16
d. Mencegah kerusakan bahan pustaka dari suhu udara dan kelembapan udara. Ada beberapa cara untuk melindungi bahan pustaka dari kelembapan udara yang tidak
ideal, antara lain: 1 Usahakan meletakkan bahan pustaka, baik yang disimpan maupun yang
dipermerkan, pada temperatur yang tetap, untuk itu dapat menggunakan tirai atau blinds untuk menghindari panas.
2 Hindari meletakkan bahan pustaka di dekat tembok yang mengalami fluktuasi temperature.
3 Ruangan ber AC dapat mengeringkan bahan pustaka dan apabila temperatur berubah maka akan dapat menambah kelembapan.
e. Mencegah kerusakan dari faktor kimia, partikel debu, jamur dan logam dari udara. Ada banyak masalah kimiawi yang dapat merusak bahan pustaka. Pada dasarnya
kerusakan tersebut disebabkan oleh hasil reaksi kimiawi yang terjadi dalam bahan pustaka. Kertas dihasilkan oleh proses kimia, semakin buruk kualitas kertas, maka
semakin rentan terhadap populasi Karat yang terdapat dalam bahan pustaka dapat ditimbulkan dari proses pembuaatn kertas, rak yang berkarat dan tinta yang
digunakan. Foxing muncul pada ke lembapan udara yang tinggi, apabila jamur merupakan penyebabnya maka perlu diambil tindakan fumigasi, sedangkan apabila
karat penyebabnya, bagian yang terkena karat yang berasal dari rak buku perlu dibersihkan.
2.6.2 Perawatan Pada Bahan Pustaka
Perawatan merupakan bagian dari “Concervation” yaitu pengawetan. “Menurut Perpustakaan RI, 1992: 2 pengawetan merupakan kebijaksanaan dan cara tertentu
yang dipakai untuk melindungi bahan pustaka dan arsip dari kerusakan dan kehancuran termasuk metode dan teknik yang ditetapkan oleh petugas teknis”.
Dapat disimpulkan bahwa perawatan bahan pustaka berarti suatu usaha yang dilakukan terhadap bahan pustaka untuk melindungi bahan pustaka dari kerusakan
dan kehancuran. Usaha-usaha berikut meliputi: 1. Pembersihan terhadap noda
Universitas Sumatera Utara
17
Noda yang terjadi pada kertas selain memeberikan kesan kotor, juga dapat menimbulakan karat dan zat asam yang dapat membuat tumbuhnya jamur pada bahan
pustaka. Pembersihan yang akan dilakukan tergantung pada jenis noda atau kotoran dan keadaan bahan. Menurut perpustakaan Nasional RI, 1992: 28 hal-hal yang
menyebabkan terjadinya noda adalah:
a. Debu Parikel Padat Debu merupakan partikel padat yang berasal dari berbagai macam zat. Partikel logam
misalnya, bila teroksidasi akan menimbulkan bercak-bercak kuning pada permukaan bahan. Debu ini dapat dibersihkan dengan kuas atau sikat, penghapus karet, busa atau
vacuum cleaner. Noda terjadi hendaknya dibersihkan dengan air, karena air akan menyebabkan noda meresap masuk ke dalam serat kertas dan akan tinggal selamanya.
b. Zat cair 1 Minyak
Minyak akan meresap dan menjalar sesuai dengan sifat zat cair. Noda yang dihasilkan ditandai dengan perubahan warna kertas menjadi lebih tua dari warna aslinya.
2 Air Air yang meresap dan mengalir pada kertas sekaligus akan membawa kotoran ke
batas alir air, sehingga noda lebih nampak di daerah tepi alir air. Sedangkan di daerah alirannya sendiri lebih bersih.
3 Tinta Yang Luntur Noda yang disebabkan oleh tinta yang luntur hanay terjadi pada satu permukaan saja.
4 Asam Terjadinya asam pada bahan disebabkan karena beberapa hal, misalnya karena
lingkungan, partikel debu, pengaruh usia atau dari proses pembuatan kertas itu sendiri. Asam dapat menimbulkan noda diatas permukaan bahn yaitu berubahnya
warna bahan menjadi kecoklatan. 2. Fumigasi
Fumigasi berasal dari kata “fumigation” atau “to fumigati” yang artinya mengasapi atau megasap. Perpustakaan Nasioanal RI, 1995: 75 bahwa fumigasi
Universitas Sumatera Utara
18
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk megasapi bahan pustaka dengan menggunakan uap atau gas peracun membasmi serangga atau jamur yang menyerang
bahan pustaka yang ada di perpustakaan. Bahan yang digunakan untuk membunuh serangga dan jamur disebut fumigant yang dapat berbentuk padat, cair atau gas. Pada
pelaksanaanya fumigant akan menjadi uap atau gas pada tekanan dan suhu kamar tertentu.
Dalam mengadakan fumigasi pustakawan harus memperhitungkan jumlah bahan yang akan difumigasi dan luas ruang yang diperlukan. Dengan memperhatikan
ruang yang ada maka dipilih pula fumigant yang akan dipergunakan, jenis-jenis fumigant, jumlah yang diperlukan serta lama fumigasi.
Pustakawan juga harus memperhatikan bahaya dari pemakai zat-zat kimia untuk fumigasi. Tidak satu pun bahan kimia dapat dipakai tanpa alat pengaman, atau tanpa
supervisi oleh orang yang berpengalaman dalam bidang ini.
