Konservasi Dan Preservasi Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara

(1)

KONSERVASI DAN PRESERVASI BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

KERTAS KARYA

Oleh :

AHMAD AFIF TANJUNG 082201024

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI D3 PERPUSTAKAAN

MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapakan kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-NYA, sehingga penulis dapat meneyesaikankan kertas karya ini yang berjudul “KONSERVASI DAN PRESERVASI BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA”. Sholawat dan salam kepada junjunangan kita Nabi besar Muhammad SAW, semoga kita mendapat pertolongannya dihari kemudian Amin.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada Ayahanda Basnir Tanjung dan Ibunda tercinta Nurzaila Lubis yang telah begitu banyak memberikan dukungan moril, materil dan yang paling utama doa yang tiada tara diucapkan disetiap sujudnya.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa kertas karya ini belum sempurna seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, penulis akan menerima kritik dan saran demi kesempurnaan kertas karya ini. Dalam penulisan kertas karya ini, penulis juga telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk yang tak ternilai harganya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas

Sumatera Utara

2. Ibu Dra. Zaslina Zainuddin, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Program Studi D3 Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Sekaligus dosen pembimbing pada kertas karya ini yang telah meluangkan waktu dan tenaga kepada penulis.

3. Ibu Hotlan Siahaan, S.Sos, M.I.KOM selaku dosen pembaca yang telah

banyak memberikan masukan kepada penulis.

4. Dra. Nurmawan S.Pd, selaku kepala perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) beserta seluruh staf pegawai yang telah mengizinkan penulis


(3)

dan melakukan observasi dan mengumpulkan data sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

5. Seluruh Staf Penganjar dan Staf Administrasi Program Studi D3 Peprustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumater Utara yang telah banyak membantu dan mendidik penulis selama perkuliahan.

6. Buat seluruh keluarga besar penulis dan yang telah banyak memberikan

dukungan sehingga kertas karya ini dapat terselaikan.

7. Sahabat- sahabat penulis:Bebeh Mifta Queen, Bebeh Anum Zoet,

BebehWahyuni, Bebeh Isabella, Bebeh Melda (bibir),Ida, Debora, Aini, Farida, Nita, Ema, Hilda, Poltak (Panjang), Ridwan (Birong Man), Nando (Si Tampan), Bancin (Maho), Rahmat (Manipol), Ombak (Leona). Terimakasih kawan atas hari-hari indah bersama kalian, doa , dukungan, canda tawa, kemarahan, kesediahan yang kita jalani selama perkuliahan ini takkan terlupakan bagi penulis.

8. Kakanda-Kanda Penulis : Bang Alex, Bang Reza, Bang Fadlan, Bang Febri,

Bang Sandy, Bang Surya, Bang Dedy. Yang telah banyak memberikan motivasi, dukungan dan hari-hari yang indah selama masa perkuliahan, ini tak akan terlupakan bagi penulis.

9. Seluruh adik-adik kelas penulis: Tri suci wulandari (Chebon/C3S), Omeh,

Iqbal, Jati, Tanjung, Lidia, Kiki, dan semua adik kelas penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu, penulis ucapkan terimakasih untuk kebersamaan selama ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga kertas karya ini bermanfaat bagi kita semua.Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak apabila selama pembuatan kertas karya ini ada tingkah laku penulis yang kurang berkenann. Dan kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis ucapkan banyak terikasih dan mendapat Ridho dan Rahmat dari Allah SWT, Amin

Medan, Juni 2011 Penulis


(4)

Ahmad Afif Tanjung

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ...2

1.2 Tujuan Penulisan ...2

1.3 Ruang Lingkup ...3

1.4 Metode Pengumpulan Data ...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1 Pengertian Konservasi dan Preservasi ...5

2.2 Maksud dan Tujuan ...6

2.3 Fungsi Pelestarian ...7

2.4 Unsur-unsur Pelestarian ...8

2.5 Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka ...9

2.5.1 Faktor Biologi ... 10

2.5.2 Faktor Fisika ... 15

2.5.3 Faktor Kimia ... 17

2.5.4 Faktor Lain ... 18

2.6 Perawatan Bahan Pustaka... 20

2.6.1 Perbaikan Bahan Pustaka ... 21

2.6.2 Pencegahan Kerusakan Bahan Pustaka ... 24

2.7 Penyiangan ... 26

2.8 Stock Opname ... 27

BAB III KONSERVASI DAN PRESERVASI BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA ... 3.1 Sejarah Perpustakaan ... 29

3.2 Struktur Organisasi Perpustakaan ... 30

3.3 Pengguna Perpustakaan ... 31

3.4 Kondisi Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara ... 31

3.4.1 Gedung ... 31

3.4.2 Personalia ... 31

3.4.3 Koleksi. ... 32

3.4.4 Peraturan.. ... 32

3.4.5 Anggaran... ... 33

3.5 Perawatan Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara ... 34

3.6 Perbaikan Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara ... 35

3.6.1 Menambal ... 35

3.6.2 Menyambung ... 36


(5)

3.7 Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka Pada Perpustakaan

Universitas Islam Sumatera Utara ... 38

3.7.1 Faktor Fisika ... 38

3.7.2 Faktor Biota ... 39

3.7.3 Faktor Penggunaan dan Penanganan Yang Salah ... 41

3.8 Pencegahan Kerusakan Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara ... 43

3.8.1 Menciptakan Lingkungan Penyimpanan ... 44

3.8.2 Memilih Material Yang Dipakai Dalam Ruang Penyimpanan ... 44

3.8.3 Mencegah Kerusakan Karena Pengaruh Cahaya ... 44

3.8.4 Mencegah Kerusakan Karena Pengaruh Suhu dan Kelembaban Udara ... 45

3.8.5 Mencegah Kerusakan Karena Pengaruh Biotis... 45

3.9 Kendala Yang Dihadapi Oleh Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara ... 46

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

4.1 Kesimpulan ... 47

4.2 Saran ... 48


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bagan Struktur Organisasi Perpustakaan Universitas Islam Sumatera


(7)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Kertas Karya : Konservasi dan Presevasi Bahan Pustaka pada Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara Oleh : Ahmad Afif Tanjung

Nim : 082201024

Dosen Pembimbing : Dra. Zaslina Zainuddin, M.Pd. NIP : 19570407 198603 2 001

Tanda Tangan :

Tanggal :

Dosen Pembaca : Hotlan Siahaan, S.Sos. M.I.Kom NIP : 197803312005012003

Tanda Tangan :


(8)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya : Konservasi dan Presevasi Bahan Pustaka pada Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara Oleh : Ahmad Afif Tanjung

Nim : 082201024

PROGRAM STUDI DIII PERPUSTAKAAN

Ketua : Dra. Zaslina Zainuddin, M.Pd.

NIP : 19570407 198603 2 001

Tanda Tangan :

Tanggal :


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini semakin membawa pengaruh dan perubahan dalam semua aspek kehidupan. Hal ini terlihat jelas bahwa manusia setiap waktu membutuhkan informasi tentang banyak hal, dan untuk memenuhi akan hasrat informasi tersebut maka manusia membutuhkan sumber informasi.

Hal ini menimbulkan tersedianya perpustakaan-perpustakaan yang merupakan sumber informasi, penelitian ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan, sangat berperan penting dalam mendukung sistem pendidikan nasional. Pemahaman arti dan manfaat perpustakaan kemudian menjadi sangat penting. Sebab perpustakaan adalah suatu unit kerja yang berupa tempat mengumpulkan, menyimpan dan memelihara koleksi bahan pustaka yang dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu untuk digunakan secara kontinu oleh pemakainya sebagai sumber informasi.

Selain mengumpulkan dan menyimpan, perpustakaan itu juga memelihara koleksi bahan pustaka yang di lakukan secara praktis dan sistematis.. Bahkan lebih dari itu telah dilaksanakan berbagai kegiatan dalam rangka pembinaan perpustakaan dan pustakawannya.

Pelestarian bahan pustaka sudah merupakan suatu kebutuhan bagi bangsa kita, mengingat kesadaran akan keberadaan perpustakaan semakin luas, perhatian pemerintah akan pelestarian makin meningkat, pengadaan, pengelolaan, preservasi dan konservasi bahan pustaka harus diadakan. Selain itu tugas pokok Perpustakaan Nasional adalah menyelenggarakan pembinaan dan pengembangan dalam rangka pelestarian bahan pustaka sebagai hasil budaya dan pelayanan informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan. Dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut, Perpustakaan Nasional menyelenggarakan fungsinya antara lain melaksanakan jasa perpustakaan, perawatan dan pelestarian bahan pustaka.


(10)

Oleh karena itu koleksi bahan pustaka merupakan bagian terpenting dari suatu perpustakaan, maka dengan demikian pihak Perpustakaan Universitas Islam Suamtera Utara melakukan konservasi dan preservasi bahan pustaka yaitu dengan cara pencegahan kerusakan bahan pustaka, perawatan dan pemeliharaan serta perbaikannya, hal ini dilakukan guna melindungi informasi yang terkandung di dalamnya. Sehubungan dengan hal tersebut yang menjadi permasalahan dalam penulisan kertas karya ini adalah usaha-usaha dan cara apa saja yang dilakukan oleh pihak perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara dalam melestarikan bahan pustakanya.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penulis berminat menulis kertas karya ini dengan judul “KONSERVASI DAN PRESERVASI BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA”.

1.2 Tujuan Penulisan

Pada umumnya setiap pekerjaan mempunyai suatu tujuan yang ingin dicapai. Demikian juga halnya dengan penulisan kertas karya ini. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan observasi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui usaha dan cara apa saja yang dilakukan oleh pihak

Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara dalam melestarikan bahan pustaka agar informasi yang terkandung di dalamnya tetap dapat dimanfaatkan dan selalu menarik untuk dibaca.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang ada pada Perpustakaan

Universitas Islam Sumatera Utara.

1.3 Ruang Lingkup

Sesuai dengan judul kertas karya ini, maka penulis mengadakan observasi pada Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara bagian konservasi dan preservasi. Di sini penulis membatasi ruang lingkup observasi yakni hanya membahas tentang konservasi dan preservasi bahan pustaka yang terbuat dari kertas. Agar penyusunannya lebih jelas, maka penulis membuat ruang lingkup, dibagi dalam empat bab yaitu :


(11)

Bab 1 yaitu : Pendahuluan, dimana pada bagian ini merupakan penguraian kertas karya secara umum yang berisikan latar belakang dan masalah, tujuan penulisan, ruang lingkup dan metode pengumpulan data. Bab 2 yaitu : Tinjauan Pustaka, pada bagian ini menguraikan pengertian dan

tujuan konservasi dan preservasi, jenis-jenis koleksi Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara, penyebab kerusakan bahan pustaka, pencegahan kerusakan bahan pustaka, perawatan bahan pustaka dan perbaikan bahan pustaka.

Bab 3 yaitu : Pembahasan, dalam bab ini menguraikan tentang keberadaan seksi konservasi dan preservasi bahan pustaka pada Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara.

Bab 4 yaitu : Kesimpulan dan Saran, pada bab ini penulis membuat kesimpulan berdasarkan bahan bacaan dan hasil pengamatan langsung, serta memberikan saran-saran.

1.4 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh dan mengumpulkan data sebagai bahan analisa dalam penulisan kertas karya ini penulis mengadakan metode sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan, yaitu sebelum penulis melakukan penelitian di lapangan terlebih dahulu penulis membaca buku-buku, atau bahan pustaka lainnya yang relevan dengan masalah yang akan dibahas, baik yang ada di perpustakaan maupun yang ada pada penulis sendiri.

2. Studi Lapangan, yaitu dalam usaha untuk memperoleh data dalam penulisan kertas karya ini, penulis mengadakan peninjauan dan pengamatan langsung pada bagian konservasi dan preservasi bahan pustaka pada Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara.

