4.2 Pengujian Metode Fumigasi
Berdasarkan hasil pengujian fumigasi amonia terhadap balok uji kayu Durian diperoleh persentase mortalitas rayap tanah yang selengkapnya tersaji pada
Gambar 7. Hasil pengujian menunjukkan bahwa fumigasi dengan menggunakan amonia sebanyak 6 liter sudah mampu membunuh seluruh rayap karena memiliki
nilai mortalitas sebesar 100. Pada volume amonia 2 liter, mortalitas rayap berkisar antara 58,33-78,33. Sedangkan untuk volume amonia 4 liter, nilai
mortalitas rayap berkisar antara 85,00-93,33.
Gambar 7 Persentase Mortalitas Rayap Tanah Metode Fumigasi pada Kayu Durian.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa pada jarak 1 cm baik pada volume 2 liter maupun volume 4 liter memiliki nilai mortalitas yang paling
besar dibandingkan pada jarak 3 cm maupun 5 cm. Pada jarak 5 cm, gas fumigan amonia telah mengakibatkan nilai mortalitas yang lebih besar dibandingkan
kontrol. Hal ini berarti gas amonia mampu menembus poti-pori kayu sampai jarak maksimal contoh uji, yaitu 5 cm.
Seperti halnya pada kayu Durian, kayu Mindi juga memiliki nilai mortalitas mencapai 100 pada penggunaan volume amonia sebanyak 6 liter.
Hasil perhitungan persentase mortalitas akibat fumigasi pada kayu Mindi dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Persentase Mortalitas Rayap Tanah Metode Fumigasi pada Kayu Mindi.
Berdasarkan hasil penelitian, nilai mortalitas yang didapat pada kayu Mindi pada umumnya sama dengan mortalitas pada kayu Durian. Pada kayu
Mindi dengan amonia sebanyak 2 liter memiliki nilai mortalitas antara 48,33- 70,00 dan penggunaan amonia sebanyak 4 liter memiliki nilai mortalitas antara
76,67-90,00. Sama halnya pada kayu Durian, jarak 1 cm pada kayu Mindi juga memiliki nilai mortalitas yang lebih besar dibandingkan jarak 3 cm atau 5 cm
untuk penggunaan amonia sebanyak 2 liter dan 4 liter. Pada kayu Mindi, gas fumigan juga mampu menembus pori-pori kayu sampai jarak maksimal contoh uji
kayu, yaitu 5 cm. Hal ini dapat dilihat bahwa nilai mortalitas pada jarak 5 cm untuk setiap volume amonia yang digunakan lebih besar dari nilai mortalitas
kontrol. Untuk kayu Manii pada umumnya memiliki nilai mortalitas yang sama
dengan kayu Durian dan Mindi dimana jarak lubang 1 cm memiliki nilai mortalitas yang lebih besar dibandingkan jarak 3 cm atau 5 cm untuk setiap
volume amonia. Pada kayu Manii juga didapat bahwa pada volume amonia 6 liter telah mengakibatkan seluruh rayap mati mortalitas 100. Untuk lebih jelasnya,
nilai mortalitas rayap akibat fumigasi amonia pada kayu Manii dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Persentase Mortalitas Rayap Tanah Metode Fumigasi pada Kayu Manii.
Berdasarkan hasil penelitian pada kayu Manii didapat bahwa untuk penggunaan amonia sebanyak 2 liter sebagai fumigan menghasilkan nilai
mortalitas antara 61,67-88,33 dan untuk penggunaan volume amonia sebanyak 4 liter menghasilkan nilai mortalitas antara 88,33-96,67. Pada kayu Manii juga
dapat dilihat bahwa gas fumigan amonia dapat menembus jarak 5 cm yang merupakan jarak maksimal pada contoh uji kayu.
