BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perhatian pada kemiskinan merupakan hal yang sangat penting, karena masalah kemiskinan, terutama yang terjadi pada negara berkembang sangatlah
kompleks dan bersifat multidimensional, dimana berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal
di belahan dunia, khususnya Indonesia yang merupakan negara berkembang. Kemiskinan merupakan masalah pembangunan di berbagai bidang yang ditandai oleh
pengangguran, keterbelakangan, dan keterpurukan. Masyarakat miskin umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya kepada kegiatan sosial
ekonomi sehinggga tertinggal jauh dari masyarakat lain yang mempunyai potensi lebih tinggi. Kemiskinan akan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan
persatuan. Oleh karena itu, pengentasan kemiskinan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaaan pembangunan nasional.
Masalah kemiskinan terutama pasca krisis ditandai dengan menurunnya pendapatan masyarakat sebagai akibat dari pengurangan jam kerja dan peningkatan
jumlah penganggguran. Penurunan pendapatan masyarakat tersebut ternyata membawa dampak ganda terhadap pergeseran pola kehidupan keluarga seperti
pergeseran pekerjaan dari sektor formal ke sektor informal, penurunan porsi pengeluaran untuk kebutuhan pangan, kesehatan dan pendidikan, serta peningkatan
keresahan sosial baik di tingkat keluarga maupun masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sunyoto 2004:128 menyatakan bahwa pada tingkat masyarakat, kemiskinan terutama ditujukkan oleh tidak terintegrasinya kaum miskin dengan
institusi-institusi masyarakat secara efekif. Mereka seringkali memperoleh perlakuan sebagai objek yang perlu digarap daripada sebagai subjek yang perlu diberi peluang
untuk berkembang. Sen dalam Ismawan 2003:102 menyatakan bahwa penyebab kemiskinan dan keterbelakangan adalah persoalan aksesbilitas. Akibat keterbatasan
dan ketiadaan akses maka manusia mempunyai keterbatasan bahkan tidak ada pilihan untuk mengembangkan hidupnya, kecuali menjalankan apa yang terpaksa
saat ini dapat dilakukan bukan apa yang seharusnya dilakukan. Dengan demikian manusia mempunyai keterbatasan dalam melakukan pilihan, akibatnya potensi
manusia untuk mengembangkan hidupnya menjadi terhambat. Menurut Chamber dalam Soetomo 2006:285 menyatakan bahwa kondisi
kemiskinan yang dialami suatu masyarakat seringkali telah berkembang dan bertali- temali dengan berbagai faktor lain yang membentuk jaringan kemiskinan yang dalam
proses berikutnya dapat memperteguh kondisi kemiskinan itu sendiri. Faktor-faktor yang diidentifikasi mebentuk jaringan atau perangkap kemiskinan tersebut adalah:
kelemahan fisik, isolasi, kerentanan, dan ketidakberdayaan. Faktor kelemahan fisik dapat disebabkan karena kondisi kesehatan dan faktor gizi buruk, sehinggga dapat
mengakibatkan produktivitas kerja yang rendah. Faktor isolasi terkait dengan lingkup jaringan ineteraksi sosial yang terbatas, serta akses terhadap informasi, peluang
ekonomi dan fasilitas pelayanan yang terbatas pula. Faktor kerentanan terkait dengan tingkat kemampuan yang rendah dalam menghadapi kebutuhan dan persoalan
mendadak. Faktor ketidakberdayaan terkait dengan akses dalam pengambilan
Universitas Sumatera Utara
keputusan, akses terhadap penguasaan sumber daya dan posisi tawar bargaining position.
