Prosedur Penjualan Tunai dan Penjualan Kredit

a. Melaksanakan prinsip Good Corporate Governance meliputi: transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggung jawaban dan kewajaran. b. Penjualan berorientasi pasar Market Oriented untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal profit Oriented. c. Perputaran yang cepat dan sehat d. Keberhati-hatian Prudent trading untuk menimalkan risiko kerugian. Pedoman kegiatan penjulan tunai dan penjualan kredit PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia Persero dapat didefinisikan sebagai berikut: a. Penjualan Tunai Adalah penulan yang dilakukan secara tunai hard cash dimana keseluruhan pembayarannya diterima sebelum atau pada saat barang diserahkan. Dengan syarat pemebeli tidak memepunyai utang kredit kepada Perusahaan yang telah jatuh tempo Over Due. b. Penjualan Kredit Adalah penjualan yang pembayarannya dilakukan dengan jangka waktu tertentu yang disertai dengan jaminan danatau tanpa jaminan.

3. Prosedur Penjualan Tunai dan Penjualan Kredit

Uraian prosedur penjulan tunai dan penjualan kredit adalah sebagai berikut: a. Prosedur Penjulan Tunai 1 Proses pembuat SPP a Administrasi Niaga danatau Salesman sebagai penerima order mengajukan Surat Persetujuan Penjualan SPP rangkap 3 tiga atas Penjualan Tunai kepada Supervisor Operasional. b Supervisor Operasional melakukan verifikasi dan evaluasi mengenai palafon kredit, posisi piutang, posisi persediaan, harga, syarat penyerahan yang diajukan untuk disetujui atau ditolak dalam hal SPP ditolak, maka SPP langsung defile dan diCAp “DITOLAK”. c SPP yang telah disetujui dan diparaf oleh opersional serta tdiregistrasi, diserahkan kepada Supervisor Non Opersional danatau pimpinan tertinggi Non Operasional untuk dilakukan evaluasi terhadap posisi piutangnya oleh Account Receivable, apabila: 1 SPP DITOLAK, paraf Supervisor Non Opersional dan berikan alasan penolakan serta dicap “DITOLAK”, kemudian didistribusikan:  Lembar 1 dan 2 : Non Opersional –Arsip  Lembar 3 : Opersional - Arsip 2 SPP DISETUJUI, Paraf Supervisor Non Opersional dan ditandatangani Branch Manager kemudian didistribusikan:  Lembar 1 : Non Operasional Fakturis, dasar pembuatan Faktur PenjualanDO  Lembar 2 : Pembeli  Lembar 3 : Opersional – Admin NiagaArsip d Jika penyerahan barang langsung dikirim ke Pembeli atau diambil pembeli dari Gudang SupplierPabrik, berdasrkan SPP yang telah ditandatangani Branch Manager dibuat Surat Pesanan ke PrinsipalSupllier sesuai Prosedur Pengadaan Barang Dagangan. 2 Proses pembuatan Faktur a Berdasarkan SPP lembar 1 asli oleh Non Opersional Fakturis dibuatkan Faktur PenjualanDO tunai rangkap 6 enam, 1 sd 6 diserhkan ke kasir menunggu pembayaran dari Pembeli. b Setelah Kasir menerima pembayaran dari Pembeli, kemudian Kasir mencap “LUNAS” pada Faktur PenjualanDO lembar 1 sd 6 untuk diserahkan:  Lembar 1 dan 2 : pembeli, untuk bukti pembayaran lunas  Lembar 3 : Non Opersional – Akuntansi  Lembar 4 : Opersional – Admin Niaga  Lembar 5 : Pembeli untuk Pengambilan Barang  Lembar 6 : Gudang - Arsip c Berdasarkan Faktur Penjualan lembar 3, Non Opersional segera membuat Faktur Pajak Standar atau Sederhana PPN Keluaran rangkap 4 empat untuk didistribusikan: 3 Proses Penyerahan Barang a Syarat penyerahan barang “Loco Gudang Penjual” maka Delivery Order DO lembar ke 5 dan 6 diserahkan kepada pembeli untuk pengambilan barang digudang. Pembeli menandatangani lembar DO 5 dan 6 sebagai tanda terima barang. DO lembar 5 serahkan Pembeli dan DO lembar 6 untuk arsip gudang. b Syarat penyerahan barang “Franco Gudang Pembeli”:  Delivery Order DO lembar 5 dan 6 diserahkan ke gudang untuk pengambilan barang digudang.  Delivery Order DO lembar 5 dan 6 ditanda tangani oleh penerima barangekspeditur dan DO 6 ditahan digudang sebagai pertinggal,  Delivery Order DO lembar ke 5 diserahkan kepada driver danatau Ekspeditur yang ditunjuk untuk ditanda tangani pembelipenerima barang sebagai tanda terima barang.  Setelah barang diserahkan oleh Ekspeditur kepada pembeli maka Delivery Order DO lembar 5 harus ditanda tangani oleh pembeli sebagai tanda terima barang, selanjutnya Delivery Order DO lembar 5 sebagai lampiran penagihan ongkos angkut. c Syarat penyerahan barang franco pemebli yang dikirim langsung dari gudang SupplierPabrik, maka Delivery Order DO lembar 5, 6 dan Copy Tanda Terima BarangRelease dari SupplierPabrik diserahkan ke Gudang:  Berdasarkan Delivery Order DO lembar ke 5 beserta Copy Tanda terima barangRelease dari SupplierPabrik Kepala Gudang membuat LPB Proforma sebagai Administrasi Barang masuk di Gudang.  Berdasarkan Delivery Order DO lembar ke 6 sebagai ADminsitarsi Barang keluar di Gudang. d Syarat penyerahan barang diambil langsung oleh Pembeli dari gudang Supplier Loco Gudang Supplier. Sebelum menyerahkan DO Supplier, pembeli menandatangani Delivery Order DO lembar 5, 6 sebagai tanda terima DO SupplierBarang, kemudian DO lembar 5, 6 diserahkan Gudang:  Berdasrkan Delivery Order DO lembar ke 5 Kepala Gudang membuat LPB Proforma sebagai Administarsi Barang Masuk di Gudang.  Berdasrkan Delivery Order DO lembar ke 6 sebagai Administrasi Barang keluar di Gudang.

