BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pertanian dapat didefinisikan sebagai suatu proses perubahan sosial. Implementasinya tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan
status dan kesejahteraan petani semata, tetapi sekaligus juga dimaksudkan untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia baik secara ekonomi, sosial,
politik, budaya, lingkungan, maupun melalui perbaikan improvement, pertumbuhan growth dan perubahan change Iqbal dan Sudaryanto, 2008.
Pendekatan pembangunan pertanian telah mengalami perubahan yang mendasar yaitu dari pendekatan komoditi menjadi pendekatan agribisnis. Hal ini
sejalan dengan penegasan paradigma baru pendekatan pembangunan pertanian yang bertujuan membangun sistem agribisnis yang kuat sekaligus pemerataan
sehingga berkesinambungan antars ektor dan antar wilayah. Visi pembangunan pertanian berdasarkan landasan tersebut adalah terwujudnya kehidupan sejahtera
khususnya petani, melalui pembangunan sistem agribisnis dan usaha-usaha agribisnis berdaya saing, berkelanjutan dan terdesentralisasi Martodireso, S dan
Suryanto, W.A, 2002. Dalam rangka mewujudkan pembangunan pertanian dengan konsep
agribisnis, pemerintah mengeluarkan UU No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil yang kemudian dijabarkan pada PP. No. 44 tahun tahun 1997 tentang Kemitraan.
Aturan tersebut antara lain ditujukan untuk mengatasi masalah-masalah keterbatasan modal dan teknologi bagi petani kecil, peningkatan mutu produk, dan
masalah pemasaran Purnaningsih, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Kemitraan terjadi antara dua atau beberapa pihak yang bekerja sama dan saling membutuhkan untuk mencapai tujuan masing masing. Keberhasilan
kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Kegagalan yang terjadi dalam kemitraan sering
disebabkan karena fondasi kemitraan yang kurang kuat dan hanya didasari rasa belas kasihan semata atau atas dasar paksaan pihak lain, bukan atas kebutuhan
untuk maju dan berkembang bersama dari pihak-pihak yang bermitra. Kemitraan ini diharapkan dapat memacu dan memicu pertumbuhan ekonomi sekaligus
mendorong pemerataan kesejahteraan, penyerapan tenaga kerja, pendaftaran masyarakat, dan pertumbuhan ekonomi regional wilayah Hafsah, 2000.
Di sektor tanaman pangan dan hortikultura, sayuran merupakan sektor yang banyak diminati untuk dikembangkan melalui kemitraan karena siklusnya
yang pendek dan potensi pasarnya yang tinggi. Di Indonesia, sayuran banyak diusahakan di daerah pegunungan dataran tinggi, yakni daerah yang beriklim
sejuk dingin seperti di Pangalengan Jawa Barat, Sumber Brantas Jawa Timur dan Tanah Karo Sumatera Utara. Sayuran tersebut telah diusahakan secara
komersil pada daerah dengan cakupan yang luas, bahkan hasil panen kubis dari Tanah Karo telah banyak dipasarkan di luar negeri seperti Singapura, Malaysia
dan Penang Sunarjono, 2013. Di Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Simalungun juga termasuk salah
satu wilayah potensial penghasil sayuran. Hal ini dapat dilihat pada jumlah produksi tanaman sayuran berdasarkan kecamatan yang ada di Kabupaten
Simalungun di tahun 2012 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Jumlah Hasil Pertanian Kabupaten Simalungun Berdasarkan Kecamatan Pada Tahun 2012.