Kemiskinan pada dasarnya bukan hanya permasalahan ekonomi tetapi lebih bersifat multidimensional dengan akar permasalahan terletak pada sistem ekonomi
dan politik bangsa. Dimana kebijakan yang ditetapkan pemerintah terkadang malah membuat hidup masyarakat makin terasa sulit dari segi ekonomi khususnya,
sehingga mereka tidak memiliki akses yang memadai dalam kehidupan sehari-hari. Yang sering terjadi ketika kelompok masyarakat hidup dalam bayang-bayang
kemiskinan, mereka menjadi termarginalkan, terpinggirkan, bahkan terabaikan. Belum lagi ketika meningkatnya harga bahan bakar minyak BBM dalam
negeri sejalan naiknya harga minyak dunia, yang berlanjut pada krisis pangan dan gejolak ekonomi global telah memberi andil terhadap tingginya angka penduduk
miskin di Indonesia. Tingginya angka penduduk miskin akan menyebabkan terjadinya penurunan sumber daya manusia dan menjadikan semakin lemahnya daya
saing bangsa. Kemiskinan pada dasarnya juga sangat terkait dengan tingkat pendidikan,
kesehatan, dan nutrisi. Kemiskinan telah membuat jutaan anak tidak bisa mengenyam pendidikan, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan
investasi, dan masalah lain yang menjurus ke arah tindakan kekerasan dan kejahatan. Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang tidak mudah diatasi, namun dengan
pendekatan yang tepat kemiskinan akan lebih mudah ditangani. Pembangunan selama ini yang lebih ditujukan pada sisi supply atau
pelayanan dasar kesehatan dan pendidikan belum memberikan dampak yang efektif terhadap peningkatan kualitas sumberdaya manusia, khususnya masyarakat miskin.
Universitas Sumatera Utara
Rendahnya tingkat pendidikan sebuah rumah tangga miskin menyebabkan mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan kesehatan dan pendidikan anak-anaknya.
Keluarga ini pun tidak mampu menjaga kesehatan ibu mengandung sehingga mengakibatkan tingginya resiko kematian ibu saat melahirkan, dan buruknya kondisi
kesehatan bayi yang dilahirkan. Anak-anak keluarga miskin juga banyak yang putus sekolah atau bahkan sama sekali tidak mengenyam bangku sekolah karena harus
bekerja membantu mencari nafkah. Tidak adanya intervensi kebijakan untuk perbaikan pendidikan, kesehatan dan nutrisi keluarga miskin akan mengakibatkan
kualitas generasi penerus keluarga miskin selalu rendah dan akhirnya senantiasa terjerat pada lingkaran setan kemiskinan. http:www.pkh.depsos.go.id
Upaya penanggulangan kemiskinan harus senantiasa didasarkan pada penentuan garis kemiskinan yang tepat dan pada pemahaman yang jelas mengenai sebab-sebab
timbulnya persoalan tersebut. Setiap upaya penanggulangan kemiskinan kemiskinan yang mengabaikan kedua hal tersebut tidak hanya cenderung tidak efektif, tetapi
pada tempatnya dicurigai sebagai retorika belaka Baswir,1999:18. Menyikapi fenomena tersebut, pemerintah Indonesia menyadari sepenuhnya
bahwa terdapat kebutuhan untuk membangun Program Jaringan Pengaman sosial untuk menutupi penurunan daya beli mayoritas penduduk miskin dan membantu
secara langsung masyarakat yang membutuhkan. Misalnya saja program pendidikan perlindungan sosial adalah untuk memelihara jasa pelayanan kepada keluarga miskin
dengan pembebasan terhadap pembayaran uang sekolah. Dalam sektor kesehatan, program jaringan pengaman sosial mencakup empat aktivitas utama, yaitu:
memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi keluarga miskin, memberikan bantuan pelayanan kehamilan, kelahiran, dan pengasuhan anak. Juga memberikan makanan
Universitas Sumatera Utara
tambahan bagi bayi serta bagi anak sekolah dari keluarga miskin Sutyastie Prijono,2002:31.
