Analisa Kadar Air Kakao Tiap Tray Setelah Dikeringkan

juga lebih cepat dengan menggunakan bahan bakar kayu bakar dari pada menggunakan bahan bakar kerosin. Hal ini dipengaruhi oleh proses pembakaran yang lebih cepat dengan menggunakan kayu bakar dari pada menggunakan bahan bakar kerosin. Sehingga berat akhir kakao yang diinginkan lebih cepat didapat dengan menggunakan bahan bakar kayu bakar dari pada kerosin.

5.2.2. Kebutuhan Air Selama Proses Pengeringan

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, bahwa alat pengering ini mempunyai prinsip kerja yaitu memanaskan air sebagai media pemanas untuk mengeringkan biji kakao. 1. Kebutuhan air dengan menggunakan bahan bakar kerosin Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, kebutuhan air untuk pengeringan dengan bahan bakar kerosin adalah 2 literjam. Jadi total kebutuhan air untuk pengeringan 7,5 kg kakao selama 10 jam dengan bahan bakar kerosin adalah sebesar 2 literjam x 10 jam = 20 liter. 2. Kebutuhan air dengan menggunakan bahan bakar kayu bakar Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, kebutuhan air untuk pengeringan dengan bahan bakar kayu bakar adalah 2,5 literjam. Jadi total kebutuhan air untuk pengeringan 7,5 kg kakao selama 8 jam dengan bahan bakar kayu bakar adalah sebesar 2,5 literjam x 8 jam = 20 liter.

