30 pengambilan  sampel  untuk  sebuah  penelitian  dapat  digunakan  kuesioner,
untuk  memperoleh  tanggapan  dari  konsumen  yang  masuk  dalam  sampel yang  diteliti.  Tehnik  pengambilan  sampel  yang  digunakan  adalah
Accidental  sampling,  yaitu  metode  sampel  dengan  melakukan pengumpulan data melalui siapa saja yang ditemuinya tidak peduli apakah
responden  yang  dihubungi  memiliki  keterkaitan  dengan  penelitianya ataupun  tidak  Abdul  Hamid,  2007:30.  untuk  menjadi  responden,  dalam
hal ini adalah masyarakat yang mengkonsumsi teh celup. dalam penelitian ini sampel yang ditetapkan sebanyak 145 responden yang dianggap sudah
mewakili.
C.  Metode Pengumpulan Data
Metode dalam mengumpulkan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder dan data primer. Sumber data
primer berasal dari masyarakat yang mengkonsumsi teh dengan menggunakan questionnaire.
1. Data primer, merupakan sumber data yang dilakukan di lapangan, dengan
kata  lain  data  primer  merupakan  data  yang  berasal  dari  sumber  asli  atau pertama,  tidak  tersedia  dalam  bentuk  kompilagi  atau  dalam  bentuk  file-
file,  data  harus  dicari  melalui  narasumber  atau  responden  Jonathan Sarwono,  2006:8.  Tehnik  yang  digunakan  adalah  dengan  menggunakan
metode  kuesioner  yang  merupakan tehnik  pengumpulan data dengan cara
31 memperoleh  data  dari  responden  dengan  mengutarakan  atau  mengajukan
beberapa pertanyaan tertulis kepada masyarakat. Questionnaire yang akan diajukan  kepada  responden  berupa  sekumpulan  pertanyaan  tertutup,
dikarenakan jawaban telah tersediakan. 2.
Data  sekunder,  merupakan  data  yang  sudah  tersedia  sehingga  peneliti tinggal  mencari  dan  mengumpulkan  data  tersebut    Jonathan  sarwono,
2006:11,  data  tersebut  dapat  diperoleh  dari  sumber  bacaan  yang  bisa  di dapat  dari;  buku,  internet,  jurnal  ilmiah,  laporan  penelitian,  skripsi,  tesis,
dan media massa. Dalam  mengetahui  pendapat  responden  dalam  menjawab  pertanyaan-
pertanyaan  yang  sudah  diajukan.  Maka  digunakanlah  kuesioner  sebagai  alas pengumpulan  data  merupakan  sejumlah  pertanyaan  tertulis  yang  berguna
untuk  memperoleh informasi dari responden. Dalam hal  ini, maka digunakan pendekatan Skala Likert dengan menggunakan 4 kategori, hal ini dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar 3.1 Model Skala Likert
Sangat Setuju Setuju
Ragu Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju SS
S R
TS STS
5 4
3 2
1 Sumber: Freddy Rangkuti, 2005:66
32
D. Metode Analisis Data 1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas berasal dari kata Validity, yang berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa  yang seharusnya diukur Sugiyono,
2008:172.  Suatu  skala  dikatakan  valid  apabila  skala  tersebut  digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini tehnik
yang digunakan adalah korelasi product moment dari pearson yaitu:
2 2
2 2
y y
N x
x N
y x
xy N
r
xy
 
 
 
 
 
Dimana: X = pertanyaan nomor tertentu
Y = Skor total N = Jumlah responden
Uji  hipotesis  untuk  validitas  tiap  butir  pertanyaan  suatu  angket  adalah sebagai berikut:
H
o
= Skor butir berkorelasi positif dengan skor faktornya H
I
= Skor butir tidak berkorelasi positif dengan skor faktornya. Dengan  tingkat  signifikan  5  ,  dengan  R
hasil
R
table
=  maka  H
o
. tidak  ditolak,  sedangkan  jika  R
hasil
, ≥ R
table
=  maka  H
1
,  butir  pertanyaan valid.
Reliabilitas  adalah  menunjuk  pada  adanya  konsistensi  dan stabilitas  nilai  hasil  skala  pengukuran  tertentu,  reliabilitas  berkonsentrasi
33 pada  masalah  akurasi  pengukuran  dan  hasilnya  Jonathan  Sarwono,
2006:218.  Reliabilitas  dalam  penelitian  ini  adalah  uji  reliabilitas  Alpha, yaitu: :
Rn =
2 2
o 1
1 o
b k
k 
 
Dimana: Rn = Relatif instrumen
K = banyaknya pertanyaan ∑ σb
2
= jumlah varians σ
2
= varians total Dalam  penelitian  ini  menggunakan  model  analisis,  yaitu  analisis
faktor,  analisis  faktor  digunakan  untuk  mengetahui  faktor-faktor  yang diperkirakan  menjadi  pertimbangan  konsumen  dalam  melakukan
pembelian teh celup Sariwangi.
