Pemikiran Mubyarto 1. Biografi KONSEP PEMBANGUNAN EKONOMI MUBYARTO DAN UMER CHAPRA

pendidikan ekonomi alternatif berpijak pada sistem nilai, sosial-budaya, dan kehidupan ekonomi riil real-life economy masyarakat Indonesia. 69 Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan manusia yang utuh dan pembangunan seluruh rakyat biasanya diartikan bahwa bidang- bidang kebutuhan manusia yang hendak dibangun itu harus seimbang materiil dan spiritual. Dan pembangunan seluruh rakyat diartikan pembangunan yang merata, atau pembangunan yang adil. Masyarakat yang ingin mewujudkan hal tersebut ialah masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila, di mana setiap sila Pancasila harus mewarnai atau menjiwai hasil-hasilnya. 70 Pengamalan nilai-nilai pancasila dalam ekonomi, sila pertama Pancasila Ketuhanan dan kedua Kemanusiaan sebagai dasar SEP, sila ketiga Nasionalisme dan keempat Kerakyatan sebagai cara penerapannya, dan sila kelima Keadilan Sosial sebagai tujuannya. Sistem ekonomi berdasar pada amanat dan semangat Pasal 33 UUD 1945 yang menempatkan Koperasi sebagai sokoguru perekonomian dan negara sebagai penguasa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, serta cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak. 71 69 Mubyarto, Dengan Ekonomi Pancasila Menyiasati Global artikel di akses pada 17 Desember 2010, http:www.ekonomirakyat.orgedisi_21artikel_1 70 Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila, hal. 4 71 Edi Suandi Hamid, Jejak Pemikiran Mubyarto, Artikel diakses pada 20 desember 2010, http:mubyarto.org_artikel.php?parameter=312id=47 Sesuai dengan pasal 33 UUD 1945, azas kerakyatan dan persatuan lebih menegaskan tentang relevansi organisasi koperasi, sebagai organisasi ekonomi yang demokratis dan berwatak sosial. Anggota tidak tinggal diam dan kemudian mendapat bagian keuntungan. Baik dalam koperasi produksi maupun simpan pinjam dan konsumsi, selalu didorong simpanan atau tabungan wajib secara rutin, agar peran serta anggota bersifat aktif dan dinamis mengembangkan organisasi. 72 Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional. Hal ini merupakan pengejawantahan demokrasi ekonomi, yang berarti, koperasi sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial harus mampu menjadi pelaku utama dalam kehidupan ekonomi masyarakat yang tumbuh dan berakar kuat dalam ekonomi rakyat. 73 Prioritas kebijakan ekonomi ialah penciptaan perekonomian nasional yang tangguh, yang berarti bahwa nasionalisme menjiwai setiap kebijaksanaan ekonomi. Hal ini sangat berbeda dengan ekonomi kapitalistik, yang bersifat internasional, sejauh-jauhnya mencari pasar, jika perlu di luar batas-batas negara. Maka ada multi national cooperation MNC di mana batas nagara tidak menjadi soal. Sedangkan sistem ekonomi Pancasila memberikan prioritas yang tinngi pada ekonomi nasional. 74 Sistem perekonomian Pancasila, harus tegas dan jelas adanya keseimbangan antara perencanaan sentral nasional dengan tekanan pada desentralisasi di dalam 72 Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila, Jakarta: LP3ES, 1988. hal. 75 73 Ibid, h,. 62 74 Mubyarto, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan, Jakarta:LP3ES,1987, hal. 42 pelaksanaan kegiatan-kegiatan ekonomi. Ada perimbagan yang jelas antara perencanaan pada tingkat nasional dengn desentralisasi dari rencana-rencana pusat tersebut, di daerah-daerah. 