20
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Dinamika Sistem Bunyi ProsodiSuprasegmental Tekanan
Tekanan
stress, accent
merupakan kekuatan yang lebih besar dalam artikulasi pada salah satu bagian ujaran yang membuatnya lebih menonjol daripada
bagian ujaran yang lain atau disebut juga dengan keras lembutnya pengucapan bagian ujaran Kridalaksana, 1982:164. Dalam sebuah kata realisasi tekanan
mengacu pada suku kata silabel yang menonjol dalam ucapan lisan. Penonjolan itu dilakukan oleh pembicara sebagai alat untuk tujuan pemfokusan perhatian pada
informasi penting dalam ujaran. Jika mengacu pada pengertian yang lebih spesifik, Bolenger 1958:109 membedakan bahwa
stress
merupakan istilah yang mengacu kepada ciri abstrak sebuah kata yang merupakan tempat untuk
accent.
Dengan pengertian tersebut berarti
accent
adalah tekanannya, sedangkan
stress
merupakan tempat tekanan tersebut di dalam kata.
Penempatan tekanan dalam suku kata menyebabkan suku kata tersebut menjadi lebih menonjol daripada suku kata yang lainnya. Malahan, di dalam
beberapa kata, tekanan tersebut bisa menimbulkan kontras. Misalnya, dalam bahasa Melayu Loloan Bali yang juga berlaku dalam bahasa Indonesia, kata
ekor
‗ekor‘ diberi tekanan yang berbeda menimbulkan makna kalimat yang berbeda pula. Dalam
konteks
Berap
e ekor ayam tu
?
’Berapa ekor ayam itu ?’ mengacu ke pertanyaan jumlah ekor dari ayam. Sementara itu, apabila kara
ekor
digunakan dalam konteks Berape ek or ayam tu
?
‘Berapa ek or ayam itu ?’ mengacu ke pertanyaan jumlah ayam. Suku kata yang mendapat tekanan tersebut disebut suku kata bertekanan,
sedangkan yang lainnya disebut suku kata tidak bertekanan. Secara spesifik istilah
tekanan stress, ton tone,
dan
intonasi intonation
mengacu kepada konsep linguistik
emik.
Bukan fenomena secara fisik yang bisa diteliti dan diukur secara langsung. Tinggi dan rendahnya nada
tones,
tekanan pada awal atau akhir kata, dan naik atau turunan kontur merupakan elemen-lemen yang
berperan dalam deskripsi sistem bahasa. Sebuah sistem bahasa merupakan sesuatu yang dikenal secara umum oleh pembicarapemakai bahasa. Akan tetapi, hal itu
bukanlah sesuatu yang bisa diteliti secara langsung. Sementara itu, bunyi ucapan
speech
adalah sesuatu yang terjadi atau terbentuk dan terobservasi secara nyata. Getaran alat ucap seseorang, gelombang
21 bunyi yang merambat di udara dan didengar oleh telinga pendengar merupakan
sesuatu yang terukur dan nyata. Dengan demikian, analisis fonetik eksperimental yang mampu mengobservasi getaran akustik gelombang bunyi yang digunakan
dalam analisis ini sangat relevan digunakan. Untuk itu, perbedaan linguistik dari tekanan, ton, dan intonasi ton tidak dibahas dalam penelitian ini karena bahasa yang
diteliti bukan bahasa ton; intonasi akan dibicarakan pada bagian lain tulisan ini terlihat refleksinya dalam konfigurasi yang berbeda dari tinggi nada
pitch
, panjang
length,
dan kenyaringan
loudness
. Dengan kata lain, tekanan dalam analisis ini akan terlihat di dalam gambaran tinggi rendahnya suara, panjang pendeknya suara,
dan keras lemahnya suara dalam fonetik akustik. Dalam data BML ditemukan bahwa tekanan pada kata dasar satu suku
terletak pada bunyi vokal baik itu pada suku tertutup maupun terbuka, contoh: b́r
‗ayah‘. Secara grafik, tekanan dalam kata tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Grafik 4.1 Tekanan pada Kata Dasar Satu Suku
Tekanan pada kata dasar dengan dua suku terletak pada bunyi vokal pada suku terakhir suku kedua baik itu pada kata dua suku dengan suku terbuka maupun
tertutup. Misalnya, pada kata dasar dua suku yang diawali dengan bunyi konsonan, dan diakhiri oleh bunyi vokal suku terbuka, contoh,
jaj́ ‗jajan‘