Kemampuan HASIL DAN PEMBAHASAN

39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kemampuan

Corynebacterium glutamicum FHCC-0062 dalam mereduksi Perak Nitrat menjadi Nanopartikel Perak Pembuatan nanopartikel perak dalam penelitian ini menggunakan metode green chemistry dengan cara sintesis menggunakan bakteri. Larutan AgNO 3 direduksi Corynebacterium glutamicum FHCC-0062 Gambar 16. Setelah diamati selama 5 hari, awalnya warna larutan putih susu berubah menjadi kuning kecoklatan yang ditunjukkan oleh Gambar 17. Gambar 16. Corynebacterium glutamicum FHCC-0062 pada Pengamatan Mikroskopik Perbesaran 1000x Gambar 17. Koloid Nanopartikel Perak 40 Koloid nanopartikel perak hasil reduksi dari larutan AgNO 3 berwarna kuning kecoklatan menunjukkan telah terbentuknya nanopartikel perak. Hal tersebut merujuk pada Zielinska et al. 2009: 1566 menyatakan bahwa koloid nanopartikel perak mempunyai warna kuning transparan, krem, hitam, abu- abu, dan ragam warna lainnya. Koloid nanopartikel perak menunjukkan warna berbeda karena penyerapan cahaya dan hamburan di daerah tampak berdasarkan resonansi plasmon. Frekuensi elektron berosilasi dalam menanggapi medan listrik dan terjadi radiasi elektromagnetik, namun hanya elektron bebas seperti Ag yang memiliki resonansi plasmon yang menimbulkan warna intens Zielinska et al., 2009: 1560 . Warna yang muncul tergantung pada bentuk dan ukuran nanopartikel serta konstanta dielektrik dari media Sneha et al., 2010: 993. Karakterisasi larutan AgNO 3 dan nanopartikel perak dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis. Menurut Sileikaite et al. 2006: 289 menyatakan bahwa koloid nanopartikel perak memiliki panjang gelombang dengan rentang 350-550 nm pada analisis spektrofotometer UV- Vis. Analisis larutan AgNO 3 dan nanopartikel perak pada penelitian ini dilakukan pada panjang gelombang 200-800 nm. Hasil spektrum UV-Vis pada Gambar 18 a menunjukkan ada dua puncak yaitu, absorbansi larutan perak nitrat 0,006 M sebesar 0,016 pada panjang gelombang 305,50 nm, dan 2,743 pada panjang gelombang 224 nm. Hasil spektrum UV-Vis pada Gambar 18 b menunjukkan adanya 5 puncak, yaitu absorbansi koloid nanopartikel perak yang sudah direduksi dari larutan AgNO 3 41 0,006 M oleh C. glutamicum FHCC-0062 sebesar 2,919 pada panjang gelombang 397,50 nm, 2,937 pada panjang gelombang 385 nm, 2,957 pada panjang gelombang 378 nm, dan 2,999 pada panjang gelombang 362 nm. Solomon et al. 2007: 322 menyatakan bahwa koloid nanopartikel perak dengan panjang gelombang 397,50 nm mempunyai ukuran partikel sebesar 10 sampai 14 nm dan Zielinska et al. 2009: 1565 menyatakan bahwa koloid nanopartikel perak berwarna kuning mempunyai ukuran partikel sebesar 12 nm. a 42 b Gambar 18. Spektrum UV-Vis a Larutan AgNO 3 0,006 M, dan b Nanopartikel Perak Hasil Preparasi C. glutamicum FHCC-0062 mereduksi Ag + menjadi Ag secara ekstraseluler Li et al., 2011: 4 . Sneha mengungkapkan bahwa proses reduksi Ion Ag + menjadi Ag melalui proses biosorbsi dan selanjutnya terjadi bioreduksi. Ion Ag + tereduksi menjadi ion Ag karena, d inding sel C. glutamicum FHCC-0062 terdiri atas senyawa kimia dengan gugus fungsi karboksilat, hidroksil, amida dan kelompok fosfat dalam berbagai polimer dinding selnya menjadi bersifat anion Sneha et al., 2010: 991. Anion adalah ion negatif yang terbentuk ketika atom nonlogam memperoleh satu atau lebih elektron. Anion tertarik ke arah anoda bidang positif dalam medan listrik, anion bermuatan negatif karena jumlah proton dalam nukleoinya kurang dibandingkan jumlah elektron. Ketika logam kehilangan elektron, ada energi yang diperlukan untuk menghilangkan elektron itu. Elektron dapat menambah