2.2 Pengembangan Perikanan Tangkap
Pengembangan merupakan suatu istilah yang berarti suatu usaha perubahan dari suatu dinilai yang kurang kepada sesuatu yang dinilai lebih baik. Manurung et al.
1998 memberikan pengertian tentang pengembangan sebagai suatu proses yang membawa suatu peningkatan kemampuan penduduk khususnya pedesaan mengenai
lingkungan sosial yang disertai dengan meningkatnya taraf hidup mereka sebagai akibat dari penguasaan mereka. Dengan demikian, pengembangan adalah suatu proses
yang menuju pada suatu kemajuan. Di Indonesia untuk dapat mencapai kemajuan dalam usaha meningkatkan kesejahtraan masyarakat ditempuh melalui pembangunan.
Dalam rangka pembangunan, segala kegiatan harus ditumpahkan demi pembaharuan sosial serta pertumbuhan ekonomi, yang kedua harus berjalan serasi dan seirama
Mubyanto 1996. Pembangunan dalam pengetian terus menerus membentuk atau mendirikan tidak
lain adalah demi pertumbuhan ekonomi. Makin cepat pertumbuhan ekonomi makin cepat pula peningkatan kesejahtraan masyarakat. Sandi 1997, mengemukakan
bahwa tujuan dari pembangunan dimana saja adalah membuka jalan bagi kemakmuran masyarakat. Di Indonesia tujuan itu dicapai dengan jalan membangun
manusia Indonesia seutuhnya. Artinya manusia yang makmur, itu mestinya adalah manusia yang kehidupan lahiriah dan rohaniahnya seimbang. Pembangunan perikanan
merupakan suatu proses atau usaha kegiatan manusia untuk meningkatkan produksi dibidang perikanan dan sekaligus meningkatkan pendapatan nelayan melalui
penerapan teknologi yang lebih baik Bahari 1998. Seleksi teknologi menurut Haluan dan Nurani 1993, dapat dilakukan melalui
pengkajian-pengkajian aspek, bio-technico-socio-economic-approach, oleh itu ada empat aspek yang harus dipenuhi oleh suatu jenis teknologi penangkapan ikan yang
akan dikembangkan, yaitu: 1 bila ditinjau dari segi biologi tidak merusak dan mengganggu kelestarian sumbedaya, 2 Secara teknis efektif digunakan, 3 dari segi
sosial dapat diterima oleh masyarakat nelayan. dan 4 Secara ekonomis teknologi tersebut bersifat menguntungkan. Suatu aspek tambahan yang tidak dapat diabaikan
yaitu adanya izin dari pemerintah kebijakan dan peraturan pemerintah. Apabila pengembangan perikanan disuatu wilayah perairan ditekankan pada
perluasan kesempatan tenaga kerja, teknologi yang perlu dikembangkan adalah jenis unit penangkapan yang relatif dapat menyerap tenaga kerja, dengan pendapatan
pernelayan memadai. Selanjutnya menurut Monintja 1987, dalam kaitannya dengan
penyediaan protein untuk masyarakat Indonesia, maka dipilih unit penangkapan ikan yang memiliki produktifitas unit serta produktifitas nelayan pertahun yang tinggi,
namun masih dapat dipertanngungjawabkan secara biologi dan ekonomi. Pengembangan jenis teknologi penangkapan ikan di Indonesia perlu diarahkan agar
dapat menunjang tujuan-tujuan pembangunan umum perikanan, apabila hal ini dapat disepakati, maka syarat-syarat pengembangan teknologi penangkapan ikan di
Indonesia haruslah dapat: 1 Menyediakan kesempatan kerja yang banyak.
2 Menjamin pendapatan yang memadai bagi para tenaga kerja atau nelayan. 3 Menjamin jumlah produksi yang tinggi untuk menyediakan protein bagi
kebutuhan masyarakat. 4 Mendapat jenis ikan komoditi ekspor atau jenis ikan yang biasa diekspor.
5 Tidak merusak kelestarian sumberdaya ikan. Penerapan teknologi baru tidak begitu mudah karna dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Para petani kadang-kadang lambat dalam mengadopsi teknologi baru karena beberapa alasan, yaitu merasa segan untuk mengambil resiko dengan modal mereka
sangat terbatas. Alasan utama mengapa para petaninelayan berprilaku tetap pada cara-cara yang lama Subsistance dalam lingkungan ekonomi tertentu karena mereka
sangat mempertimbangkan adanya resiko dan ketidakpastian Risk and uncertainity. Selanjutnya dikatakan bahwa petaninelayan tersebut berangapan bahwa keuntungan
yang akan mereka peroleh dari penggunaan teknologi baru, seperti menanam tanaman jenis baru dan sebagainya, dalam kenyataanya akan lebih rendah dari pada
yang dapat dicapai apabila teknlogi baru dalam usaha peningkatan produksi dapat memakan waktu yang lama Mubyanto 1996.
Saefuddin 1994 yang diacu dalam Ihsan 2000 mengatakan bahwa, agar produsen dapat dirangsang dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan
produksi, maka rasio ouput - input hendaknya menguntungkan nelayan. Besar kecilnya keuntungan yang diterima produsen akan dipengaruhi oleh tingkat
penerimaan dan biaya produksi yang digambarkan oleh keadaan harga input, harga output dan teknologi yang tersedia.
Peningkatan pendapatan petani selain ditentukan oleh usaha-usaha peningkatan produksi, juga ditentukan oleh faktor-faktor lain seperti harga dan lembaga tataniaga.