75 Kesimpulan kita, pendekatan terhadap masalah “pengurangan kemiskinan dan pengelolaan lingkungan” atau sebaliknya terhadap “pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan dan strategi penanggulangan kemiskinan” selama ini kiranya salah dan tidak adil, karena melihat kemiskinan sebagai fakta tanpa mempelajari sumber-sumber dan sebab-sebab kemiskinan itu. Akan lebih baik dan lebih adil jika para peneliti memberi perhatian lebih besar pada sistem ekonomi yang bersifat “serakah” dalam eksploitasi SDA, yaitu sistem ekonomi kapitalis liberal yang berkembang di Barat, dan merajalela sejak jaman penjajahan sampai era globalisasi masa kini. Sistem ekonomi yang tepat bagi Indonesia adalah sistem ekonomi pasar yang populis dan mengacu pada ideologi Pancasila dengan lima cirinya sebagai berikut 76 : a. Roda kegiatan ekonomi bangsa digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial, dan moral; b. Ada kehendak kuat warga masyarakat untuk mewujudkan kemerataan sosial yaitu tidak membiarkan terjadinya dan berkembangnya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial; 75 Mubyarto, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan,hal. 42 76 Mubyarto, Siapa Lebih Merusak Lingkungan: Orang miskin Atau Orang Kaya?, Artikel Diakses pada tanggal 14 Januari 2011, http:www.ekonomirakyat.orgedisi_22artikel_3.htm c. Semangat nasionalisme ekonomi; dalam era globalisasi makin jelas adanya urgensi terwujudnya perekonomian nasional yang kuat, tangguh, dan mandiri; d. Demokrasi Ekonomi berdasar kerakyatan dan kekeluargaan; koperasi dan usaha-usaha kooperatif menjiwai perilaku ekonomi perorangan dan masyarakat; e. Keseimbangan yang harmonis, efisien, dan adil, antara perencanaan nasional dengan desentralisasi ekonomi dan otonomi yang luas, bebas, dan bertanggung jawab, menuju pewujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. Moral dan Keadilan

Dalam UUD 1945 bab kesejahteraan sosial, dapat kita simpulkan bahwa kesejahteraan sosial menyangkut pemenuhan kebutuhan materiil yang harus diatur dalam organisasi dan sistem ekonomi yang berdasarkan asas kekeluargaan. Di sini tampaklah kaitan antara keadilan sosial dan kesejahteran sosial. Keadilan sosial adalah suatu keadaan dimana seluruh rakyat merasa aman dan tentram karena aturan-aturan main dalam hubungan-hubungan ekonomi yang berdasarkan prinsip- prinsip etik dipatuhi oleh seluruh anggota masyarakat. Kesejahteraan sosial adalah sarana materiil yang harus dipenuhi untuk mencapai rasa aman dan tentram yang disebut keadilan sosial. Dua hal ini menyangkut pasal 33 dan 34 dalam UUD 1945. 77 Dengan demikian, maka dalam pengejaran efisiensi ada batasannya, batasnya berupa moral, bukan batas teknis. Batas moral bisa diadakan apabila kita mau dan ikhlas. Inilah keadilan ekonomi yang definisinya adalah sebagai berikut: Keadilan ekonomi adalah aturan main tentang hubungan-hubungan ekonomi yang didasarkan pada prinsip-prinsip etika, prinsip-prinsip mana pada gilirannya bersumber pada hukum-hukum alam, petunjuk tuhan, dan sifat sosial manusia. 78 Perekonomian digerakkan oleh rangsangan-rangsangan ekonomi, sosial dan moral. Dalam masyarakat Pancasila roda ekonomi digerakkan oleh rangsangan ekonomi, yaitu harga melalui sistem pasar dengan sekaligus ada “pengontrolan” sosial atau pengawasan oleh masyarakat dan pedoman moral oleh seluruh bangsa yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 79 Hubungan antara manusia dan pembangunan ekonomi bersifat timbal balik. Manusia memerlukan pembangunan ekonomi agar kebutuhan materinya lebih terpenuhi. Tetapi sebaliknya dalam pembangunan ekonomi, peranan manusia sangat menentukan. Ia berperan ganda yaitu sebagai pengarah subjek yang menentukan sifat atau warna pembangunan ekonomi, sekaligus sebagai objek 77 Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila. hal. 228 78 Ibid, hal,. 114 79 Mubyarto, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan. hal. 39 produksi, yang bersama-sama faktor produksi non-manusia tanah, modal, dan produksi, menghasilkan barang-barang yang diproduksi tersebut. 