Hasil analisis sidik ragam atau Analisis of Variance ANOVA dengan menggunakan program S.A.S 9.1 pada Lampiran 4 menunjukkan bahwa jenis kayu
memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase mortalitas rayap tanah. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai P-Value ,0001 yang lebih kecil dibandingkan
nilai 0,05. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian fumigasi amonia yang menunjukkan bahwa pada kayu Durian, Mindi, dan Manii memiliki nilai
mortalitas yang berbeda. Hal ini dapat terjadi karena tiap jenis kayu memiliki kerapatan yang berbeda. Menurut Abdurachman dan Hadjib 2006, kayu Mindi
memiliki kerapatan sekitar 0,53 gcm
3
, sedangkan kerapatan yang dimiliki oleh kayu Durian sekitar 0,50 gcm
3
dan kayu Manii sebesar 0,40 gcm
3
. Kerapatan kayu berhubungan langsung dengan porositas atau proporsi volume rongga
kosong Haygreen et al. 2003. Selain itu, kayu Mindi memiliki ukuran diameter pori yang lebih kecil dibandingkan kayu Durian dan Manii. Menurut Martawijaya
et al. 2005, kayu Mindi memiliki pori dengan diameter 30-360 µ, dibandingkan
dengan kayu Durian yang memiliki pori dengan diameter 100-400 µ. Semakin kecil diameter pori suatu kayu dapat menyebabkan semakin sedikit amonia yang
dapat masuk ke dalam kayu, sehingga menyebabkan nilai mortalitas pada kayu Mindi lebih kecil dibandingkan pada kayu Durian dan Manii. Pada proses
fumigasi ini, fumigan akan menghasilkan uap yang akan berada di dalam ruangan kedap udara yang dipersiapkan. Uap fumigan tersebut akan masuk ke dalam
rongga kayu sehingga kayu tersebut akan dipenuhi uap fumigan. Uap tersebut akan menjadi bahan untuk mencegah faktor perusak kayu untuk merusak kayu
Arinana et al. 2008. Besarnya kerapatan dan diameter pori juga dapat mempengaruhi
kemampuan penetrasi amonia ke dalam kayu. Kematian rayap tanah C. curvignathus
yang berada di dalam kayu menunjukkan bahwa gas amonia mampu masuk ke dalam kayu melalui pori-pori yang terdapat di dalam kayu. Menurut
Haygreen et al. 2003 kayu tersusun dari sel-sel yang telah mati sehingga pada bagian tengah sel akan berbentuk rongga, bahkan antar dinding sel pun terdapat
rongga penghubung noktah. Oleh karena itu, kayu bersifat porus sehingga memungkinkan terjadinya aliran bahan berwujud cair apalagi gas ke dalam kayu.
Karakteristik kayu tersebut menyebabkan fumigan mampu menjangkau organisme sasaran sekalipun berada di dalam kayu. Semakin besar nilai kerapatan kayu maka
volume rongga kosong semakin kecil, sehingga uap amonia akan semakin sulit masuk ke dalam kayu. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa gas
fumigan amonia mampu menembus hingga jarak maksimal contoh uji 5 cm pada tiap jenis kayu dan pada tiap tingkat amonia yang digunakan.
Hasil uji lanjut Duncan Lampiran 5 menunjukkan bahwa jenis kayu Manii memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap mortalitas rayap tanah
dibandingkan jenis kayu yang lain. Setiap jenis kayu memiliki karakteristik masing-masing yang dapat dilihat dengan perbedaan struktur dan kerapatan. Kayu
Manii memiliki kerapatan yang lebih kecil dibandingkan jenis kayu yang lain sehingga kayu Manii mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap mortalitas
dibandingkan jenis kayu yang lain.
Hasil perhitungan mortalitas pada fumigasi amonia dengan menggunakan volume 2 liter memberikan hasil mortalitas yang lebih kecil dibandingkan dengan
volume amonia yang lebih banyak. Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa pada volume 6, 8, dan 10 liter memiliki mortalitas terbesar 100 atau bisa dikatakan
tidak ada rayap yang dapat bertahan hidup pada volume tersebut.
Gambar 10 Persentase Mortalitas Rayap Metode Fumigasi pada Tiap Volume Amonia.
