Kata Dinamika Sistem Bunyi ProsodiSuprasegmental NadaIntonasi

39 Grafik 4.17 Intonasi pada Kata Dasar Bersuku Empat Gambar di atas menunjukkan intonasi kata dasar bersuku empat selorogan [sǝlɔrɔgan] ‗laci‘. Dengan demikian, gambaran pola intonasi kalimat berita di atas dapat dirumuskan sebagai berikut. 1 - 2 3 selorogan [sǝlɔrɔgan] ‗laci‘

4.3.2 Frase

Frase lazimnya diartikan kelompok kata yang tidak melebihi fungsi subjek dan predikat. Sementara itu, Kridalaksana mendefiniskan frase sebagai kelompok kata atau gabungan kata yang tidak predikatif 2008: 66. Nada dalam penelitian ini akan ditinjau dari dua jenisnya yakni frase endosentrik dan frase eksosentrik. Di bawah ini akan diuraikan beberapa contoh frase dalam bahasa Melayu yang kemudian dilanjutkan dengan analisis nadanya. 4.3.2.1 Frase Eksosentris Frase eksosentris merupakan frase yang keseluruhannya tidak mempunyai perilaku sintaktis yang sama dengan salah satu konstituennya. Frase ini mempunyai dua bagian, yang pertama disebut perangkai berupa preposisi dalam bahasa Indonesia antara lain partikel si atau yang, yang ke dua disebut sumbu berupa kata atau kelompok kata Kridalaksana, 2008: 66. Di bawah ini akan disajikan spektogram frase eksosentris dalam bahasa Melayu Loloan Bali sehingga nada yang terdapat dalam frase tersebut dapat digambarkan secara visual. 40 Grafik 4.18 Intonasi pada Frasa Eksosentris Gambaran pola intonasi kalimat berita di atas dapat dirumuskan sebagai berikut. 1 2 3 di kebon [di k ɔbɔn] ‗di kebun‘ 4.3.2.2 Frase Endosentris Frase yang keseluruhannya mempunyai perilaku sintaktis yang sama dengan salah satu konstituennya Kridalaksana, 2008: 66. Hasil spektogram terhadap frase endosentris bahasa Melayu Loloan tersebut akan disajikan di bawah ini. Grafik 4.19 Intonasi pada Frasa Endosentris 41 Gambar di atas menunjukkan intonasi pada frase endsosentrik pokok jepun [pok ɔʔ jǝpun] ‗pohon. Dengan demikian, gambaran pola intonasi kalimat berita di atas dapat dirumuskan sebagai berikut. 2 - 1 3 pokok jepun [pok ɔʔ jǝpʊn] ‗pohon jepun‘

4. 3.3 Kalimat

Tinjauan nada dalam satuan kalimat pada penelitian ini akan dititikberatkan pada tiga tipe kalimat yakni 1 kalimat deklaratif, 2 kalimat interogatif, dan 3 kalimat imperatif. Secara lebih rinci akan dijelaskan di bawah ini. 4.3.3.1 Kalimat Deklaratif Kalimat deklaratif atau disebut juga kalimat berita biasanya digunakan untuk membuat pernyataan sehingga isinya merupakan berita bagi pendengarpembaca Alwi, 1993: 398. Dalam penelitian ini digunakan kalimat deklaratif yang terdiri dari satu kata yaitu kata tidur [ted ʊr] ‗tidur‘. Kata itu merupakan jawaban dari pertanyaan Akila lagi dimane? [akila lagi dimanǝ] ‗Akila lagi dimana?‘, yang kemudian mendapatkan jawaban tidur [ted ʊr] ‗tidur‘. Di bawah ini disajikan intonasi pada kalimat deklaratif tersebut. Grafik 4.20 Intonasi pada Kalimat Deklaratif Gambar di atas menunjukkan intonasi kalimat tidur [ted ʊr] ‗tidur‘ dimulai dengan frekuensi sekitar 280 Hz pada suku te, yang kemudian mengalami penurunan sekitar 230 Hz. Selanjutnya, suku kata kan terbentuk dari alunan titinada yang 42 semula naik sampai sekitar 300 Hz, yang disusul dengan penurunan sampai pada 270 Hz. Dengan demikian pola intonasi kalimat deklaratif tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut. 2 1 2 1 tidur [ted ʊr] ‗tidur‘ 4.3.3.2 Kalimat Interogatif Kalimat interogatif yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua tipe yaitu kalimat interogatif informatif dan kalimat interogatif ekoik. Kalimat interogatif informatif ditandai dengan kata tanya yang berposisi di awal klausa. Sementara itu, kalimat interogatif ekoik adalah kalimat interogatif yang tidak menggunakan pemarkah leksikal berupa kata tanya. Berikut ini akan disajikan data intonasi yang terkandung dalam kedua tipe kalimat interogatif tersebut dengan contoh masing-masing 1 siape yang bera ngkat sekarang? ‘siapa yang berangkat sekarang‘ dan 2 di dapur Bu? ‗di dapur ibu?‘ Grafik 4.21 Intonasi pada Kalimat Interogatif WH Gambar di atas menunjukkan intonasi kalimat siape yang berangkat sekarang? ‘siapa yang berangkat sekarang‘ dimulai dengan frekuensi sekitar 180 Hz pada suku si, yang kemudian mengalami penaikan sekitar 390 Hz pada suku kata yang . Serta berangsur-angsur mengalami penurunan tajam hingga mencapai sekitar 170 Hz pada suku kata ang .