80 Kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia yang berideologi Pancasila, pastilah bernafaskan agama. Pancasila mencamtumkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertamanya. Sedangkan pasal 29 UUD 1945 dengan tegas menyatakan bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. 81 Merujuk sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, Sistem Ekonomi Pancasila menekankan pada moral Pancasila yang menjunjung tinggi asas keadilan ekonomi dan keadilan sosial seperti halnya sistem ekonomi Islam. Tujuan sistem ekonomi Pancasila maupun sistem ekonomi Islam adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang diwujudkan melalui dasar-dasar kemanusiaan dengan cara-cara yang nasionalistik dan demokratis. ”Kecelakaanlah bagi setiap … yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung” Q.S. Al-Humazah: 2. Pengembangan sistem ekonomi yang berdasar asas kekeluargaan yang diajarkan dalam pasal 33 ayat 1, erat kaitannya dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, dalam upaya senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan, kita percaya bahwa bangsa Indonesia adalah satu keluarga besar yang anggota-anggotanya tidak akan bersaingan saling mematikan satu sama lain, tetapi saling bekerja sama, sebagai mana termaktub dalam Q.S An-Nisa: 1. 82 80 Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila, hal.42 81 Mubyarto, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan, hal. 52 82 Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila, hal.75 Orang miskin dalam Islam tidak dihujat sebagai kelompok yang malas dan yang tidak suka menabung atau berinvestasi. Ajaran Islam yang paling nyata menjunjung tinggi upaya pemerataan untuk mewujudkan keadilan sosial, ”jangan sampai kekayaan hanya beredar dikalangan orang-orang kaya saja diantara kamu” Q.S. Al-Hasyr: 7. 83 Ajaran agama Islam dalam perilaku ekonomi manusia dan bisnis Indonesia makin mendesak penerapannya bukan saja karena mayoritas bangsa Indonesia beragama Islam, tetapi karena makin jelas ajaran moral ini sangat sering tidak dipatuhi. Dengan perkataan lain penyimpangan demi penyimpangan dalam Islam jelas merupakan sumber berbagai permasalahan ekonomi nasional. 84

4. Peran Negara

Negara menguasai cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak. Penguasaan oleh negara terhadap cabang-cabang produksi tertentu bukanlah demi ”penguasaan” itu sendiri, melainkan karena penguasaan itu dipandang menjamin perlindungan kepentingan orang banyak. 85 Mengenai pemikiran swastanisasi memang pada dasarnya cukup rasional untuk meningkatkan efisiensi perusahaan. Tetapi mengingat penggarisan pasal 33 ayat 2 UUD 1945, pelaksanaan ide swastanisasi harus amat selektif, karena aneka rupa 83 Mubyarto, Penerapan Ajaran Ekonomi Islam di Indonesia artikel di akses pada 17 Desember 2010, http:www.ekonomirakyat.orgedisi_1_maret _2002artikel_1 84 Ibid 85 Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila, hal. 52 cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak, harus tetap dikuasai oleh negara demi kemakmuran rakyat banyak. 86 Penguasaan bumi, air dan kekayaan alam untuk kemakmuran rakyat. Hal ini demi kemakmuran rakyat secara maksimal dan menghindari eksploitasi alam yang berlebihan. 87 Dalam kenyataannya, jaminan perlindungan kepentingan orang banyak, dan peningkatan kemakmuran rakyat secara makmur itulah, yang masih sering dipertanyakan pemenuhannya. Ini dapat ditunjukkan oleh pelayanan yang tidak efisien dari aneka rupa usaha negara disatu pihak, dan kurang adilnya distribusi pendapatan dan kekayaan nasional di pihak lain. Dengan demikian berarti bahwa penguasaan bumi, air dan kekayaan alam nasional, memang telah meningkatkan kemakmuran rata-rata bangsa Indonesia, tetapi belum merata pada seluruh rakyatnya. 