2.   Analisis Faktor
Analisis faktor adalah sebuah model, dimana tidak terdapat variabel bebas  dan  tergantung.  Analisis  faktor  tidak  mengklasifikasi  variabel  ke
dalam  kategori  variabel  bebas  dan  tergantung  melainkan  mencari hubungan  interdependensi  antarvariabel  agar  dapat  mengidentifikasikan
dimensi-dimensi  atau  faktor-faktor  yang  menyusunya.  Analisis  faktor pertama  kali  dilakukan  oleh  Charles  Spearman,  dengan  tujuan  utrama
analisis  faktor  adalah  menjelaskan  hubungan  diantara  banyak  variabel dalam  bentuk  beberapa  faktor,  faktor-faktor  tersebut  merupakan  besaran
acak random quantities yang dapat diamati atau diukur secara langsung.
34 Kegunaan  utama  analisis  faktor  ialah  melakukan  pengurangan  data  atau
dengan  kata  lain  melakukan  peringkasan  sejumlah  variabel  yang  akan menjadi  kecil  jumlahnya.  Pengurangan  dilakukan  dengan  melihat
interdepedensi  beberapa  variabel  yang  dapat  dijadikan  satu  yang  disebut faktor.  Sehingga  ditemukan  variabel-variabel  atau  faktor-faktor  yang
dominan  atau  penting  untuk  dianalisis  lebih  lanjut  Jonathan  Sarwono, 2006:202. Persamaan atau rumus analisis faktor adalah sebagai berikut:
X
1
= A
i1
F
1
+ A
i2
F
2
+ A
13
F
3
+ A
i4
F
4
+ ......... + V
i
U
i
Dimana: F
i
= variabel terstandar ke-I A
il
= koefisien regresi dari variabel ke I pada common faktor I V
i
= koefisien regresi terstandar dari variabel I pada faktor unik ke I F = Common faktor
U
i
= variabel unik untuk variabel ke I M = jumlah common faktor
Secara jelas common faktor dapat diformulasikan sebagai berikut: F
i
= W
i
X
1
+ W
i2
X
2
+ W
i3
X
3
+ …..+ W
ik
X
k
Dimana: F
i
= faktor ke I estimasi WI = bobot faktor atau skor koefisien faktor
X K = jumlah variabel Prinsip utama analisis faktor adalah korelasi, maka asumsi-asumsi
yang terkait dengan metode statistik korelasi:
35 a.
Besar  korelasi  atau  korelasi  antar  independet  variabel  harus  cukup kuat.
b. Besar korelasi parsial, korelasi antar dua variabel dengan menganggap
tetap variabel yang lain. c.
Pengujian sebuah matriks korelasi diukur dengan besaran Barlett Test Of Spericity atau dengan Measure Sampling Adequacy MSA.
Setelah  sampel  didapat  dan  uji  asumsi  terpenuhi,  maka  langkah selanjutnya  adalah  melakukan  proses  analisis  faktor.  Proses  tersebut
meliputi: a.
Menguji variabel apa saja yang akan dianalisis. b.
Menguji  variabel-variabel  yang  telah  ditentukan,  menggunakan Bartlett Test of Sphericity dan MSA.
c. Melakukan  proses  inti  analisis  faktor,  yakni  factoring,  atau
menurunkan  satu  atau  lebih  faktor  dari  variabel-variabel  yang  telah lolos pada uji variabel sebelumnya.
d. Melakukan  proses  factor  rotation  atau  rotasi  terhadap  faktor  yang
terbentuk.  Tujuan  rotasi  untuk  memperjelas  variabel  yang  masuk  ke dalam faktor tertentu.
e. Interpretasi  atau  faktor  yang  telah  terbentuk,  yang  dianggap  bisa
mewakili variabel-variabel anggota faktor tersebut. f.
Validasi  atas  hasil  faktor  untuk  mengtahui  apakah  faktor  yang terbentuk telah valid.