Makin banyak lembaga tataniaga yang terlibat dalam penyaluran sesuatu barang,
maka makin rendah tingkat harga yang diterima oleh produsen Paul dan Jones 1993.
Intensifikasi untuk meningkatkan produksi di bidang perikanan, pada dasarnya adalah penerapan teknologi modern pada sarana dan teknik - teknik yang dipakai,
termasuk alat penangkapan ikan, perahu atau kapal dan alat bantu lainnya yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing di wilayah setempat. Namun tidak semua
modernisasi dapat menghasilkan peningkatan produksi dan menghasilkan pendapatan bersih net incame nelayan. Oleh karena itu, introduksi teknik-teknik penangkapan
ikan yang baru harus didahului dengan penelitian dan percobaan secara intensif dengan hasil yang menyakinkan Wisudo et al. 1994.
Upaya pengolahan dan pengembangan perikanan laut di masa mendatang memang terasa lebih berat sejalan dengan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi Iptek. Tetapi dengan pemamfaatan iptek itu pula kita diharapkan akan mampu dapat mengatasi keterbatasan smberdaya melalui suatu langkah yang rasional
untuk mendapatkan manfaat yang optimal dan berkelanjutan. Langkah pengelolaan dan pengembangan tersebut juga harus mempertimbangkan aspek biologi, teknis,
sosial, budaya dan ekonimi Barus et al. 1991. Djamali dan Burhanuddin 1995 mengatakan bahwa keberhasilan
pembangunan perikanan, perlu didukung oleh suatu perencanaan pembangunan yang lebih didasari atas data dan informasi yang menyeluruh termasuk sumberdaya
perikanannya, maupun aspek sosial dan ekonominya. Pengkajian perlu dilakukan secara berkesinambungan, agar data dan informasi yang muktahir dapat selalu
tersedia, untuk kemudian di pergunakan sebagai dasar pertimbangan kebijakan dalam rangka pengembangan perikanan.
Selanjutnya menurut Djamli dan Burhanuddin 1995 dalam Baruadi 2004 bahwa hal yang dipertimbangkan dalam rencana pengembangan perikanan tangkap
adalah : 1 Musim penangkapan ikan yang berbeda sepanjang tahun.
2 Adanya beberapa jenis usaha perikanan tangkap yang dikombinasikan dengan alat tangkap lain.
3 Adanya tingkat teknologi yang sudah tertentu untuk setiap jenis usaha perikanan tangkap.
4 Adanya beberapa aktivitas yang dilakukan dalam usaha penangkapan ikan.
5 Adanya harga korbanan dan harga hasil tangkapan dari setiap jenis hasil perikanan tangkap.
6 Terbatasnya trip penangkapan ikan yang dapat dilakukan setiap tahun. 7 Terbatasnya kemampuan nelayan untuk membiayai usaha penangkapan dan
melakukan investasi dalam unit perikanan tangkap. 8 Terbatasnya tenaga kerja yang mengoperasikan unit penangkapan.
Hartati 1996 menyatakan bahwa jenis teknologi penangkapan ikan yang dapat memenuhi semua kriteria diatas pada suatu daerah perikanan, perlu dilakukan
penelitian terhadap unit-unit penangkapan ikan yang ada di daerah tersebut. Selain agar diperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, juga untuk pembangunan dan
pengembangan perikanan di masa mendatang. Martono 1998 menyatakan bahwa para nelayan di Indonesia belum dapat
memanfaatkan sumberdaya laut dengan benar karena terbentur pada kualitas sumberdaya manusia SDM dan teknologi. Selanjutnya dinyatakan bahwa untuk
dapat memiliki SDM dibidang kelautan yang handal memang membutuhkan waktu dan kemauan, karena semua pihak diharapkan ikut berperan serta. Nuitja 1998
menyatakan bahwa pengetahuan yang tergolong rendah membuat para nelayan kurang memiliki daya nalar yang menyerapkan teknologi inofasi di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi IPTEK kelautan, ditambah lagi dengan keterbatasan modal usaha yang membuat para nelayan terus terbelit dengan kemiskinan.
Selanjutnya menilai bahwa peran dibidang pendidikan sangat penting artinya bagi stimulasi daya nalar para nelayan, karena perikanan tidak hanya menuntut kemauaan
dan ketahanan fisik tetapi kemampuan penggunaan teknologi peralatan yang canggih untuk setiap kapal perikanan. Oleh karena itu dua masalah ini merupakan kendala
utama yang sering di hadapi dalam usaha pengembangan alat penangkapan ikan di Indonesia.
Pengembangan produksi atau pemamfaatan sumberdaya perikanan di masa mendatang, langkah-langkah yang harus dikaji dan kemudian diusahakan
pelaksanaanya adalah: 1 Pengembangan, 2 Pengembangan agroindustri, pemasaran dan permodalan di bidang perikanan, 3 Pengembangan kelembagaan dan
penyelenggaraan penyuluhan perikanan, dan 4 Pengembangan sistem informasi menajamen perikanan Departemen Kelautan dan perikanan 2002.
Pembangunan perikanan juga tidak dapat dipacu terus tanpa melihat batas kemampuan sumberdaya yang ada ataupun daya dukungnya. Pada perikanan yang
telah berkembang pesat upaya pengendalian sangat diperlukan upaya ini bahkan lebih berharga dari perhitungan potensi itu sendiri. Kalau hal ini dilaksanakan, maka telah
menerapkan pembangunan perikanan yang berkelanjutan, sehingga kelestarian sumberdaya dan kegiatan perikanan dapat dijamin keberadaannya Martusubroto,
Naamin dan Malik 1991.
2.3 Usaha Perikanan Tangkap