88 Negara sebagai regulator perekonomian harus menentang monopoli hal ini selaras dengan Q.S. Al Hasyr ayat 7. Mekanisme pasar yang digagas oleh Mubyarto adalah pasar yang anti free-fight liberalism yang telah melahirkan monopoli yang merugikan masyarakat. Pasar Indonesia adalah pasar yang menekankan pada asas kekeluargaan, yaitu asas kerjasama yang tidak saling merugikan. Praktek- praktek kehidupan ekonomi saat ini semakin menjauhi ciri- ciri sistem ekonomi Pancasila dan sistem ekonomi yang diperintahkan oleh UUD 1945, yang melarang system ekonomi kapitalis liberal yang berciri “gontokan 86 Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila, hal. 104 87 Ibid, h,. 52 88 Mubyarto, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan,hal. 158 bebas” freefight, atau sistem yang etastistik serba negara, atau system yang membiarkan pemusatan kekuatan ekonomi yang memungkinkan bentuk monopoli swasta yang merugikan masyarakat. 89 Pemerintah harus menciptakan lapangan kerja, dalam usahanya untuk mewujudkan penghidupan yang layak bagi rakyatnya. Dalam pasal 27 ayat 2 UUD 1945, memang hanya mencantumkan hak warga negara, yaitu hak warga negara untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Perluasan kesempatan kerja dan perlindungan tenaga kerja harus merupakan “kebijaksanaan pokok yang sifatnya menyeluruh di semua sektor”. Ini berarti pemerintah “merumuskan” kebijaksanaan-kebijaksanaan pokok tetapi tidak berarti harus melaksanakannya sendiri. 90 Pemerintah menciptakan iklim yang sehat yang diperlukan untuk kelancaran usaha antara lain dengan jalan mengusahakan ketentraman dan keamanan usaha menyederhanakan prosedur perizinan dan sebagainya. Untuk mewujudkan hal yang telah disebutkan diatas, maka teori ekonomi harus bersifat nasionalistis. Rasa nasionalisme tersebut harus menjiwai semua pelaku ekonomi, karena nasionalisme berkaitan erat dengan ketahanan nasional, yaitu kemampuan dan ketangguhan bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara. 91 89 Mubyarto, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan,hal. 68 90 Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila, hal. 235 91 Mubyarto, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan, hal.49 Peranan negara yang besar dalam perekonomian, mungkin dianggap orang sebagai hal yang wajar, atau bahkan dianggap memang sudah seharusnya, karena UUD 1945 pasal 33 ayat 2 dan 3, serta pasal 27 ayat 2 secara meyakinkan mengamanatkan hal tersebut untuk dilaksanakan oleh pemerintah republik Indonesia. Dalam pada itu Sistem Ekonomi Pancasila yang bertujuan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sila ke-5 jelas berorientasi pada etika Ketuhanan Yang Maha Esa, dan kemanusiaan, dengan cara-cara nasionalistik dan kerakyatan demokrasi. Secara utuh Pancasila berarti gotong- royong, sehingga sistem ekonominya bersifat kooperatif kekeluargaan tolong- menolong. Jika suatu masyarakatnegarabangsa, warganya merasa sistem ekonominya berkembang ke arah yang timpang dan tidak adil, maka aturan mainnya harus dikoreksi agar menjadi lebih adil sehingga mampu membawa perekonomian ke arah keadilan ekonomi dan sekaligus keadilan sosial. Profit-Sharing dan Employee Participation . Prinsip profit-sharing atau bagi- bagi keuntungan dan resiko yang jelas merupakan ajaran sistem ekonomi Syariah dan sistem ekonomi Pancasila sebenarnya sudah diterapkan di sejumlah negara maju welfare state yang merasa bahwa penerapan prinsip profit-sharing dan employee participation lebih menjamin ketentraman dan ketenangan usaha dan tentu saja menjamin keberlanjutan suatu usaha. 