36 Tahap  pertama  dalam  analisis  faktor  adalah  dengan  menilai  mana  saja
variabel  yang  dianggap  layak  untuk  dimasukkan  dalam  analisis  selanjutnya. Pengujian  ini  dilakukan  dengan  memasukkan  semua  variabel  yang  ada,  dan
kemudian pada variabel-variabel tersebut dikenakan sejumlah pengujian. Logika  pengujian  adalah  jika  sebuah  variabel  memang  mempunyai
kecenderungan mengelompok dan membentuk sebuah faktor, variabel tersebut akan mempunyai korelasi yang cukup tinggi dengan variabel lain. Sebaliknya,
variabel  dengan  korelasi  yang  lemah  dengan  variabel  yang  lain,  akan cenderung tidak akan mengelompok dalam faktor tertentu.
Uji  KMO  dan  Bartlett  Test,  memiliki  beberapa  hal  yaitu  angka  KMO haruslah  berada  diatas  0,5  dan  signifikan  harus  berada  dibawah  0,05.
sedangkan pada uji MSA angkanya haruslah berada pada 0 sampai 1, dengan kriteria:
a. MSA=  1,  Variabel  dapat  diprediksi  tanpa  kesalahan  oleh  variabel  yang
lain. b.
MSA  0,5, Variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut. c.
MSA  0,5, Variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya.
Setelah  satu  atau  lebih  faktor  terbentuk,  dengan  sebuah  faktor  berisi sejumlah  variabel,  mungkin  saja  sebuah  faktor  berisi  sejumlah  variabel  yang
split  ditentukan  akan  masuk  ke  dalam  faktor  mans,  maka  proses  selanjutnya adalah  dengan  melakukan  proses  rotasi  yang  akan  memperjelas  kedudukan
sebuah variabel didalam sebuah faktor.
37
E. Operasional Variabel
Operasional  variabel  penelitian  merupakan  batasan  pendefinisian  dari serangkaian  variabel  yang  digunakan  dalam  penulisan  penelitian,  dengan
maksud  menhindari  kemungkinan  adanya  makna  ganda,  sekaligus mendefinisikan  variabel-variabel  sampai  dengan  kemungkinan  pengukuran
dan  cara  pengukurannya  Abdul  Hamid,  2007:32.  Jadi,  operasional  variabel merupakan  penjabaran  atau  penjelasan  mengenai  variabel-variabel  yang  ada,
dan  juga  merupakan  penjelasan-penjelasan  mengenai  variabel-variabel  yang menjadi  kajian  dalam  penelitian  tersebut.  Dalam  penelitian  ini  terdiri  dari
beberapa variabel yang berjumlah 27 variabel.
Gambar 3.2 Operasional variabel
No Variabel
Sub variabel
Indikator Skala
1 Faktor-faktor
yang mempengaruhi
konsumen dalam
keputusan pembelian
teh Celup
Sariwangi Produk
  Cita  rasa  produk  teh Celup  Sariwangi  yang
khas.   Aroma
teh celup
Sariwangi yang khas.   Warna  air  teh  celup
Sariwangi. Ordinal
Harga   Kesesuaian  antar  harga
terhadap manfaat
produk teh.   Harga  adalah  sebagai
pertimbangan akhir
konsumen. Ordinal
Promosi   Iklan  pada  produk  teh
Celup Sariwangi. Ordinal
38 No
Variabel Sub
variabel Indikator
Skala   Promosi  penjualan  pada
produk teh
Celup Sariwangi.
  Pemasaran  langsung  teh Celup Sariwangi.
Distribusi   Kemudahan
dalam memperoleh  teh  Celup
Sariwangi dipasaran.   Pelayanan
penjual, ketika
konsumen membeli
teh Celup
Sariwangi.   Lokasi  atau  tempat
konsumen  membeli  teh Celup Sariwangi.
Ordinal
Budaya
  Kebiasaan konsumen
dalam minum teh. Ordinal
Individu   Usia  responden  yang
mengkonsumsi teh.   Jenis  profesi  konsumen
yang mengkonsumsi
teh.   Tingkat
pendidikan konsumen  teh  Celup
Sariwangi.   Tingkat
penghasilan konsumen teh.
  Minum teh sebagai gaya hidup.
Ordinal
Sosial   Keluarga
sebagai referensi dalam membeli
produk.   Rekan  sekerja  sebagai
referensi dalam membeli produk.
  Rekan sekomunitas
sebagai  referensi  dalam membeli produk.
Ordinal
Psikologis   Keyakinan  diri  dalam
minum teh.   Dorongan  diri  dalam
minum teh.   Persepsi  dalam  minum
Ordinal
39 No
Variabel Sub
variabel Indikator
Skala teh.
  Pengalaman  diri  saat minum teh.
40
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A.  Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1.  Sejarah Perusahaan PT.Unilever Indonesia