5.2.3. Analisa Kadar Air Kakao Tiap Tray Setelah Dikeringkan

1. Kadar air kakao dengan bahan bakar kerosin a Kadar air kakao pada tray 1 - Nilai perkiraan berat kakao kering dengan kadar air 0 Kadar air awal kakao adalah 51 - 60 Amin Sarmedi, 1997. Maka berat kakao kering dengan kadar air 0 dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: Asumsikan kadar air awal kakao = 60 . Berat kakao basah W kb = 2,5 kg Berat kakao kering dengan kadar air 0 = [ ] 2, 5 2, 5 60 x − = 1 kg Universitas Sumatera Utara Kadar air kakao kering yang diperkirakan dihitung dengan menggunakan persamaan 2.1. [ ] 100 Wkk Wko wf x Wkk − = [ ] 1, 08 1 100 1, 08 x − = = 7,4 - Nilai total kadar air setelah kakao dikeringkan w f Berat air kakao awal W i , dihitung dengan menggunakan persamaan 2.2. W i = W kb x w i w i = kadar air awal kakao , dihitung dengan menggunakan persamaan 2.3. [ ] 100 Wkb Wkk Wf wi x Wkb − − = Berat kandungan air kakao akhir W f , dihitung dengan menggunakan persamaan 2.4. 7, 4 Wf xWkk = 0, 074 1, 08 Wf x kg = = 0,07992 kg [ ] 100 Wkb Wkk Wf wi x Wkb − − = = [ ] 2, 5 1, 08 0, 07992 100 2, 5 x − − = 59,997 Berat air kakao awal W i , kg W i = W kb x w i = 2,5 kg x 59,997 W i = 1,499 kg Berat kakao dengan kadar air 0 yang sebenarnya adalah W kb – W i = 2,5 kg – 1,499 kg = 1,001 kg Maka nilai total kadar air setelah kakao dikeringkan w f adalah [ ] 100 Wkk Wko wf x Wkk − = Universitas Sumatera Utara [ ] 1, 08 1, 001 100 1, 08 x − = w f = 7,315 Jadi nilai kadar air kakao kering w f pada tray 1 adalah 7,315 . b Kadar air kakao pada tray 2 - Nilai total kadar air setelah kakao dikeringkan w f Berat air kakao awal W i , kg W i = W kb x w i w i = kadar air awal kakao [ ] 100 Wkb Wkk Wf wi x Wkb − − = Berat kandungan air kakao akhir W f , kg 7, 4 Wf xWkk = 0, 074 1, 08 Wf x kg = = 0,07992 kg [ ] 100 Wkb Wkk Wf wi x Wkb − − = = [ ] 2, 5 1, 08 0, 07992 100 2, 5 x − − = 59,997 Berat air kakao awal W i , kg W i = W kb x w i W i = 2,5 kg x 59,997 W i = 1,499 kg Berat kakao dengan kadar air 0 yang sebenarnya adalah W kb – W i = 2,5 kg – 1,499 kg = 1,001 kg Maka nilai total kadar air setelah kakao dikeringkan w f adalah [ ] 100 Wkk Wko wf x Wkk − = [ ] 1, 08 1, 001 100 1, 08 x − = = 7,315 Jadi nilai kadar air kakao kering w f pada tray 2 adalah 7,315 . Universitas Sumatera Utara c Kadar air kakao pada tray 3 - Nilai total kadar air setelah kakao dikeringkan w f [ ] 100 Wkk Wko wf x Wkk − = [ ] 1, 07 1, 001 100 1, 07 x − = = 6,45 Jadi nilai kadar air kakao kering w f pada tray 3 adalah 6,45 . 2. Kadar air kakao dengan bahan bakar kayu bakar a Kadar air kakao pada tray 1 - Nilai total kadar air setelah kakao dikeringkan w f [ ] 100 Wkk Wko wf x Wkk − = [ ] 1, 08 1, 001 100 1, 08 x − = = 7,315 Jadi nilai kadar air kakao kering w f pada tray 1 adalah 7,315 . b Kadar air kakao pada tray 2 - Nilai total kadar air setelah kakao dikeringkan w f [ ] 100 Wkk Wko wf x Wkk − = [ ] 1, 08 1, 001 100 1, 08 x − = = 7,315 Jadi nilai kadar air kakao kering w f pada tray 2 adalah 7,315 . c Kadar air kakao pada tray 3 - Nilai total kadar air setelah kakao dikeringkan w f [ ] 100 Wkk Wko wf x Wkk − = [ ] 1, 07 1, 001 100 1, 07 x − = = 6,45 Universitas Sumatera Utara Jadi nilai kadar air kakao kering w f pada tray 3 adalah 6,45 . 3. Perbandingan kadar air kakao kering berdasarkan bahan bakar yang digunakan Setelah dilakukan perhitungan kadar air kakao kering berdasarkan bahan bakar yang digunakan, maka didapat data sebagai berikut. Tabel 5.7. Kadar air kakao kering menggunakan bahan bakar kerosin Waktu jam Tray 1 2 3 4 5 1 57,404 54,5 51,408 47,592 43,125 2 57,404 54,5 51,408 47,592 43,125 3 57,404 54,5 51,408 47,592 43,125 Tabel 5.7. Kadar air kakao kering menggunakan bahan bakar kerosin lanjutan Waktu jam Tray 6 7 8 9 10 1 38,21 31,905 24,737 15,882 7,315 2 38,21 31,905 24,737 15,882 7,315 3 38,21 31,905 24,737 15,882 6,45 Dari data tabel di atas, dapat dilihat gambar grafik sebagai berikut. Gambar 5.4. Grafik kadar air kakao kering tiap tray bahan bakar kerosin Universitas Sumatera Utara Dari gambar grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa kadar air kakao kering untuk bahan bakar kerosin tiap jam mengalami penurunan kadar air yang hampir sama pada masing – masing tray. Hal ini dikarenakan distribusi suhu yang hampir merata dari tiap tray pada alat pengering selama proses pengeringan berlangsung. Tabel 5.8. Kadar air kakao kering menggunakan bahan bakar kayu bakar Waktu jam Tray 1 2 3 4 5 6 7 8 1 56,853 53,442 49,444 44,389 38,210 30,966 20,556 7,315 2 56,853 53,442 49,444 44,389 38,210 30,966 20,556 7,315 3 56,853 53,224 49,188 43,764 37,438 30,486 19,920 6,450 Dari data tabel di atas, dapat dilihat gambar grafik sebagai berikut. Gambar 5.5. Grafik kadar air kakao kering tiap tray bahan bakar kayu bakar Dari gambar grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa kadar air kakao kering untuk bahan bakar kayu bakar tiap jam mengalami penurunan kadar air yang hampir sama pada masing – masing tray. Hal ini dikarenakan distribusi suhu yang hampir merata dari tiap tray pada alat pengering selama proses pengeringan berlangsung. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.6. Grafik kadar air kakao kering tiap tray kerosin vs kayu bakar Dari gambar grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa kadar air kakao kering untuk bahan bakar kayu bakar dan kerosin tiap jam mengalami penurunan kadar air yang hampir sama pada masing – masing tray. Hanya saja untuk bahan bakar kayu bakar, penurunan kadar air tiap jam lebih cepat dari bahan bakar kerosin. Sehingga dengan menggunakan bahan bakar kayu bakar, waktu yang diperlukan untuk mengeringkan kakao membutuhkan waktu selama 8 jam atau 2 jam lebih cepat dari pada menggunakan bahan bakar kerosin. Hal ini dikarenakan distribusi suhu jika menggunakan bahan bakar kayu bakar lebih tinggi dari tiap tray pada alat pengering selama proses pengeringan berlangsung.

5.2.4. Analisa Total Energi yang Dibutuhkan untuk Mengeringkan Kakao Per Siklus