Pengaruh Work Family Conflict Terhadap Absensi Pegawai Pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan

(1)

SKRIPSI

PENGARUH WORK FAMILY CONFLICT TERHADAP ABSENSI PEGAWAI PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH

KOTA MEDAN

OLEH

FATIMATU RISNA 070502027

PROGRAM STUDI STRATA-I MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

NAMA : FATIMATU RISNA

NIM : 070502027

PROGRAM STUDI : MANAJEMEN

KONSENTRASI : MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

JUDUL SKRIPSI : PENGARUH WORK FAMILY CONFLICT TERHADAP

ABSENSI PEGAWAI PADA BADAN KEPEGAWAIAN

DAERAH KOTA MEDAN

Medan, Juni 2011

Penulis


(3)

BERITA ACARA UJIAN

HARI :

TANGGAL :

NAMA : FATIMATU RISNA

PROGRAM STUDI : MANAJEMEN

KONSENTRASI : MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

JUDUL SKRIPSI : PENGARUH WORK FAMILY CONFLICT TERHADAP

ABSENSI PEGAWAI PADA BADAN KEPEGAWAIAN

DAERAH KOTA MEDAN

Ketua Program Studi Manajemen Pembimbing Skripsi

Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si Dr.Yenni Absah SE,Msi

NIP. 19620513 199203 2 001 NIP. 19741124 200012 2 001

Penguji I Penguji II

Dr. Beby Karina Fawzeea, SE, MM Liasta Ginting,SE, Msi


(4)

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

NAMA : FATIMATU RISNA

NIM : 070502027

PROGRAM STUDI : MANAJEMEN

JUDUL SKRIPSI : PENGARUH WORK FAMILY CONFLICT TERHADAP

ABSENSI PEGAWAI PADA BADAN KEPEGAWAIAN

DAERAH KOTA MEDAN

Tanggal : Juni 2011 Ketua Program Studi Manajemen

Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si NIP. 19620513 199203 2 001

Tanggal : Juni 2011 Dekan Fakultas Ekonomi

Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec NIP. 19550810 198303 1 004


(5)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan ini berjudul:

“PENGARUH WORK FAMILY CONFLICT TERHADAP ABSENSI PEGAWAI

PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA MEDAN”

adalah hasil kerja saya sendiri melalui penelitian yang saya lakukan. Segala sumber

dan kutipan yang terdapat dalam skripsi ini telah saya lampirkan sebagaimana

mestinya.

Medan, Juni 2011


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Work Family Conflict Terhadap Absensi Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan.Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif yaitu metode yang dilakukan dengan mengumpulkan, mengklasifikasikan, serta menginterprestasikandat a yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan yang berjumlah sebanyak 53 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dan studi dokumentasi. Metode analisis data menggunakan metode deskriptif dan metode kuantitatif yaitu dengan Analisis Regresi liniear sederhana yang digunakan untuk mengukur pengaruh Work Family Conflict Terhadap Absensi Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan.

Berdasarkan hasil uji T diperoleh nilai sebesar 6.921 lebih besar dari T table yakni 1.671, dapat disimpulkan bahwa variabel Work Family Conflict berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel absensi pegawai. Melalui pengujian koefisien determinasi (R2) diperoleh nilai sebesar R sebesar 0.696 sama dengan 69,6% yang menunjukkan bahwa hubungan Work Family Conflict dengan absensi pegawai mempunyai hubungan yang sangat erat. Nilai R Square sebesar 0.484, artinya absensi pegawai dapat diterangkan oleh Work Family Conflict sebesar 48,8% dan sisanya 52,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.


(7)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the influence of Work family conflicts on staff participation in the Regional Employment Board City Medan. uses descriptive analysis, a method that is implemented by the collection, classification and interpretation issues. The population in the study were all employees of the Regional Employment Board in Medan, accounting for more than 53 people. The method of collecting data in this study were biographical and documentary research. Data analysis methods using a descriptive method and quantitative method is a simple linear regression to measure effect of marital disputes of staff participation in the Regional Employment Board Medan.

Based on t test results obtained value for 6,921 is greater than the T tables of 1,671, it can be concluded that the Work Family Conflict variable has positive and significant impact on absenteeism variable. Through testing the coefficient of determination (R2) obtained R value for 0,696 amounted to 69.6% which indicates that the relationship of Work Family Conflict with employee absences have a very close relationship. Value R Square of 0,484, which means that the employee's absence can be explained by the Work Family Conflict and the remaining 48.8% and 51,2% explained by other variables not examined in this study.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabbil’alamin, puji dan syukur penulis aturkan kepada Allah

SWT atas segala berkah dan rahmat serta ridhoNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih yang tak terhingga penulis persembahkan kepada kedua orang

tua penulis Papa Taufik dan ibuk Alm Farida yang merupakan sumber semangat dan

inspirasi terbesar dalam hidup penulis yang selalu memberikan do’a, kasih sayang,

motivasi, nasehat dan materil tiada henti kepada penulis. Terimaksih juga penulis

sampaikan kepada saudara tersayang Roza oktafia, Imra Oktarizal dan Desni

faradilla.

Selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini, penulis telah banyak

mendapat bimbingan, nasehat, do’a dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu pada

kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini :

1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE. ME selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas


(9)

3. Ibu Dra. Marhayanie, MSi selaku Serkertaris Departemen Manajemen Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, MSi selaku Ketua Program Studi S1

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Magdalena Linda L Sibarani SE,Msi selaku dosen wali penulis

6. Ibu Dr. Yenni Absah, SE,Msi selaku Dosen Pembimbing penulis.

7. Ibu Dr. Beby Karina Fawzeea, SE, MM selaku Dosen Penguji I penulis.

8. Bapak Liasta Ginting,SE,Msi selaku Dosen Penguji II.

9. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

10.Seluruh pimpinan dan staf Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan

11.Kepada Uda Afriandi, uni Yuhelzi uda Donal, Vivi, Marina dan keponakan kecil

penulis Fazira, Khalilla, dan Qanita,

12.Sahabat-sahabat tersayang yang sekaligus sudah merangkap sebagai keluarga

Khania antik, Lanie lanber, Rudiansyah udy,Virgin bo, Fathul Jannah dan Dovi

antoni,

13.Kepada sahabat Manajemen 07 : Rio, Ucok, Frendy, Vatar, Donal, Rizky, Agus,

yudha, Fauzi, Satrya, maya and the geng, serta kepada Abang – abang Yayasan

Kolektif Medan bg Pian, bg Dadang, bg Salmi, dan Timan.

Medan, Juni 2011


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis ... 10

2.1.1 Work Family Conflict ... ... 10

2.1.2 Absensi ... ... 12

2.2 Penelitian Terdahulu ... 16

2.3 Kerangka Konseptual ... 17

2.4 Hipotesis Penelitian ... 18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 19

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian ... 19

3.3 Batasan Operasional ... 19

3.4 Definisi Operasional ... 20

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 22

3.6 Populasi Dan Sampel ... 22

3.7 Jenis Dan Sumber Data ... 23

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 23

3.9 Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 24

3.10 Teknik Analisis ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 29

4.1.1 Umum ... 29

4.1.2 Tugas Dan Fungsi ... 30

4.1.3 Struktur Organisasi ... 32


(11)

4.2 Hasil Penelitian ... 36

4.2.1 Analisis Deskriptif Responden ... 35

4.2.2 Analisis Deskriptif Variable Work Family Conflict... 38

4.2.3 Analisis Deskriptif Variable Absensi Pegawai ... 42

4.2.4 Uji Validitas Dan Reliatbilitas ... 45

4.3 Analisis Statistik ... 48

4.3.1 Uji Regresi Linera Sederhana…….. ... 48

4.3.2 Uji T ... 49

4.3.3 Pengujian Koefesien Determinasi… ... 51

4.4 Pembahasan ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 54

5.2 Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 55

LAMPIRAN ... 57


(12)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

Tabel 1.1 Rekapitulasi Absensi Kehadiran Pegawai BKD Kota Medan... 8

Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel ... 21

Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert... 22

Tabel 4.1 Komposisi SDM di Kantor BKD Kota Medan ... 35

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Usia ... 36

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 36

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Status ... 37

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 37

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jabatan ... 37

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 38

Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel WFC ... 39

Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Absensi Pegawai 42 Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas ... 46

Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas ... 47

Tabel 4.12 Hasil Uji Reliabilitas... 48

Tabel 4.13 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana ... 48

Tabel 4.14 Hasilm Uji T ... 50


(13)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

Gambar 2.1 Model Kehadiran Karyawan ... 15 Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ... 18 Gambar 4.1 Struktur Organisasi BKD ... 34


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

Lampiran .1 Kuesioner Penelitian ... 58

Lampiran .2 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 61

Lampiran .3 Tabulasi Validitas ... 63

Lampiran .4 Tabulasi Jawaban Kuesioner ... 65

Lampiran .5 Hasil Jawaban Responden ... 68


(15)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Work Family Conflict Terhadap Absensi Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan.Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif yaitu metode yang dilakukan dengan mengumpulkan, mengklasifikasikan, serta menginterprestasikandat a yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan yang berjumlah sebanyak 53 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dan studi dokumentasi. Metode analisis data menggunakan metode deskriptif dan metode kuantitatif yaitu dengan Analisis Regresi liniear sederhana yang digunakan untuk mengukur pengaruh Work Family Conflict Terhadap Absensi Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan.

Berdasarkan hasil uji T diperoleh nilai sebesar 6.921 lebih besar dari T table yakni 1.671, dapat disimpulkan bahwa variabel Work Family Conflict berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel absensi pegawai. Melalui pengujian koefisien determinasi (R2) diperoleh nilai sebesar R sebesar 0.696 sama dengan 69,6% yang menunjukkan bahwa hubungan Work Family Conflict dengan absensi pegawai mempunyai hubungan yang sangat erat. Nilai R Square sebesar 0.484, artinya absensi pegawai dapat diterangkan oleh Work Family Conflict sebesar 48,8% dan sisanya 52,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.