3. Wawancara (Interview), yaitu penulis mengadakan wawancara langsung dengan petugas perpustakaan, dalam hal ini terutama petugas yang bertanggung jawab pada bagian konservasi dan preservasi bahan pustaka di perpustakaan tersebut.


(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Konservasi dan Preservasi

Kata konservasi dan preservasi yang biasa diterjemahkan dengan kata pelestarian berasal dari bahasa Inggris yaitu “conservation” dan “preservation”. Menurut Echols dan Shadly (2000 : 140, 445) kedua kata ini mempunyai pengertian yang hampir sama. Konservasi berarti perlindungan, pengawetan.

Sedangkan preservasi berarti pemeliharaan, penjagaan dan

pengawetan.Sedangkan menurut buku “Dasar-dasar Pelestarian Bahan Pustaka, yang diterbitkan oleh perpustakaan Nasional RI (1995 : 1-2) usaha–usaha untuk menyelamatkan bahan pustaka dari kehancuran meliputi :

a. Konservasi (Pengawetan) : merupakan kebijaksanaan dan cara tertentu yang dipakai untuk melindungi bahan pustaka dan arsip dari kerusakan dan kehancuran, termasuk metode dan teknik yang diterapkan oleh petugas teknis. b. Preservasi (Pelestarian) : mencakup unsur-unsur pengelolaan keuangan,

termasuk cara menyimpan dan alat-alat bantunya, taraf kerja yang diperlukan, kebijaksanaan, teknik dan metode yang diterapkan untuk melestarikan bahan-bahan pustaka dan arsip serta informasi yang dikandungnya.

Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kata konservasi dan preservasi masih rancu. Namun demikian penulis menganggap kedua kata ini mempunyai arti yang sama yaitu pelestarian, selanjutnya pelestarian itu mencakup kegiatan pemeliharaan, perawatan, pengawetan, perbaikan dan reproduksi.

Maka pemeliharaan bahan pustaka perlu di lakukan demi generasi mendatang. Namun untuk melakukan pemeliharaan itu bukanlah tugas yang mudah, diperlukan pengetahuan tentang penyebab kerusakan, proses terjadinya kerusakan, cara mencegah dan memperbaiki kerusakan serta melestarikan bahan pustaka tersebut.

2.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan pelestarian menurut Martoatmodjo (1993 : 5-6) adalah mengusahakan agar bahan pustaka tidak cepat mengalami kerusakan. Bahan pustaka yang mahal, diusahakan agar awet, bisa dipakai lebih lama dan bisa menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan. Koleksi yang dirawat dimaksudkan bisa menimbulkan daya tarik, sehingga orang yang tadinya segan


(13)

membaca atau enggan memakai buku perpustakaan menjadi rajin mempergunakan jasa perpustakaan.

Sedangkan tujuan pelestarian bahan pustaka ini dapat dikatakan sebagai berikut: 1. menyelamatkan nilai informasi dokumen.

2. menyelamatkan fisik dokumen. 3. mengatasi kendala kekurangan ruang.

4. mempercepat perolehan informasi : dokumen yang tersimpan dalam CD (Compact Disc) sangat mudah untuk diakses, baik dari jarak dekat maupun jarak jauh. Sehingga pemakaian dokumen atau bahan pustaka menjadi lebih optimal.

Hal lain yang perlu diketahui tentang kegiatan konservasi dan preservasi bahan pustaka adalah tentang kebijakan-kebijakan yang diperlukan dalam pelestarian bahan pustaka. Namun demikian, karena pelestarian bahan pustaka penulis tafsirkan secara luas yang meliputi kegiatan pemeliharaan, perawatan, pengawetan, perbaikan dan reproduksi, maka setiap perpustakaan minimal melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan sesederhana mungkin agar bahan pustakanya selalu tersedia dalam keadaan baik dan menarik untuk dibaca, karena bahan pustaka yang rusak kurang menyenangkan bagi pemakainya dan dapat menimbulkan kurang gairah untuk membaca bahan pustaka tersebut.

Dengan pelestarian yang baik, diharapkan bahan pustaka dapat berumur lebih panjang, sehingga perpustakaan tidak perlu membeli bahan yang sama, yang dapat membebani pemesanan, pengolahan kembali, penempelan kartu-kartu, yang kesemuannya itu memerlukan uang. Dengan bahan pustaka yang lestari dan terawat dengan baik, pustakawan dapat memperoleh kebanggaan dan peningkatan kinerja. Lingkungan yang sehat, ruang kerja yang baik, rapi dan menarik, membuat kehidupan pustakawan menjadi lebih berarti dan menyenangkan.

2.3 Fungsi Pelestarian

Fungsi pelestarian ialah menjaga agar koleksi perpustakaan tidak diganggu oleh tangan-tangan jahil, serangga yang iseng, atau jamur yang merajalela pada buku-buku yang ditempatkan di ruang yang lembab. Menurut Martoatmodjo (1993 : 6-7) pelestarian memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :


(14)

1. Fungsi Melindungi

Bahan pustaka dilindungi dari serangan serangga, manusia, jamur, panas matahari, air dan sebagainya. Dengan pelestarian yang baik serangga dan binatang kecil tidak akan dapat menyentuh dokumen. Manusia tidak akan salah dalam menangani dan memakai bahan pustaka. Jamur tidak akan sempat tumbuh, dan sinar matahari serta kelembaban udara diperpustakaan akan mudah dikontrol.

2. Fungsi Pengawetan

Dengan dirawat baik-baik, bahan pustaka menjadi awet, bisa lebih lama dipakai, dan diharapkan lebih banyak pembaca dapat mempergunakan bahan pustaka tersebut.

3. Fungsi Kesehatan

Dengan pelestarian yang baik, bahan pustaka menjadi bersih, bebas dari debu, jamur, binatang perusak, sumber dan sarang dari berbagai penyakit, sehingga pemakai maupun pustakawan menjadi tetap sehat. Pembaca lebih bergairah membaca dan mengunjungi perpustakaan.

4. Fungsi Pendidikan

Pemakai perpustakaan dan pustakawan sendiri harus belajar bagaimana cara memakai dan merawat dokumen. Mereka harus menjaga disiplin, tidak membawa makanan dan minuman ke dalam perpustakaan, tidak mengotori bahan pustaka maupun ruangan perpustakaan. Mendidik pemakai serta pustakawan sendiri untuk berdisiplin tinggi dan menghargai kebersihan.

5. Fungsi Kesabaran

Merawat bahan pustaka ibarat merawat bayi atau orang tua, jadi harus sabar. Bagaimana kita bisa menambal buku berlubang, membersihkan kotoran binatang kecil dan tahi kutu buku dengan baik kalau kita tidak sabar. Menghilangkan noda dari bahan pustaka memerlukan tingkat kesabaran yang tinggi.

6. Fungsi Sosial

Pelestarian tidak bisa dikerjakan oleh seorang diri. Pustakawan harus mengikut sertakan pembaca perpustakaan untuk tetap merawat bahan pustaka dan perpustakaan. Rasa pengorbanan yang tinggi harus diberikan oleh setiap orang, demi kepentingan dan keawetan bahan pustaka.

7. Fungsi Ekonomi

Dengan pelestarian yang baik, bahan pustaka menjadi lebih awet. Keuangan dapat dihemat. Banyak aspek ekonomi lain yang berhubungan dengan pelestarian bahan pustaka

8. Fungsi Keindahan

Dengan pelestarian yang baik, penataan bahan pustaka yang rapi, perpustakaan tampak menjadi lebih indah, sehingga menambah daya tarik kepada pembacanya. Coba betapa jeleknya bahan pustaka apabila tidak dirawat, penuh dengan binatang perusak, pengap, bau busuk mengembara pada setiap sudut perpustakaan

2.4 Unsur-unsur Pelestarian

Berbagai unsur penting yang perlu diperhatikan dalam pelestarian bahan pustaka adalah :


(15)

1. Manajemennya, perlu diperhatikan siapa yang bertanggung jawab dalam pekerjaan ini. Bagaimana prosedur pelestarian yang harus diikuti. Bahan pustaka yang akan diperbaiki harus dicatat dengan baik, apa saja kerusakannya, apa saja alat dan bahan kimia yang diperlukan dan sebagainya. 2. Tenaga yang merawat bahan pustaka dengan keahlian yang mereka miliki.

Mereka yang mengerjakan pelestarian ini hendaknya mereka yang telah memiliki ilmu atau keahlian/keterampilan dalam bidang ini. Paling tidak mereka sudah pernah mengikuti penataran dalam bidang pelestarian dokumen. 3. Laboratorium, suatu ruang pelestarian dengan berbagai peralatan yang

diperlukan, misalnya alat penjilidan, lem, alat laminasi, alat untuk fumigasi, berbagai sikat untuk membersihkan debu “Vacum Cleaner” dan sebagainya. Sebaiknya setiap perpustakaan memiliki ruang laboratorium sebagai “bengkel” atau gudang buat bahan pustaka yang perlu dirawat atau diperbaiki. 4. Dana untuk keperluan kegiatan ini harus diusahakan dan dimonitor dengan

baik, sehingga pekerjaan pelestarian tidak akan mengalami gangguan. Pendanaan ini tentu tergantung dari lembaga tempat perpustakaan ini bernaung. Kalau tidak mungkin menyelenggarakan bagian pelestarian sendiri, dianjurkan diadakan kerja sama dengan perpustakaan lain. Ini dapat menghemat biaya yang besar.

2.5 Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka

Pemeliharaan bahan pustaka bukanlah hal baru bagi pustakawan, namun tugas pelestarian bukanlah tugas yang mudah. Para pustakawan, terutama di negara tropis seperti Indonesia ini dihadapkan pada berbagai musuh dalam menjaga kelestarian bahan pustaka. Musuh bahan pustaka antara lain manusia, tikus, serangga, mikroorganisme, serta berbagai bencana alam.

Bahan pustaka yang terbuat dari kertas merupakan bahan yang mudah terbakar, mudah sobek, mudah terkena noda dan sebagainya. Cepat atau lambatnya proses kerusakan kertas tergantung pada mutu kertas dan iklim daerah, serta perawatannya. Jenis perusak bahan pustaka tersebut sangat tergantung pada keadaan iklim dan alam setempat, serta lingkungannya.


(16)

Jenis perusak bahan pustaka di daerah yang beriklim sedang atau tropis berbeda dengan perusak bahan pustaka dari daerah yang beriklim dingin. Begitu pula cara penanggulangannya. Di daerah yang beriklim tropis memiliki perusak bahan pustaka yang lebih banyak dan lebih ganas dari daerah yang beriklim dingin.

Menurut Martoatmodjo (1993 : 36-47) kerusakan bahan pustaka itu secara garis besar dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

1. Faktor biologi, misalnya serangga (rayap, kecoa, kutu buku), binatang

pengerat, jamur.

2. Faktor fisika, misalnya cahaya, udara/debu, suhu dan kelembaban. 3. Faktor kimia, misalnya zat-zat kimia, keasaman, oksidasi.

4. Faktor-faktor lain, misalnya banjir, gempa bumi, api, manusia. 2.5.1 Faktor Biologi

Bahan pustaka terdiri dari atas selulosa, perekat dan protein yang merupakan sumber makanan bagi mahluk hidup seperti jamur, serangga, binatang pengerat dan lain-lain. Mahluk tersebut dapat hidup dengan kondisi lingkungan yang kelembaban dan suhunya tinggi. Bila ruang tempat menyimpan bahan pustaka lembab dan dibiarkan berlarut-larut maka akan banyak dijumpai bahan pustaka yang rusak berat.

1. Binatang pengerat

Tikus merupakan perusak bahan pustaka yang agak sukar diberantas. Jenis-jenis tikus dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Tikus hitam

b. Tikus cokelat atau tikus rumah c. Tikus kelabu atau tikus sawah d. Tikus kesturi

e. Tikus putih

Kertas dan buku sering menjadi sasaran untuk dijadikan sarang. Air kencing tikus rumah dapat membahayakan kesehatan manusia. Air kencing dapat menyebabkan penyakit Leptospiral, sejenis penyakit kuning. Isolasi listrik yang terdapat di dalam rumah/gedung juga menjadi sasaran serangan tikus rumah. Hal ini dapat menimbulkan kebakaran. Tikus parit membuat sarangnya dibawah fondasi bangunan.