92 92 Mubyarto, Demokrasi Ekonomi Dan Demokrasi Industrial, Artikel Diakses pada tanggal 14 Januari 2011, http:www.ekonomirakyat.orgedisi_17artikel_3.htm Meskipun pengertian economic democracy jelas lebih luas dari industrial democracy namun keduanya bisa diterapkan sebagai asas atau “style” manajemen satu perusahaan yang jika dilaksanakan dengan disiplin tinggi akan menghasilkan kepuasan semua pihak stakeholders yang terlibat dalam perusahaan. Itulah demokrasi industrial yang tidak lagi menganggap modal dan pemilik modal sebagai yang paling penting dalam perusahaan, tetapi dianggap sederajat kedudukannya dengan buruhtenaga kerja, yang berarti memberikan koreksi atau reformasi pada kekurangan sistem kapitalisme lebih-lebih yang bersifat neoliberal. 93 Prinsip employee participation yaitu partisipasi buruhkaryawan dalam pengambilan keputusan perusahaan sangat erat kaitannya dengan asas profit- sharing. Adanya partisipasi buruhkaryawan dalam decision-making perusahaan berarti buruhkaryawan ikut bertanggung jawab atas diraihnya keuntungan atau terjadinya kerugian. Banyak perusahaan di negara kapitalis yang menganut bentuk negara kesejahteraan welfare state telah menerapkan prinsip profit-sharing dan employee participation ini, dan yang paling jelas diantaranya adalah bangun perusahaan koperasi, baik koperasi produksi maupun koperasi konsumsi, terutama di negara-negara Skandinavia. 93 Mubyarto, Demokrasi Ekonomi Dan Demokrasi Industrial, Artikel Diakses pada tanggal 14 Januari 2011, http:www.ekonomirakyat.orgedisi_17artikel_3.htm Mengapa profit-sharing dan share-ownership? Berdasarkan penelitian 303 perusahaan di Inggris, alasan perusahaan mengadakan aturan pembagian laba dan pemilikan saham oleh buruhkaryawan ada 5 yaitu 94 : a. Komitmen moral moral commitment; b. Penahanan staf staff retention; c. Keterlibatan buruhkaryawan employee involvement; d. Perbaikan kinerja hubungan industrial improved industrial relations performance; e. Perlindungan dari pengambilalihan oleh perusahaan lain protection against takeover.

B. Pemikiran Umer Chapra 1. Biografi

M. Umer Chapra dilahirkan pada tanggal 1 Februari 1933, di Bombay India adalah salah satu ekonom kontemporer Muslim yang paling terkenal pada zaman modern ini di timur dan barat. Ayahnya bernama Abdul Karim Chapra. Chapra dilahirkan dalam keluarga yang taat beragama, sehingga ia tumbuh menjadi sosok yang mempunyai karakter yang baik. Keluarganya termasuk orang yang berkecukupan sehingga memungkinkan ia mendapatkan pendidikan yang baik. 95 94 Mubyarto, Demokrasi Ekonomi Dan Demokrasi Industrial, Artikel Diakses pada tanggal 14 Januari 2011, http:www.ekonomirakyat.orgedisi_17artikel_3.htm 95 http:id.wikipedia.orgwikiM._Umer_Chapra, Artikel Di Akses pada tanggal 11 Januari 2011 Masa kecilnya ia habiskan di tanah kelahirannya hingga berumur 15 tahun. Kemudian ia pindah ke Karachi untuk meneruskan pendidikannya disana sampai meraih gelar Ph.D dari Universitas Minnesota. Dalam umurnya yang ke 29 ia mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi Khairunnisa Jamal Mundia tahun 1962, dan mempunyai empat anak, Maryam, Anas, Sumayyah dan Ayman. Dalam karier akademiknya Dr. M. Umer Chapra mengawalinya ketika mendapatkan medali emas dari Universitas Sindh pada tahun 1950 dengan prestasi yang diraihnya sebagai urutan pertama dalm ujian masuk dari 25.000 mahasiswa. Setelah meraih gelar S2 dari Universitas Karachi pada tahun 1954 dan 1956, dengan gelar B.Com B.BA Bachelor of Business Administration dan M.Com M.BA Master of Business Administration, karier akademisnya berada pada