Dalam Bappenas 2001:4-35, permasalahan kemiskinan tersebut memerlukan penanganan secara sungguh-sungguh untuk menghindari kemungkinan
merosotnya mutu generasi lost generation di masa mendatang. Dalam upaya mengatasi masalah kemiskinan akibat krisis telah dilaksanakan program jaringan
pengaman sosial JPS yang dirancang khusus untuk membantu masyarakat miskin. Dalam upaya mengurangi kemiskinan perlu dilakukan pendekatan kemanusiaan yang
menekankan pemenuhan kebutuhan dasar, pendekatan kesejahteraan melalui peningkatan dan pengembangan usaha ekonomi produktif, serta penyediaan jaminan
sosial dan perlindungan. Pengentasan kemiskinan perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu yang melibatkan semua pihak baik pemerintah, dunia
usaha, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, maupun masyarakat miskin sendiri agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi perbaikan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin.
Dalam buku Pedoman Umum PKH 2008 menyebutkan bahwa tingkat kemiskinan suatu rumah tangga secara umum terkait dengan tingkat pendidikan dan
kesehatan. Rendahnya penghasilan keluarga sangat miskin menyebabkan keluarga tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan, untuk tingkat
minimal sekalipun. Pemeliharaan kesehatan ibu sedang mengandung pada keluarga sangat miskin sering tidak memadai sehingga menyebabkan buruknya kondisi
kesehatan bayi yang dilahirkan atau bahkan kematian bayi. Angka kematian bayi pada kelompok penduduk berpendapatan terendah pada tahun 2003 adalah 61 persen.
Universitas Sumatera Utara
Angka kematian ibu di Indonesia juga tinggi, yaitu sekitar 310 wanita per 100 ribu kelahiran hidup, atau tertinggi di Asia Tenggara. Tingginya angka kematian ibu ini
disebabkan oleh tidak adanya kehadiran tenaga medis pada kelahiran, fasilitas kesehatan yang tidak tersedia pada saat dibtuhkan tindakan, atau masih banyaknya
rumah tangga miskin yang lebih memilih tenaga kesehatan tradisional daripada tenaga medis lainnya.
Rendahnya kondisi kesehatan keluarga sangat miskin berdampak pada tidak optimalnya proses tumbuh kembang anak, terutama pada usia 0-5 tahun. Pada tahun
2003, angka kematian balita pada kelompok penduduk berpendapatan terendah adalah 77 persen per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2002-2005, terdapat
kecenderungan bertambahnya kasus gizi kurang yang meningkat dari 24,5 persen pada tahun 2000 menjadi 29 persen pada tahun 2005. Gizi kurang berdampak buruk
pada produktivitas dan daya tahan tubuh seseorang sehingga menyebabkan terperangkap dalam siklus kesehatan yang buruk. Seringnya tidak masuk sekolah
karena sakit dapat menyebabkan anak putus sekolah atau setidaknya kurang berprestasi di sekolah. Ada juga sebagian dari anak-anak keluarga sangat miskin
sama sekali tidak pernah mengenyam bangku sekolah karena harus membantu mencari nafkah. Meskipun angka partisipasi sekolah dasar tinggi, namun masih
banyak anak keluarga miskin yang putus sekolah atau tidak melanjutkan ke SMPMTs.