(16)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the influence of Work family conflicts on staff participation in the Regional Employment Board City Medan. uses descriptive analysis, a method that is implemented by the collection, classification and interpretation issues. The population in the study were all employees of the Regional Employment Board in Medan, accounting for more than 53 people. The method of collecting data in this study were biographical and documentary research. Data analysis methods using a descriptive method and quantitative method is a simple linear regression to measure effect of marital disputes of staff participation in the Regional Employment Board Medan.

Based on t test results obtained value for 6,921 is greater than the T tables of 1,671, it can be concluded that the Work Family Conflict variable has positive and significant impact on absenteeism variable. Through testing the coefficient of determination (R2) obtained R value for 0,696 amounted to 69.6% which indicates that the relationship of Work Family Conflict with employee absences have a very close relationship. Value R Square of 0,484, which means that the employee's absence can be explained by the Work Family Conflict and the remaining 48.8% and 51,2% explained by other variables not examined in this study.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar belakang masalah

Dalam usaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan terhadapap masyarakat

serta menumbuh kembangkan organisasinya, sebuah organisasi atau instansi

pemerintah sebaiknya tidak hanya memenuhi kepentingan teknis dalam internalnya

organisasi nya saja , tetapi juga harus menangkap dan merespon kepentingan serta

tekanan yang berbeda-beda dari beberapa pihak yang berada disekelililng

organisasi tersebut serta memenuhi kepentingan tersebut dalam bentuk peraturan,

norma, hukum, dan harapan sosial yang sesuai dengan ketentuan yang ada di negara

ini. Tuntutan ini berasal dari berbagai pihak, seperti: pemerintah, profesional,

organisasi politik, publik ,kelompok masyarakat tertentu serta keluarga.

Untuk memenuhi kepentingan serta tuntutan oleh beberapa pihak yang berada

disekeliling organisasi atau instansi pemerintah tersebut, maka organisasi harus bisa

merespon dan menangkap kepentingan tuntutan tersebut sehingga organisasi tidak

menerima begitu saja tuntutan-tuntutan tersebut dan cenderung memilih

kebijakan-kebijakan yang dapat diadaptasi serta dapat meningkatkan kinerja organisasi

tersebut (Goodstein ,1994). Kinerja yang baik dari sebuah organisasi pemerintah akan

mengasilkan peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap organisasi pemerintah


(18)

Untuk meningkatkan kinerja sebuah instansi pemerintah maka harus ditunjang

juga dengan sumber daya manusia yang baik dan berkualitas serta sumber daya

manusia yang memiliki komitmen tinggi terhadap organisasinya. Apabila sebuah

instansi pemerintah telah mimiliki sumber daya manusia yang baik dan berkualitas

maka insatansi tersebut akan menghasilkan kinerja yang baik yang bisa meningkatkan

pelayanan terhadap masyarakat, dan juga dengan komitmen yang tinggi terhadap

organisasi maka pegawai akan semakin loyal terhadap pekerjaannya dan faktanya

bahwa komitmen organisasi yang tinggi juga dapat menurunkan Turnover pegawai

(Bontaraswaty, 2008).

Era globalisasi yang menciptakan kemajuan teknologi yang semakin lama

semakin maju dan canggih, mengakibatkan meningkat pula tuntutan terhadap

instansi pemerintahan untuk memahami bahwa kehidupan berkeluarga dan pekerjaan

telah berubah dan tidak bisa dipisahkan lagi. Perubahan demografi tenaga kerja

seperti pasangan suami-isteri yang sama-sama bekerja, pasangan suami – isteri yang

bekerja pada instansi yang sama serta peningkatan jumlah wanita yang bekerja telah

menjadikan hubungan yang saling bergantungnan antara pekerjaan dan keluarga.

Ketergantungan hubungan antara pekerjaan dan keluarga bisa memicu timbulnya

konflik, karena terdapatnya tuntutan yang sama antara pekerjaan dengan keluarga.

Perubahan ini juga meningkatkan perhatian publik dan menuntut pimpinan

instansi untuk memasukkan dan mengadaptasi kebijakan-kebijakan yang

berhubungan dengan pekerjaan dan keluarga kedalam peraturan organisasinya


(19)

berkontribusi terhadap kehidupan pekerjaan yang baik pula (David, 2006) jadi

adaptasi terhadap kebijakan yang berhubungan dengan pekerjaan dan keluarga

dapat disebut sebagai investasi jangka panjang bagi instansi pemerintahan karena

dapat menunjang peningkatan kinerja instansi pemerintahan secara keseluruhan

dalam jangka panjang. Adaptasi kebijakan ini juga dapat mencegah kemungkinan

terjadinya konflik antara tuntutan pekerjaan dan keluarga yang disebut Work-Family

Conflict.

Konflik peran yang terjadi dalam Work-Family Conflict biasanya berasal

dari usaha menyeimbangkan waktu untuk memenuhi tuntutan keluarga dan pekerjaan.

Tuntutan pekerjaan berhubungan dengan tekanan yang berasal dari organisasi

tempat bekerja Sedangkan tuntutan keluarga berhubungan dengan waktu yang

dibutuhkan untuk menangani tugas-tugas rumah tangga ,menjaga anak dan juga

besarnya jumlah anggota keluarga.

Pengaruh dari konflik antara tanggungjawab pekerjaan dan keluarga

telah digolongkan sebagai Causal Factors dari absenteeism, rendahnya job

satisfaction, dan motivasi. Ketiga hal tersebut telah dihubungkan dengan permanent withdrawal behavior dari turnover karyawan (Abbott at all1998). Hal ini berarti bahwa konflik antara tanggungjawab pekerjaan dan keluarga dapat mengakibatkan

rendahnya job satisfaction, meningkatkan absensi, menurunkan motivasi karyawan

dan dalam jangka waktu tertentu dapat mengakibatkan turnover pegawai.

Salah satu dampak yang bisa ditimbulkan oleh Work Family Conflict adalah


(20)

diakibatkan oleh tuntutan jadwal yang kurang fleksibel antara pekerjaan dengan

keluarga, sehingga pegawai memutuskan untuk tidak pergi ke tempat kerjanya

dan pegawai dapat mengalokasikan waktunya sesuai dengan yang dia inginkan

(Allen,1983). Absen juga merupakan salah satu dampak dari ketidakpuasan pegawai

terhadap kebijakan organisasi atau sebuah instansi (Conlon & Stone 1992).

Masalah ketidakhadiran pegawai sangat menggangu kelancaran sistem

pekerjaan yang ada di tempatnya bekerja, karena pekerjaan yang biasa dikerjakan

oleh pegawai tersebut akan terbengkalai dan sangat berpotensi merugikan

kepentingan masyarakat banyak.

Selain itu ada beberapa hal yang juga dapat mempengaruhi tingkat kehadiran

pegawai ke tempat kerjanya. Martocchio (1992) menyatakan bahwa sesuai dengan

theory of reasoned action, perilaku absensi seseorang dikonseptualisasikan sebagai suatu tingkatan yang berurutan dimana Absence attitude dan subjective norma

mengenai absebsi mempengaruhi dan dapat memperkirakan keputusan seorang untuk

hadir atau tidak ke tempat kerjanya. Absence attitude dipengaruhi oleh personal

characteristic seseorang. Menurut Blau (1995), norma sosial untuk absen ke tempat kerja dipengaruhi oleh tiga reference group, Pertama dan kedua berasal dari dalam

organisasi yaitu rekan sekerja dalam kelompok kerja individu yang utama dan

supervisor ketiga berasal dari keluarga dan teman.

Badan kepegawaian Daerah (BKD) Kota Medan merupakan sebuah instansi

pemerintahan yang bertugas membantu kepala daerah dalam melaksanakan


(21)

Daerah Kota Medan berfungsi menyiapkan bahan dalam perumusan kebijakan teknis

dalam lingkup Kepegawaian Daerah, menyelenggarakan program kepegawaian,

pengembangan dan pemberdayaan pegawai, mutasi pegawai dan penyajian informasi

kepegawaian serta melakukan pengkajian dan evaluasi pengelolaan kepegawaian.

Ada pun tantangan yang dihadapi Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan dalam

menjalankan operasional nya yaitu dalam penerimaan Pegawai Negeri Sipil. Dimana

terdapatnya beragam tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Badan Kepegawaian

Daerah. Di sisi lain seringnya ditemukan berkas pegawai yang tidak lengkap dalam

pengajuan peserta pendidikan dan pelatihan tidak sesuai dengan persyaratan, dan

laporan kerja bulanan serta proses surat menyurat menjadi tidak tepat waktu akibat

keterlambatan pengesahan.

Dalam upaya memberdayakan dan mengembangkan sumber daya manusia,

Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan telah berusaha memberikan perhatian pada

permasalahan kerja pegawai secara terperinci untuk mencari cara yang tepat

menyelesaikannya, berorientasi kepada pegawai dan hasil yang akan dicapai,

menciptakan kondisi kerja yang nyaman agar pegawai agresif dalam bekerja, serta

menjaga dan mempertahankan stabilitas kerja pegawainya . Upaya lain yang juga

dilakukan Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan diantaranya membekali

pegawainya dengan mengadakan seminar, mengikutsertakan pegawai pada

program-program pendidikan dan pelatihan yang dilaksakan Badan Diklat Kota Medan setiap

tahunnya, pendidikan formal melalui tugas belajar dan izin belajar di perguruan tinggi


(22)

tujuan untuk meningkatkan kualitas kerja, ketepatan waktu dalam bekerja, efektif

dalam mananfaatkan waktu kerja dan fasilitas kerja, kemandirian, komitmen dalam

kerja, serta meningkatkan loyalitas kerja pegawai.