(17)

Untuk mengatasi serangan tikus itu perlu diadakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk melindungi serangan tikus adalah tempat penyimpanan harus selalu bersih dan kering. Lubang-lubang yang memungkinkan tikus masuk harus ditutup rapat. Jika gedung sudah terserang tikus, pembasmian tikus dapat di lakukan dengan bahan kimia atau racun. Dewasa ini berbagai jenis bahan kimiawi pembasmi tikus banyak diproduksi orang

2. Serangga

Jenis serangga cukup banyak. Serangga merupakan masalah yang pelik di negara tropik. Makanan yang digemarinya adalah lem atau perekat yang terbuat dari tepung kanji. Siklus kehidupan serangga ini terdiri atas beberapa fase (tahap) yaitu telur, larva, kepompong dewasa. Kerusakan yang terbesar terjadi ketika serangga hidup pada fase larva. Lingkungan yang lembab, gelap, sirkulasi udara kurang merupakan tempat yang ideal bagi serangga. Jenis-jenis serangga dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Rayap

Sebutan lain untuk rayap adalah semut putih, walaupun sebetulnya rayap itu bukan semut dan warnanya pun tidak putih. Makanan utama rayap adalah kayu, kertas, foto, gambar, rumput, dan lain-lain. Rayap mampu memusnahkan setumpuk bahan pustaka dalam waktu singkat. Rayap sangat terkenal dengan organisasinya yang rapi. Selain itu rayap juga bersifat kanibalistik, suka memakan kawan-kawannya yang sudah mati. Berdasarkan tempat tinggalnya, rayap dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu rayap bumi dan rayap kayu.

b. Kecoa

Kecoa adalah jenis serangga bersayap dan mempunyai tanduk yang panjang. Jenisnya bermacam-macam. Jenis-jenis kecoa yang dikenal adalah sebagai berikut :

1) Kecoa Timur (Blatta orientalis)

2) Kecoa Amerika (Periplaneta americana) 3) Kecoa Jerman (Blatta germanica)


(18)

Kecoa merupakan salah satu penyebab penyakit pes, lepra, kolera, tifus dan lumpuh anak-anak. Kotoran kecoa yang berupa cairan dapat merusak keutuhan bahan pustaka. Kecoa senang bermukim di tempat-tempat yang gelap, di sudut-sudut ruangan, dan lain-lain. Makanan kegemarannya ialah sisa-sisa makanan, makanan yang busuk, serangga-serangga yang mati, kanji, perekat, sampul buku, serta kain pada punggung buku.

c. Ikan Perak (Silver Fish)

Ikan perak mempunyai banyak nama, antara lain : silver moth, sugar fish, slicker, fish moth dan sugar louse. Serangga ini berbadan ramping, tidak bersayap, dan berwarna abu-abu. Serangga ini lebih aktif di malam hari. Telurnya diletakkan di tempat-tempat yang gelap. Setelah dua minggu apabila kondisi lingkungan mendukung maka telur akan menetas.Jenis serangga ini hidup di tempat-tempat yang gelap seperti di belakang buku-buku, rak-rak dan lemari. Makanan yang menjadi sasaran utamanya ialah perekat yang terbuat dari tepung kanji. Bagian buku yang paling cepat dirusak ialah punggung buku, kulit buku, label buku, gambar dan lain-lain. Serangga ini diperkirakan mempunyai seratus jenis yang tersebar di seluruh dunia. Jenis-jenis ikan perak yang dikenal ialah sebagai berikut:

1) Lepisma sacharina, 2) Thermogia domestica, 3) Cteno lepisma urbana, 4) Cteno lepisma longi caudata.

d. Kutu Buku (Book Lice)Bentuk jenis serangga ini sangat kecil sehingga sering disebut kutu buku. Bagian buku yang diserang adalah punggung dan pinggirnya. Serangga ini memang sangat rakus terhadap kertas. Permukaan kertas selalu dikikisnya sehingga huruf-hurufnya hilang. Di samping itu, kutu buku menghancurkan selulosa. Perusakan kertas di lakukan oleh larva-nya. Jenis serangga ini paling sukar diberantas. Jenis-jenis kutu buku yang dikenal ialah sebagai berikut :


(19)

2) Trogium pulsatorum, 3) Pesoceoptropus macrops, 4) Pesyllopsocus,

5) Dorypetrix, 6) Lachessilla, 7) Lepinotus, 8) Ectopsocus, 9) Archipsocus. e. Ngengat Pakaian

Jenis serangga ini memiliki badan yang tipis dan berwarna coklat. Umurnya tidak lama. Meskipun serangga ini dinamakan ngengat pakaian, namun ini juga menyerang kulit dan kertas. Ngengat ini lebih senang hidup di tempat-tempat yang gelap. Jenisnya bermacam-macam, tetapi yang paling banyak dikenal ialah :

1) Tincola polioella,

2) Tincola biselliela humm, 3) Tri chorpaga tapetzella.. f. Kumbang

Jenis kumbang yang berbahaya untuk perpustakaan ialah sebagai berikut : 1) Kumbang kulit (Dermestidac),

2) Kumbang bubuk (Anoobiidae lyctidae, Bostridae), 3) Kumbang bertanduk panjang (Carabycidae),

4) Kumbang laba-laba (Ptinidae). Larva kumbang bubuk suka sekali makan selulose bahan-bahan pustaka.


(20)

3. Jamur

Jamur (Fungi) merupakan mikroorganisme yang tidak berklorofil. Untuk memperoleh makanan harus mengambil dari sumber kehidupan lain (parasit) ataupun dari benda mati (sapropit). Jamur berkembang biak dengan spora, dapat menyebar di udara dan apabila menemukan lingkungan yang cocok maka spora tersebut akan berkembang biak. Kertas merupakan tempat yang ideal bagi berkembangnya spora, terutama di lingkungan yang mempunyai kelembaban tinggi.Jamur yang bisa merusak bahan pustaka ini bukanlah jenis jamur yang bisa dibuat soup dan kita makan, tetapi jenis jamur yang beracun yang lazim kita lihat pada pakaian, kertas atau benda-benda lain. Jamur jenis ini akan bisa membiak dengan leluasa jika benda tersebut kena kotoran, debu, serta tingkat kelembaban yang tinggi yaitu 80% ke atas, dengan temperatur di atas 210C. Jamur tersebut memproduksi beberapa macam bahan organik seperti : asam oksalat, asam formiat, dan asam sitrat yang menyebabkan kertas menjadi asam, lembut dan rapuh. Jamur ini juga merusak perekat-perekat yang ada pada kertas sehingga merusak daya rekatnya, dan merusak tinta yang menyebabkan tulisan tidak terbaca. Jamur yang menempel pada bahan pustaka bisa membuat bahan pustaka lengket satu sama lain sehingga kertas sobek jika dibuka.

Kita bisa lihat,misalnya : mula-mula kertas berwarna putih, kemudian warna itu berubah menjadi biru, dan akhirnya warna biru itu berubah menjadi hitam. Pada tingkat demikian, kertas sukar diperbaiki, jamur sukar dihilangkan.Jika punggung buku kena air atau lembab, tumbuh jamur dengan warna putih. Jamur ini bisa dibersihkan dengan alkohol, dan tidak akan tumbuh lagi. Selain faktor biologi, seperti : serangga, mikroorganisme, tikus dan lain sebagainya, ada lagi perusak bahan pustaka yang hebat, yaitu yang disebut faktor fisik, misalnya : debu, cahaya, suhu dan kelembaban. Jenis perusak bahan pustaka ini tidak boleh diabaikan, karena benar-benar membawa kerusakan yang besar.


(21)

2.5.2 Faktor Fisika 1. Debu

Debu dapat masuk secara mudah ke dalam ruang perpustakaan melalui pintu, jendela atau lubang-lubang angin perpustakaan. Apabila debu melekat pada kertas, maka akan terjadi reaksi kimia yang meninggikan tingkat keasaman pada kertas. Akibatnya kertas menjadi rapuh dan cepat rusak. Di samping itu, apabila keadaan ruang perpustakaan lembab, debu yang bercampur dengan air yang lembab itu akan menimbulkan jamur pada buku. Debu dari jalan yang mengandung belerang atau debu dari knalpot kendaraan mempunyai daya rusak yang paling tinggi. Debu tersebut sangat mudah bersenyawa dengan kertas, apalagi pada ruangan yang lembab. Untuk menghindari kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh debu, perpustakaan hendaknya selalu bebas dari debu. Caranya ialah dengan selalu membersihkan ruangan perpustakaan. Alat pembersih yang paling bagus untuk bahan pustaka ialah vacuum cleaner.

2. Suhu dan kelembaban

Kerusakan kertas yang disebabkan oleh suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan perekat pada jilidan buku menjadi kering, sedangkan jilidannya sendiri menjadi longgar. Di samping itu, suhu yang tinggi itu dapat menyebabkan kertas menjadi rapuh, warna kertas menjadi kuning. Sebaliknya, apabila lembab nisbi terlalu tinggi, buku akan menjadi lembab. Sebagai akibatnya, buku mudah diserang jamur, rayap, kecoa, kutu buku dan ikan perak.

Suhu yang tidak terlalu ekstrim seperti di Indonesia, tidak begitu berpengaruh pada kekuatan kertas. Masalah baru timbul karena di Indonesia mempunyai kelembaban udara relatif tinggi. Jika udara lembab, maka kandungan air dalam kertas akan meningkat. Hubungan suhu dan kelembaban sangat erat. Jika suhu naik, kelembaban turun dan kandungan air dalam kertas akan berkurang sehingga kertas menyusut. Serat selulosa saling tarik menarik pada proses penyusutan ini.

Ruangan dengan kelembaban tinggi bisa menimbulkan kerusakan pada bahan pustaka. Jamur bisa tumbuh dengan subur dalam kondisi yang lembab ini.


(22)

Di samping itu kertas yang lembab ini akan terjadi reaksi kimia antara zat yang tersisa dalam pembuatan kertas dengan air. Kalau ini terjadi, kertas akan menjadi rapuh, mudah robek. Udara lembab yang dibarengi dengan suhu udara yang cukup tinggi menyebabkan asam yang ada pada kertas akan terhidroksi, bereaksi dengan partikel logam dan memutuskan rantai ikatan kimia selulosa. Karena itu hindarilah sumber kelembaban tersebut. Jika kelembaban tersebut disebabkan air hujan atau banjir, keringkanlah tempat-tempat tersebut. Kertas yang basah lembab tidak boleh dijemur, tetapi harus dianginkan pelan-pelan menurut tingkat kebasahannya. Kertas yang sangat basah tidak boleh dihembus keras-keras. Pengembusan angin yang cukup keras hanya boleh diberikan pada kertas yang sudah agak kering. Buku yang tercelup air harus dibuka jilidannya, kemudian dikeringkan lembar per lembar agar tidak lengket antara lembar yang satu dengan lembar yang lainnya. Setelah kering kemudian dijilid kembali.

3. Cahaya

Kertas yang kepanasan akan rusak berubah warna menjadi kuning dan rapuh akhirnya rusak. Hindarilah sinar ultraviolet (sinar matahari) yang masuk langsung ke perpustakaan. Kerusakan yang terjadi karena pengaruh sinar ultra adalah memudarnya tulisan, sampul buku dan bahan cetak. Selain itu kertas juga akan menjadi rapuh. Proses perusakan akan dipercepat dengan adanya uap air dan oksigen dalam udara, sehingga menimbulkan perubahan warna. Buku menjadi kuning kecoklatan dan kadar kekuatan serat pada kertas menurun. Tidak hanya buku, bahan audiovisual lainnya seperti : piringan hitam, kaset audio maupun video akan rusak jika kepanasan.