kulit terluar pada unsur yang baru Kharisma Syaefuloh, 2015: 4 , sehingga 43 pada proses tersebut terjadi penyerapan ion Ag + oleh C. glutamicum FHCC- 0062 . B. Kemampuan Antibakteri Bahan Tekstil yang dilapisi Nanopartikel Perak terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25924 dan Escherichia coli ATCC 35218 Bahan tekstil katun, nilon, poliester, dan spandek dilapisi dengan nanopartikel perak guna diuji sifat antibakteri pada Staphylococcus aureus ATCC 25924 Gambar 19 a dan Escherichia coli ATCC 35218 Gambar 19 b. Warna kuning kecoklatan pada sampel bahan tekstil dilapisi nanopartikel perak berasal dari warna koloid nanopartikel perak. Hal tersebut menandakan nanopartikel perak berhasil menempel pada bahan tekstil. Kemampuan antibakteri bahan tekstil dilapisi nanopartikel perak ditunjukkan dengan terbentuknya zona jernih atau zona hambat pada media Nutrient Agar NA yang telah diberi suspensi Staphylococcus aureus ATCC 25924 dan Escherichia coli ATCC 35218 seperti yang terlihat pada Gambar 20. a b Gambar 19. Pengamatan Mikroskopik Perbesaran 1000x pada a Staphylococcus aureus ATCC 25924 dan b Escherichia coli ATCC 35218 44 a b c d e f Gambar 20. Uji zona hambat, a kain katun S2, b kain nilon S2, c kain poliester S2, d kain spandek S2, e semua kain S1, f semua kain S3 45 Tabel 8. Data Zona Hambat Semua Perlakuan pada Bahan Tekstil terhadap S. aureus ATCC 25924 dan E. coli ATCC 35218 Keterangan: S1: bahan tekstil yang tidak dilapisi apapun kontrol negatif S2: bahan tekstil yang dilapisi nanopartikel perak S3: bahan tekstil yang dilapisi kloramfenikol kontrol positif. U1: ulangan 1 U2: ulangan 2 U3: ulangan 3 Jenis kain Perlakuan E. coli ATCC 35218 S. aureus ATCC 25924 Rerata Zona Hambat Bahan Tekstil Rerata Zona Hambat Bahan Tekstil U1 U2 U3 Rata2 U1 U2 U3 Rata2 Katun S1 S2 8,5 8,9 8,1 8,5 7,8 9,5 9,1 8,8 S3 2,2 6,4 6,5 5 6,7 7,4 6,8 6,9 Nilon S1 S2 9,9 10 7,3 9 8,9 11 7,7 9,2 S3 4,3 6,4 4,4 5 7,3 6,8 6,7 6,9 Poliester S1 S2 8,8 7,2 9,9 8,6 8,3 9,5 9,7 9,3 S3 6,6 6,7 2,4 5,2 7 7,2 6,7 6,9 Spandek S1 S2 7,1 6,8 7,4 7,1 7,9 8,8 8,2 8,3 S3 2,3 6,7 2,2 3,7 6,4 6,4 6,9 6,5 46 Gambar 21. Grafik Zona Hambat Semua Perlakuan pada Bahan Tekstil terhadap S. aureus ATCC 25924 berdasarkan Jam Pengamatan Gambar 22. Grafik Zona Hambat Semua Perlakuan pada Bahan Tekstil terhadap E. coli ATCC 35218 berdasarkan Jam Pengamatan 47 Berdasarkan data pada Tabel 8 diketahui bahwa bahan tekstil dilapisi nanopartikel perak mempunyai aktivitas antibakteri. Rerata diameter zona hambat keempat bahan tekstil antibakteri terhadap S. aureus ATCC 25924 dan E. coli ATCC 35218 menggunakan metode Kirby Bauer pada ketiga bahan uji S1, S2, S3 memperlihatkan bahan tekstil dilapisi nanopartikel perak mempunyai rata-rata zona hambat paling besar jika dibandingkan pada kontrol negatif maupun kontrol positif seperti terlihat pada Gambar 21 dan Gambar 22. Bahan tekstil tidak dilapisi apapun sebagai kontrol negatif tidak mempunyai aktivitas antibakteri, yang ditunjukkan dengan tidak adanya zona hambat pada semua sampel kain terhadap S. aureus ATCC 25924 dan E. coli ATCC 35218. Bahan tekstil dilapisi kloramfenikol sebagai kontrol positif menunjukkan adanya zona hambat, tetapi rerata zona hambatnya masih di bawah rerata zona hambat bahan tekstil dilapisi nanopartikel perak. Berdasarkan Gambar 21 diketahui bahwa zona hambat bahan tekstil katun, nilon, poliester, spandek dilapisi nanopartikel perak terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25924 dari pengamatan jam ke-6 hingga jam ke-36 terus mengalami peningkatan dan jam ke-36 hingga jam ke-48 mempunyai rerata zona hambat sama. Berdasarkan Gambar 22 diketahui bahwa zona