Hal inilah yang disadari oleh Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan

sebagai suatu instansi pemerintahan yang menyajikan pelayanan dalam penyediaan

pegawai yang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas maupun institusi lainnya

di lingkungan Pemerintahan Kota Medan. Sebagai unsur pelaksana dipenyediaan

pegawai negeri yang mengetahui peraturan kepegawaian, menyajikan data Pegawai

Negeri Sipil (PNS) yang mengetahui data Sistem Informasi Pegawai (SIMPEG),

meningkatkan administrasi kenaikan pangkat PNS, meningkatkan kualitas data yang

disajikan dalam penyusunan rencana formasi PNS dan calon PNS serta peningkatan

pemahaman PNS mengenai peraturan PNS. Oleh karena itu, para pegawai harus

mengandalakan kemampuan dalam bekerja, loyaliats dalam bekerja sehingga dapat

memberikan karakter khusus Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan. Hal tersebut

menjadi suatu perwujudan agar dapat menarik kepercayaan masyarakat yang semakin

berkurang terhadap pelayanan instansi pemerintah.

Badan kepegawaian daerah harus mempunyai pegawai yang memiliki

loyalitas tinggi karena para pegawai sangat bertanggungjawab atas manajemen

pegawai negeri yang ada dilingkungan naungannya. Permasalahan yang harus

diselesaikan oleh badan kepegawaian daerah sangat berat, karena berhubungan

dengan penyusunan paraturan sampai mekanisme kerja PNS maka kinerja dan


(23)

daerah Kota Medan harus bisa meningkatkan loyalitas pegawainya melelui

pegurangan tingkat absensi yang bisa diakibatkan oleh work family conflict

Berdasarkan hasil prasurvey yang penulis lakukan kepada 15 orang pegawai

badan kepegawaian daerah mengenai ketidakhadiran di tempat kerja ( absensi ),

sebanyak 55% pegawai menjawab ketidakhadiran pegawai dikarenakan adanya Work

Familly Conflict seperti acara keluarga, urusan anak, urusan dengan suami atau istri,serta urusan sosial lainnya. Tingkat kehadiran pegawai Badan Kepegawaian

Daerah Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 1.1 . Untuk menghitung rata-rata tingkat

absensi perbulannya pada badan kepegawaian daerah dapat menggunakan rumus

sebagai berikut :


(24)

Table 1.1 Rekapitulasi Absen Kehadiran Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan

Bulan Juli – Desember 2010 Bulan

(22 hari kerja )

Jumlah pegawai

Alasan ketidakhadiran

Total ketidakhadiran

Tingkat absensi

M I S C

Juli 53 orang 24 4 11 5 44 3,77 %

Agustus 53 orang 33 20 26 - 79 6,77 %

September 53 orang 24 19 29 8 80 6,86 %

Oktober 53 orang 13 9 49 - 71 6,08 %

November 53 orang 9 13 36 - 58 4,97 %

Desember 53 orang - - 21 - 21 1,80 %

Keterangan : M: Mangkir, I :Izin, S:Sakit, C : Cuti

Sumber: Rekapitulasi Absensi bulanan karyawan Badan Kepegawaian Daerah kantor Walikota Medan diolah penulis.

Berdasarkan Tabel 1.1 rekapitulasi absen terlihat bahwa masih banyak

pegawai Badan kepegawaian daerah yang yang tidak hadir pada waktu jam

kerja,bahkan mangkir dari pekerjaannya.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Work Family Conflict Terhadap Absensi Pegawai Badan


(25)

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti merumuskan

masalah sebagai berikut : Bagaimanakah pengaruh Work Family Conflict terhadap

Absensi Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan ?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh Work

Family Conflict terhadap Absensi Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan.

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan .

Sebagai informasi dan masukan bagi Badan Kepegawaian Daerah Kota

Medan untuk dapat dijadikan landasan dalam menentukan kebijakan selanjutnya,

sebagai upaya mempertahankan kinerja positif pegawai.

2. Bagi Penulis

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan memperdalam

pengetahuan penulis mengenai pengaruh Work Family Conflict terhadap Absensi

Pegawai.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan

melakukan penelitian terhadap objek dan masalah yang sama di masa yang akan


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.I Uraian Teoritis

2.1.1 Work-Family Conflict

Work-Family Conflict adalah salah satu dari bentuk interrole conflict yaitu tekanan atau ketidakseimbangan peran antara peran di pekerjaan dengan peran

didalam keluarga (Greenhaus & Beutell, 1985). Jam kerja yang panjang dan beban

kerja yang berat merupakan pertanda langsung akan terjadinya konflik

pekerjaan-keluarga (Work-Family Conflict ), dikarenakan waktu dan upaya yang berlebihan

dipakai untuk bekerja mengakibatkan kurangnya waktu dan energi yang bisa

digunakan untuk melakukan aktivitas-aktivitas keluarga (Frone, 2003).Sedangkan

menurut Dahrendorf salah satu jenis dari konflik adalah konflik antara atau dalam

peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan - peranan dalam keluarga atau

profesi atau disebut juga dengan konflik peran ( Role Conflict ).

Frone (2003) kehadiran salah satu peran (pekerjaan) akan menyebabkan

kesulitan dalam memenuhi tuntutan peran yang lain (keluarga), dimana harapan orang

lain terhadap berbagai peran yang harus dilakukan seseorang dapat menimbulkan

konflik. Konflik terjadi apabila harapan peran mengakibatkan seseorang sulit

membagi waktu dan sulit untuk melaksanakan salah satu peran karena hadirnya

peran yang lain.

Jadi Work Familly Conflict merupakan salah satu bentuk dari konflik


(27)

dua tekanan peran. Kehadiran salah satu peran akan menyebabkan kesulitan

dalam memenuhi tuntutan peran yang lain. Sehingga mengakibatkan individu sulit

membagi waktu dan sulit untuk melaksanakan salah satu peran karena hadirnya peran

yang lain.

Greenhaus dan Beutell (dalam Triaryati 2003:86) mengidentifikasikan tiga jenis Work

Family Conflict, yaitu:

1. Time Based Conflict. Waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan salah satu

tuntutan keluarga atau pekerjaan) dapat mengurangi waktu untuk menjalankan

tuntutan yang lainnya (pekerjaan atau keluarga).

2. Strain Based Conflict. Terjadi pada saat tekanan dari salah satu peran

mempengaruhi kinerja peran yang lainnya.

3. Behavior-Based Conflict. Berhubungan dengan ketidaksesuaian antara pola

perilaku dengan yang diinginkan oleh kedua bagian yaitu pekerjaan atau keluarga.

Work Family Conflic terdiri dari dua aspek yaitu Work interfering with family dan Family Interfering With Work (Frone2003; Greenhaus & Beutell, 1985). Adapun

asumsi dari Work interfering with family lebih dikarenakan akibat tuntutan waktu

yang terlalu berlebihan atau Time-based conflict dalam satu hal (contoh: saat bekerja)

akan mencegah pelaksanaan kegiatan dalam hal lain (contoh: di rumah), yang terjadi

pada akhirnya adalah ketegangan dan tekanan atau Strain-Based Conflict pada

satu hal ditumpahkan pada hal lain, seperti: pulang ke rumah dengan suasana hati

yang buruk setelah bekerja, atau contoh lainnya misal individu sebagai orangtua akan


(28)

tinggal di rumah menjaga anaknya yang sakit. Sementara Family Interfering With

Work lebih kepada pola perilaku yang berhubungan dengan kedua peran atau bagian (pekerjaan atau keluarga) Behavior-based conflict (Frone, 2003).

Work interfering with family dan Family Interfering With Work dapat dilihat dari tiga hal yaitu, tanggung jawab dan harapan, tuntutan psikologis, serta kebijakan

dan kegiatan organisasi (misalnya dukungan sosial). Greenhaus & Beutell (1985)

Work-Family Conflict yang terjadi akan menimbulkan konsekuensi yang negative. Contohnya, konflik antara pekejaan dengan keluarga dapat meningkatkan tingkat

absensi, meningkatkan turnover, menurunkan performance, dan menurunkan kesehat

an individu tersebut baik secara psikologis maupun kesehatan fisik.

2.1.2 Absensi ( ketidakhadiran )

Absensi adalah ketidakhadiran (Kamus Bahasa Indonesia :2008). Absensi

pegawai adalah ketidakhadiran seseorang pegawai ke tempat kerja baik

ketidakhadiran penuh (1 hari kerja ) maupun ketidakhadiran setengah hari kerja,

termasuk keterlambatan minimal dua jam keterlambatan serta izin karena urusan

keluarga. Absensi juga merupakan salah satu dampak dari ketidakpuasan pegawai

terhadap kebijakan organisasi (Conlon & Stone 1992 ).

Kehadiran seseorang ke tempat kerjanya dipengaruhi oleh Tiga hal Steers &

Rhodes (dalam Triaryati 2003:87) :

1.Situasi Kerja yang terdiri dari; lingkup pekerjaan (Job Scope ),tingkat pekerjaan(job


(29)

kepemimpinan (leader style), hubungan dengan pekerja lainnya (co-worker relation),

dan kesempatan untuk pengembangan (opportunity for advancement).

2. Kepuasan terhadap situasi pekerjaannya.

3. Motivasi untuk hadir yang timbul dari kepuasan terhadap situasi kerja.

Dari ketiga pengaruh utama tersebut ada beberapa hal lagi yang memiliki

pengaruh tidak langsung terhadap kehadiran karyawan ke tempat kerjanya. Seperti

yang dapat dilihat pada Gambar 1,1 pada halaman 14 Pengaruh situasi kerja

kepada kepuasan tehadap situasi kerja dipengaruhi atau dimoderasi oleh nilai-nilai

karyawan dan harapan tentang pekerjaannya. Nilai dan harapan ini berasal dari

karakteristik seseorang seperti; pendidikan, masa jabatan, usia, jenis kelamin, dan

ukuran keluarga. Kemudian motivasi karyawan untuk hadir ke tempat

kerjanya selain dipengaruhi oleh kepuasan terhadap situasi kerja, dipengaruhi juga

oleh tekanan untuk hadir di tempat kerjanya seperti : kondisi ekonomi, sistem

reward dan insentif perusahaan, norma kelompok kerja, etika pekerjaan seseorang, dan komitmen organisasi. Terakhir, kehadiran karyawan yang

dipengaruhi oleh motivasi karyawan untuk hadir, dimoderasi oleh kemampuan

seseorang untuk hadir ke tempat kerjanya yang dipengaruhi oleh : kemungkinan sakit

dan kecelakaan, tanggungjawab keluarga, dan masalah transportasi.