3. Menghilangkan keasaman pada kertas Keasaman yang terkandung dalam kertas menyebabkan kertas itu cepat lapuk,
terutama kalau kena polusi. Bahan pembuat kertas merupakan bahan organik yang mudah bersenyawa dengan udara luar. Agar pengaruh udara tersebut tidak berlanjut,
maka bahan pustaka perlu dilaminasi. Agar laminasi efektif, sebelum dikerjakan, bahan pustaka dihilangkan atau diturunkan tingkat keasamannya. Ada dua cara
menghilangkan keasaman pada bahan pustaka, yaitu cara kering dan cara basah. Sebelum ditentukan cara yang mana yang tepat, maka perlu diukur tingkat keasaman
pada dokumen. Ada berbagai alat pengukur tingkat keasaman dokumen yang dibicarakan dalam bahan pustaka ini, sehingga pustakawan dapat memilih cara mana
yang paling mungkin untuk dikerjakan sesuai dengan kondisinya. Tinta yang dipergunakan untuk menulis bahan pustaka sangat menentukan apakah
bahan pustaka akan dihilangkan keasamannya secara basah, atau secara kering. Kalau tinta bahan pustaka luntur, maka cara keringlah yang paling cocok. Kalau
menggunakan cara basah, harus diperhatikan cara pengeringan bahan pustaka yang ternyata cukup sukar dan harus hati-hati. Kalau hanya sekedar mengurangi tingkat
Universitas Sumatera Utara
19
keasaman kertas dan tidak akan dilaminasi, kiranya cara kering lebih aman, sebab tidak ada kekhawatiran bahan pustaka robek. Cara kering ini dapat diulang setiap
enam bulan, sampai bahan pustaka dimaksud sudah kurang keasamannya dan dijamin lebih awet.
4. Laminasi Laminasi adalah suatu proses pelapisan dua permukaan kertas dengan bahan penguat.
Menurut Perpustakaan Nasional RI 1995: 93 “Laminasi maksudnya adalah menutupi satu lembar di antara dua lembar bahan penguat”. Laminasi dapat dilakukan
dengan cara manual yakni alaminasi dengan tangan dan laminasi dengan modern dengan menggunakan mesin, dimana bahan laminasi sudah di desain dalam bentuk
siap pakai. Proses ini menggunakan untuk melestarikan bahan pustaka yang sudah rusak dan akan lebih parah bila dipergunakan lagi, misalnya bahan yang sudah tua,
sobek atau rapuh, dan bersifat asam. Sebelum pekerjaan laminasi dilaksanakan,
hendaknya bahan sudah mengalami perawatan.
Perpustakaan Nasional RI, 1992: 35 misalnya: a. Telah difumigasi
b. Telah dihilangkan nodanya c. Telah dihilangkan asam yang terkandung didalamnya
Manuskripsi, dokumen, naskah, yang kuno terutama kertas-kertasnya yang sudah lapuk sehingga mudah hancur, dapat di awetkan dengan cara menyemprotkan bahan
kimia atau laminasi. Cara modern menggunakan laminasi dan ahli bentuk, pada laminasi sederhana
dilaksanakan secara manual. Laminasi secara modern yaitu laminasi dengan menggunakan mesin dan bahan laminasi yang sudah didesain dalam bentuk siap
pakai. Karena proses paans dari mesin, laminasi akan melindungi dokumen. Cara ini banayk digunakan di Indonesia teruatama perlindungan dokumen berharga. Cara
lain yang digunakan dalam penanganan bahan pustaka pada laminasi dapat dilakukan dengan pelepasan atau penyemprotan bahan pustaka dengan bahan kimia. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
20
laminasi sederhana yang dilakukan secara manual dilakukan dengan cara membentangkan kertas tissue sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan, kemudian
diatasnya digelar selembar acetat foil dengan dimensi ukuran yang sama. Lalu diatasnya dihamparkan bahan pustaka yang rusak. Kemudian dipasang lagi kertas
tissue dengan ukuran lebih besar daripada halaman yang rusak. Kemudian di ulas dengan cairan acetat pada semua halaman.
Dan dibolak-balik dengan bantuan kapas atau kuas. Persenyawaan cairan aceton menyebabkan acetat foil bersenyawa dengan kertas tissue, baik diatas maupun
dihalaman yang rusak, lalu kertas tissue digunting. 5. Enkapsulasi
Enkapsulasi adalah salah satu cara preservasi kertas dengan menempatkan lembaran bahan kertas diantara dua film plastik polyster untuk menghindari kerusakan fisik
karena sering dipegang atau melindungi kertas dari debu dan pollutant. Pada umumnya kertas yang akan di enkapsulasi adalah lembaran naskah kuno, peta, bahan
cetakan atau poster yang sudah rapuh, plastik yang digunakan sebagai bahan pelindung. Sebelum pelaksanaan enkapsulasi, kertas harus bersih, kering, dan
dideasidifiaksi untuk menetralkan asam yang terdapat pad kertas. 6. Konservasi Koleksi Audio Visual
Kerusakan suatu film nitrat dapat diperkirakan sebelumnya melalui test kimia dan fisika, misalnya dengan test pelapukan. Dengan test ini dapat disimpulkan berapa
tahun film nitrat akan bertahan lama. Daya tahan suatu film juga tergantung dari kondisi penyimpanan dan mutu kerja saat prossing. Dalam merawat koleksi audio
visual ini harus disesuaikan dengan temperatur dengan kelembapan udara sehingga bahan pustaka yang berbentuk audio visual dapat bertahan selama mungkin.
2.6.3 Perbaikan Bahan Pustaka dan Restorasi