Demikian pula disket komputer. Untuk menghindarinya hendaknya diusahakan kain gorden sehingga panas atau sinar yang masuk ke perpustakaan bisa diatur. Sinar alami cukup bagus, tetapi tidak bisa dikontrol dengan mudah. Karena itu di negara naju, penerangan perpustakaan menggantungkan pada sinar listrik karena mudah dikontrol. Lampu pada ruang rak buku hanya dinyalakan pada saat diperlukan. Jika tidak, ruang rak tersebut gelap. Hal ini juga bisa menghemat listrik. Tetapi AC selalu dihidupkan, sehingga kebersihan, kelembaban dan temperatur bisa terkontrol terus.


(23)

2.5.3 Faktor Kimia

Terjadinya reaksi oksidasi dan hidrolisis menyebabkan susunan kertas yang terdiri atas senyawa-senyawa kimia itu akan terurai. Oksidasi pada kertas yang terjadi karena adanya oksigen dari udara menyebabkan jumlah gugusan karbonat dan korboksil bertambah dan diikuti dengan memudarnya warna kertas. Hidrolisis adalah reaksi yang terjadi karena adanya air (H2O). Reaksi hidrolisis pada kertas mengakibatkan putusnya rantai polimer serat selulosa sehingga mengurangi kekuatan serat. Akibatnya, kekuatan kertas berkurang dan kertas menjadi rapuh. Kandungan asam dalam kertas akan mempercepat kerusakan kertas karena asam akan mempercepat reaksi hidrolisis. Tinta merupakan salah satu sumber terbentuknya asam pada kertas, karena tinta dibuat dengan mencampurkan asam tanat dan garam besi serta ditambah dengan asam sulfat atau asam hidroklorida agar tetesan dapat melekat dengan baik. Selain itu, sumber keasaman dapat juga berasal dari udara karena sifat kertas yang mudah menyerap gas-gas seperti ; sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2) karbondioksida (CO2) dan gas-gas lain seperti ozon.

2.5.4 Faktor Lain 1. Manusia

Manusia dapat bertindak sebagai penyayang buku, tetapi juga bisa menjadi perusak buku yang hebat. Berdasarkan kenyataan yang ada, kerusakan buku terjadi karena ulah manusia. Misalnya, pembaca di perpustakaan secara sengaja merobek bagian-bagian tertentu dari sebuah buku, misalnya diambil gambarnya, tabel-tabel statistiknya. Kadang-kadang pengguna perpustakaan sengaja atau tidak sengaja, membuat lipatan sebagai tanda batas baca atau melipat buku ke belakang. Sebagai akibatnya, perekat yang mengelem punggung buku untuk memperkokoh penjilidan dapat terlepas sehingga lembaran-lembaran buku akan terpisah dari jilidnya. Kecerobohan manusia lain misalnya, habis makan tidak membersihkan tangan dahulu sehingga menyebabkan buku menjadi kotor. Apabila buku dipegang dengan tangan kotor atau berminyak, buku akan bernoda. Kotoran yang melekat pada tangan akan berpindah ke buku. Penempatan buku yang terlalu padat di rak akan menyebabkan punggung dan kulitnya rusak. Hal itu harus


(24)

diperhatikan oleh pustakawan. Sering terjadi kerusakan justru disebabkan oleh pustakawan itu sendiri yang sehari-hari bergelimang dengan buku. Petugas perpustakaan yang tidak memiliki rasa sayang kepada buku, dan tidak pernah belajar bagaimana melestarikan merawat buku bisa membuat kesalahan yang sangat fatal, seperti contoh di atas kita harus tahu bagaimana menempatkan buku di rak. Mengambil buku dari rak, atau menempatkan buku kembali ke dalam rak. Rak hendaknya jangan diisi terlalu penuh, cukup sekitar 80% saja. Kemudian juga sewaktu menempatkan buku di rak pengangkut pun tidak boleh sembarangan, misalnya ditumpuk begitu saja tanpa memperhatikan kalau ada buku yang tertindih dalam keadaan terlipat. Kalau petugas perpustakaan melihat sebuah buku mengalami kerusakan ia harus segera mengambil tindakan.

Begitu pula pembaca perpustakaan harus diajari bagaimana membuka halaman dengan tidak menggunakan ludah. Tidak mengotori buku, tidak membawa makanan dan minuman ke dalam perpustakaan. Kotoran makanan yang jatuh di lantai perpustakaan bisa mengundang tikus atau binatang lain untuk datang ke perpustakaan dan merusak buku. Diberikan kesadaran untuk tidak mencuri atau merobek buku. Perpustakaan memberikan fasilitas ruang baca atau fotocopy yang cukup untuk para pembaca. Jika mereka meminjam buku hendaknya disertai dengan tanggung jawab yang tinggi, tidak merusak, mengotori ataupun tidak menghilangkan buku tersebut. Jika terpaksa hilang mereka harus bertanggung-jawab untuk menggantinya dengan buku yang sama atau sejenis. Tidak sedikit pembaca yang tidak bertanggung-jawab dan mencuri koleksi perpustakaan.

2. Bencana alam

Bencana alam seperti kebakaran atau banjir, dapat mengakibatkan kerusakan koleksi bahan pustaka dalam jumlah besar dan dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu pustakawan diharapkan mampu menekan sekecil mungkin akibat dari bencana alam tersebut. Untuk menanggulangi bahaya api maka faktor yang perlu diperhatikan antara lain :

1. Alat-alat di dalam gedung digunakan yang tahan api 2. Perlu dipersiapkan alat pemadam kebakaran


(25)

3. Dilarang merokok di dalam ruangan perpustakaan 4. Pemakaian peralatan listrik harus hati-hati.

Bahaya banjir merupakan musibah yang sering melanda beberapa tempat di Indonesia. Bahan pustaka yang rusak oleh air harus diperbaiki dengan cara dikeringkan atau dianginkan.

2.6 Perawatan Bahan Pustaka

2.6.1 Perbaikan kerusakan bahan pustaka

Sebagai pustakawan kita harus dapat memperbaiki dokumen yang rusak, baik itu kerusakan kecil maupun kerusakan yang berat. Perpustakaan sebaiknya memiliki ruangan khusus untuk melakukan pekerjaan ini. Menambal buku berlubang oleh larva kutu buku atau sebab lainnya, menyambung kertas yang robek, atau menambal halaman buku yang koyak adalah pekerjaan yang mesti dapat dikerjakan. Mengganti sampul buku yang rusak total, menjilid kembali, atau mengencangkan penjilidan yang kendur adalah pekerjaan yang harus dikuasai oleh restaurator. Berbagai macam kerusakan yang lain yang mungkin terjadi, tidak boleh ditolak oleh bagian pelestarian ini. Bahan-bahan yang diperlukan, serta cara mengerjakan perbaikan ini akan dijelaskan.

1. Menambal kertas

Larva kutu buku sering membuat lubang pada buku, dari halaman depan sampai belakang. Kecoa atau ikan perak juga sering memakan kertas, sehingga kertas tersebut menjadi berlubang atau robek. Kerusakan dapat pula terjadi pada bahan pustaka yang sering dipakai. Karena sering dipakai, bahan pustaka menjadi tipis pada bagian lipatan. Kerusakan tersebut dapat diperbaiki dengan menambalnya. Ada 2 jenis penambalan bahan pustaka yang selama ini dikenal, yaitu penambalan karena kertas berlubang dan penambalan karena kertas robek memanjang.

Kertas yang berlubang disebabkan oleh larva kutu buku. Jika tidak terlalu parah, dapat ditutup dengan bubur kertas tanpa mengganggu isi buku. Rendam kertas yang baik dan bersih dengan air suling pada pH 5,5 sampai 8,5. kemudian diblender sampai menjadi bubur kertas yang halus. Kertas yang akan


(26)

ditambal diletakkan di atas kertas penyerap. Tutup lubang secukupnya, ratakan, olesi lem kanji, tutup dengan kertas penyerap, kemudian dipres dan dikeringkan. Setelah kering lubang kertas sudah tertutup. Penambalan kertas yang robek memanjang dapat di lakukan dengan 2 cara, yaitu :

a. Penambalan dengan kertas Jepang (sejenis kertas untuk laminasi) b. Penambalan dengan kertas tisue

Menambal dengan kertas Jepang dikerjakan bila ada halaman buku yang robek, baik robeknya lurus maupun tidak lurus. Penambalan ini dapat di lakukan jika robeknya hanya sepanjang 3 cm sampai dengan di atas 10 cm. Kerusakan itu harus segera diperbaiki, kalau tidak robeknya akan merambat dan mengakibatkan separuh halaman hilang. Kerusakan menjadi parah. Untuk menghindari keadaan semacam ini, buku yang halamannya robek hendaknya ditarik dari peredaran, dan dikirim ke bagian perbaikan (preservasi).

2. Memutihkan kertas.

Kertas yang terkena debu atau lumpur akan berwarna kecoklatan. Ini dapat diputihkan dengan menggunakan berbagai zat kimia, seperti :

a. Chloromine T

Chloromine T 2,5% dilarutkan ke dalam air, kertas yang akan diputihkan diletakkan di atas kertas penyerap, kemudian diolesi dengan larutan di atas. Cara ini dapat diulang sampai noda atau warna putih yang dikehendaki tercapai. Keuntungan penggunaan zat ini adalah tidak meninggalkan residu yang berbahaya pada kertas.

b. Gas Chlorodioksida

Penggunaan gas untuk memutihkan bahan cetakan cukup baik. Seperti pada Chloromine T, gas ini dilarutkan di dalam air dengan cara mengalirkannya. Kertas yang akan diputihkan dicelupkan ke dalam larutan selama 5 menit kemudian diangkat. Agar kertas tidak robek, dapat dibantu penyangga kaca. Kemudian dimasukkan ke air bersih untuk membilas larutan gas Chlorodioksida yang masih menempel di kertas. Tes dahulu apakah


(27)

tintanya luntur atau tidak. Kalau kertasnya luntur, hanya pada titik noda saja yang diputihkan dengan kuas.

c. Natrium Chlorida

Cara membuatnya ialah dengan mengambil 20 gram NaCl dan dimasukkan ke dalam 3 liter air pada suatu bejana. Kemudian tambahkan 75 ml formaldehida 40%. Rendam kertas yang akan diputihkan sampai noda hilang atau tingkat keputihan yang dikehendaki dicapai. Dengan bantuan kaca, ambil lembaran kertas tadi dan bilas dalam air bersih, agar residu zat pemutihnya hilang.

d. Potasium Permanganate

Bahan yang dipergunakan adalah KMnO4 0,5-5% dilarutkan ke dalam air. Lembaran yang akan diputihkan direndam di dalamnya selama 5 menit. Kemudian dimasukkan pada bak kedua yang telah diisi air dengan larutan

natrium tiosulfat 5% untuk menghilangkan warna coklat larutan KMnO4.

selanjutnya kertas dimasukkan ke dalam air bersih untuk menghilangkan residunya.

e. Natrium Hipochlorite

Bahan ini bereaksi sangat lambat, karena itu baik untuk kertas. Tetapi kita harus selalu memperhatikan pH yaitu 11. Untuk mendapatkan pH yang dikehendaki perlu dipakai larutan penyangga. Tanpa larutan penyangga, pH akan menurun (kadarnya naik). Pakailah larutan penyangga sehingga pH tidak turun melampaui angka 7.

f. Hidrogen Peroksida

Bahan ini bereaksi cepat, biasanya disimpan dalam konsentrasi 30 % di dalam botol atau dalam kaleng tertutup. Bahan ini tidak tahan terhadap sinar matahari. Kadarnya akan turun jika terkena sinar matahari, karena itu harus disimpan di tempat yang gelap. Sebaiknya kertas yang akan diputihkan sudah diturunkan kadar keasamannya. Hidrogen peroksida 30% dibuat H2O2 5-10% dengan ditambah amoniak sampai pH-nya antara 9,5-10,5. Masukkan kertas yang akan diputihkan ke dalam larutan tersebut sampai tingkat keputihan yang


(28)

dikehendaki tercapai. Setelah cukup, angkat kertas tersebut dan bersihkan dengan air bersih dengan merendamnya selama 30 menit. Kemudian dianginkan sampai kering. Pemutihan kertas ini lebih bersifat sekedar menghilangkan noda pada kertas daripada memutihkan lembaran buku yang sudah ditulisi, baik tulisan cetak, maupun tulisan tangan. Tetapi kalau memang dianggap sangat perlu, dapat juga seluruh halaman dari suatu buku diputihkan.