Selain itu ada beberapa hal yang juga dapat mempengaruhi tingkat kehadiran

karyawan ke tempat kerjanya. Martocchio (1992) menyatakan bahwa sesuai dengan

theory of reasoned action, perilaku absen seseorang dikonseptualisasikan sebagai suatu tingkatan yang berurutan dimana Absence attitude dan subjective norm


(30)

mengenai absen mempengaruhi dan dapat memperkirakan keputusan seorang untuk

hadir atau tidak ke tempat kerjanya. Absence attitude dipengaruhi oleh personal

characteristic seseorang. Menurut Blau (1995), norma sosial untuk absen ke tempat kerja dipengaruhi oleh tiga reference group, Pertama dan kedua berasal dari dalam

organisasi yaitu rekan sekerja dalam kelompok kerja individu yang utama dan


(31)

Model kehadiran Karyawan

Job situation

Gambar 2.1 Model kehadiran karyawan

Sumber : Mobley ( Dalam Nyoman Triaryati 2003:89)

Personel characteristics: Educations Tenure Age Sex Family size

Ability To Attend Illness & Accident Family Responsibility Transportasion Problem

Employes value & job expectation

Job scope Role stress Work group size Leader style

Co-worker relations Opportunity for

Satisfactio n with job situasion

Attendance motivation

Employee attendance

Preasure to attend Economic narket condition

Incentive reward system

Work group norm Personal work ethic Organizational commitment


(32)

Dalam hubungannya dengan masalah Work Family Conflict, berikut

dijelaskan salah satu bagian dari job situasion yaitu role stress yang bisa disebabkan

oleh Work-Family Conflict dan dipengaruhi oleh jenis kelamin (sex), yang

kemudian mempengaruhi job satisfaction dan motivasi untuk hadir ke tempat

kerja. Pemilihan salah satu bagian ini juga sesuai dengan tiga dari empat prediktor

absen yang dikemukakan oleh Stell & Rentsch (1995) yaitu: job satisfaction,

job envolvement, personal demographic variable (seperti : gender, umur, dan tingkat pendidikan), stress kerja seperti: konflik peran, dan turnover atau

underutilized skill.

2.2 Penelitian Terdahulu

Triaryati (2003) Pengaruh Adaptasi Kebijakan Mengenai Work Family Issue

Terhadap Absen dan Turnover. Hasil penelitian menunjukkan kesimpulannya bahwa

ketidakmampuan perusahaan untuk mengadaptasi kebijakan yang diperlukan oleh

karyawannya, dalam halini Work Family Conflict dapat mengakibatkan stress dan

ketidakpuasan, yang kemudian berpengaruh pada keputusan ketidakhadiran karyawan

dan dalam waktu tertentu dapat meningkatkan turnover karyawan atau

melatarbelakangi keputuasan berhenti bekerja bagi karyawan. Turnover

mengakibatkan beberapa kerugian bagi perusahaan, seperti biaya yang harus


(33)

training agar mendapatkan karyawan yang memiliki kualitas yang sama dengan yang keluar dari perusahaan.

Nurul Mahvira Harahap (2010) Hubungan Work-Family Conflict Dengan

Komitmen Organisasi Pada Perempuan Menikah Yang Bekerja. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara Work Family Conflict terhadap

Komitmen Organisasi dengan nilai korelasi (rxy) sebesar -0,870 dengan nilai p =

0.000, yang berarti semakin tinggi Work Family Conflict semakin rendah

Komitmen Organisasi pada perempuan menikah yang bekerja. Sebaliknya semakin

rendah Work-Family Conflict semakin tinggi Komitmen Organisasi pada perempuan

menikah yang bekerja.

2.3 Kerangka Konseptual

Work-Family Conflict adalah salah satu dari bentuk interrole conflict yaitu tekanan atau ketidakseimbangan peran antara peran di pekerjaan dengan peran

didalam keluarga (Greenhaus & Beutell, 1985). Jam kerja yang panjang dan beban

kerja yang berat merupakan potensi akan terjadinya konflik pekerjaan-keluarga

(WFC), dikarenakan waktu dan upaya yang berlebihan dipakai untuk bekerja

mengakibatkan kurangnya waktu dan energi yang bisa digunakan untuk melakukan

aktivitas-aktivitas keluarga (Frone, 2003). Konflik antara tanggungjawab pekerjaan


(34)

absensi, menurunkan motivasi karyawan dan dalam jangka waktu tertentu dapat

mengakibatkan turnover pegawai (Abbot at all 1998).

Sedangkan menurut Conlon & STONE (1992) Absen adalah ketidakhadiran

seseorang ke tempat kerja nya yang bisa diakibatkan oleh ketidakpuasan pegawai

terhadap kebijakan organisasi, situasi kerja serta motivasi untuk hadir ke tempat kerja

(Conlon & Stone 1992 ).

Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan, maka model kerangka konseptual

dari penelitian ini adalah :

Kerangka Konseptual

Gambar 2.2

Sumber : (Abbot at all 1998)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual di atas, maka

peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut. “Work Family Conflict berpengarauh

terhadap Absensi Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan”. Work family conflict

(X)

Absensi pegawai ( Y )


(35)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.I Jenis Penelitian

Jenis penelitian menurut tingkat eksplanasi (penjelasan), penelitian ini dapat

dikaji menurut tingkatnya yang didasarkan kepada tujuan dan objeknya. Pada tingkat

eksplanasi penelitian termasuk kedalam penelitian asosiatif, yakni penelitian yang

menghubungkan dua variabel atau lebih untuk melihat pengaruh, yaitu Work Family

Conflict terhadab Absensi Pegawai Badan Kepegawaian Daerah kota Medan. Penelitian ini menggunakan metode survey dari suatu populasi dengan mengandalkan

kuesioner sebagai instrument pengumpulan data. Unit analisis dalam penelitian ini

adalah pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini yaitu kantor Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan

yang beralamat di Jln. Kapten Maulana Lubis no 2A Medan. Penelitian dilakukan

pada bulan April - Mei 2011.

3.3 Batasan Operasional

Penelitian ini membahas tentang pengaruh work family conflict terhadap


(36)

3.4 Definisi Operasional Variabel

Work-Family Conflict / WFC adalah salah satu dari bentuk interrole conflict yaitu tekanan atau ketidakseimbangan peran antara peran di pekerjaan dengan

peran didalam keluarga (Greenhaus & Beutell, 1985). Jam kerja yang panjang dan

beban kerja yang berat merupakan pertanda langsung akan terjadinya konflik

pekerjaan-keluarga (WFC), dikarenakan waktu dan upaya yang berlebihan dipakai

untuk bekerja mengakibatkan kurangnya waktu dan energi yang bisa digunakan untuk

melakukan aktivitas-aktivitas keluarga (Frone, 2003).

Indikator :

a) Time based conflict. Waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan salah satu tuntutan keluarga atau pekerjaan) dapat mengurangi waktu untuk menjalankan

tuntutan yang lainnya (pekerjaan atau keluarga).

b) Strain based conflict. Terjadi pada saat tekanan dari salah satu peran mempengaruhi kinerja peran yang lainnya.

c) Behavior-based conflict. Berhubungan dengan ketidaksesuaian antara pola

perilaku dengan yang diinginkan oleh kedua bagian yaitu pekerjaan atau

keluarga.

Absensi adalah : ketidakhadiran seseorang pegawai ke tempat kerja nya baik


(37)

termasuk terlambat minimal dua jam keterlambatan serta izin karena urusan keluarga.

.Absen juga merupakan salah satu dampak dari ketidakpuasan karyawan terhadap

kebijakan organisasi (Conlon & Stone 1992 ).

Indikator :

a) Situasi Kerja yang terdiri dari; lingkup pekerjaan (job scope),tingkatpekerjaan

(job level), stress peran (role stress), jumlah kelompok kerja(work group size),

gaya kepemimpinan (leader style), hubungan dengan pekerja lainnya

(co-worker relation), dan kesempatan untuk pengembangan (opportunity for advancement).

b) Kepuasan terhadap situasi pekerjaannya.

c) Motivasi untuk hadir yang timbul dari kepuasan terhadap situasi kerja

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator Skala Pengukuran

Work family conflict(X)

ketidakseimbangan peran antara peran di pekerjaan dengan peran didalam keluarga

Time based conflict Strain based conflict Behavior based conflict

Skala Likert

Absensi Pegawai (Y)

ketidakhadiran Pegawai di tempat kerja

Situasi Kerja

Kebijakan organisasi Motivasi untuk hadir dalam bekerja.

Permasalahan keluarga

Skala Likert


(38)

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Adapun skala pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah Skala Likert,

sebagai alat untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang suatu fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial

ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti,yang selanjutnya siaebut variable

penelitian. Dengan skala Likert,maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi

indicator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk

menyusun item-item instrument yang dapat berupa perynataan atau pertanyaan

(Sugiyono. 2007:86).

Untuk keperluan analisa kuantitatif penelitian ini, maka peneliti memberikan

skor dengan menggunakan skala 1-5 yang dapat dilihat pada Tabel .