Masih banyaknya keluarga miskin yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar pendidikan dan kesehatan disebabkan oleh akar permasalahan yang terjadi baik
pada sisi demand maupun sisi pelayanan supply. Pada sisi demand, alasan terbesar untuk tidak melanjutkan sekolah ialah karena tidak adanya biaya, bekerja untuk
Universitas Sumatera Utara
mencari nafkah, dan alasan lainnya. Demikian halnya untuk kesehatan, keluarga miskin tidak mampu membiayai pemeliharaan atau perawatan kesehatan bagi
angggota keluarganya akibat rendahnya tingkat pendapatan. Sementara itu, pada sisi supply yang menyebabkan rendahnya akses terhadap
pendidikan dan kesehatan antara lain adalah belum tersedianya pelayanan kesehatan dan pendidikan yang terjangkau oleh rumah tangga miskin. Biaya pelayanan yang
tidak terjangkau oleh rumah tangga miskin serta jarak antara tempat tinggal dan lokasi pelayanan yang relatif jauh merupakan tantangan utama bagi penyedia
pelayanan pendidikan dan kesehatan. Dengan memperhatikan kondisi yang seperti di atas, maka pemerintah
mengeluarkan kebijakan program yang merupakan penegembangan system perlindungan sosial yang dapat meringankan dan membantu rumah tangga sangat
miskin dalam hal mendapatkan akses pelayanan kesehatan dan Pendidikan Dasar dengan harapan program ini akan dapat mengurangi kemiskinan di Negara kita.
Dengan demikian, dalam kerangka percepatan penanggulangan kemiskinan dan pengembangan sistem jaminan sosial, pemerintah meluncurkan Program Keluarga
Harapan PKH. Program ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan utama pembangunan yaitu masih besarnya jumlah penduduk miskin serta rendahnya
kualitas SDM. PKH adalah asistensi sosial kepada Rumah Tangga Sangat Miskin RTSM yang memenuhi kualifikasi tertentu RTM kronis, rentan terhadap
goncangan dengan memberlakukan persyaratan tertentu yang dapat mengubah prilaku individu maupun masyarakat. PKH sebagai perlindungan sosial merupakan
upaya dalam mengangkat tingkat kesejahteraan masyarakat yang tidak memiliki kekuatan, sehingga diperlukan penguatan atau pemberdayaan agar warga tersebut
Universitas Sumatera Utara
memiliki daya untuk keluar dari lingkaran kemiskinannya.www.sinarmedia- ws.comindex.php.
Program Keluarga Harapan ini mulai diberlakukan di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2008 yang meliputi tiga KabupatenKota yakni Medan, Nias dan
Tapanuli Tengah sebagai daerah percontohan dengan total 33 kecamatan. Sumatera Utara dijadikan salah satu daerah sasaran Program Keluarga Harapan mengingat
kondisi kemiskinan di daerah ini masih cukup tinggi, dimana menurut data Badan Pusat Statistik BPS Sumut per Juni 2009 terdapat sekitar 11,5 atau setara 1,5
juta jiwa dari total 13,248 juta jiwa penduduk dalam garis kemiskinan. Kondisi kemiskinan ini menyebabkan banyak keluarga miskin yang tidak dapat mengakses
pendidikan dan kesehatan secara layak. Dan khusus untuk Kota Medan, ada 11 Kecamatan yang telah
memberlakukan Program Keluarga Harapan ini. Salah satunya adalah Kecamatan Medan Baru. Di kecamatan ini masih terdapat tingkat kemiskinan yang relatif tinggi.
Fenomena yang tampak di kecamatan Medan Baru ada begitu banyak anak usia sekolah dasar tidak dapat bersekolah dan juga Balita yang mengalami gizi buruk
karena ketidaan biaya dan akses untuk memperoleh layanan pendidikan dan kesehatan yang baik dan memadai. Dengan adanya kucuran bantuan Program
Keluarga Harapan ini diharapkan sedikit banyak dapat mengurangi beban rumah tangga sangat miskin yang menjadi penerima PKH di Kecamatan Baru dalam
mengakses pelayanan dasar tersebut. Dan berdasarkan dari paparan di atas, penulis merasa tertarik untuk melihat
implementasi PKH secara langsung di lapangan yang meliputi proses tahapan, permasalahan hingga hasil dan manfaat yang dapat dirasakan masyarakat miskin
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Oleh karena itu penulis mengangkatnya dalam sebuah penelitian yang berjudul “Implementasi Program Keluarga Harapan PKH di Kecamatan Medan
Baru”.
I.2 Perumusan Masalah