3. Mengganti halaman yang robek

Halaman yang robek dan robekannya tak dapat diperbaiki dengan menambalnya, atau sudah hilang, harus diganti dengan membuatkan foto kopinya. Foto kopi tersebut dipotong sesuai dengan luas halaman buku. Kemudian disisipkan dan ditempelkan dengan lem secara hati-hati pada bagian yang hilang. Karena penyisipan di lakukan pada buku yang terjilid, ada kemungkinan terjadi kelebihan lebar halaman tambahan tersebut. Untuk itu kelebihan perlu dipotong. Agar tidak perlu memotong pada akhir pekerjaan, sebaiknya kertas yang akan disisipkan dikurangi lebarnya pada bagian yang akan ditempelkan. Sedangkan waktu menyisipkannya pinggiran kertas diratakan dengan kertas halaman buku yang ada. Ini lebih mudah dan hasil akhir bisa rata, karena sudah disesuaikan dengan ukurannya.

4. Mengencangkan benang jilidan yang kendur

Kalau masih belum terlalu parah, kita cukup mengencangkan benang yang menjadi longgar dengan menariknya. Dengan jarum benang kita jahit dan matikan benag yang longgar tadi. Kalau sudah terlalu parah bukalah kertas pelindung dan sampul buku sekaligus. Lihat benangnya. Kencangkan yang longgar, sambung yang putus, atau ganti benang dengan menjilidnya lagi. Setelah itu,pasanglah lembar pelindung dan smpulnya lagi. Kalau ada yang rusak waktu dibongkar tadi, maka gantilah dengan lembar pelindung yang baru.

5. Memperbaiki punggung buku, engsel, atau sampul buku yang rusak. Dengan alat-alat penjilidan yang sederhana, berbagai kerusakan di atas dapat diperbaiki. Seperti pada perbaikan benang jilidan diatas, maka kerusakan punggung buku, engsel buku dan sampul buku harus di lakukan dengan


(29)

membongkar buku yang rusak itu, kemudian perbaiki atau menggantinya dengan yang baru.

2.6.2 Pencegahan kerusakan bahan pustaka

1. Pencegahan kerusakan bahan pustaka terutama bertujuan agar :

a. Kerusakan yang lebih hebat dapat dihindarkan. Koleksi yang dimakan oleh serangga atau dirusak binatang mengerat dapat diselamatkan;

b. Koleksi yang terkena penyakit, misalnya terkena jamur dapat diobati, yang terkena kerusakan kecil dapat diperbaiki;

c. Koleksi yang masih baik dan dapat terhindar dari penyakit maupun kerusakan lainnya;

d. Kelestarian fisik bahan pustaka terjaga;

e. Kelestarian informasi yang terkandung dalam bahan pustaka tersebut dapat terjaga;

f. Pustakawan atau pegawai yang bekerja di perpustakaan sadar bahwa bahan pustaka bersifat rawan kerusakan;

g. Para pemakai terdidik untuk berhati-hati dalam menggunakan buku, serta ikut menjaga keselamatannya;

h. Semua pihak baik petugas perpustakaan maupun pemakai perpustakaan selalu menjaga kebersihan lingkungan;

2. Berbagai usaha pencegahan kerusakan bahan pustaka

Usaha melakukan pencegahan kerusakan bahan pustaka yang di lakukan sejak dini merupakan tindakan yang lebih baik dan lebih tepat daripada melakukan perbaikan bahan pustaka yang telah parah keadaannya. Usaha melakukan pencegahan kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh beberapa faktor dapat di lakukan dengan cara-cara berikut :

a. Mencegah kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh manusia


(30)

c. Kerusakan yang disebabkan oleh serangga

d. Mencegah kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh jamur

e. Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh banjir f. Kerusakan yang disebabkan oleh kebakaran

g. Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh debu

h. Mencegah kerusakan sampul buku

i. Mencegah kerusakan pada punggung buku

j. Mencegah kerusakan pada engsel buku

k. Mencegah kerusakan pada jilidan buku

l. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena lembaran yang terlepas m. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena coretan tinta

n. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena penyobekan halaman atau

pengambilan gambar

o. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena penempelan selotip

p. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena noda makanan dan minuman

q. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena pemudaran kertas

r. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena bercak noda merah kecoklatan

(foxing)

s. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena noda air dan kebocoran

t. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena kerapuhan

u. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena rendahnya mutu bahan

2.7 Penyiangan

Penyiangan (weeding) adalah kegiatan pemilahan terhadap koleksi bahan pustaka yang ada di perpustakaan. Kegiatan penyiangan ini di lakukan agar bahan pustaka yang tidak sesuai lagi diganti dengan bahan pustaka yang baru. Bahan pustaka yang perlu disiangi biasanya bahan pustaka yang isinya


(31)

tidak relevan lagi, sudah usang, isinya tidak lengkap, bahan pustaka yang sudah ada edisi terbarunya dan bahan pustaka yang fisiknya sudah sangat rusak. Tujuan kegiatan penyiangan ini antara lain :

1. Membina dan memperbaiki nilai pelayanan informasi oleh perpustakaan 2. Memperbaiki kinerja perpustakaan

3. Meningkatkan daya guna dan hasil guna ruang dan koleksi 4. Mengetahui mutu, lingkup, dan kedalaman koleksi

5. Menyesuaikan koleksi dengan tujuan dan program perguruan tinggi

6. Mengetahui kekuatan dan kelemahan koleksi

7. Menyesuaikan kebijakan penyiangan koleksi

8. Meningkatkan nilai informasi

Prosedur penyiangan di lakukan dengan langkah sebagai berikut : a. Menentukan bahan perpustakaan yang perlu disiangi

b. Menyisihkan bahan perpustakaan yang masih dapat diperbaiki

c. Menyisihkan bahan perpustakaan yang masih bermanfaat untuk

perpustakaan lain

d. Membutuhkan stempel atau tanda ditarik/dikeluarkan dari perpustakaan

universitas tanpa nama pada setiap bahan perpustakaan yang dikeluarkan

e. Mencabut dan menyisihkan kartu katalog bahan perpustakaan yang

disiangi

f. Menghapus bahan perpustakaan dari inventaris, buku induk, komputer

atau pangkalan data

g. Menghapus data-data bahan pustaka dari inventarisasi, buku induk dan


(32)

2.8 Stock Opname

Stock Opname ialah suatu kegiatan pengumpulan jumlah koleksi bahan pustaka menurut subjek yang sesuai dengan subjek yang dicakup oleh suatu perpustakaan. Kegiatan stock opname bertujuan untuk :

1. Mengetahui dengan tepat profil koleksi bahan pustaka yang ada di suatu perpustakaan.

2. Mengetahui jumlah buku (judul/eksemplar) koleksi bahan pustaka

menurut golongan klasifikasi dengan tepat.

3. Menyediakan jajaran katalog yang tersusun rapi yang mencerminkan

kondisi koleksi bahan pustaka.

4. Mengetahui dengan tepat bahan pustaka yang tidak ada katalognya. 5. Mengetahui dengan tepat bahan pustaka yang dinyatakan hilang.

6. Mengetahui dengan tepat kondisi bahan pustaka, apakah dalam keadaan

rusak atau tidak lengkap.

Keuntungan diadakannya stock opname :

a. Dapat disusun daftar bahan pustaka yang disiangi karena sudah tidak sesuai lagi baik subjek, tahun, kondisi bahan pustakanya serta mendaftar susunan bahan pustaka secara mutahir.

b. Mengetahui bahan pustaka yang paling banyak diminati pengguna. Hal ini

digunakan sebagai petunjuk pemilihan bahan pustaka. c. Mengetahui laju kehilangan bahan pustaka di perpustakaan.

d. Dapat diperolehnya susunan bahan pustaka yang rapi di dalam rak. e. Membersihkan bahan pustaka dari debu dan kotoran lain.

Kerugian diadakannya stock opname :

a. Mengurangi kenyamanan bagi pengguna, karena selama kegiatan stock

opname, semua bahan pustaka yang sedang dipinjam ditagih kembali.

b. Selama kegiatan stock opname, perpustakaan tidak memberikan pelayanan


(33)

seringkali stock opname di lakukan pada saat-saat pengguna sedikit (misalnya : waktu libur).


(34)

BAB III

PEMBINAAN KOLEKSI PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

3.1 Sejarah Perpustakaan

Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara, didirikan pada tahun 1952. pendiri perpustakaan UISU yaitu Hadji Bahrum Djamil, Adnan Benawi, Sariani Amiraden Siregar, Rivai Abdul Manaf Nasution, dan Sabaruddin Ahmad. Lokasi perpustakaan adalah di Jalan Sisingamangaraja Teladan Medan. Perpustakaan dipimpin oleh seorang kepala perpustakaan dan dibantu oleh tiga orang staf perpustakaan.

Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara terletak di lantai I, mempunyai luas ruangan 10 x 20 Meter. Di ruangan inilah berlangsung semua kegiatan yang berhubungan dengan perpustakaan dan pelayanan yang diberikan kepada pengguna perpustakaan. Jumlah pengguna perpustakaan adalah sebanyak 619 orang yang terdiri dari mahasiswa, dosen dan pegawai. Sampai saat ini perputakaan Universitas Islam Sumatera Utara telah memiliki koleksi sebanyak 7354 judul dan 10514 eksemplar.

Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara memakai sistem pelayanan terbuka (open acces) yaitu pengunjung perpustakaan boleh masuk ke ruangan koleksi untuk mencari informasi yang dibutuhkan.

3.2 Struktur Organisasi Perpustakaan

Struktur organisasi berhubungan dengan komunikasi, koordinasi dan pengawasan. Struktur organisasi yang baik harus dapat memberi efisiensi kerja, sistem komunikasi sebagaimana struktur organisasi tersebut menentukan tatahubungan dan tanggung jawab antara bagian/unit dan individu dalam perpustakaan dan organisasi induknya. Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara mempunyai struktur organisasi yang sangat sederhana. Perpustakaan dikelola oleh beberapa orangpegawai dengan bagian/unit yang sudah ditentukan. Pada bagian pengolahan kegiatan yang berkaitan dengan pengadaan bahan pustaka baik dari pembelianmaupun hadiah/sumbangan yang selanjutnya


(35)

dibuatkan katalog pada bahan pustaka sebagai sarana temu-balik koleksi perpustakaan.Pada bagian layanan sirkulasi semua kegiatan yang berkaitan dengan peminjaman, pengembalian, maupun perpanjang koleksi serta pendaftaran anggota.Layanan referensi untuk membantu pengguna menemukan informasi yang berhubungan dengan koleksi referensi. Berikut ini adalah gambar struktur organisasi perpustakaan UISU secara makro :

Sumber : Perpustakaan UISU 2011

Dengan adanya struktur organisasi akan dapat diketahui gambaran yang jelas tentang kedudukan dan tanggung jawab serta tugas dari masing-masing bagian dalam lembaga tersebut.

3.3 Pengguna Perpustakaan

Pengguna perpustakaan UISU adalah mahasiswa, dosen, dan pegawai. Rincian penggua perpustakaan UISU dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.

Bagian Pengolahan Layanan Sirkulasi

Kepala Perpustakaan


(36)

Tabel – 1

Jumlah Pengguna Perpustakaan UISU

Sumber : Perpustakaan UISU 2011 3.4 Kondisi Perpustakaan UISU

3.4.1 Gedung

Perpustakaan UISU terletak di lantai 1 ditengah gedung UISU yang bersebelahan dengan koperasi almunawwarah. Dengan luas gedung 10 x 20 meter dan bebrapa jumlah perabot yang di antaranya 24 buah rak buku, 7 meja baca, dan 31 kursi.