Table 3.2

Instrument skala likert

No Jawaban Skor

1 Sangat Setuju ( SS ) 5

2 Setuju ( S ) 4

3 Ragu-ragu ( R ) 3

4 Tidak Setuju ( TS ) 2

5 Sangat Tidak Setuju ( STS ) 1


(39)

3.6 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek dan subjek

yang mempunyai yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyo

no, 2007:72). Populasi pada penelitian ini adalah para pegawai Badan Kepegawaian

Daerah Kota Medan yang berjumlah sebanyak 53 orang. Sampling jenuh digunakan

bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, dan hal ini dapat dilakukan

bila jumlah populasi relative kecil dan apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik

diambil saja semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Mengingat

jumlah pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan kurang dari 100 orang

yaitu sebanyak 53 orang, maka berdasarkan ketentuan tersebut maka peneliti

mengadakan penelitian pada seluruh populasi yang dijadikan sampel.

3.7Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data yaitu :

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pegawai Badan

Kepegawaian Daerah Kota Medan yang berjumlah sebanyak 53 orang dengan

cara penyebaran kuesioner.


(40)

Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumen baik dari

buku, jurnal, majalah, dan situs internet untuk mendukung penelitian.

3.7. Metode Pengumpulan Data

Pengambilan data penelitian dilakukan dengan cara :

1. Daftar Pertanyaan (questionnaire)

Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada

responden untuk dijawab, kemudian dari jawaban itu ditentukan skornya

dengan skala Likert.

2. Studi Dokumentasi

Studi dokumetasi dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari

data-data yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, majalah, dan situs internet yang

berhubungan dengan penelitian ini.

3.8Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Validitas isi suatu alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat tersebut

mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep (Situmorang

dkk,2010:70). Penelitian ini menggunakan kuesioner, oleh karena itu uji validitas

dilakukan untuk menguji data yang telah didapat setelah penelitian merupakan data


(41)

validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 17,00 for windows,

dengan kriteria sebagai beriku:

a) Jika r hitung > dari r tabel maka pernyataan dinyatakan valid

b) Jika r hitung < dari r tabel maka pernyataan dinyatakan tidak valid

Uji validitas pada penelitian ini dilakukan kepada pegawai Dinas Koperasi Usaha

Mikro Kecil Menengah ( UMKM ) yang beralamat di Jl. Jend. Gatot subroto KM

17,5 yang berjumlah 30 orang pegawai.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur di pakai

dua kali-untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh

relative konsisten maka alat pengukur tersebut reliabel (Situmorang dkk,2010:72).

Hasil suatu pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan

pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama, artinya

mempunyai konsistensi pengukuran yang baik, dan suatu konstruk atau variable

dikatakan reliable apabila memiliki cronbach alpha > 0,8 (Yamin dan

Kurniawan,2009:282). Tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka

yang disebut koefisien reliabilitas .Koefesien reliabilitas berkisar antara 0-1. Semakin

tinggi koefesien reliabilitas (mendekati angka 1), maka semakin reliable alat ukur


(42)

taraf signifikansi 5%. Pengujian validitas ini dilakukan dengan menggunakan

program SPSS versi 17,00 for windows.

3.9Teknik Analisis Data

Untuk memperoleh analisis data, penulis menggunakan prosedur sampling

untuk memperoleh sampel, maka metode analisis data yang digunakan adalah .

1. Metode Deskriptif

Metode analisis deskriptif merupakan metode yang digunakan yaitu dengan

cara mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menginterpretasikan data sehingga

diperoleh gambaran yang jelas mengenai fakta-fakta, masalah serta hubungan antar

fenomena yang diteliti.

2. Metode Kuantitatif

Metode analisis kuantitatif adalah teknik analisis data dengan menggunakan

criteria (Sugiyono, 2007:142). Peneliti menganalisis dengan menggunakan metode

regresi liniar sederhana. Metode analisis liniar sederhana digunakan untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas Work Family Conflict (X)

terhadap variabel terikat yaitu absensi karyawan (Y). Data diolah dengan

menggunakan aplikasi software SPSS 17,00 for windows.

3. Model regresi linier sederhana yang digunakan adalah :


(43)

Y = variabel absensi karyawan

a = konstanta

b = koefisien regresi

X = variabel Work Family Conflict

e = standar error

4. Uji hipotesis ( Uji T )

Uji hipotesis dilakukan dengan uji-T yaitu dilakukakn secara parsial untuk

membuktikan hipotesis awal tentang pengaruh work family conflict (X) terhadap

absensi pegawai (Y) pada Badan Kepegawaian Daerah kota Medan. Hasil uji ini pada

output SPSS dapat dilihat pada tabel coofecient.

Kriteria pengujian sebagai berikut :

H0 : b1 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari Work

Family Conflict (X) terhadap Absensi Karyawan( Y).

Ha : b1 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari Work Family Conflict (X), Absensi Karyawan (Y).

5. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur proporsi atau


(44)

determinasi berkisar antara nol sampai dengan satu ( 0 ≤ R2 ≥ 1 ). Jika R 2 semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa Work Family Conflict (X)

mampu menerangkan Absensi Pegawai (Y). Hal ini berarti model yang digunakan

semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap

variabel terikat. Jika R2 semakin kecil (mendekati nol), maka dapat dikatakan bahwa

kemampuan Work Family Conflict (X) dalam menerangkan Absensi Pegawai (Y)


(45)

BAB IV

HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum BKD Kota Medan

4.1.1 Umum

Undang-undang no. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah,

dijelaskan bahwa daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua

urusan pemerintahan dijelaskan bahwa diluar yang menjadi urusan pemerintahan

pusat yang ditetapkan dalam undang-undang ini. Dalam penjelasan undang-undang

no 32 tahun 2004, dinyatakan bahwa sejalan dengan kebijakan desentralisasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan, maka ada sebagian kewenangandi bidang

kepegawaian untuk diserahkan kepada daerah yang dikelola dalam system

kepegawaian daerah .

Kepegawaian adalah suatu sistem dan prosedur yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan sekurang-kurangnya meliputi perencanaan, pengangkatan,

penempatan, pendidikan dan pelatihan, penggajian, pembinaan, kedudukan, hak,

tanggung jawab, kewajiban larangan serta sanksi, penghargaan, pemberhentian dan

pensiun yang merupakan sub sistem dari sistem kepegawaian secara nasional. Dengan

demikian kepegawaian daerah merupakan suatu sistem kesatuan jaringan birokrasi


(46)

Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan adalah unit pelaksana teknis di

bidang kepegawaian dilingkungan pemerintahan kota Medan dan bertanggung jawab

kepada wali kota Medan melalui sekretaris daerah kota medan. Demi kelancaran

pelaksanaan tugas dan fungsi badan kepegawaian daerah kota medan, maka

dibentuklah tugas dan fungsi pada setiap jenjang jabatan struktural berdasarkan

peraturan daerah kotaMedan no 3 tahun 2009 pasal 149-150.

4.1.2 Tugas dan fungsi

Sesuai dengan peraturan walikota medan no 21 tahun 2010 bagian III, maka

ditetapkan tugas dan fungsi badan kepegawaian daerah kotamedan yaitu sebagai

berikut :

1. Badan .

Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan mempunyai tugas

membantu walikota medan dalam perencanaan, pengadaan, pengembangan, kualitas,

penempatan, promosi, penggajian, kesejahteraan dan pemberhentian pegawai negeri

sipil daerah kota medan.

2. Sekretaris badan .

Sekretaris Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan mempunyai tugas

membantu kepala badan bidang umum/kerumahtanggan, perlengkapam, administrasi


(47)

3. Bidang pengembangan karier.

Bidang pengembangan karier mempunyai tugas pokok melaksanaan sebagian

tugas Kepala Badan di bidang pengembangan karier pegawai negeri sipil pada jabatan

structural dan jabatan fungsional.

4. Bidang kepangkatan.

Bidang kepangkatan bertugas membantu kepala Badan dalam bidang

pengelolaan administrasi kepangkatan pegawai negeri sipil, mulai dari penyusunan

rencana, program dan kegiatan bidang kepangkatan tersebut.

5. Bidang kesejahteraan dan disiplin.

Bidang kesejahteraan dan displin mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas badan meliputi lingkup kesejahteraan dan displin pegawai negri sipil.

Penyiapan bahan dan data proses penerbitan kartu tabungan pensiun, katru askes dan

taperpummerupakan salah satu program bidang kesejahteraan. Sementara tugas

bidang disiplin diantara nya adalah penghimpunan laporan harta kekayaan pejabat

Negara dan pejabat strategis lainnya.

6. Bidang pengadaan pegawai dan pembinaan system informasi.

Bidang pengadaan pegawai dean pembinaan system informasi mempunyai

tugas pokok melaksanakan sebagian tugas badan di bidang pengadaan dan pembinaan


(48)

7. Unit pelaksanaan teknis.

Pembentukan, nomenkultural, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksanaan Tekni

s akan ditentukan dan ditetapkan dengan peraturan walikota.

8. Kelompok jabatan fungsional.

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugasmelaksanakan sebagian tugas

badan sesuain dengan kehalian dan kebutuhan.