b. Prosedur Penjualan Kredit

1 Proses Pembuatan SPP a Salesman membuat Surat Persetujuan Penjualan SPP dalam rangkap 3 tiga atas order yang diterimanya dari Nasabah untuk diajukan kepada Supervisor Opersional danatau pimpinan tertinggi operasional b Supervisor Operasional melakukan verifikasi dan evaluasi mengenai plafon kredit, posisi Piutang, posisi Persediaan, haraga, syarat pembayaran dan syarat penyerahan yang diajukan untuk disetujui atau ditolak. dalam hal SPP ditolak, maka SPP langsung defile dan diCap “DITOLAK”. c SPP yang telah disetujui dan diparaf oleh opersional serta telah diregestrasi, diserahlkan kepada Supervisor Non Opersional danatau pimpinan tertinggi Non opersional untuk dilakukan evaluasi terhadap Plafond Kredit Pembeli dan Posisi Piutangnya oleh Account Receivable, apabila: 1 SPP DITOLAK, Paraf Supervisor Non Opersional dan berikan alas an penolakan serta diCap “DITOLAK” kemudian distribusikan:  Lembar 1 dan 2 : Non Operasional – Arsip  Lembar 3 : Opersional - Arsip 2 SPP DISETUJUI, Paraf Supervisor Non opersional dan ditandatangani Branch Manager kemudian distribusikan:  Lembar 1 : Non opersional – Fakturis, dasr pembuatan Faktur penjulanDO  Lembar 2 : Pembeli  Lembar 3 : Opersional – Admin NiagaArsip d Jika penyerahan barang langsung dikirim ke Pembeli atau diambil Pembeli dari Gudang SupplierPabrik, berdasarkan SPP yang telah ditandatangani Branch manager dibuat Surat Pesanan ke PrinsipalSupplier sesuai Prosedur Pengadaan Barang Dagangan. 2 Proses Pembuatan Faktur Penjualan a Faktur penjualanDelivery Order dibuat oleh non Opersional – Fakturis dalam rangkap 6 enam sebagai berikut:  Lembar 1 asli : Pembeli – Faktur Penagihan  Lembar 2 : Pembeli – Kwitansi Pelunasan bermaterai setelah Lunas  Lembar 3 : Non Opersional – Akuntansi  Lembar 4 : Opersional – Admin Niaga  Lembar 5 DO : Gudang – Surat JalanTanda Terima  Lembar 6 DO : Gudang – Arsip Tanda Barang Keluar Faktur Penjualan, dibuat: 1 Jika penyerahan barang dikirim dari gudang PT PPI, Faktur penjualanDO dibuat berdasarkan SPP lembar 1 2 Jika penyerahan barang franco pembeli dikirim dari gudang PrinsipalPabrik, Faktur penjualanDO dibuat berdasrkan SPP lembar 1 dan Tanda Terima BarangSurat JalanRelease dari Prinsipal 3 Jika penyerahan barang diambil langsung dari Gudang Supplier, Faktur PenjualanDO dibuat berdasarkan SPP lembar 1 dan DO Supplier. b Faktur PenjualanDO selanjutnya deregister dan diverifikasi oleh Supervisor Non Opersional untuk ditandatangani oleh Branch Manager, khusus penjualan produk Pharmasi maka Faktur Penjualan harus ditandatangani oleh Penanggung Jawab PBF ApotekerAsisten Apoteker c Berdasarkan Faktur Penjualan lembar 3, Non Opersional dibuatkan Faktur pajak Standar atau Sederhana PPN keluaran rangkap 3 tiga yang ditandatangani Branch Manager, untuk didistribusikan:  Lembar 1 asli : Pembeli – Portepel diserahkan setelah lunas  Lembar 2 : Kantor Pusat – Accounting dan Tax  Lembar 3 : Cabang - Akuntansi 3 Proses Penyerahan Barang a Syarat penyerahan barang “losco Gudang Penjual”, maka Delivery Order DO lembar ke 5 