3.4.2 Personalia

Pada perpustakaan UISU hanya dikelola 4 orang staf perpustakaan, adapun nama dan tugas masing-masing dari staf perpustakaan dapat dilihat pada tabel 2

berikut ini : Tabel – 2

Tenaga Pengelola UISU

No. Jabatan Pendidikan

1. Kepala Perpustakaan S1

2. Staf Perpustakaan S1

3. Staf Perpustakaan SMA

4. Staf Perpustakaan SMA

Sumber : Perpustakaan UISU 2011 3.4.3 Koleksi

Tugas setiap perpustakaan adalah membangun koleksi demi kepentingan pemakai tergantung pada tersedianya koleksi perpustakaan. Hal tersebut dikarenakan untuk memberikan kepuasan kepada pengguna tidak hanya bentuk fisik yang ramah, tetapi harus didukung koleksi yang dibutuhkan. Namun

No Pengguna Jumlah

1. Mahasiswa 578

2. Dosen 24

3. Pegawai 17


(37)

perpustakaan UISU, mencoba menyesuaikan koleksinya dengan kebutuhan pengguna. Minimal koleksinya mendukung kegiatan belajar-mengajar.

Tabel - 3

Koleksi Perpustakaan UISU 2011

No. Jenis Koleksi Judul Eksemplar

1. Buku 6833 8045

2. Jurnal/majalah 234 1701

3. Koleksi Referensi 345 686

4. Tesis 42 82

Jumlah 7354 10514

Sumber Perpustakaan UISU 3.4.4 Peraturan

Setiap perpustakaan mempunyai aturan yang harus ditaati oleh petugas dan pengguna perpustakaan agar proses pelayanan perpustakaan dapat berjalan dengan tertib dan teratur. Peraturan yang telah ditetapkan oleh perpustakaan UISU adalah sebagai berikut :

1. Perpustakaan dibuka setiap hari:

Senin s/d Jumat : pukul 08.00-16.00 WIB

Sabtu : pukul 08.00-12.00 WIB

2. Bagi pengunjung perpustakaan yang hendak masuk ke perpustakaan

diharapkan meletakkan tasnya dahulu pada laci yang telah di sediakan.

3. Setiap mahasiswa wajib mempunyai KTM, bagi mahasiswa luar wajib

mendaftar dahulu.

4. Setiap anggota dapat meminjam buku maksimal 2 judul buku, dengan

jangka waktu sebagai berikut. Lama peminjaman : 1 minggu

Dapat diperpanjang : selama 1 minggu

5. Denda yang dikenakan bagi anggota yang terlambat mengembalikan buku

Rp 500 per buku perhari.

6. di larang makan dan membuang sampah sembarangan di ruangan


(38)

7. Dilarang berbicara keras/ berisik di ruangan perpustakaan.

8. Bersedia mengganti buku apabila hilang/rusak dengan membayar seharga

buku yang hilang/rusak ditambah dengan biaya pengolahan buku.

3.4.5 Anggaran

Setiap perpustakaan harus mempunyai anggaran sebagai alokasi untuk keperluan perpustakaan. Karena salah satu keberhasilan pembinaan koleksi adalah di dukung oleh tersedianya dana yang cukup. Besar kecilnya anggaran yang diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan perpustakaan dalam menyediakan koleksi. Namun berbeda dengan perpustakaan UISU yang tidak diberi anggaran dana untuk perpustakaan. Anggaran dana lebih di tujukan untuk perpustakaan fakultas. Adapun perpustakaan UISU untuk melakukan pembelian biasanya di dapat dari uang pendaftaran anggota perpustakaan, denda maupun ganti rugi koleksi. Sesekali kepala perpustakaan memberikan daftar buku yang benar-benar dibutuhkan oleh mahasiswa kepada Kepala Yayasan untuk melakukan pembelian ke toko buku.

3.5 Perawatan Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara

Semua bahan pustaka yang pada umumnya terbuat dari kertas pasti akan mengalami kerusakan. Begitu juga koleksi bahan pustaka yang tersedia pada Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara. Untuk menanggulangi kerusakan-kerusakan terhadap bahan pustaka di Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara maka perlu di lakukan beberapa perawatan demi kelangsungan ataupun ketahanan dari bahan pustaka tersebut. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa serangga seperti silverfish, kecoa, kutu buku, rayap, ngengat dan sejenisnya adalah binatang perusak bahan pustaka, terlebih-lebih karena iklim di Indonesia sesuai untuk tempat berkembang biak binatang tersebut, sehingga perlu perhatian khusus. Bila dibiarkan bahan pustaka akan mengalami kerusakan yang cukup parah, bahkan mungkin tidak bisa diperbaiki kembali.

Untuk itu perlu adanya langkah-langkah tindakan pengobatan maupun pembasmian terhadap perusak atau musuh-musuh bahan pustaka tersebut, dan


(39)

salah satu diantaranya dengan cara fumigasi. Yang dimaksud dengan fumigasi menurut Razak (1992 : 39) adalah “suatu tindakan pengasapan yang bertujuan mencegah, mengobati, dan mensterilkan bahan pustaka”. Mencegah dimaksudkan supaya kerusakan lebih lanjut dapat dihindari. Mengobati artinya mematikan atau membunuh serangga, kuman dan sejenisnya yang telah menyerang dan merusak bahan pustaka, dan mensterilkan diartikan menetralisasi keadaan seperti menghilangkan bau busuk yang timbul dari bahan pustaka, menyegarkan udara ataupun bisa menimbulkan gangguan ataupun penyakit.

Fumigasi bahan pustaka dapat di lakukan dalam ruang perpustakaan, gedung atau dalam ruangan yang sengaja dibuat untuk melakukan fumigasi. Bahan yang biasa dipergunakan sebagai methybromide. Cara fumigasi ini di lakukan yakni dengan memasukkan buku ke dalam lemari fumigasi, disusun secara berderet dalam keadaan menganga. Hal ini dimaksudkan agar bau kimia dapat meresap ke dalam celah-celah buku. Dengan demikian kuman-kuman terbunuh akibat dari bau kimia itu. Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara sampai pada saat ini belum memiliki lemari fumigasi, sehingga pembasmian hanya di lakukan melalui cara penggunaan kapur barus dan pengusir serangga

lainnya.

Menurut penulis pelaksanaan fumigasi ini sangat penting di lakukan pada Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara untuk memperkecil frekuensi kerusakan yang diakibatkan oleh jamur atau serangga. Karena kalau hanya dengan penempatan anti serangga hasilnya tidak begitu memuaskan. Hal tersebut penulis ketahui karena masih banyak bahan pustaka yang rusak terserang hama tadi.

3.6 Perbaikan Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara

Seperti yang telah disebutkan pada uraian sebelumnya bahwa gigitan serangga, frekuensi pemakaian yang tinggi, salah penanganan menyebabkan sebagian kertas dari halaman sebuah buku akan hilang, terkikis, tercabik, berlubang atau sobek. Sedangkan kerapuhan kertas menyebabkan kertas mudah sobek atau patah. Untuk mencegah agar bagian yang sobek atau berlubang tidak


(40)

semakin lebar serta untuk memulihkan bentuk dan kekuatan kertas, perlu diupayakan perbaikan, disesuaikan dengan kerusakan yang terjadi pada bahan pustaka. Untuk kertas berlubang atau sobek dengan keadaan kertas masih baik dan kuat cukup ditambal atau disambung.

3.6.1 Menambal

Menambal atau menutup bagian bahan pustaka yang berlubang dapat di lakukan dengan kertas jepang, dan perekat kanji. Juga dapat di lakukan dengan bubur kertas (pulp), atau menggunakan kertas tissue yang berperekat. Dalam penambalan bahan pustaka ini pada Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara masih sering menggunakan sellotape. Penggunaan sellotape walaupun mudah penggunaannya sebenarnya kurang baik hasilnya. Karena kertas akan berubah warnanya menjadi kuning kecoklatan pada bagian yang ditempel sellotape ini. Untuk mencabut kembali sellotape bukanlah pekerjaan yang mudah, karena dapat merusak tulisannya. Menurut penulis cara yang tepat untuk melakukan penambalan ini adalah menyediakan dan memilih kertas yang sesuai untuk menambal, yang mempunyai berat dan warna yang sama dengan kertas yang ditambal.

3.6.2 Menyambung

Menyambung di lakukan untuk merekatkan bagian yang sobek atau lemah karena lipatan, biasanya diperkuat dengan potongan kertas dari jenis tertentu, agar bagian yang sobek tidak bertambah lebar. Cara yang tepat untuk menyambung bahan pustaka yang sobek adalah sebagai berikut :

1. Pilih kertas yang akan dipergunakan untuk memperkuat sambungan.

2. Meletakkan penggaris logam di atas kertas penyambung dengan arah panjang sesuai arah serat kertas.

3. Menarik garis sepanjang tepi penggaris dengan menggunakan trekpen yang telah dicelupkan dengan air.

4. Kertas dilipat ke atas dengan menggunakan tulang pelipat. 5. Kertas ditarik dengan hati-hati menurut garis yang basah. 6. Merapatkan bagian kertas yang sobek dengan hati-hati.


(41)

7. Mengoleskan perekat di atas kertas penyambung kemudian letakkan di atas bagian yang sobek dan tekan dengan hati-hati.

8. Letakkan kertas di antara dua lembar kertas penyerap, dan kemudian meletakkan di bawah pemberat (dipress), setelah kering potong bagian yang berlebih/sisa.

Seperti halnya dengan menambal, pekerjaan menyambung ini pada Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara sering menggunakan sellotape. Maka cara ini seperti yang telah disebutkan di atas mempunyai dampak yang kurang baik. Menurut penulis pekerjaan menyambung seperti yang di lakukan Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara kurang baik. Hal ini tampak kelemahannya bila penyambungan dengan sellotape akan mengganggu lembaran lain (lengket) apabila sudah lama.

3.6.3 Penjilidan

Bahan pustaka yang rusak seperti isi buku, lem atau jahitannya terlepas, lembar pelindung, sampul mengalami kerusakan umpamanya terlepas dari kerusakan lainnya masih bisa diatasi. Salah satu tindakan adalah dengan mereperasi atau memperbaiki dan menjilid kembali untuk dapat mempertahankan fisik buku tersebut, sekaligus mempertahankan kandungan informasi di dalamnya.

Pada Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara, perbaikan dengan cara penjilidan kembali merupakan cara yang paling banyak ditempuh. Untuk jenis perbaikan yang biasanya di lakukan di Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

1. Memperbaiki punggung buku yang longgar

2. Mengganti lembar pelindung buku yang sobek

3. Menempel linen baru pada punggung sampul buku asli

Selain menjilid atau mereperasi kembali buku-buku yang rusak, Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara juga melaksanakan penjilidan atau pembundelan terhadap terbitan berseri seperti majalah. Fungsi dari


(42)

pembundelan ini adalah selain bahan pustaka tersebut menjadi rapi dan menarik juga akan memudahkan dalam mencari informasi yng ingin dicari.

Dalam penjilidan kembali bahan pustaka atau buku pada Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara di lakukan dengan menggunakan lem. Penjilidan dengan menggunakan paku dan hekter tidak di lakukan karena menurut petugas preservasi dapat menimbulkan karat yang merusak lembaran bahan pustaka. Menurut pendapat penulis cara/teknik penjilidan sudah di lakukan dengan baik. Yang perlu diperhatikan adalah penambahan tenaga kerja di bagian penjilidan, karena dengan tenaga kerja yang ada sekarang masih kurang.

3.7 Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara

Sebagian besar bahan pustaka di perpustakaan umumnya terbuat dari bahan kertas. Dalam penggunaan secara terus-menerus bahan pustaka itu akan mengalami proses kerusakan dalam penyimpanan meskipun relatif lebih lama. Koleksi bahan pustaka dari suatu perpustakaan dapat terjadi kerusakan yang timbul dari berbagai penyebab.