4.1.3 Struktur organisasi

Sesuai dengan peraturan walikota Medan no 21 tahun 2010 Bab II Pasal 2

tentang lembaga teknis daerah, maka badan kepegaian daerah kota medan merupakan

unsure penunjang pemerintahan kota medan yang dipimpin oleh seorang kepala

badan yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala daerah

melalui sekretaris daerah kota Medan. Adapun susunan organisasi badan

kepegawaian daerah kota medan adalah sebagai berikut :

a) Badan :

b) Sekretaris badan, membawahi :

i. Sub bagian umum

ii. Sub bagian keuangan


(49)

c) Bidang pengembangan karier, membawahi:

i. Sub bidang jabatan structural

ii. Sub bidang jabatan fungsional

d) Bidang kepangkatan, membawahi :

i. Sub bidang kepangkatan jabatan structural dan non structural

ii. Sub bidang kepangkatan dan jabatan fungsional

e) Bidang kesejahteraan dan disiplin, membawahi :

i. Sub bidang kesejahteraan

ii. Sub bidang disiplin

f) Bidang pengadaan pegawai dan pembinaan system informasi, membawahi:

i. Sub bidang pengadaan dan pensiun pegawai

ii. Sub bidang sistem informasi kepegawaian

g) Unit pelaksanaan teknis ( UPT )


(50)

Gambar 4.1 struktur organisasi

Sumber : Badan kepegawaian daerah kota Medan

Sekretariat Kelompok Jabatan Fungsional SUBBAG Umum SUBBAG Program SUBBAG Keuangan Bidang pengembangan karier Bidang kepangkatan Bidang kesejahteraan dan disiplin Bidang pengadaan pegawai & pembinaan system informasi SUBbid jabatan struktural SUBbid jabatan fungsional Kepangkatan jabatan

structural & non Kepangkatan jabatan fungsional SUBbid kesejahteraan SUBbid disiplin System informasi kepegawaian Pengadaan & pensiun pegawai Unit Pelayanan Teknis Badan


(51)

4.1.4 Komposisi Sumber Daya Manusia di kantor Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan.

Jumlah pegawai negeri sipil yang mendukung pelaksanaan tugas pokok dan

fungsi Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan adalah sebanyak 53 orang dengan

komposisi yang tertera pada tabel berikut :

Tabel 4.1

Komposisi SDM di Kantor BKD Kota Medan

No. Kategori Jumlah

1 Berdasarkan jabatan Pejabat strultural 17

Staff 36

Total 53 2 Berdasarkan tingkat pendidikan Doctoral ( Strata III ) -

Pasca sarjana ( Strata II ) 2

Sarjana ( Strata I ) 26

SLTA sederajat 25

SLTP -

SD -

Total 53

3 Berdasarkan pangkat/golongan Golongan IV 7

Golongan III 35

Golongan II 11

Golongan I -


(52)

Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan 2011 (Diolah ) 4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Deskriptif Responden

Analisis deskriptif merupakan cara merumuskan dan menafsirkan data yang

ada sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai hasil pengumpulan data

primer berupa kuesioner yang telah di isi oleh responden. Dari kuesioner tersebut

dapat dilihat gambaran umum mengenai karakteristik responden, antara lain

berdasarkan umur, jenis kelamin, jabatan, serta lama bekerja, yaitu pegawai Badan

Kepegawaian Daerah Kota Medan. Di bawah ini dijelaskan data deskriptif sebagai

berikut :

Tabel 4.2

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

No. Usia (Tahun) Jumlah (F) Persentase (%)

1 20 – 29 9 17

2 30 – 39 21 39

3 40 – 49 18 34

4 50 – 59 5 10

Total 53 100%

Sumber : Hasil Penelitian, 2011 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.1, bahwa responden yan berusia 20 – 29 tahun adalah

sebanyak 9 responden (17 %), usia 30 – 39 tahun sebanyak 21 responden (39%), usia

40 – 49 tahun sebanyak 18 responden (34%), dan usia 50 – 59 tahun sebanyak 5


(53)

Tabel 4.3

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah (F) Persentase (%)

1 Laki-laki 33 62

2 Perempuan 20 38

Total 53 100%

Sumber : Hasil Penelitian, 2011 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.2, bahwa laki-laki sebanyak 33 responden (62%),

perempuan sebanyak 20 responden (38%).

Tabel 4.4

Distribusi Responden Berdasarkan Status

No. Status Jumlah (F) Persentase (%)

1 Menikah 42 79,2

2 Belum menikah 11 20,8

3 Janda / duda - -

Total 53 100%

Sumber : Hasil Penelitian, 2011 (diolah)

Berdasarkan tabel 4.4, pegawai yang sudah menikah sebanyak 2 orang atau (79,2%),

dan yang belum menikah sebanyak 11 orang atau (20,8%), dan tidak satu orang pun

pagawai yang menyandang status janda/duda

Tabel 4.5

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah anak

No. Jumlah anak Jumlah (F) Persentase (%)


(54)

2 1 – 3 32 60,4

3 4 – 6 7 13,2

Total 53 100%

Sumber : Hasil Penelitian, 2011 (diolah)

Berdasarkan tabel 4.4, pegawai yang tidak memiliki anak sebanyak 14 orang (26,4%),

sedangkan pegawai yang mempunyai anak 1-3 orang sebanyak 32 orang pegawai atau

(60,4%), dan pegawai yang mempunyai anak 4-6 orang sebanyak 7 orang atau

(13,2%).

Tabel 4.6

Distribusi Responden Berdasarkan Jabatan

No. Jabatan Jumlah (F) Persetase (%)

1 Pejabat structural 17 32

2 Staf 36 68

Total 53 100%

Sumber : Hasil Penelitian, 2011 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.3, bahwa pejabat struktural sebanyak 17 responden

(32%),dan staf sebanyak 36 responden (68%).

Tabel 4.7

Distribusi Responden Lama Bekerja

No. Lama bekerja ( Th ) Jumlah (F) Persentase (%)

1 01 – 05 13 24

2 06 – 10 9 17

3 11 – 15 7 13


(55)

5 21 – 25 10 19

6 26 – 30 3 6

Total 53 100%

Sumber : Hasil Penelitian, 2011 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.4, bahwa responden yang lama bekerja 01 – 05 tahun

adalah sebanyak 13 responden (24 %), 06 – 10 tahun sebanyak 9 responden (17 %),

11 – 15 tahun sebanyak 7 responden (13%), 16 – 20 tahun sebanyak 11 responden

(21 %), 21 – 25 tahun sebanyak 10 responden ( 19 % ) dan 26 – 30 tahun sebanyak 3

responden ( 6 % ).

4.2.2 Analisis Deskriptif Variabel Work Familly Conflict

Berdasarkan hasil kuisioner yang disebarkan kepada pegawai badan

kepegawaian daerah kota medan sebanyak 53 orang, maka jawaban responden atas

variable bebas yaitu work family conflict yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.8

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Work Familly Conflict Indikator

Penelitian (Pernyataan)

Frekuensi Pendapat Responden (%) Total (%) Skor : 5

SS

Skor : 4 S

Skor : 3 R

Skor : 2 TS

Skor : 1 STS

N % N % N % N % N % N %


(56)

2 5 9,4 35 66,0 9 17,0 3 5,7 1 1,9 53 100 3 4 7,5 16 30,2 20 37,7 11 20,8 2 3,8 53 100 4 0 0 23 43,4 22 41,5 7 13,2 1 1,9 53 100 5 1 1,9 10 18,9 22 41,5 14 26,4 6 11,3 53 100 6 9 17,0 33 62,3 9 17,0 2 3,6 0 0 53 100 7 5 9,4 36 67,9 9 17,0 3 5,7 0 0 53 100 8 2 3,8 11 20,8 29 54,7 11 20,8 0 0 53 100 9 2 3,8 24 45,3 18 34,0 9 17,2 0 0 53 100 10 10 18,9 26 49,1 14 26,4 2 3,8 1 1,9 53 100 Sumber : Hasil Penelitian 2011 (diolah )

Hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 53 orang responden untuk

variabel Work familly conflict pada tabel 4.5 yaitu:

a) Pada pernyataan pertama (Lebih banyak menghabiskan waktu untuk

pekerjaan dari pada keluarga membuat kurangnya perhatian untuk keluarga)

sebanyak 5 orang atau 9,4 % yang menyatakan sangat setuju, 25 orang atau

47,2% menyatakan setuju, 18 orang atau 34% menyatakan ragu-ragu, 5orang

atau 9,4 % menyatakan tidak setuju dan tidak ada orang yang menyatakan

sangat tidak setuju.

b) Pada pernyataan kedua (Pekerjaan rumah yang banyak membuat

terhambatnya penyelesaian pekerjaan di tempat kerja) sebanyak 5 orang atau

9,4% yang menyatakan sangat setuju, 35 orang atau 66,0% menyatakan


(57)

menyatakan tidak setuju dan 1 orang atau 1,9% menyatakan sangat tidak

setuju.

c) Pada pernyataan ketiga (Tugas yang diberikan organisasi menghambat waktu

untuk melakukan pekerjaan rumah) sebanyak 11 orang atau 8% yang

menyatakan sangat setuju, 43 orang atau 31,2% menyatakan setuju, 56 orang

atau 40,6% menyatakan kurang setuju, 26 orang atau 18,8% menyatakan tidak

setuju dan 2 orang atau 1,4% menyatakan sangat tidak setuju.

d) Pada pernyataan keempat (Beban pekerjaan yang banyak mengakibatkan

Sedikitnya waktu untuk bersama keluarga) tidak ada responden yang

menyatakan sangat setuju, 23 orang atau 43,4% menyatakan setuju, 22 orang

atau 41,5% menyatakan ragu-ragu,serta 7 orang atau 13,2% menyatakan

kurang setuju, serta 1 orang atau 1,9% menyatakan sangat tidak setuju.

e) Pada pernyataan kelima (Kelelahan akibat menjalankan tuntutan pekerjaan

membuat kurang nya perhatian terhadap keluarga) sebanyak 1 orang atau

1,9% yang menyatakan sangat setuju, 10 orang atau 18,9% menyatakan

setuju, 22 orang atau 41,5% ragu-ragu, 14 orang atau 26,4% menyatakan

tidak setuju dan 6 orang 11,3% menyatakan sangat tidak setuju.

f) Pada pernyataan keenam (Permasalahan keluarga mengurangi konsentrasi

untuk menyelesaikan pekerjaan) sebanyak 9 orang atau 17,0% yang

menyatakan sangat setuju, 33 orang atau 62,3% menyatakan setuju, 9 orang

atau 17,0% ragu-ragu, 2 orang atau 3,6% menyatakan tidak setuju dan tidak


(58)

g) Pada pernyataan ketujuh (Merasa bersalah ketika harus meninggalkan

keluarga demi tanggungjawab pada pekerjaan ) sebanyak 5 orang atau 9,4%

yang menyatakan sangat setuju, 36 orang atau 67,9% menyatakan setuju, 9

orang atau 17,0% ragu-ragu, 3 orang atau 5,7% menyatakan tidak setuju dan

tidak satu orang pun responden yang menyatakan sangat tidak setuju.