dan 6 diserahkan kepada pembeli untuk pengambilan barang digudang. Pembeli menandatangani lembar DO 5 dan 6 sebagai tanda terima barang. DO lembar 6 untuk arsip gudang. Do lembar ke 5 diserahkan oleh Kepala Gudang ke Non Opersional – AR sebagai lampiran dokumen Penagihan b Syarat penyerahan barang “Franco Gudang Pembeli”  Delivery Order DO lembar 5 dan 6 diserhkan ke gudang untuk pengambilan barang digudang  Delivery Order DO lembar 5 dan 6 ditandatangani oleh penerima barangekspeditur dan DO 6 ditahan digudang sebagai pertinggal  Delivery Order DO lembar ke 5 diserahkan kepada driver danatau Ekspeditur yang ditunjuk untuk ditanda tangani oleh pembeli penerima barang sebagai tanda terima barang.  Delivery Order DO setelah barang diserahkan oleh ekspeditur kepada pembeli maka Delivery Order DO lembar 5 harus ditanda tangani oelh pembeli sebagai tanda terima barang, selanjutnya Delivery Order DO lembar 5 diserahkan kepada Admin Niaga, kemudian diserhakan ke Non Opersional AR sebagai lampiran dokumen Penagihan. c Syarat penyerahan barang franco pembeli yang dikirim langsung dari gudang SupplierPabrik, maka Delivery Order DO lembar 5, 6 dan Copy Tanda Terima BarangRelease dari SupplierPabrik diserahkan ke Gudang.  Berdasarkan Delivery Order DO lembar ke 5 beserta Copy Tanda Terima BarangRelease dari SupplierPabrik Kepala Gudang membuat LPB Proforma sebagai Administrasi Barang Masuk di Gudang  Berdasrkan Delivery Order DO lembar ke 6 sebagi Administrasi Barang Keluar di Gudang d Syarat penyerahan barang diambil langsung oleh Pembeli dari gudang supplier loco Gudang Supplier. Sebelum menyerahkan DO Supplier, pembeli menandatangani Delivery Order DO lembar 5, 6 sebagai tanda terima DO SupplierBarang, kemudian DO lembar 6 diserahkan Gudang  Berdasarkan Delivery Order DO lembar ke 6 Kepala Gudang membuat LPB Proforma sebagai Administrasi Barang Masuk di Gudang  Berdasarkan Delivery Order DO lembar ke 6 sebagai Adminsitrasi Barang Keluar di Gudang

B. Analisis Hasil Penelitian

Analisis sistem informasi akuntansi penjualan, yaitu dengan cara membandingkan antara sistem yang diterapkan di PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia Persero dengan uraian teoritis yang menjadi landasan. Tidak ada suatu sistem yang mutlak diterapkan dalam suatu perusahaan, tetapi sistem itu harus diterapkan sesuai dengan jenis dan besarnya bidang usaha dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan, baik itu tujuan efesiensi dan efektivitas perusahaan maupun untuk tujuan lainnya. PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia Persero telah merancang sistem informasi akuntansi penjualan, hal ini terlihat dari Flowchart prosedur penjualan, yang merupakan urutan kegiatan klerikal, melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi penjualan perusahaan yang terjadi berulang – ulang. Flowchart yang disediakan oleh perusahaan telah cukup memadai, walaupun masih ada terdapat kesalahan – kesalahan dalam implementasinya, akan tetapi hal itu dapat segera diatasi, seperti keterlambatan sisa pembayaran penjualan.