Produk Tanaman Sayuran Menurut Kecamatan Dan Jenis Sayuran Kabupaten Simalungun Ton
Kecamatan Bawang
Merah Bawang
Putih Cabai
Kentang Kubis
Silimakuta -
- 2293
10416 23440
P.Silimahuta 1475
- 1353
5866 17125
Purba -
- 14896
27296 36907
Haranggaol 1373
46 322
- -
Pardamean 705
23 1953
445 489
Sidamanik -
- -
- -
P.Sidamanik 629
92 522
103 -
S.Bolon -
- 190
154 -
Tanah Jawa -
- 468
- -
Hatonduhon -
- -
- -
D.Paribuan -
- 305
- -
Hutaran -
- -
- -
Panei -
- 44
- -
P.Panei -
- -
- -
Raya -
- 704
- 559
Dolok Silou 1501
- 8555
2753 2516
S.Kabean -
- 2415
- -
Raya Kabean -
- 172
- -
Tapian Dolok -
- 29
- -
Dolok Batu -
- -
- -
Siantar -
- -
- -
G.Malela -
- 482
- -
G.Maligas -
- 190
- -
Hutabayu -
- -
- Jawa Maraja
- -
346 -
- P.Bandar
- -
3669 -
- B.Huluan
- -
5519 -
- Bandat
- -
130 -
- B.Masilam
- -
159 -
- B.Maligas
- -
115 -
- Ujung Padang
- -
- -
-
Total 5683
161 44813
47033 81036
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun, 2013 Tabel 1. menunjukkan bahwa Kecamatan Purba merupakan kecamatan
penghasil kubis, kentang dan cabai terbanyak di Kabupaten Simalungun dengan jumlah produksi sebesar 36.907 ton, 27.296 ton, dan 14.896 ton. Di Kabupaten
Universitas Sumatera Utara
Simalungun, sayuran kubis merupakan komoditi utama ekspor impor dengan jumlah terbesar setiap tahunnya.
Untuk meningkatkan ekspor sayuran Indonesia, pemerintah membuat terobosan dengan melakukan kerja sama pemasaran antara petani dan perusahaan
eksportir. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani, menjaga harga di tingkat petani agar tidak terlalu fluktuatif serta memberikan jaminan
kepastian pasar bagi produk sayuran dan buah petani. Di Kabupaten Simalungun sendiri sudah ada beberapa gapoktan dan
kelompok tani yang melakukan kegiatan kemitraan dengan perusahaan- perusahaan eksportir baik yang dilakukan secara formal atau informal. Salah satu
perusahaan yang bermitra dengan kelompok tani di Kabupaten Simalungun adalah Perusahaan Dagang Rama Putra. PD Rama Putra berdomisili di jalan Simpang
Empat Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Salah satu desa di Kabupaten Simalungun yang menjadi mitra PD Rama Putra adalah
Desa Bunga Sampang. Desa Bunga Sampang merupakan sentra produsi sayuran khususnya untuk sayuran kubis, kentang, dan cabai. PD Rama Putra telah bermitra
dengan Kelompok Tani Bunga Sampang dalam kegiatan ekspor hortikultura ke Singapura, Malaysia, Taiwan dan Korea Selatan sejak tahun 2013.
Bentuk kemitraan yang terbina antara Kelompok Tani Bunga Sampang dengan Perusahaan Dagang Rama Putra dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Petani sebagai produsen bertindak sebagai penyedia sayuran seperti kubis,
kentang dan cabai yang selanjutnya akan disortir oleh pihak Perusahaan Dagang Rama Putra untuk diekspor ke luar negeri.
Universitas Sumatera Utara
2. Perusahaan Dagang Rama Putra berperan sebagai pihak yang membantu
petani dalam memasarkan hasil produksinya dengan cara membeli hasil produksi yang sebelumnya telah mereka sortir lalu dipasarkan ke luar
negeri. Kemitraan antara Perusahaan Dagang Rama Putra dengan Kelompok Tani
Bunga Sampang sudah terjalin sejak bulan Desember tahun 2013 sampai pada saat ini. Kemitraan yang terjalin diartikan sebagai kerjasama yang sinergis antara
dua belah pihak untuk melaksanakan suatu kegiatan sehingga tercipta hubungan timbal balik, saling menerima dan saling memberi satu sama lain. Keberhasilan
program kemitraan yang terjalin antara PD Rama Putra dengan Kelompok Tani Bunga Sampang sangat ditentukan oleh sikap masing-masing peserta kemitraan
itu sendiri karena semakin baik sikap yang ditimbulkan oleh peserta kemitraan maka semakin baik pula kemitraan yang terjalin, sehingga dalam hal ini penelitian
sikap terhadap kemitraan sangat penting untuk mengetahui seberapa jauh sikap petani terhadap kemitraan PD Rama Putra yang sudah berjalan selama ini.
Maka dari itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana hasil kemitraan yang telah terjalin dan bagaimana sikap yang dimiliki oleh para
petani terhadap kemitraan tersebut apakah petani sudah mendapatkan respon positif atau negatif. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
pada sikap petani terhadap kemitraan PD Rama Putra tersebut.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Identifikasi Masalah