h) Pada pernyataan kedelapan (Perbedaan tanggung jawab membuat

bingung menunjukkan sikap yang berbeda pada kedua peran yaitu sebagai pegawai didalam sebuah instansi dan sebagai anggota keluarga di rumah)

sebanyak 2 orang atau 3,8% yang menyatakan sangat setuju, 11 orang atau

20,8% menyatakan setuju, 29 orang atau 54,7% ragu-ragu, 11 orang atau

20,8% menyatakan tidak setuju dan tidak satu orang pun responden yang

menyatakan sangat tidak setuju

a) Pada pernyataan kesembilan (Kesulitan dalam menyesuaikan perilaku yang

tepat untuk keluarga dan pekerjaan walaupun keduanya menuntut hal yang berbeda pada waktu yang bersamaan) sebanyak 2 orang atau 3,8% yang

menyatakan sangat setuju, 24 orang atau 45,3% menyatakan setuju, 18 orang

atau 34,0% ragu-ragu, 9 orang atau 17,2% menyatakan tidak setuju dan tidak

satu orang pun responden yang menyatakan sangat tidak setuju

b) Pada pernyataan kesepuluh (Jabatan yang dipegang membuat kesulitan untuk

menyeimbangkan waktu antara pekerjaan dengan keluarga) sebanyak 10

orang atau 18,9% yang menyatakan sangat setuju, 26 orang atau 49,1%


(59)

menyatakan tidak setuju dan 1 orang responden atau 1,9 % menyatakan sangat

tidak setuju.

4.2.3 Analisis Deskriptif Variabel Absensi Pegawai (Y)

Berdasarkan hasil kuisioner yang disebarkan kepada pegawai badan

kepegawaian daerah kota medan sebanyak 53 orang, maka jawaban responden atas

variable terikat yaitu absensi pegawai yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.9

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Absensi pegawai Indikator

Penelitian (Pernyataan)

Frekuensi Pendapat Responden (%) Total (%) Skor : 5

SS

Skor : 4 S

Skor : 3 R

Skor : 2 TS

Skor : 1 STS

N % N % N % N % N % N %

1 7 13,2 17 32,1 14 26,4 11 20,8 4 7,5 53 100 2 8 15,1 22 41,5 15 28,3 7 13,2 1 1,9 53 100 3 10 18,9 22 41,5 16 30,2 4 7,5 1 1,9 53 100 4 1 1,9 22 41,5 16 30,2 4 7,5 1 1,9 53 100 5 5 9,4 23 43,4 20 37,7 3 5,7 2 3,8 53 100 6 5 9,4 20 37,7 19 35,8 8 15,1 1 1,9 53 100 7 5 9,4 27 50,9 15 28,3 4 7,5 2 3,8 53 100 8 5 9,4 31 58,5 16 30,2 1 1,9 0 0 53 100 Sumber : Hasil Penelitian 2011 ( diolah )

Hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 53 orang responden untuk


(60)

a) Pada pernyataan pertama (Permasalahan keluarga mengurangi motivasi untuk

datang ke tempat kerja) sebanyak 7 orang atau 13,2 % yang menyatakan

sangat setuju, 17 orang atau 32,1% menyatakan setuju, 14 orang atau 26,4%

menyatakan ragu-ragu, 11 orang atau 20,8 % menyatakan tidak setuju dan 4

orang atau 7,5% menyatakan sangat tidak setuju.

b) Pada pernyataan kedua (Kepentingan keluarga yang mendesak membuat

enggan untuk datang ke tempat kerja) sebanyak 8orang atau 15,1% yang

menyatakan sangat setuju, 22 orang atau 41,5% menyatakan setuju, 15 orang

atau 28,3% menyatakan ragu-ragu, 7 orang atau 13,2% menyatakan tidak

setuju dan 1 orang atau 1,9% menyatakan sangat tidak setuju.

c) Pada pernyataan ketiga (Stress yang diakibatkan penyeimbangan peran antara

di keluarga dengan peran di pekerjaan membuat ketidakhadiran ke tempat

kerja) sebanyak 10 orang atau 18,9% yang menyatakan sangat setuju, 22

orang atau 41,5% menyatakan setuju, 16 orang atau 30,2% menyatakan

kurang setuju, 4 orang atau 7,5% menyatakan tidak setuju dan 1 orang atau

1,9% menyatakan sangat tidak setuju.

d) Pada pernyataan keempat (Peran ganda antara pekerjaan dan keluarga

membuat tingkat absensi semakin tinggi) 1 orang responden atau 1,9%

menyatakan sangat setuju, 22 orang atau 41,5% menyatakan setuju, 16 orang

atau 30,2% menyatakan ragu-ragu,serta 4 orang atau 7,5% menyatakan


(61)

e) Pada pernyataan kelima (Permasalahan ekonomi keluarga membuat pegawai

malas untuk datang ke tempat kerja) sebanyak 5 orang atau 9,4% yang

menyatakan sangat setuju, 23 orang atau 43,4 % menyatakan setuju, 20 orang

atau 37,7% ragu-ragu, 3 orang atau 5,7% menyatakan tidak setuju dan 2

orang 3,8% menyatakan sangat tidak setuju.

f) Pada pernyataan keenam (Waktu yang tidak flexibel anatara pekerjaan dan

keluaraga membuat kurangnya semangat untuk pergi ketempat kerja

sebanyak 5 orang atau 9,4% yang menyatakan sangat setuju, 20 orang atau

37,7% menyatakan setuju, 19 orang atau 35,8% menyatakan ragu-ragu, 8

orang atau 15,1% menyatakan tidak setuju dan 1 orang responden atau 1,9%

menyatakan sangat tidak setuju.

g) Pada pernyataan ketujuh (Kebijakan organisasi yang tidak menghiraukan

masalah jadwal kerja alternatif membuat terjadinya absensi) sebanyak 5 orang

atau 9,4% yang menyatakan sangat setuju, 27 orang atau 50,9% menyatakan

setuju,15 orang atau 28,3% menyatakan ragu-ragu, 4 orang atau 7,5%

menyatakan tidak setuju 2 orang responden atau 3,8% menyatakan sangat

tisak setuju.

h) Pada pernyataan kedelapan (Kebijakan yang dibuat pemimpin yang tidak

memperdulikan kefleksibelan waktu antara pekerjaan dan keluarga pegawai

nya menbuat pegawai kurang termotivasi untuk hadir ke tempat kerja)

sebanyak 5 orang atau 9,4% yang menyatakan sangat setuju, 31 orang atau


(62)

orang atau 1,9% menyatakan tidak setuju dan tidak satu orang pun responden

yang menyatakan sangat tidak setuju.

4.2.4 Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Kualitas penelitian yang bermutu dan baik diperoleh dengan melakukan

rangkaian penelitian secara baik dan benar. Oleh karena itu perlu adanya validitas dan

reliabilitas, valid artinya data – data yang diperoleh melalui instrument dapat

menjawab tujuan penelitian sedangkan reliable berarti konsisten atau stabil.

Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi

statistik SPSS 17 for windows.

Untuk melihat validitas maka kolom dilihat adalah corrected itam total correlation dan untuk reliabilitas adalah cronbach’s alpha if item deleted. Cara melihat validitas yaitu dengan membandingkan r hitung dengan r tabel. Suatu alat ukur atau pertanyaan dikatakan valid apabila r hitung > r tabel. R tabel untuk sample 30 sebesar 0.361. Sedangkan reliabilitas instrument penelitian dilihat dari cronbach alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,60 atau > 0.80.


(63)

Table 4.10 Hasil Uji Validitas

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 46.4667 64.533 .562 .897

VAR00002 46.4333 66.806 .533 .899

VAR00003 46.7667 63.978 .604 .896

VAR00004 46.8333 67.385 .467 .900

VAR00005 45.7000 62.907 .560 .898

VAR00006 46.6000 64.731 .698 .895

VAR00007 46.3667 65.757 .480 .900

VAR00008 46.5667 64.944 .599 .897

VAR00009 46.4000 63.283 .708 .893

VAR00010 46.6000 64.110 .641 .895

VAR00011 46.3333 65.678 .527 .898

VAR00012 46.0333 64.930 .600 .897

VAR00013 45.9667 63.068 .657 .895

VAR00014 46.5333 65.430 .541 .898

VAR00015 46.2667 66.616 .403 .902

VAR00016 46.0333 64.792 .614 .896

VAR00017 46.2333 65.013 .476 .900

VAR00018 46.5667 70.254 .172 .905

VAR00019 46.2333 68.737 .273 .904

VAR00020 46.2667 62.547 .576 .898

Sumber : Hasil Penelitian 2011

Berdasarkan table 4.7 Terlihat bahwa butir 18 dan 19 data tidak valid karena


(64)

correlation variable tersebut di bawah 0.361, berarti data variabel tersebut harus dibuang. Setelah itu dilakukan pengujian kembali

Table 4.11 Hasil uji validitas

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 41.5667 63.495 .601 .906

VAR00002 41.5333 65.982 .558 .907

VAR00003 41.8667 63.016 .637 .905

VAR00004 41.9333 66.409 .509 .908

VAR00005 40.8000 61.200 .643 .905

VAR00006 41.7000 63.666 .749 .903

VAR00007 41.4667 64.602 .530 .908

VAR00008 41.6667 63.747 .657 .905

VAR00009 41.5000 62.603 .716 .903

VAR00010 41.7000 62.907 .699 .903

VAR00011 41.4333 65.771 .461 .909

VAR00012 41.1333 64.740 .561 .907

VAR00013 41.0667 62.616 .646 .904

VAR00014 41.6333 65.551 .474 .909

VAR00015 41.4667 63.361 .477 .910

VAR00016 41.1333 64.671 .568 .907

VAR00017 41.3333 64.644 .458 .910

VAR00018 41.3667 62.309 .551 .908

Sumber : Hasil Penelitian 2011

Berdasarkan table 4.8 Setelah dilakukan pengujian pengujian validitas


(65)

Menurut Ghozali, 2005 dan Kuncoro, 2003, suatu konstruk atau variabel dikatakan

reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.60 atau nilai Cronbach Alpha >

0.80. Berdasarkan data di atas maka seluruh butir dinyatakan reliab

Table 4.12 Hasil Uji reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.911 18

Sumber : Hasil Penelitian 2011

Berdasarkan table 4.9 terlihat bahwa Nilai Cronbach’s alpha adalah sebesar

0.858 (> 0,60) maka semua pernyataan tersebut dinyatakan reliabel.