tingkat tertinggi ketika meraih gelar doktoralnya di Minnesota, Minneapolis. Pembimbingnya, Prof. Harlan Smith, memuji bahwa Chapra adalah seorang yang baik hati, mempunyai karakter yang baik dan kecemerlangan akademis. Menurut Profesor ini, Chapra adalah orang yang terbaik yang pernah dikenalnya, bukan hanya dikalangan mahsiswa namun juga seluruh fakultas. Dr. Umer Chapra terlibat dalam berbagai organisasi dan pusat penelitian yang berkonsentrasi pada ekonomi Islam. Saat ini dia menjadi penasehat pada Islamic Research and Training Institute IRTI dari IDB Jeddah. Sebelumnya ia menduduki posisi di Saudi Arabian Monetary Agency SAMA Riyadh selama hampir 35 tahun sebagai penasihat peneliti senior. Aktivitasnya di lembaga- lembaga ekonomi Arab Saudi ini membuatnya di beri kewarganegaraan Arab Saudi oleh Raja Khalid atas permintaan Menteri Keuangan Arab Saudi, Shaikh Muhammad Aba al-Khail. Lebih kurang selama 45 tahun beliau menduduki profesi diberbagai lembaga yang berkaitan dengan persoalan ekonomi diantaranya 2 tahun di Pakistan, 6 tahun di Amerika Serikat, dan 37 tahun di Arab Saudi. Selain profesinya itu banyak kegiatan ekonomi yang dikutinya, termasuk kegiatan yang diselenggarakan oleh lembaga ekonomi dan keuangan dunia seperti IMF, IBRD, OPEC, IDB, OIC dan lain-lain. 96 Beliau sangat berperan dalam perkembangan ekonomi Islam. Ide-ide cemerlangnya banyak tertuang dalam karangan-karangannya. Kemudian karena pengabdiannya ini beliau mendapatkan penghargaan dari Islamic Development Bank dan meraih penghargaan King Faisal International Award yang diperoleh pada tahun 1989. Beliau adalah sosok yang memiliki ide-ide cemerlang tentang ekonomi islam. Telah banyak buku dan artikel tentang ekonomi islam yang sudah diterbitkan samapai saat ini telah terhitung sebanyak 11 buku, 60 karya ilmiah dan 9 resensi buku. Buku dan karya ilmiahnya banyak diterjemahkan dalam berbagai bahasa termasuk juga bahasa Indonesia. Hasil karya M. Umer Chapra yang telah dipublikasikan antara lain: Toward a Just Monetary System 1985, Islam and Economic Challenge 1992, Islam and 96 http:id.wikipedia.orgwikiM._Umer_Chapra, Artikel Di Akses pada tanggal 11 Januari 2011 the Economic Development 1994, The Future of Economics; an Islamic Perspective 2000

2. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan Ekonomi dalam Islam harus selaras dengan tujuan-tujuan syari’ah, yakni komitmen Islam yang mendalam terhadap persaudaraan dan keadilan menyebabkan konsep kesejahteraan falah bagi semua umat manusia sebagai suatu tujuan pokok Islam. Kesejahteraan ini meliputi kepuasan fisik sebab kedamaian mental dan kebahagiaan hanya dapat dicapai melalui realisasi yang seimbang antara kebutuhan materi dan rohani dari personalitas manusia. Karena itu, memaksimumkan output total semata-mata tidak menjadi tujuan dari sebuah masyarakat muslim. Memaksimumkan output, harus dibarengi dengan menjamin usaha-usaha yang ditujukan kepada kesehatan rohani yang terletak pada batin manusia, keadilan, serta permainan yang fair pada semua peringkat interaksi manusia. Hanya pembangunan semacam inilah yang akan selaras dengan tujuan- tujuan syari’ah maqasid asy-syari’ah. 97 Pengaktifan zakat dan sistem warisan Islam adalah tindakan-tindakan untuk mereduksi kesenjangan pendapatan dan kekayaan akan lebih berhasil jika diperkuat dengan pengaktifan sistem Islam tentang zakat dan warisan. Islam memerintahkan setiap muslim yang mempunyai kelebihan tertentu untuk membayar zakat sebagai proposi tertentu dari nilai bersih kekayaan atau hasil 97 M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri : Islam dan Pembangunan Ekonomi Jakarta: Gema Insani Press dan Tazkia Institute, 2000, h. 7.