Pemerahan Manual Pemerahan Otomatis

5 dan 2.6 cm untuk diameter. Selain dari ukuran, kriteria puting sapi juga dibedakan dari bentuk ujung puting, kesimetrisan letak puting pada tiap perempatan, dan arah puting yang tepat menuju bawah atau tidak. Gambar 2.2 Contoh kriteria ukuran dan posisi puting sapi http:www.beef-cattle.combeef-cow-udder-teat-score.htm

C. PEMERAHAN SUSU

Pemerahan susu pada sapi perah bertujuan utama untuk memanfaatkan susu sapi sebagai sumber bahan pangan bagi manusia. Pemerahan susu dilakukan pada saat sapi perah dalam masa laktasi yakni 10 bulan antara saat beranak dan masa kering. Produksi susu per hari mulai menurun setelah laktasi dua bulan. Demikian pula kadar lemak susunya, akan menurun setelah 1-2 bulan masa laktasi. Dari 2-3 bulan masa laktasi, kadar lemak susu mulai konstan, kemudian naik sedikit Sudono, 1999. Yang harus diperhatikan ketika hendak melakukan pemerahan adalah kebersihan baik tubuh sapi, kandang, maupun peralatan yang akan digunakan. kandang harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran sapi dan sisa-sisa pakan. Tubuh sapi perlu dibersihkan terutama bagian ambing dan lipatan pahanya. Ambing juga perlu dibilas dengan menggunakan air hangat selain untuk mengurangi pencemaran kuman juga dapat merangsang proses pemerahan agar susu mudah keluar. Selain kebersihan, faktor lain yang harus diperhatikan ketika hendak melakukan pemerahan adalah mengkondisikan sapi agar tenang. Agar sapi tenang, pemberian pakan konsentrat dilakukan sebelum pemerahan. Interaksi antara pemerah dengan sapi perah juga perlu diperhatikan. Sapi akan merasa lebih tenang jika diperah oleh pemerah yang biasa memerah sapi tersebut sejak dari masa laktasi pertama.

1. Pemerahan Manual

Ilustrasi pemerahan susu secara manual menggunakan tangan dapat dilihat pada Gambar 2.3. Pada pemerahan manual menggunakan tangan, pertama-tama setelah memastikan kebersihan tangan pemerah dan ambing sapi, kemudian telunjuk dan ibu jari melingkari pangkal puting sambil menekan. Hal tersebut dilakukan agar susu yang sudah ada pada puting tidak kembali lagi ke ambing. Untuk mengeluarkan susu dari puting, jari-jari lain berurutan menekan puting dari atas ke bawah. Puting 6 hanya ditekan tanpa ditarik ke bawah agar tidak cidera. Setelah itu semua jari dilepaskan agar susu dari ambing dapat mengisi puting lagi. Masing-masing tangan memerah pada puting yang berbeda secara bergantian dan berpindah pada puting lainnya. Proses tersebut dilakukan selama susu masih keluar dengan lancar dan banyak. Gambar 2.3 Cara pemerahan manual Sudono, 1999 Jika susu yang keluar sudah tidak lancar atau hampir habis, ambing ditekan menggunakan siku agar sisa-sisa susu yang masih terdapat di ambing dapat turun. Kemudian puting ditekan-tekan dari atas ke bawah hanya menggunakan telunjuk dan ibu jari tanpa menarik puting. susu harus dipastikan telah habis ketika menyelesaikan pemerahan karena sisa-sisa susu yang masih ada akan menyebabkan mastitis.

2. Pemerahan Otomatis

Alat pemerah susu dikembangkan untuk mengurangi beban kerja pada pemerahan manual menggunakan tangan. Menurut Svennersten-Sjaunja 2001, percobaan untuk melakukan pemerahan menggunakan alat pada puting sapi telah dilakukan sejak dulu oleh bangsa mesir kuno. Tapi bagaimanapun juga alat pemerah susu baru mulai berkembang pada abad ke 19. Pada awal perkembangannya alat dibuat dengan menggunakan semacam pipa pembuluh yang dimasukkan ke dalam puting sapi seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.4, namun karena berbahaya kemudian metode ini tidak digunakan. Alat pemerah kemudian dikembangkan dengan cara meniru gerakan tangan pada saat pemerahan manual seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.5. Alat tersebut menggunakan prinsip pemberian tekanan pada puting sapi. Kemudian penggunaan prinsip vakum pada alat pemerah susu mulai diperkenalkan sekitar pertengahan abad ke 19. Prinsip tersebut mencoba meniru proses anak sapi ketika menyusu pada induknya. Pada mulanya metode ini hanya menggunakan tabung dengan satu ruang vakum yang dipasangkan pada puting sapi. Kemudian berkembang menjadi tabung dengan 2 ruang yang salah satunya berfungsi untuk membuat interval denyut pada puting sapi. Penggunaan prinsip vakum inilah yang kemudian berkembang menjadi alat pemerah susu modern. 7 Gambar 2.4 Pipa pembuluh yang dimasukkan pada puting sapi Erf, 1906 Gambar 2.5 Pressure devices pada puting sapi Erf, 1906 Gambar 2.6 Penggunaan metode vakum 2 ruang Svennersten-Sjaunja, 2001 8 Pada alat pemerah susu modern, interval denyut dihasilkan oleh sebuah alat elektrik yang disebut pulsator. Pulsator ini berfungsi untuk menghubung dan memutuskan vakum bergantian dengan atmosfer sehingga tercipta denyut pada alat yang terpasang pada puting sapi yang disebut teat cup. Komponen penting lainnya adalah claw. Claw berfungsi untuk menghubungkan keempat saluran susu dari dalam teat cup melalui short milk tube yang kemudian dari claw aliran dilanjutkan menuju tangki susu melalui satu saluran long milk tube, dan juga menghubungkan keempat ruang denyut pada teat cup melalui short pulse tube yang kemudian dari claw aliran dilanjutkan menuju pulsator melalui satu saluran long pulse tube. Gambar 2.7 Claw yang terhubung dengan teat cup Svennersten-Sjaunja, 2001 Di Indonesia sendiri, beberapa penelitian oleh mahasiswa tentang rancang bangun alat pemerah susu telah dilakukan. Misalnya alat pemerah susu semi otomatis tipe engkol yang dirancang oleh Budi Setiawan 2007 di bawah bimbingan Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr. Alat pemerah susu tersebut dibuat dengan tidak sepenuhnya otomatis karena masih membutuhkan tenaga manusia untuk mengengkol. Tenaga manusia digunakan untuk mengengkol alat pengatur denyut vakum yang berfungsi sebagai mekanisme buka-tutup untuk menyambungkan aliran udara terhadap bagian pemerah shells dan karet pemerah liner. Sementara vakum yang dihasilkan menggunakan pompa vakum bertenaga listrik. Komponen lainnya yang penting pada alat pemerah susu tersebut adalah vacuum chamber head. Vacuum chamber head dipasang diatas tangki susu milkcan yang fungsinya adalah untuk mengkondisikan ruang vakum pada milkcan. Alat pemerah susu tersebut tidak menggunakan claw, karena fungsi claw sudah dapat digantikan dengan menggunakan vacuum chamber head. 9 Gambar 2.8 Alat pemerah susu semi otomatis tipe engkol Setiawan, 2007

D. VAKUM