3.7.1 Faktor fisika 1. Cahaya

Cahaya yang digunakan untuk menerangi ruang perpustakaan merupakan bentuk elektromagnetik yang berasal dari radiasi cahaya matahari dan lampu listrik. Kerusakan bahan pustaka akibat sinar ultraviolet ini adalah tulisan menjadi pudar, warna kertas berubah dan kertas menjadi rapuh, sehingga kekuatan akan hilang.

Pada Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara kerusakan oleh faktor cahaya ini banyak terjadi terutama pada buku-buku yang sudah termakan usia. Lembaran pada buku-buku tersebut berubah warna menjadi kuning.


(43)

2. Suhu dan Kelembaban

Kedua unsur ini bila mempunyai unsur yang berlebihan atau tidak stabil akan menimbulkan kerusakan pada kertas. Udara yang kelembabanya tinggi berpengaruh pada kertas yaitu menjadi busuk, berbau apek dan memberi peluang pada jamur untuk tumbuh dan berkembang. Sedangkan suhu udara yang terlalu tinggi menyebabkan rekat pada jilidan buku menjadi kering dan jilidannya semakin longgar, selain itu juga mengakibatkan kertas menjadi rapuh dan warna kertas berubah menjadi kuning.

Menurut pendapat penulis kerusakan oleh faktor suhu dan kelembaban ini juga banyak terdapat di Perpustakaan Universitas islam Sumatera Utara. Hal ini disebabkan karena suhu dan kelembaban di perpustakaan tersebut tidak diatur sebagaimana mestinya.

3.7.2 Faktor biota

Komponen-komponen yang terdapat pada kertas serat-serat selulosa, perekat dan protein merupakan sumber-sumber makanan bagi mahluk-mahluk hidup seperti jamur, serangga dan binatang pengerat.Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya mereka memerlukan kondisi lingkungan yang ideal seperti suhu dan kelembaban udara. Oleh karena itu ruangan penyimpanan bahan pustaka harus dijaga dan dipelihara sedemikian rupa sehingga tidak dijadikan sebagai tempat hidup, tumbuh dan berkembang bagi mahluk-mahluk tersebut. Beberapa contoh jenis jamur, serangga dan binatang pengerat yang merusak bahan pustaka adalah :

1. Jamur

Jamur merupakan tumbuhan bersel tunggal dan tidak berklorofil, sehingga makanan yang diperoleh berasal dari sumber lain. Bila buku atau bahan pustaka dalam keadaan kotor, berdebu, dan lembab maka jamur akan timbul dan akan meninggalkan noda pada kertas. Contoh salah stu jenis jamur ini adalah Asspergillus. Kerusakan bahan pustaka pada Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara oleh faktor ini juga banyak dijumpai terutama pada buku-buku


(44)

yang jarang dipergunakan atau dibaca oleh pengunjung. Noda-noda yang terdapat pada kertas yang disebabkan oleh jamur ini biasanya sulit untuk dihilangkan dan tulisan menjadi pudar.

2. Serangga

Serangga merupakan masalah yang pelik di negara tropis dan jenisnya cukup banyak dengan sumber makanan berasal dari kertas. Lingkungan ideal untuk pertumbuhan semua jenis serangga adalah tempat hangat, gelap dan sirkulasi udara yang tidak sempurna. Fase-fase untuk siklus kehidupan seranga yaitu telur, larva, pupa dan dewasa, dimana pada fase larva mengakibatkan kerusakan terbesar. Jenis-jenis serangga yang banyak dijumpai sebagai perusak bahan pustaka adalah sebagai berikut :

a. Kecoa

Kecoa merupakan salah satu jenis serangga yang bersayab dan berbentuk panjang, senang tinggal ditempat yang gelap, di sudut-sudut ruangan. Makanan kegemarannya yaitu sisa-sisa makanan yang busuk, serangga-serangga yang mati. Kecoa ini mengeluarkan cairan perekat berwarna hitam yang membentuk noda dan sulit untuk dihilangkan, di samping itu memakan perekat sampul buku dan kain pada punggung buku.

Informasi yang penulis peroleh dari petugas konservasi maupun petugas lain bahwa serangga ini juga sebagai penyebab kerusakan pada punggung buku dan terjadinya noda pada kertas di Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara. Dan menurut penulis hal ini karena kurangnya kebersihan terutama di sudut-sudut ruangan dan ada sebagian petugas yang membawa makanan ke dalam ruang perpustakaan sehingga sisa-sisa makanan tersebut sering sebagai penyebab datangnya kecoa di ruangan perpustakaan.

b. Rayap

Rayap merupakan perusak yang paling berbahaya karena dapat menghabiskan buku dalam waktu singkat. Binatang ini hidup di daerah yang beriklim tropis dan sub tropis, berbadan lunak dan berwarna putih pucat. Karena bentuknya seperti semut maka binatang ini sering dinamai semut putih (white ant)


(45)

Dari hasil wawancara dengan petugas konservasi dan preservasi Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara, binatang ini dapat dikatakan sebagai perusak bahan pustaka yang paling merugikan. Dan menurut penulis hal ini disebabkan karena kurang telatennya para petugas dalam membersihkan bahan pustaka tersebut.

c. Booklice (kutu buku)

Selain jenis serangga yang telah disebutkan di atas, masih banyak lagi jenis-jenis serangga yang dapat merusak dan memakan punggung buku, lem atau perekat pada buku, dan membuat lubang seperti ngengat, book worm dan lain-lain. Pada umumnya semua binatang ini hampir terdapat di semua perpustakaan. Dan menurut penulis cara yang paling sederhana untuk mengusir atau setidaknya mengurangi frekuensi kerusakan yang disebabkan oleh jenis-jenis serangga tersebut adalah dengan menyemprot ruangan dengan obat hama (bukan pada buku) dan menempatkan obat pengusir serangga pada rak-rak buku dan senantiasa menjaga kebersihannya.

3.7.3 Faktor Penggunaan dan Penanganan yang Salah

Manusia baik sebagai petugas maupun sebagai pemakai perpustakaan mempunyai peranan yang penting dalam menggunakan bahan pustaka. Manusia bisa dikatakan sebagai perusak bahan pustaka bila salah dalam mengurus dan menangani bahan pustaka tersebut

Menangani buku atau bahan pustaka tampaknya suatu hal yang sederhana, tetapi bila dikaitkan dengan manusia sebagai salah satu faktor penyebab kerusakan bahan pustaka maka pekerjaan tersebut bukanlah pekerjaan yang sederhana. Petugas perpustakaan dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari sering kali menggunakan cara-cara yang tidak benar, baik di lakukan dengan sengaja atau tanpa disadari, begitu pula halnya dengan masyarakat umum sebagai pengguna bahan pustaka. Misalnya mengambil buku dari rak sering sekali menggunakan cara-cara yang salah, begitu juga penempatan buku di rak dan yang paling merugikan adalah kebiasaan pemakai perpustakaan misalnya menyobek halaman buku yang dianggap penting, mencoret-coret buku dan sebagainya.


(46)

Dengan demikian kerusakan buku tidak dapat dihindari dan hal tersebut menyebabkan kerugian yang tidak sedikit terutama bila terjadi pada buku-buku berharga atau langka. Kebiasaan membaca dengan cara melipat buku juga termasuk kedala kategori ini. Pada Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara kerusakan oleh faktor manusia ini merupakan yang paling dominan.

3.8 Pencegahan Kerusakan Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara

3.8.1 Menciptakan lingkungan penyimpanan

Yang dimaksud dengan lingkungan penyimpanan bahan pustaka adalah gedung, ruangan, dan peralatan yang ada dalam suatu ruangan perpustakaan. Pemeliharaan dan penjagaan bahan pustaka, melainkan menyangkut gedung perpustakaan, ruang baca, ruang penyimpanan dan peralatan yang ada di dalamnya.

Pemeliharaan lingkungan yang disebut juga dengan konservasi preventif adalah usaha untuk menciptakan kondisi lingkungan yang baik (ideal) bagi bahan pustaka agar tidak terjadi kerusakan pada bahan pustaka tersebut. Konservasi preventif ini harus sudah dimulai sejak pembangunan suatu gedung perpustakaan masih dalam perencanaan, antara lain dalam memilih lokasi, pemilihan bahan bangunan, pemasangan alat pendinginan dan mengatur pencahayaan.

Idealnya lokasi suatu perpustakaan tidak boleh berada di daerah kawasan industri atau daerah yang padat kendaraan yang bermotor, karena industri dan kendaraan bermotor tersebut akan mengeluarkan gas-gas pencemar seperti gas SO dan NO yang berbahaya bagi bahan pustaka. Namun demikian, karena perpustakaan juga harus terletak di daerah yang mudah dijangkau oleh masyarakat pemakai jasa perpustakaan maka pada umumnya perpustakaan berada di pusat kota.

Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara termasuk berada di kawasan yang banyak dilalui kenderaan umum. Jarak antara jalan raya dengan lokasi gedung berjarak kurang lebih 30 meter sehingga menurut penulis polusi udara tidak sampai mengganggu bahan pustaka.


(47)

3.8.2 Memilih material yang dipakai dalam ruang Penyimpanan

Setiap bahan pustaka harus disimpan dalam suatu tempat seperti rak, lemari yang sesuai. Setiap rak/laci harus sedikit lebih besar daripada bahan-bahan yang akan disimpan dengan sedikit menyisihkan ruang untuk sirkulasi udara, dan dirancang sedemikian rupa sehingga diperkirakan tidak menyebabkan kerusakan pada jilidan atau lembaran-lembaran bahan pustaka.

Mengenai bahan-bahan tempat penyimpanan bahan pustaka ini. Rak-rak buku sebaiknya terbuat dari logam. Juga harus menghindari penggunaan kayu (kecuali kayu jati), karena kayu tersebut mengundang serangga dan mengeluarkan

asam organik yang berbahaya bagi bahan pustaka.

Dalam hal ini Perpustakaan Universitas Islam Sumatera UItara telah melaksanakannya dengan baik. Rak dan lemari buku telah disesuaikan dengan ukuran bahan pustaka yang disimpan. Peta-peta dihamparkan dalam rak yang sesuai dengan ukurannya. Dan pemilihan materi tempat penyimpanan bahan pustaka Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara masih menggunakan rak yang terbuat dari kayu jati.

3.8.3 Mencegah kerusakan karena pengaruh cahaya

Cahaya matahari masuk ke dalam ruangan, baik langsung maupun pantulan harus dihalangi dengan gorden atau disaring dengan filter untuk mengurangi radiasi ultraviolet. Untuk mencegah kerusakan karena cahaya lampu listrik adalah dengan memperkecil intensitas cahaya, memperpendek waktu pencahayaan dan menghilangkan radiasi ultraviolet dari lampu tersebut dengan memasang filter pada lampu TL.

Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara untuk menghindari faktor cahaya ini belum memakai penyaring/filter seperti yang disebutkan di atas. Akan tetapi hanya dengan jalan meletakkan rak-rak buku tidak terlalu dekat dengan jendela dan memakai gorden dapat menghambat sedikit cahaya yang masuk

kedalam ruangan perpustakaan.

Menurut penulis tindakan yang di lakukan oleh Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara dalam mencegah kerusakan karena pengaruh cahaya ini kurang tepat. Karena cahaya dari sinar matahari baik langsung maupun pantulan


(48)

dapat merusak bahan pustaka. Begitu juga halnya dengan cahaya dari lampu listrik. Seharusnya Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara perlu memakai filter/penyaring sinar ultraviolet yang dihasilkan oleh cahaya tersebut, yakni dengan plexy glass atau filtering polyster film, yang biasa ditempelkan pada kaca jendela atau di langit-langit ruangan.