Berdasarkan hasil pengujian Gambar 10, pada perlakuan kontrol yang tidak diberi amonia memilki mortalitas rata-rata sebesar 31,11. Secara
keseluruhan hasil perhitungan menunjukkan semua sampel yang diberi perlakuan fumigasi dengan setiap tingkat volume amonia menghasilkan mortalitas rayap
yang lebih tinggi dibandingkan dengan contoh uji kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian fumigan amonia memberikan efek terhadap mortalitas rayap
karena nilai mortalitas kayu yang diberi perlakuan fumigasi memiliki nilai mortalitas yang lebih besar dibandingkan nilai mortalitas pada kontrol. Selain itu,
dari hasil pengujian dihasilkan bahwa pada volume amonia 6 liter telah bekerja secara efektif pada masing-masing contoh uji dimana pada kondisi ini semua
rayap dalam balok uji mati semua mortalitas 100. Hasil analisis sidik ragam Lampiran 4 menunjukkan bahwa volume
amonia yang digunakan memberikan pengaruh yang nyata terhadap mortalitas rayap tanah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai P-Value ,0001 yang lebih kecil
dibandingkan nilai 0,05. Semakin besar volume amonia yang digunakan, maka semakin tinggi juga tingkat mortalitasnya. Hasil analisis sidik ragam yang
memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas rayap tanah kemudian dilakukan uji lanjut Duncan. Hasil uji lanjut Duncan pada volume amonia yang digunakan
Lampiran 5 menunjukkan bahwa fumigasi dengan volume amonia 6, 8, dan 10 liter lebih besar pengaruhnya terhadap mortalitas rayap tanah dibandingkan
perlakuan fumigasi dengan volume amonia 2 dan 4 liter. Hal ini dikarenakan uap yang dihasilkan dari fumigan kadarnya lebih banyak dalam ruang fumigasi,
sehingga penetrasi ke dalam kayu lebih baik. Kondisi tersebut menyebabkan rayap tanah C. curvignathus tidak dapat bertahan hidup.
Hasil pengujian pengaruh jarak lubang pada kayu menunjukkan bahwa semakin besar jarak lubang dari permukaan maka akan cenderung menurunkan
nilai mortalitas rayap seperti yang terlihat pada Gambar 11. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada jarak 1 cm dari permukaan kayu menghasilkan nilai
mortalitas terbesar 94,44 dibandingkan pada jarak lubang 3 cm dan 5 cm dari permukaan kayu.
Gambar 11 Persentase Mortalitas Rayap Metode Fumigasi pada Tiap Jarak Lubang.
Hasil analisis sidik ragam Lampiran 4 menunjukkan bahwa jarak lubang posisi rayap dalam kayu memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase
mortalitas rayap tanah. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai P-Value ,0001
yang lebih kecil dibandingkan nilai 0,05. Hal ini diduga karena faktor jarak lubang akan berbanding lurus dengan jarak yang harus ditempuh oleh gas amonia.
Hasil uji lanjut Duncan Lampiran 5 menunjukkan jarak 1 cm lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan jarak 3 cm dan 5 cm. Semakin besar jarak
lubang, maka uap amonia akan lebih sulit untuk melakukan penetrasi. Kemampuan penetrasi untuk mencapai kedalaman 5 cm harus diimbangi dengan
peningkatan volume amonia pula. Selain pada tiap faktor, hasil analisis sidik ragam juga dilihat pengaruh
dari tiap interaksi faktor terhadap mortalitas rayap tanah. Interaksi yang dihasilkan menunjukkan bahwa interaksi antara jenis dan perlakuan fumigasi, serta interaksi
antara perlakuan fumigasi dan jarak bor memberikan pengaruh yang nyata terhadap mortalitas rayap. Sedangkan, interaksi antara jenis kayu dan jarak bor
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nilai mortalitas rayap. Selain itu, interaksi antara ketiga faktor juga menunjukkan tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap nilai mortalitas rayap. Hal ini dapat dilihat dari nilai P-Value 0,8768 yang lebih besar dari nilai 0,05. Dengan demikian, diduga ada faktor
lain di luar model yang mempengaruhi dalam penelitian ini sehingga interaksi ketiga faktor tidak memberikan pengaruh yang nyata. Pernyataan ini diperkuat
pula dengan nilai R-Square yang sebesar 0,985355 yang dapat diartikan bahwa 98,5355 keragaman respon yang diamati dapat dijelaskan oleh faktor-faktor
dalam model sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model. Hasil analisis sidik ragam ANOVA selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.
Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan terhadap masing-masing interaksi menunjukkan bahwa interaksi antara semua jenis kayu dengan volume amonia 6,
8, dan 10 liter memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap mortalitas rayap. Sedangkan interaksi antara setiap taraf jarak dengan volume amonia 6, 8, dan 10
liter memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap nilai mortalitas rayap. Hasil uji lanjut Duncan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.
4.3 Pengaruh Residu Amonia