871
anaknya. Dengan demikian, evaluasi berfungsi sangat strategis dalam perkembangan dan pengembangan sistem pendidikan dan pembelajaran itu sendiri.
4
Tulisan sederhana ini membahas salah satu instrumen evaluasi bahasa Arab, yaitu tes ikhtibâr. Bahasan dalam tulisan ini difokuskan pada hakikat tes dalam bahasa Arab, terutama
tes profisiensi ikhtibar al- kafa‟âh, macam dan jenis Tes dalam bahasa Arab,
LajnahPenyelenggara Tes di Indonesia dan luar negeri, dan beberapa contoh sebagai best practice dari TOAFL yang dikembangkan oleh Pusat Pengembangan Bahasa UIN Jakarta
sebagai perintis dan pelopor tes profisiensi bahasa Arab di Indonesia.
B. Hakikat Tes Bahasa Arab sebagai Instrumen Evaluasi
Salah satu instrumen evaluasi pembelajaran bahasa Arab adalah tes atau ikhtibâr. Sebagai alat, tes bahasa dirancang dan disusun sesuai dengan tujuan, materi dan sasaran pembelajaran itu
sendiri. Tes inilah yang banyak dilakukan oleh pendidik, karena memang berkaitan dengan tugas edukatifnya, yakni memberi evaluasi dan nilai terhadap pemerolehan dan hasil belajar peserta
didiknya. Sebagian besar tenaga pendidik bahasa Arab masih beranggapan bahwa evaluasi hanya berupa ujian atau tes-tes kebahasaan yang terbatas untuk menguji dan mengevaluasi kemampuan
bahasa peserta didik, bukan evaluasi keseluruhan sistem pembelajaran bahasa Arab, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Tes bahasa Arab dapat didefinisikan sebagai sejumlah pertanyaan atau pernyataan mengenai materi bahasa Arab, yang dirancang sedemikian rupa agar dijawab oleh peserta didik, dan dari
jawabannya itu dapat diketahui dan diukur tingkat prestasi dan kemajuan mereka dalam program pembelajaran bahasa Arab.
5
Jadi, hakikat tes merupakan salah satu instrumen pengukuran dalam evaluasi kompetensi bahasa Arab peserta didik.
Menurut M. Soenardi Djiwandoni, pengertian dan penggunaan tes bahasa erat kaitannya dengan kemampuan berbahasa, tidak dengan pengetahuan tentang bahasa. Tes yang
dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai pengetahuan tentang bahasa seperti pengetahuan tentang tatabahasa, tentang bentuk kata, tentang bunyi bahasa, dan sebagainya,
meskipun ada hubungan dengan bahasa, bukan merupakan tes bahasa. Tes bahasa mengukur
4
Mahmud Rusydi Khathir, Thuruq Tadris al-Lughah al- „Arabiyyah wa at-Tarbiyah ad-Diniyyah fi Dhau al-
Ittijahat at-Tarbawiyyah al-Haditsah, Kairo: Dar al- Ma‘rifah, 1983, h. 447.
5
Lihat Rusydî Ah mad Thu‘aimah, Ta‟lîm al-„Arabiyyah li Ghair al-Nâthiqîna Bihâ: Manâhijuhû wa
Asâlîbuhû, Rabâth: ISESCO, 1989, Cet. I, 247.
872
keterampilan bahasa, bukan kompetensi bahasa. Karena kompetensi berbahasa mengacu kepada kemampuan yang bersifat abstrak, berupa potensi yang dimiliki seorang pemakai bahasa.
Kompetensi itu memungkinkan pemakai bahasa untuk memahami bahasa yang digunakan orang lain, maupun mengungkapkan dirinya melalui bahasa. Karena sifatnya yang abstrak, kompetensi
bahasa tidak dapat didengar, dilihat, atau dibaca, meskipun kompetensi berbahasa itu senantiasa terdapat di belakang penggunaan bahasa. Sebaliknya keterampilan bahasa bersifat konkret dan
mengacu kepada penggunaan bahasa yang senyatanya, dalam bentuk lisan yang dapat didengar atau dalam bentuk tertulis yang dapat dibaca. Semua itu merupakan sasaran tes bahasa.
6
Tes kebahasaan merupakan sejumlah prosedur dan alat yang didesain secara sistematis, digunakan oleh tenaga pendidik atau lembaga dalam mengamati dan mengetahui performa salah
satu keterampilan bahasa peserta didik atau keseluruhannya, sesuai dengan ukuran kuantitatif tertentu dengan maksud mencapai tujuan tertentu pula. Pengerjaan tes sangat tergantung pada
petunjuk yang diberikan, misalnya: melingkari atau memberi tanda silang pada salah satu huruf di depan pilihan jawaban, mencoret jawaban yang salah, menerangkan, mengisi titik-titik dan
sebagainya.
C. Tujuan dan Kriteria Tes Bahasa Arab