3.8.4 Mencegah kerusakan karena pengaruh suhu dan kelembaban udara Untuk mencegah kerusakan bahan pustaka dari pengaruh temperatur dan kelembaban udara adalah dengan membuat ventilasi yang sempurna. Jika terjadi kelembaban udara yang tinggi, dapat diturunkan dengan dehumidifier atau silica gel. Dehumidifier digunakan untuk menurunkan kelembaban udara dalam ruangan tertutup, sedangkan silica gel untuk menurunkan kelembaban udara dalam lemari. Untuk mengukur temperatur kelembaban udara dapat di lakukan dengan alat thermohygrometer, thermohygrograph, dan psychometer.

Sampai pada penulis membuat tulisan ini, alat-alat tersebut di atas belum dimiliki oleh Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara. Mengingat betapa pentingnya alat tersebut untuk mencegah kerusakan oleh faktor suhu dan kelembaban udara maka Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara perlu memiliki alat-alat tersebut.

3.8.5 Mencegah kerusakan karena pengaruh biotis

Tindakan preventif untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya jamur dan serangga adalah dengan memeriksa bahan pustaka secara berkala, membersihkan tempat penyimpanan, menurunkan kelembaban udara dan buku-buku tidak boleh disusun terlalu rapat karena dapat mengurangi sirkulasi udara

Untuk mencegah tumbuhnya jamur, pada sela-sela kertas diselipkan kertas tissue yang sebelumnya sudah dicelupkan dalam larutan fungisida seperti laindane atau thymol. Tindakan ini biasanya di lakukan pada musim hujan, karena kelembaban udaranya relatif lebih tinggi. Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara untuk mengusir serangga ini biasanya di lakukan dengan meletakkan bahan-bahan berbau pengusir serangga seperti kanfer, naftalen dan kapur barus. Namun dalam penyusunanbuku di rak banyak di lakukan terlalu rapat sehingga sirkulasi udaranya tidak sempurna dan hal ini dapat menimbulkan


(49)

tumbuhnya jamur atau dapat menjadi tempat yang nyaman bagi serangga sebagai perusak bahan pustaka. Menurut penulis usaha yang di lakukan dalam rangka kerusakan karena faktor biotis ini masih sangat minim. Tetapi hal ini telah memadai

3.10 Kendala yang dihadapi oleh Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara

Kendala yang dihadapi oleh Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara dalam melaksanakan kegiatan konservasi dan preservasi bahan pustaka adalah sebagai berikut :

1. Dana yang terbatas

Dana yang di dapatkan oleh Perpustakaan Universitas Islam Sumatera

Utara bersumber dari yayasan Universitas Islam Sumatera Utara, sehingga koleksi perpustakaan kurang memadai.

2. Kurangnya tenaga ahli

Kurangnya tenaga ahli mengakibatkan pengguna Perpustakaan pada

Universitas Islam Sumatera Utara sulit mendapatkan informasi dan bahan koleksi perpustakaan.

3. Petugas Perpustakaan Islam Sumatera Utara tidak berlatar belakang program studi Ilmu Perpustakaan .


(1)

3.8.2 Memilih material yang dipakai dalam ruang Penyimpanan

Setiap bahan pustaka harus disimpan dalam suatu tempat seperti rak, lemari yang sesuai. Setiap rak/laci harus sedikit lebih besar daripada bahan-bahan yang akan disimpan dengan sedikit menyisihkan ruang untuk sirkulasi udara, dan dirancang sedemikian rupa sehingga diperkirakan tidak menyebabkan kerusakan pada jilidan atau lembaran-lembaran bahan pustaka.

Mengenai bahan-bahan tempat penyimpanan bahan pustaka ini. Rak-rak buku sebaiknya terbuat dari logam. Juga harus menghindari penggunaan kayu (kecuali kayu jati), karena kayu tersebut mengundang serangga dan mengeluarkan asam organik yang berbahaya bagi bahan pustaka.

Dalam hal ini Perpustakaan Universitas Islam Sumatera UItara telah melaksanakannya dengan baik. Rak dan lemari buku telah disesuaikan dengan ukuran bahan pustaka yang disimpan. Peta-peta dihamparkan dalam rak yang sesuai dengan ukurannya. Dan pemilihan materi tempat penyimpanan bahan pustaka Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara masih menggunakan rak yang terbuat dari kayu jati.

3.8.3 Mencegah kerusakan karena pengaruh cahaya

Cahaya matahari masuk ke dalam ruangan, baik langsung maupun pantulan harus dihalangi dengan gorden atau disaring dengan filter untuk mengurangi radiasi ultraviolet. Untuk mencegah kerusakan karena cahaya lampu listrik adalah dengan memperkecil intensitas cahaya, memperpendek waktu pencahayaan dan menghilangkan radiasi ultraviolet dari lampu tersebut dengan memasang filter pada lampu TL.

Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara untuk menghindari faktor cahaya ini belum memakai penyaring/filter seperti yang disebutkan di atas. Akan tetapi hanya dengan jalan meletakkan rak-rak buku tidak terlalu dekat dengan jendela dan memakai gorden dapat menghambat sedikit cahaya yang masuk

kedalam ruangan perpustakaan.

Menurut penulis tindakan yang di lakukan oleh Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara dalam mencegah kerusakan karena pengaruh cahaya ini kurang tepat. Karena cahaya dari sinar matahari baik langsung maupun pantulan


(2)

dapat merusak bahan pustaka. Begitu juga halnya dengan cahaya dari lampu listrik. Seharusnya Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara perlu memakai filter/penyaring sinar ultraviolet yang dihasilkan oleh cahaya tersebut, yakni dengan plexy glass atau filtering polyster film, yang biasa ditempelkan pada kaca jendela atau di langit-langit ruangan.

3.8.4 Mencegah kerusakan karena pengaruh suhu dan kelembaban udara Untuk mencegah kerusakan bahan pustaka dari pengaruh temperatur dan kelembaban udara adalah dengan membuat ventilasi yang sempurna. Jika terjadi kelembaban udara yang tinggi, dapat diturunkan dengan dehumidifier atau silica

gel. Dehumidifier digunakan untuk menurunkan kelembaban udara dalam ruangan

tertutup, sedangkan silica gel untuk menurunkan kelembaban udara dalam lemari. Untuk mengukur temperatur kelembaban udara dapat di lakukan dengan alat

thermohygrometer, thermohygrograph, dan psychometer.

Sampai pada penulis membuat tulisan ini, alat-alat tersebut di atas belum dimiliki oleh Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara. Mengingat betapa pentingnya alat tersebut untuk mencegah kerusakan oleh faktor suhu dan kelembaban udara maka Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara perlu memiliki alat-alat tersebut.

3.8.5 Mencegah kerusakan karena pengaruh biotis

Tindakan preventif untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya jamur dan serangga adalah dengan memeriksa bahan pustaka secara berkala, membersihkan tempat penyimpanan, menurunkan kelembaban udara dan buku-buku tidak boleh disusun terlalu rapat karena dapat mengurangi sirkulasi udara

Untuk mencegah tumbuhnya jamur, pada sela-sela kertas diselipkan kertas tissue yang sebelumnya sudah dicelupkan dalam larutan fungisida seperti

laindane atau thymol. Tindakan ini biasanya di lakukan pada musim hujan, karena

kelembaban udaranya relatif lebih tinggi. Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara untuk mengusir serangga ini biasanya di lakukan dengan meletakkan bahan-bahan berbau pengusir serangga seperti kanfer, naftalen dan kapur barus. Namun dalam penyusunanbuku di rak banyak di lakukan terlalu rapat sehingga sirkulasi udaranya tidak sempurna dan hal ini dapat menimbulkan


(3)

tumbuhnya jamur atau dapat menjadi tempat yang nyaman bagi serangga sebagai perusak bahan pustaka. Menurut penulis usaha yang di lakukan dalam rangka kerusakan karena faktor biotis ini masih sangat minim. Tetapi hal ini telah memadai

3.10 Kendala yang dihadapi oleh Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara

Kendala yang dihadapi oleh Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara dalam melaksanakan kegiatan konservasi dan preservasi bahan pustaka adalah sebagai berikut :

1. Dana yang terbatas

Dana yang di dapatkan oleh Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara bersumber dari yayasan Universitas Islam Sumatera Utara, sehingga koleksi perpustakaan kurang memadai.

2. Kurangnya tenaga ahli

Kurangnya tenaga ahli mengakibatkan pengguna Perpustakaan pada Universitas Islam Sumatera Utara sulit mendapatkan informasi dan bahan koleksi perpustakaan.

3. Petugas Perpustakaan Islam Sumatera Utara tidak berlatar belakang program studi Ilmu Perpustakaan .


(4)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, maka penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan konservasi dan preservasi yang sering diartikan sebagai kegiatan pelestarian bahan pustaka sangat diperlukan untuk menunjang fungsi perpustakaan dalam melaksanakan jasa perpustakaan dengan jalan mengusahakan agar kondisi bahan pustaka terpelihara sebaik mungkin dan siap pakai.

2. Pelaksanaan konservasi dan preservasi bahan pustaka pada Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara masih di lakukan dengan cara yang sederhana, baik dari segi peralatan yang digunakan maupun dari segi tenaga teknis yang masih kurang.

3. Kerusakan bahan pustaka pada Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara banyak diakibatkan oleh salah penanganan terhadap bahan pustaka, baik oleh petugas maupun oleh pemakai jasa perpustakaan. Hal ini disebabkan belum adanya kesadaran yang tinggi tentang pentingnya perawatan bahan pustaka dan kurangnya bimbingan atau penyuluhan yang diberikan kepada masyarakat pemakai tentang tatacara penanganan maupun penggunaan terhadap bahan pustaka.

4. Untuk pencegahan dari faktor biotis, faktor fisika belum memakai sistem fumigasi yang modern maupun penggunaan alat pengatur suhu dan kelembaban udara dan lain-lain. Tetapi hanya di lakukan dengan menjaga kebersihan dan penggunaan bahan-bahan pengusir serangga seperti kapur barus, kanfer dan lain - lain.

5. Kurangnya tenaga dan peralatan bagian konservasi dan preservasi pada Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara mengakibatkan sering terjadi keterlambatan dalam proses perbaikan bahan pustaka seperti pekerjaan penjilidan kembali dan pembundelan majalah.


(5)

4.2 S a r a n

1. Dalam pelaksanaan konservasi dan preservasi bahan pustaka pada Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara ada baiknya melakukan pemeliharaan sejak dari awal, yaitu sejak di lakukannya pemilihan bahan pustaka, yakni memilih bahan pustaka disamping sesuai dengan kebutuhan masyarakat pemakai juga diperhitungkan fisik bahan pustaka tersebut, seperti bahan/jenis kertas, teknik penjilidan, bahan cover dan lain-lain.

2. Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara sangat perlu memodernisasi sistem pelaksanaan konservasi dan preservasi bahan pustakanya seperti ruangan fumigasi dan alat-alat pengatur suhu dan kelembaban udara seperti thermohygrometer, thermohygrograph dan lain-lain

3. Perlunya diberikan bimbingan mengenai cara penanganan dan penggunaan bahan pustaka yang benar kepada staff dan pengguna jasa perpustakaan baik berupa penyuluhan maupun dengan poster-poster yang ditempelkan di tempat yang mudah dilihat oleh pengunjung, melalui brosur-brosur, buku petunjuk dan lain-lain.

4. Seharusnya petugas Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara berlatar belakang dari program studi Ilmu Perpustakaan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional RI. 1995. Dasar-dasar Pelestarian Bahan

Pustaka. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.

Echols, John M. dan Sadly, Hasan. 2000. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta. : Gramedia.

Martoadmodjo, Karmidi. 1993. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta : Universitas Terbuka.

Mulyaningsih, Sri B.M. Mengenal Perusak Bahan Pustaka. Jakarta : Kanisius. Razak, Muhammadin. 1992. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip. Jakarta :

Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip.

Soeatminah. 1992. Perpustakaan, Kepustakawanan dan Pustakawan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Tim Teknis Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip. 1991. Prosedur