam pembelajaaran dengan nilai KKM 60 .

Dengan demikian, penggunaan pendekatan kooperatif STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

IV. 2 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan, penulis memberikan saran-saran sebagi berikut:


(39)

V.2.1 Bagi siswa

a) Siswa perlu berlatih dan banyak praktik dalam pembelajaran IPA. b) Agar lebih banyak belajar di rumah bagi siswa yang belum tuntas agar

dapat memahami materi selanjutnya

V.2.2 Bagi Guru

a) Guru perlu memberikan bimbingan secara intensif kepada siswa dalam pembelajaran IPA.

b) Bagi guru agar melakukan inovasi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang sesuai karakteristik pokok bahasan, seperti penggunaan pendekataan kooperatif STAD dalam Pelajaran IPA

c) Siswa yang belum tuntas hendaknya diremidi dan diberikan bimbingan khusus pada indikator yang belum tercapai, yaitu pada materi pesawat sederhana.

V.2.3 Bagi sekolah

Sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan guna mendukung kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan siswa pada pelajaran IPA


(40)

Agar lebih meningkatkan lagi metode pembelajaran, agar bisa mencapai ketuntasan belajar secara individu, dan bisa menggunakan media pembelajaran yang lebih menarik bagi siswa.


(41)

Halaman

Daftar Diagram ... xii

Daftar Tabel ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 5

1.3Rumusan Masalah ... 6

1.4Tujuan Penelitian ... 6

1.5Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1 Pengertian Belajar ... 8

II.2 Aktifitas Belajar ... 9

II.3 Hasi Belajar ... 11

II.4 Pembelajaran IPA ... 13

II.5 Hakikat IPA ... 15

II.6 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... .. 16

II.6.1 Komponen Pembelajaran Kooperatif STAD ... 17

II.6.2 Langkah-langkah STAD ... 21

II.6.3 Penerapan Kooperatif STAD ... 22

II.6.4 Kelebihan dan Kekurangan Kooperatif STAD ... 23

II.7 Hipotesis Tindakan ... 24

BAB III METODE PENELITIAN III.1 Setting Penelitian... ... … 25

III.1.1 Subyek Penelitian... 25

III.1.2 Waktu Penelitian... 25

III.1.3 Tempat Penelitian ... 25

III.1.4 Faktor yang diteliti... 25

III.1.5 Sumber data... 25

III.1.6 Teknik Pengumpulan Data………. 25

III.1.7 Instrumen Penelitian……… 26 III.1.8 Siklus PTK……… ………


(42)

III.2.2.Siklus 2... 29

III.2.3 Siklus 3……… 31

III.3 Teknik Analisis Data... 33

III.4 Indikator Kinerja. ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN VI.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 37

VI.2 Hasil Peneitian ... 38

VI.2.1 Siklus 1……… 38

VI.2 2 Siklus 2………. 51

VI.2.3 Siklus 3……… 61

VI.3 Pembahasan……….. 69

BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan……….. 72

V.2 Saran………. 73 DAFTAR PUSTAKA


(43)

Judul Skripsi : Peningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Dengan Pembelajaran STAD Pada Siswa Kelas V SD Negeri 3 Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2012/ 2013.

Nama Mahasiswa : Sumardiono Nomor Pokok Mahasiswa : 1113127022 Program Studi : S1 PGSD Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyetujui

Ketua Jurusan Pembimbing

Drs.Baharuddin Risyak, M. Pd, Dra. Yulina H, M. Pd. I


(44)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Yulina H, M. Pd. I ………

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. M. Coesamin, M. Pd.…………..

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP 19600315 198503 1003


(45)

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Sumardiono

NPM : 1113127022

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Program Studi : S I PGSD

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan ini menerangkan dengan sesungguhnya bahwa laporan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan Judul “ Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Pada Siswa Kelas V SD N 3 Simpang Kanan Kecamata Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2012/2013” tersebut adalah benar-benar karya sendiri.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia dituntut berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku.

Bandar Lampung 10 Februari 2013 Yang membuat pernyataan,


(46)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Sumbermulyo pada Tanggal 22 November 1966, dari pasangan Bapak Martorejo (Alm) dan Ibu Ngadisah.

Pendidikan Sekolah Dasar Negeri Sumberdadi diselesaikan tahun 1979, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di Sumberejo pada tahun 1982, dan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Muhammadiyah Gisting Tahun 1985. Diploma II Universitas Terbuka pada tahun 2002.

Tahun 2011, Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan, program Studi S1 PGSD di Universitas Lampung.


(47)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur dan kerendahan hati, karya Tulus ini kupersembahkan kepada:

1. Kepada Kedua Orang Tua Bapak Martorejo (Alm) dan Ibu Ngadisah Yang telah menghantar penulis terlahir ke dunia ini

2. Kepada Istriku tercinta Nurhayati yang senantiasa dengan kesabaranya yang telah memberikan semangat dan motifasi kepada penulis

3. Anak-anak ku tercinta, Aprimawati, Doni Abdul Kholiq dan Tika Rizki Amalia yang Saya sayangi.

4. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan penelitian tindakan kelas ini

5. Almamater Universitas Lampung dan rekan-rekan Jurusan PGSD angkatan 2011.


(48)

MOTTO

Berbahagialah orang-orang yang penglihatannya menambah ilmu, diamnya berbuah pikir, dan bicaranya cerminan dzikir. (Mabni Darsi, MA. Ali Bin Abi Thalib)


(49)

(50)

(51)

(52)

(53)

(54)

(55)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS 1V SD NEGERI 2 MATARAM KABUPATEN PRINGSEWU

0 6 38

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS 1V SD NEGERI 2 MATARAM KABUPATEN PRINGSEWU

0 5 40

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS V SDN 1 MARGOYOSO KECAMATAN SUMBEREJO TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 8 41

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VA SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 11 79

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) KELAS IV SISWA SD NEGERI TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 17 67

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS V SDN 3 SIMPANG KANAN KECAMATAN SUMBEREJO TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 3 55

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) SISWA KELAS V SDN 2 NEGERI BESAR KECAMATAN NEGERI BESAR KABUPATEN WAY KANAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 13 58

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION PADA SISWA KELAS V SDN 2 GUNUNG REJO KECAMATAN WAYLIMA KABUPATEN PESAWARAN TAHUN AJARAN 2013/2014

0 6 47

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS V DI SDN 1 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 8 54

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS V DI SDN 1 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 54