telah berkembang pesat upaya pengendalian sangat diperlukan upaya ini bahkan lebih berharga dari perhitungan potensi itu sendiri. Kalau hal ini dilaksanakan, maka telah
menerapkan pembangunan perikanan yang berkelanjutan, sehingga kelestarian sumberdaya dan kegiatan perikanan dapat dijamin keberadaannya Martusubroto,
Naamin dan Malik 1991.
2.3 Usaha Perikanan Tangkap
Perikanan tangkap adalah suatu kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau pengumpulan hewan atau tanaman yang hidup di laut atau perairan umum.
Usaha perikanan adalah semua usaha perorangan atau badan hukum untuk menangkap atau membudidayakan ikan termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan
atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersial atau mendapatkan laba dari kegiatan yang dilakukan.
Menurut Monintja 1994, bahwa usaha perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan ikan meliputi pengumpulan hewan atau tanaman
air yang hidup di laut atau perairan umum. Definisi tersebut secara jelas menunjukkan bahwa kegiatan penangkapan ikan yang dimaksud adalah memperoleh nilai tambah
lainnya seperti penyerapan tenaga kerja, pemenuhan terhadap protein hewani, devisa atau pendapatan negara.
Panayotou 1992 dalam Charles 2000 mengkasifikasikan perikanan di dunia ini menjadi 2 dua kelas, yaitu skala kecil atau perikanan tradisional dan perikanan
skala besar atau perikanan industri. Dikemukakan pula bahwa sebenarnya tidak ada definisi yang standar atas perikanan skala kecil dan skala besar dapat diilakukan
dengan melihat teknologi yang digunakan, tingkat modal, tenaga kerja yang digunakan dan kepemilikan.
Usaha perikanan dapat dibagi kedalam perikanan industri, artisanal dan subsistem. Perikanan artisanal dan telah berorientasi komersial, sedangkan perikanan
subtansial hanya untuk konsumsi sendiri atau kadang-kadang menukarkan ikan dengan keperluan lain secara barter Kesteven yang diacu Haluan 1996.
Smith 1982 yang diacu dalam Haluan 1996 menyimpulkan bahwa usaha penangkapan ikan tradisonal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1 Unit
penangkapan ikan dengan skala kecil yang sering kali terdiri dari kelompok keluarga nelayan yang menggunakan perahu atau tanpa motor penggerak. 2 kegiatan sering
kali tida tetap atau musiman dan kebutuhan rumah tangga dapat dipenuhi dengan
usaha di bidang lain. 3 penghasilan dan pendapatan nelayan didasarkan atas sistem dasar bagi hasil. 4 juragan atau nelayan pemilik kapal dan alat penangkapan ikan
seringkali ikut operasi penangkapan ikan. 5 bahan alat penangkapan ikan mungkin sudah dibuat oleh mesin di pabrik seperti nilon, tetapi desain dan penyambungan
bagian-bagiannya masih dilakukan oleh nelayan sendiri dan pada waktu setting maupun haulling pada umumnya tidak dibantu oleh tenaga mesin. 6 tingkat investasi
masih rendah dan sistem ijon masih berlaku. 7 hasil tangkapan per unit penangkapan ikan dan produktifitas per nelayan berada ditingkat menengah sampai sangat rendah.
8 hasil tangkapan belum semua dijual di TPI. 9 sebagian atau kadang-kadang seluruh hasil tangkapan ikan dikonsumsi sendiri oleh keluarga nelayan. 10
perkampungan nelayan tradisional agak terisolasi dan tingkat hidup nelayan tradisional masih sangat tergolong rendah.
Adapun beberapa aspek kriteria pengembangan alat tangkap menuju perikanan berkelanjutan adalah aspek boilogi, teknis, sosial, dan kelayakan usaha.
1 Analisis aspek biologi:
Parameter biologi yang menjadi kajian terhadap potensi sumberdaya ikan adalah penggunaan ukuran mata jaring, jumlah ikan yang layak tertangkap, komposisi hasil
tangkapan dan cara pengoprasian alat tangkap.
2 Analisis aspek teknis kapalperahu dan alat penangkapan ikan :
Parameter teknis penting untuk diketahui karena menyangkut masalah produksi unit penangkapan ikan yang dioperasikan. Parameter tersebut digunakan untuk
melihat kemampuan suatu alat tangkap dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan yang optimal dan berkelanjutan.
3 Analisis aspek sosial yakni berkaitan dengan tenaga kerja yang diserap setiap
unit pengkapan ikan antara jumlah tenaga kerja per unit penangkapan ikan dan pendapatan nelayan per unit penangkapan ikan, dan untuk melihat alat tangkap
tersebut dapat diterima oleh nelayan setempat berdasarkan kriteria alat tangkap tersebut.
4 . Analisis aspek finansial dapat dijabarkan menjadi aspek ekonomi dan finansial.
Aspek ekonomi meliputi : pendapatan kotor pertahun, pendapatan kotor per trip, pendapatan kotor per tenaga kerja, dan pendapatan kotor per tenaga penggerak.
Sehingga alat tangkap yang digunakan atau dioperasikan tersebut dapat diteruskan dan layak digunakan sesuai dengan biaya yang dikeluarkan.
Usaha perikanan tangkap yang berkelanjutan tersebut hanya dapat dilakukan oleh teknologi tepat guna. Teknologi tepat guna dapat dilakukan dengan
mengembangkan jenis alat tangkap ikan yang mempunyai keragaman yang baik di tinjau dari beberapa aspek diantaranya adalah aspek biologi, teknis, sosial, dan
finansial, sehingga alat tangkap yang digunakan dalam usaha perikanan tangkap dapat dikembangkan dan bertanggung jawab berdasarkan kriteria diatas serta alat tangkap
tersebut dapat diterima oleh nelayan setempat dilihat dari cara pengoprasian alat tangkap, jenis ikan yang tertangkap, dan penggunaan mata jaring, sehingga
diharapkan sumberdaya perikanan dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan.
Definisi teknologi tepat guna TTG berdasarkan Undang-Undang nomor 5 tahun 1984 tentang perindustrian adalah teknologi yang tepat dan berguna bagi suatu
proses untuk menghasilkan nilai tambah. Hal ini berarti bahwa teknologi yang diciptakan dapat meningkatkan taraf hidup manusia sebagai pengguna teknologi.
2.4 Kelayakan Usaha Perikanan Tangkap