hambat bahan tekstil katun, nilon, poliester, spandek dilapisi nanopartikel perak terhadap Escherichia coli ATCC 35218 dari pengamatan jam ke-6 hingga jam ke-42 mengalami peningkatan dan jam ke-48 mempunyai nilai sama dengan jam ke-42. Peningkatan diameter zona hambat merupakan aktivitas eksponensial bakteri, sedangkan zona hambat mengalami stagnasi karena 48 koloni bakteri sudah dalam posisi death cell program Kane dan Kandel, 2006: 385. Tabel 9. Analisis ANOVA Bahan Tekstil dilapisi Nanopartikel Perak terhadap S. aureus ATCC 25924 dan E. coli ATCC 35218 Df mean square F Sig. Di antara grup 7 11,866 9,433 ,000 Di dalam grup 184 1,258 Selanjutnya, dikarenakan penelitian ini menggunakan disain rancangan acak lengkap, maka untuk melihat pengaruh variasi bahan tekstil yang dilapisi nanopartikel perak terhadap zona hambat pada bakteri uji S. aureus ATCC 25924 dan E. coli ATCC 35218, maka perlu dilakukan analisis ANOVA menggunakan program SPSS. Hasil uji one way ANOVA dengan taraf 5 dapat dilihat pada Tabel 9. Uji one way ANOVA menunjukkan nilai F hitung sebesar 9,433 dengan Sig. = 0,000 . Oleh karena nilai sig. 0,05 maka Ho ρ = 0 ditolak I Putu Sampurna dan Tjokorda Sari Nindhia, 2013: 40, yang artinya variasi bahan tekstil dilapisi nanopartikel perak secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap zona hambat pada bakteri uji S. aureus ATCC 25924 dan E. coli ATCC 35218. Tabel 10. Hasil uji lanjut LSD Semua Perlakuan pada Bahan Tekstil terhadap S. aureus ATCC 25924 dan E. coli ATCC 35218 Perlakuan Perbedaan Rerata Zona Hambat S1 terhadap S2 dan S3 Signifikan S2 terhadap S1 dan S3 Signifikan S3 terhadap S1 dan S2 Signifikan Berdasarkan uji lanjut LSD Least Significance Different dengan taraf 5, yang digunakan untuk menguji beda nyata antar beberapa rerata zona 49 hambat pada semua perlakuan pada bahan tekstil terhadap S. aureus ATCC 25924 dan E. coli ATCC 35218 dapat dilihat pada Tabel 10. Bahan tekstil yang tidak dilapisi mempunyai perbedaan zona hambat yang signifikan terhadap bahan tekstil dilapisi nanopartikel perak dan bahan tekstil dilapisi kloramfenikol. Bahan tekstil yang dilapisi nanopartikel perak mempunyai perbedaan zona hambat yang signifikan terhadap bahan tekstil tidak dilapisi dan bahan tekstil dilapisi kloramfenikol. Bahan tekstil yang dilapisi kloramfenikol mempunyai perbedaan zona hambat yang signifikan terhadap bahan tekstil dilapisi nanopartikel perak dan bahan tekstil tidak dilapisi. Hal tersebut dapat bermakna bahwa bahan tekstil dilapisi nanopartikel perak mempunyai pengaruh antibakteri yang nyata terhadap kedua bakteri uji tersebut. Menurut Song et al. 2006: 58, mekanisme antibakteri dapat dijelaskan melalui interaksi nanopartikel perak mendekat pada membran sel bakteri uji selama proses difusi sel berjalan dan masuk ke dalam sel bakteri. Nanopartikel perak berinteraksi dengan membran sel bakteri yang mengandung protein dengan gugus fungsi sulfhidril sebagai komponen utamanya, kemudian senyawa perak menyerang rantai metabolisme bakteri, dan juga berinteraksi dengan molekul DNA hingga pada akhirnya sel bakteri mengalami kerusakan dan mengalami kematian. Feng et al. 2000: 668, melaporkan bahwa mekanisme penghambatan nanopartikel perak terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dapat terjadi karena ion perak berpengaruh terhadap 50 denaturasi protein dan menyebabkan molekul DNA bakteri menjadi kental dan bakteri kehilangan kemampuan untuk melakukan replikasi. Pengamatan langsung menunjukkan adanya perubahan morfologi dan struktur baik pada bakteri Staphylococcus aureus maupun bakteri Escherichia coli setelah perlakuan dengan nanopartikel perak dapat dilihat pada Gambar 23 dan 24. Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli sehat memiliki molekul DNA tersebar acak pada hampir seluruh bagian sel. Sel bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli diberi perlakuan dengan nanopartikel perak memiliki DNA menggumpal pada bagian tepi sel. Gumpalan DNA tersebut terbentuk akibat adanya interaksi yang terjadi antara ion Ag dengan molekul DNA. Hal tersebut yang mungkin menyebabkan nanopartikel perak dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus ATCC 25924 dan E. coli ATCC 35218. Gambar 23. Bakteri staphylococcus aureus pada Pengamatan SEM a Bakteri Sehat dan b Bakteri yang diberi Nanopartikel Perak Feng et al ., 2000: 667. 51 Gambar 24. Bakteri Escherichia coli pada Pengamatan SEM a Bakteri Sehat, dan b Bakteri yang diberi Nanopartikel Perak Feng et al ., 2000: 664. Aktivitas antibakteri bahan tekstil dilapisi nanopartikel perak terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25924 menunjukkan rerata zona hambat lebih besar dibandingkan dengan Escherichia coli ATCC 35218 dapat dilihat pada Tabel 8. Hal tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Cappuccino dan Sherman 2001: 385 bahwa bakteri gram negatif memiliki viabilitas lebih rendah dibandingkan dengan bakteri gram positif. Perbedaan pernyataan Cappuccino dan Sherman 2001: 385 dengan hasil penelitian ini karena sel E. coli cepat dan mudah tumbuh, memiliki kemampuan tinggi dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan, serta menunjukakkan resistensi dan kekebalan terhadap beberapa zat antibakteri M. H. Anshari, 2011: 27. Selain itu, M. H. Anshari 2011: 46 menyatakan bahwa S. aureus hanya mempunyai membran plasma tunggal yang dikelilingi dinding sel tebal berupa petidoglikan. Sekitar 90 dari dinding sel tersebut tersusun atas peptidoglikan, sedangkan sisanya berupa molekul lain berupa asam teikhoat. Di sisi lain E. coli memiliki sistem membran ganda, dimana membran 52 plasmanya diselimuti oleh membran luar permeabel. E. coli mempunyai dinding sel tebal berupa peptidoglikan, yang terletak di antara membran luar dan membran dalam, sehingga partikel nanopartikel perak lebih mudah melakukan difusi pada S. aureus, karena mempunyai hambatan lebih kecil dimana sel bakteri tersebut sebagian besar tersusun oleh plasma tunggal dibandingkan dengan E. coli. Berdasarkan deskripsi tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas antibakteri pada bahan tekstil dilapisi nanopartikel perak termasuk dalam aktivitas bakteriosidal berspektrum luas. Aktivitas bakteriosidal adalah aktivitas antibakteri yang membunuh bakteri patogen dalam kisaran luas Michael et al., 2009: 786 dan antibakteri berspektrum luas yaitu antibakteri dapat menghambat atau membunuh bakteri dari golongan gram positif maupun gram negatif Sylvia T. Pratiwi, 2008: 154. Hal tersebut dibuktikan dengan bahan tekstil dilapisi nanopartikel perak dalam membentuk zona hambat pada bakteri uji Staphylococcus aureus ATCC 25924 dan Escherichia coli ATCC 35218. Aktivitas bakteriosidal berspektrum luas pada bahan tekstil dilapisi nanopartikel perak dipengaruhi oleh ukuran partikel nano, dalam penelitian ini nano yang digunakan dimungkinkan berukuran 12 nm. Menurut Agus Haryono dan Sri Budi Harmami 2010: 4, aktivitas antibakteri pada nanopartikel perak didukung oleh luas permukaan partikel besar, sehingga memungkinkan terjadinya kontak sangat baik dengan mikroorganisme. Antimikroba partikel perak dipengaruhi oleh ukuran partikel, semakin kecil ukuran partikel semakin besar efek antimikroba Cheng, Karim, dan Seow, 2003: 666. 53

C. Perbedaan Aktivitas Antibakteri di antara Kain Katun, Nilon, Poliester,