Standar Mutu Kakao Tabel 2.2. Standar Nasional Indonesia Biji Kakao SNI 01 – 2323 – 2000 Analisa Kadar Air 2.6. Analisa Kebutuhan Energi Selama Proses Pengeringan

2.4. Standar Mutu Kakao Tabel 2.2. Standar Nasional Indonesia Biji Kakao SNI 01 – 2323 – 2000

No Karakteristik Mutu I Mutu II Sub Standar 1 Jumlah biji 100 gr 2 Kadar air, bb maks 7,5 7,5 7,5 3 Berjamur, bb maks 3 4 4 4 Tak terfermentasi, bb maks 3 8 8 5 Berserangga, hampa, berkecambah, bb maks 3 6 6 6 Biji pecah, bb maks 3 3 3 7 Benda asing bb maks 8 Kemasan kg, nettokarung 62,5 62,5 62,5 Sumber : www.kadin-indonesia.or.id Keterangan: Revisi September 1992 Ukuran biji ditentukan oleh jumlah biji per 100 gr. • AA Jumlah biji per 100 gram maksimum 85 • A Jumlah biji per 100 gram maksimum 100 • B Jumlah biji per 100 gram maksimum 110 • C Jumlah biji per 100 gram maksimum 120 • Substandar jumlah biji per 100 gram maksimum 120 Untuk jenis kakao mulia notasinya dengan F Fine Cocoa

2.5. Analisa Kadar Air

Kadar air kakao yang telah dikeringkan dapat dihitung melalui beberapa tahapan berikut ini. - Menghitung kadar air kakao kering yang diperkirakan dengan menggunakan persamaan berikut ini. [ ] 100 x Wkk Wko Wkk wf − = 2.1 w f = Kadar air kakao yang diperkirakan W kk = Berat kakao kering kg W ko = Berat kakao dengan kadar air 0 kg Universitas Sumatera Utara - Nilai total kadar air setelah kakao dikeringkan w f Berat air kakao awal W i , kg W i = W kb x w i 2.2 w i = kadar air awal kakao W kb = Berat kakao basah hasil panen kg [ ] 100 x Wkb Wf Wkk Wkb wi − − = 2.3 - Berat kandungan air kakao akhir W f , kg xWkk Wf 4 , 7 =

2.4 2.6. Analisa Kebutuhan Energi Selama Proses Pengeringan

a Kebutuhan energi untuk pengeringan kakao Q d , kkal Q d = Q t + Q w + Q l 2.5 dimana; Q d = energi pengeringan kakao, kkal Q t = energi pemanasan kakao, kkal Q w = energi pemanasan air kakao, kkal Q l = energi penguapan air kakao, kkal - Energi untuk pemanasan kakao Q t , kkal Q t = W kb . cp kakao T d -T a 2.6 cp kakao = Panas jenis kakao kkalkg o C T a = Temperatur awal kakao o C T d = Temperatur rata - rata udara pengering o C - Energi pemanasan air kakao Q w , kkal Qw = Wi x cp air T d -T a 2.7 cp air = Panas jenis air kkalkg o C - Berat air yang dipindahkan selama proses pengeringan W r , kg W r = W i – W f 2.8 - Energi penguapan air kakao Q l , kkal Q l = W r x h fg 2.9 h fg = Panas laten air kkalkg b Energi yang hilang dari dinding dan ventilasi ruang pengering Q lt , kkal Q lt = Q lw × N + Q lv 2.10 Universitas Sumatera Utara dimana; Q lw = energi yang hilang melalui dinding box pengering, kkaljam Q lv = energi yang hilang dari ventilasi, kkaljam N = Lama pengeringan - Kehilangan energi melalui dinding box pengering Q lw 2 2 1 1 1 k x k x U ∆ + ∆ = 2.11 menyeluruh T A U Qlw ∆ ⋅ ⋅ = 2.12 Dimana : Q lw = energi yang hilang melalui dinding box pengering kkaljam U = Koefisien perpindahan kalor menyeluruh kkalm 2. h. o C A = Luas penampang m 2 ∆T = T d = Temperatur rata – rata udara pengering o C k 1 = koefisien perpindahan kalor konduksi plat kkalmh o C k 2 = koefisien perpindahan kalor konduksi isolasi kkalmh o C ∆x 1 = tebal plat m ∆x 2 = tebal lapisan isolasi m - Kehilangan energi melalui ventilasi Q lv N cpw V Qlv Ta - Td × = • 2.13 dimana; • V = Debit udara ventilasi, m 3 s cp w = Panas jenis udara basah kkalm 3 o C ar Wr V ρ × = • 1000 2.14 - Massa jenis uap air ventilasi ρ ar , grm 3 Rha RHd sa sd ar ⋅ − ⋅ = ρ ρ ρ 2.15 ρ ar = Massa jenis uap air ventilasi grm 3 ρ sa = Massa jenis moisture jenuh pada T a grm 3 ρ sd = Massa jenis moisture jenuh pada T d grm 3 Universitas Sumatera Utara c Total Energi yang Dibutuhkan untuk Mengeringkan Kakao Per Siklus Q T , kkal Q T = Q d + N.Q lt 2.16

2.7. Analisa Kebutuhan Bahan Bakar yang Digunakan