2.1.2 Titik Panas di Provinsi Kalimantan Tengah
Provinsi Kalimantan Tengah merupakan urutan frekuensi kebakaran tertinggi pada Pulau Kalimantan dengan jumlah titik panas
sebanyak 223 titik panas yang dilanjutkan dengan Provinsi Kalimantan Timur sebanyak 152 titik panas, Provinsi Kalimantan Barat sebanyak 45
jumlah titik panas, serta yang terakhir Provinsi Kalimantan Selatan sejumlah 34 titik panas dari hasil pantauan pada bulan September 2001 dengan
menggunakan satelit NOAA-AVHRR National Oceanic and Atmospheric Administration - Advanced Very High Resolution Radiometer
Dewanti, 2001; hal 26.
Sedangkan berdasarkan penyebarannya dalam periode Juli sampai November pada tahun 2006, jumlah titik panas yang tercatat menurut data
satelit NOAA 12 National Oceanic and Atmospheric Administration masih dipimpin oleh Provinsi Kalimantan Tengah sebanyak 46.285 titik panas,
diikuti oleh Kalimantan Barat 28.061 titik panas, Sumatera Selatan 21.030 titik panas, dan Riau sebanyak 10.784 titik panas Fire Bulletin, 2007; hal
1.
2.2 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
2.2.1 Konsep Dasar Sistem
Penggunaan kata sistem sering dimaksudkan untuk menyatakan kelengkapan sesuatu yang kompleks, bahwa semua bagian yang ada adalah
merupakan bagian keseluruhan dalam bentuk sistem. Pengertian sistem
9
dalam kaitan dengan SIG Sistem Informasi Geografis adalah keterkaitan antara berbagai komponen seperti komputer dengan berbagai bagiannya
yang bervariasi, perangkat lunak yang rancangannya juga berbeda-beda, dan informasi serta proses-proses analisis yang secara implisit tercakup
didalamnya Barus dan Wiradisastra, 2000; hal 3. Sistem merupakan integrasi pemakai dengan sarana atau alat untuk menghasilkan informasi,
untuk mendukung operasi, manajemen, analisis dan pengambil keputusan dalam suatu organisasi Meijerink et.al., 1994.
2.2.2 Konsep Dasar Sistem Informasi
Sistem informasi adalah suatu jaringan perangkat keras dan lunak yang dapat menjalankan operasi perencanaan pengamatan dan pengumpulan
data, penyimpanan, dan analisis data, termasuk penggunaan informasi dalam proses pengambilan keputusan Barus dan Wiradisastra, 2000; hal 3. Fungsi
sistem informasi adalah sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu peta merupakan
bagian dari sistem informasi spasial. Peta baru dianggap sebagai sistem apabila sudah terjadi interaksi antara pemakai dengan peta itu sendiri.
2.2.3 Konsep Dasar SIG Sistem Informasi Geografis
SIG Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang berreferensi spasial atau
berkoordinat geografi Barus dan Wiradisastra, 2000; hal 3. Pendapat lain mengenai SIG Sistem Informasi Geografis yaitu dapat diasosiasikan
sebagai peta yang berorde tinggi, yang juga mengoperasikan dan
10
menyimpan data non spasial Star dan Estes, 1990. Disebutkan juga SIG Sistem Informasi Geografis telah terbukti kehandalannya untuk
mengumpulkan, menyimpan, mengelola, menganalisa, dan menampilkan data spasial baik biofisik maupun sosial ekonomi. Star dan Estes
mengemukakan bahwa secara umum SIG Sistem Informasi Geografis menyediakan fasilitas-fasilitas untuk mengambil, mengelola, memanipulasi
dan menganalisa data serta menyediakan hasil baik dalam bentuk grafik maupun dalam bentuk tabel, namun demikian fungsi utamanya adalah untuk
mengelola data spasial Keuntungan SIG Sistem Informasi Geografis adalah kemampuan
untuk menyertakan data dari sumber berbeda untuk aplikasi deteksi perubahan. Walaupun, penggabungan sumber data dengan perbedaan
akurasi sering mempengaruhi hasil deteksi perubahan. Pendekatan SIG Sistem Informasi Geografis untuk menghitung dampak pengembangan
kota baru di Hong Kong, melalui integrasi data multi temporal foto udara pada land use dan menemukan bahwa overlay citra dengan teknik masking
biner bermanfaat dalam menyatakan secara kuantitatif dinamika perubahan
pada masing-masing kategori landuse Lo dan Shipman, 1990. Banyak pendekatan aplikasi SIG Sistem informasi Geografis
terdahulu untuk deteksi perubahan yang difokuskan pada daerah urban. Ini mungkin karena metoda deteksi perubahan tradisional sering menghasilkan
deteksi perubahan yang tidak benar karena kompleksitas landscape urban dan model tradisional tidak bisa digunakan secara efektif menganalisa data
11
multi sumber. Sehingga, kekuatan fungsi SIG Sistem Informasi Geografis memberikan alat untuk pengolahan data multi sumber dan efektif dalam
menangani analisa deteksi perubahan yang menggunakan data multi sumber. Banyak penelitian difokuskan pada integrasi SIG Sistem Informasi
Geografis dan teknik penginderaan jauh yang diperlukan untuk analisis deteksi perubahan yang lebih akurat.
2.2.4 Model Data Spasial di Dalam SIG Sistem Informasi Geografis