4.3 Analisis Statistik

4.3.1 Uji regresi linear sederhana

Análisis regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Berikut Persamaan regresinya:

Table 4.13

Regresi linear sedrehana

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 8.320 2.827 2.943 .005

work_family_conflict .562 .081 .696 6.921 .000

a. Dependent Variable: absensi_pegawai


(66)

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa model persamaan regresi linear sederhana pada

penelitian ini adalah Y= 8.320 + 0,562X + e, dimana Work Family Conflict

berpengaruh posirif dan signifikan terhadap variabel Absensi Pegawai. Hal ini dapat

dilihat dari persamaan regresi sebagai berikut :

1. Konstanta bernilai 8.320 menunjukkan bahwa jika ada variabel Work Family

Conflict maka Absensi Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan akan tetap sebesar 8.320.

2. Work Family Conflict berpengaruh positif dan signifikan terhadap Absensi Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan, artinya setiap terjadi peningkatan variabel Work Family Conflict sebesar satu satuan maka absensi

pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan akan meningkat sebesar 0,562

satuan.

4.3.2 Uji Hipotesis (Uji T )

Uji T pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang

signifikan dari variabel Work Family Conflict (X) terhadap Absensi Pegawai (Y). Uji

T dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut :

a. Ho : b1 = 0 Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

variabel work familly conflict (X) terhadap absensi pegawai (Y)

b. Ha : b1 ≠ 0 Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel work familly conflict (X) terhadap absensi pegawai (Y)


(67)

n = Jumlah sampel yaitu 53 orang pegawai badan kepegawaian

daerah kota medan.

k = Jumlah variabel yang digunakan, K = 1 variabel derajat

bebas = n – k = 53 – 1 = 52

Uji-t yang digunakan adalah uji satu arah dengan α = 0,05. Maka ttabel 0,05 (53) adalah ...

d. Ho diterima jika thitung < ttabel dan Ha diterima jika thitung > ttabel.

Output uji t dapat dilihat pada Tabel 4.11 dibawah ini :

Tabel 4.14 Hasil T Hitung

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 8.320 2.827 2.943 .005

work_family_conflict .562 .081 .696 6.921 .000

a. Dependent Variable: absensi_pegawai Sumber: Hasil penelitian (2011)

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa nilai thitung variabel work family conflict 6,921

sedangkan ttabel bernilai 1,671. Hal ini berarti thitung > ttabel yaitu 6,921 > 1,671.

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel work family conflict

secara uji t (ujia parsial) berpengaruh signifikan terhadap absensi pegawai pada badan

kepegawaian daerah kota medan. Hal ini disebabkan karena mayoritas responden

menyatakan bahwa dengan adanya Work Family Conflict maka akan mengakibatkan


(68)

Family Conflict berpengaruh positif terhadap terhadap absensi pegawai pada badan kepegawaian daerah kota medan.

4.3.3 Pengujian Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat. Dalam output SPSS,

koefisien determinasi terletak pada tabel Model Summaryb dan tertulis R Square. Namun untuk regresi linear berganda sebaiknya menggunakan R Square yang sudah

disesuaikan atau tertulis Adjusted R Square, karena disesuaikan dengan jumlah

variabel bebas dalam penelitian. Nilai R Square dikatakan baik jika di atas 0,5 karena

nilai R Square berkisar antara 0 sampai 1.

Tabel 4.15

Pengujian Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .696a .484 .474 2.97535

a. Predictors: (Constant), work_family_conflict Sumber :Hasil penelitian 2011

a. Nilai R sebesar 0.696 sama dengan 69,6 % yang menunjukkan bahwa hubungan

antara work family conflict terhadap absensi pegawai pada badan kepegawaian

daerah kota medan mempunyai hubungannya yang erat.

b. Nilai R Square 0,484 berarti 48,4% absensi pegawai dapat dijelaskan oleh work


(69)

yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti permasalahan transportasi,

ketidaksesuaian pekerjaan dengan kemampuan Dll.

c. Standard Error of Estimate artinya mengukur variasi dari nilai yang diprediksi. Nilai Standard Error of Estimatenya 2.97535 Semakin kecil Standard Error of

Estimatenya berarti model semakin baik.

4.4Pembahasan

Work Family Conflict berpengaruh positif dan signifikan terhadap Absensi Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan. Sehingga dalam hal ini

penulis dapat menyimpulkan bahwa Work Family Conflict merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi Absensi Pegawai Pada Badan Kepegawaian Daerah Kota

Medan

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang berjududl

“Pengaruh Adaptasi Kebijakan Mengenai Work Family Conflict Terhadap

Absen dan Turnover ” (2003) menyatakan bahwa ketidakmampuan suatu

perusahaan mengadaptasi kebijakan yang diperlukan karyawannya dalam hal ini

Work Family Conflict dapat mengakibatkan stress dan ketidakpuasan, yang kemudian akan berpengaruh terhadapa keputusan ketidakhadiran karyawan dan dalam waktu

tertentu akan mengakibatkan Turnover karyawan atau melatarbelakangi keputusan

berhenti bagi karyawan.

Pada penelitian terdahulu diperoleh hasil bahwa pegawai wanita lebih banyak


(1)

VAR00005

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1.00 6 11.3 11.3 11.3

2.00 14 26.4 26.4 37.7

3.00 22 41.5 41.5 79.2

4.00 10 18.9 18.9 98.1

5.00 1 1.9 1.9 100.0

Total 53 100.0 100.0

VAR00006

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 2 3.8 3.8 3.8

3.00 9 17.0 17.0 20.8

4.00 33 62.3 62.3 83.0

5.00 9 17.0 17.0 100.0

Total 53 100.0 100.0

Valid 1.00 1 1.9 1.9 1.9

2.00 7 13.2 13.2 15.1

3.00 22 41.5 41.5 56.6

4.00 23 43.4 43.4 100.0


(2)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 3 5.7 5.7 5.7

3.00 9 17.0 17.0 22.6

4.00 36 67.9 67.9 90.6

5.00 5 9.4 9.4 100.0

Total 53 100.0 100.0

VAR00008

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 11 20.8 20.8 20.8

3.00 29 54.7 54.7 75.5

4.00 11 20.8 20.8 96.2

5.00 2 3.8 3.8 100.0

Total 53 100.0 100.0

VAR00009

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 9 17.0 17.0 17.0

3.00 18 34.0 34.0 50.9

4.00 24 45.3 45.3 96.2

5.00 2 3.8 3.8 100.0


(3)

Valid 1.00 1 1.9 1.9 1.9

2.00 2 3.8 3.8 5.7

3.00 14 26.4 26.4 32.1

4.00 26 49.1 49.1 81.1

5.00 10 18.9 18.9 100.0

Total 53 100.0 100.0

VAR00011

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1.00 4 7.5 7.5 7.5

2.00 11 20.8 20.8 28.3

3.00 14 26.4 26.4 54.7

4.00 17 32.1 32.1 86.8

5.00 7 13.2 13.2 100.0

Total 53 100.0 100.0

VAR00012

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1.00 1 1.9 1.9 1.9

2.00 7 13.2 13.2 15.1

3.00 15 28.3 28.3 43.4

4.00 22 41.5 41.5 84.9

5.00 8 15.1 15.1 100.0


(4)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1.00 1 1.9 1.9 1.9

2.00 4 7.5 7.5 9.4

3.00 16 30.2 30.2 39.6

4.00 22 41.5 41.5 81.1

5.00 10 18.9 18.9 100.0

Total 53 100.0 100.0

VAR00014

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1.00 1 1.9 1.9 1.9

2.00 8 15.1 15.1 17.0

3.00 19 35.8 35.8 52.8

4.00 24 45.3 45.3 98.1

5.00 1 1.9 1.9 100.0

Total 53 100.0 100.0

VAR00015

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1.00 2 3.8 3.8 3.8

2.00 3 5.7 5.7 9.4

3.00 20 37.7 37.7 47.2

4.00 23 43.4 43.4 90.6

5.00 5 9.4 9.4 100.0


(5)

VAR00017

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1.00 2 3.8 3.8 3.8

2.00 4 7.5 7.5 11.3

3.00 15 28.3 28.3 39.6

4.00 27 50.9 50.9 90.6

5.00 5 9.4 9.4 100.0

Total 53 100.0 100.0

VAR00018

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 1 1.9 1.9 1.9

3.00 16 30.2 30.2 32.1

4.00 31 58.5 58.5 90.6

5.00 5 9.4 9.4 100.0

Total 53 100.0 100.0

Valid 1.00 1 1.9 1.9 1.9

2.00 8 15.1 15.1 17.0

3.00 19 35.8 35.8 52.8

4.00 20 37.7 37.7 90.6

5.00 5 9.4 9.4 100.0


(6)

Lampiran 6. Hasil Pengujian SPSS

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 work_family_conf

licta

. Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: absensi_pegawai

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .696a .484 .474 2.97535

a. Predictors: (Constant), work_family_conflict

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 8.320 2.827 2.943 .005

work_family_conflict .562 .081 .696 6.921 .000 a. Dependent Variable: absensi_pegawai